Disusun Oleh :
Saefana Sunggawa Putra
NIM. 21040119130089
PRORGAM STUDI S1
komunitasnya. Perencanaan wilayah dan kota merupakan salah satu pendekatan untuk
menciptakan keselamatan, kenyamanan dan lingkungan yang lebih baik dalam jangka
panjang yang dapat dinikmati oleh anggota-anggota komunitas lingkungan tersebut. Untuk
meningkatkan dalam hal efisiensi dan efektfitas, diperlukan perencanaan dan strategi yang
sesuai dalam mengalokasikan berbagai fungsi lahan. Maka diperlukan pembelajaran lebih
B. REVIEW
a) Lahan Pertanian
Teori von Thunen menerangkan berbagai jenis kegiatan pertanian dalam arti luas
pertanian tersebut. Ide pokok dari teori Von Thunen adalah petani yang berada di
lokasi jauh dari pusat pasar atau kota, harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk
menjual hasil panennya. Hal ini menunjukkan betapa mahalnya kota sebagai pusat
pasar. Dan yang kedua, harga sewa lahan pertanian akan berbeda-beda nilainya
tergantung pada tata guna lahannya. Lahan yang berada di dekat pusat pasar atau
kota akan lebih mahal dibanding lahan yang jauh dari pusat pasar karena jarak yang
makin jauh dari pusat pasar akan meningkatkan biaya transportasi. Teori von Thunen
b) Lokasi Industri
Alfred Weber pada tahun 1909 melakukan analisis tentang lokasi kegiatan industri.
Menurut Weber pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimalisasi biaya.
Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya
Tempat di mana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah
identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Menurut Weber ada tiga faktor
yang mempengaruhi lokasi industri, yaitu biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan
transportasi dan bahan baku, Weber menggunakan konsep segitiga lokasi atau
c) Tempat Pusat
Dijelaskan dalam teori Christaller (1993), bagaimana susunan dari besaran kota,
jumlah kota, dan distribusinya di dalam satu wilayah. Teori Christaller dikenal dengan
dengan teori model tempat sentral. Dikemukakan bahwa tanah yang positif adalah
tanah yang mendukung pusat kota. Pusat kota tersebut ada karena untuk berbagai
jasa penting harus disediakan tanah/lingkungan sekitar. Secara ideal maka kota
merupakan pusat daerah yang produktif. Dengan demikian apa yang disebut tempat
sentral adalah pusat kota. Berdasarkan prinsip aglomerasi, ekonomi kota besar
menjadi pusat daerahnya sendiri dan pusat kegiatan kota yang lebih kecil. Artinya,
kota kecil bergantung pada tersedianya dan adanya kegiatan yang ada pada kota
besar. Oleh karena itu apabila orang yang berada di luar kota besar ingin membeli
sesuatu dapat membeli di toko sekitar tempat tinggalnya. Dalam hubungan antara
atau pemukiman.
d) Alokasi Lokasi
Didalam analisis lokasi, yaitu penentuan lokasi suatu kegiatan, digunakan
kegiatan, misalnya kegiatan industri, lokasi pabrik akan ditentukan terutama oleh
lokasi yang akan menyebabkan biaya yang minimal. Biaya minimal ini seringkali
terutama didasarkan atas upaya meminimalkan biaya transportasi, baik biaya transpor
untuk mengangkut bahan baku ke lokasi pabrik, maupun biaya transpor untuk
e) Interaksi Keruangan
unsur, yaitu jarak (distance), kaitan (interaction), dan gerakan (movement). Tujuannya
untuk mengukur apakah kondisi yang ada sesuai dengan struktur keruangan.
Menganalisa interaksi antar unit keruangan, yaitu kegiatan ekonomi dengan interaksi
keruangan, aksesibilitas antara pusat dan perhentian suatu wilayah, dan hambatan
Transportasi merupakan tolak ukur dalam interaksi keruangan antar wilayah dan
C. KESIMPULAN
Jadi, dalam penentuan lokasi suatu fungsi lahan seringkali dilandaskan dari perspektif
ekonomi. Hal ini untuk mengurangi biaya kerugian dan meningkatkan keuntungan
setinggi-tingginya. Cara mudahnya, lokasi yang non produktif akan diletakkan di lahan
yang lebih murah. Dan untuk lahan produktif akan dialokasikan dilahan yang strategis.
DAFTAR PUSTAKA
Wahyuningsih, M. (2008). Pola Dan Faktor Penentu Nilai Lahan Perkotaan Di Kota Surakarta. 1–5.
Setyanto, A., & Irawan, B. (2016). Pembangunan Berbasis Wilayah : Dasar Teori , Konsep Operasional Dan
Implementasinya Di Sektor Pertanian. Ekoregion, Kementerian Pertanian Republik Indonesia, 62–82.
Benny, I., Suharto, B., & Si, M. (2014). Pentingnya Analisis Lokasi dan Pola Keruangan di dalam
Perencanaan Wilayah dan Kota. 1–32.