NIM: 21040122140190
Kelas: PWK-A
Teori lokasi Von Thunen pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli ekonomi
sekaligus petani, yaitu Johan Heinrich von Thunen pada tahun 1826. Dalam teorinya Von
Thunen memperkenalkan pola penggunaan lahan kota yang didasarkan pada suatu pola
produksi pertanian yang berhubungan dengan tata guna lahan di sekitar suatu kota
pasaran. Pola penggunaan lahan kota tersebut merupakan penjabaran dari pola struktur
tata ruang kota. Kriteria-kriteria pemanfaatan lahan dapat ditentukan sebagai berikut:
Von Thunen juga menyatakan bahwa pola penggunaan lahan sangat ditentukan
oleh biaya transportasi yang dikaitkan dengan jarak dan sifat barang dagangan
khususnya hasil pertanian. Von Thunen mengkondisikan ada empat hal yang harus
dipenuhi, yaitu: (1) isolated state; (2) uniform plain; (3) “transportation costs” berbanding
lurus dengan jarak; dan (4) maximise profits.
Diagram cincin Von Thunen tersebut biasa dikenal dengan istilah “Model Zona
Sepusat”. Von Thunen secara umum mengemukakan bahwa:
1. Pusat kota lahan difungsikan sebagai commercial center, dimana menjadi CBD
(Central Bussines District) dari lahan tersebut, sebagai pusat perdagangan
barang dan jasa.
2. Lingkaran terluarnya sebagai manufacturing place, yaitu tempat segala
industri.
3. Lingkaran terluar menjadi residence place, tempat dilokasikannya pemukiman.
Selain memiliki pengaruh terhadap zona lahan, teori Von Thunen juga
berpengaruh terhadap struktur keruangan kota. Aglomerasi sebagai bentuk implikasi
Teori Von Thunen pada struktur ruang kota yaitu penggunaan tanah di perkotaan tidak
lagi berbentuk cincin tetapi tetap terlihat adanya kecenderungan pengelompokan untuk
penggunaan yang sama berupa kantong-kantong, di samping adanya penggunaan berupa
campuran-campuran antara berbagai kegiatan. Berikut adalah model struktur ruang kota
klasik yang dapat berimplikasi dengan teori Von Thunen:
Pola tata guna lahan teori konsentris cenderung terjadi pada kawasan yang
kawasan-kawasan yang relatif datar, serta tidak memperhitungkan faktor-
faktor penghambat. Dalam teori kosentris ini menyatakan bahwa kota
mengalami perkembangan dimulai dari pusatnya, kemudian seiring dengan
pertambahan penduduk kota meluas ke daerah pinggiran atau menjauhi pusat,
kondisi ini membentuk zona-zona baru yang berbentuk konsentris dengan
struktur melingkar.
2. Sector Theory (Homer Hoyt)
Teori sektor Hoyt menyatakan bahwa penggunaan tata guna lahan dimulai
dari CBD dan selanjutnya terus berkembang ke arah luar kota dengan
penggunaan lahan yang sama. Pola tata guna lahan teori sektor tidak
berbentuk kumpulan lingkaran, melainkan satu lingkaran yang dipotong-
potong menjadi sektor penggunaan lahan tertentu.
3. Multiple Nuclei (Harris Ullman)
Ayuni, S. I. (2014). Implikasi Teori Von Thunen Pada Struktur Ruang Kota. Scribd.Com, 2.
https://www.scribd.com/doc/241017297/Implikasi-Teori-Von-Thunen-Pada-
Struktur-Ruang-Kota
Siswanto, E. (2007). Kajian Harga Lahan Dan KondisiI Lokasi Lahan Permukiman Di
Kecamatan Arga Makmur Kabupaten Bengkulu Utara. 1–214.
Sutarto, A. (2007). Tinjauan Aspek Tata Ruang Perkembangan Kawasan Tawang Mas
Kota Semarang. Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan, 9(2), 107-122.
Wahyuningsih, M. (2008). Pola dan faktor penentu nilai lahan perkotaan di kota
Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas Diponegoro).