Anda di halaman 1dari 20

KONSEP RUANG DAN

PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
DAERAH
KELOMPOK 7
Konsepsi Ruang dan
Pemanfaatannya
01
Konsep Ruang menurut Ekologi

Dalam perspektif ekologis , ruang didefinisikan


sebagai suatu bentuk ekosistem hasil hubungan dan
penyesuaian antara penyebaran dan aktivitas
manusia dengan lingkungannya pada wilayah
tertentu. Sebagai suatu ekosistem , ruang dipandang
sebagai hubungan antara makhluk hidup dengan
lingkungan alam.
Konsep Ruang Menurut Ilmu
Wilayah

Dalam perspektif ilmu wilayah , ruang didefinisikan sebagai


permukaan bumi yang dibatasi oleh keadaan fisik , sosial , dan
batas administratif . Wilayah homogen adalah wilayah yang
batasnya ditentukan berdasarkan keseragaman atau seperangkat
ciri atau karakteristik tertentu dari aspek fisik , sosial , ekonomi ,
budaya dan lingkungan beserta kombinasi dan turunannya.
Wilayah homogenya dibatasi oleh keseragaman secara internal
( internal uniformity ) . Sifat dan ciri homogenitas dalam hal
ekonomi seperti struktur produksi dan konsumsi yang homogen
dan tingkat pendapatan yang homogeny. Dalam hal geografi yaitu
wilayah yang mempunyai topografi dan iklim yang sama.
Konsep Ruang Menurut Ilmu
Perencanaan Wilayah

Ruang adalah suatu wilayah yang beris sarana dan


prasarana untuk mendukung kehidupan manusia .
Sarana dan prasarana tersebut merupakan
perpaduan antara unsur alamiah dan non – alamiah
Wilayah dan Perwilayahan
02
1. Wilayah

Wilayah adalah bagian permukaan yang teritorialnya ditentukan atas


pengertian , batasan , dan perwatakan geografis tertentu . Konsep wilayah
menurut Theis Kalla Mant , suatu wilayah dalam pengertian geografis
merupakan kesatuan alam yaitu alam yang serba guna atau bersifat
homogen atau seragam dan kesatuan manusia yaitu masyarakat yang serba
sama yang mempunyai ciri khas sehingga wilayah tersebut dapat
dibedakan dari wilayah lain.
• Wilayah perencanaan adalah wilayah yang batasannya
didasarkan secara fungsional dalam kaitannya dengan maksud
perencanaan . Wilayah perencanaan mengalami perubahan -
perubahan penting dalam pengembangannya dan memungkinkan
persoalan - persoalan perencanaan sebagai suatu kesatuan.
Wilayah perencanaan memiliki ciri - ciri yaitu masyarakat
mempunyai kesadaran terhadap permasalahan yang dihadapi
daerah, memiliki kemampuan untuk mengubah industri yang
dilaksanakan sesuai dengan tenaga kerja yang tersedia ,
menggunakan salah satu model perencanaan , dan memiliki pusat
pertumbuhan .
2. Pewilayahan

Pewilayahan adalah membagi wilayah atau permukaan bumi menjadi


lebih sempit untuk tujuan tertentu dan mengandung sifat
keseragaman , mempunyai ciri atau karakteristik , dan dapat
dibedakan dengan yang lain . Tujuan dari pewilayahan atau
regionalisasi adalah untuk memberi arti terhadap macam - macam
wilayah, mengetahui potensi sumber daya, menentukan kebijakan
daerah, dan merencanakan pembangunan. Perwilayahan dalam
geografi disebut juga geografi regional yaitu pengelompokan wilayah di
permukaan bumi berdasarkan kriteria tertentu yang membedakan
antara wilayah satu dengan wilayah lain.
Analisis Keruangan
03
Pola spasial atau pola keruangan dari kegiatan dapat disamakan dengan
persebaran spasial dari pabrik - pabrik dan karena itu menjadi objek
perhatian baik bagi para ekonom maupun geograf . Untuk menjelaskan
perkaranya yang menyangkut berbagai teori tersebut , akan diuraikan
secara ringkas perkembangan pemikiran atau teori tersebut , mulai dari
Teori Lokasi Pertanian ( Von Thunen ) dan Teori Lokasi Industri , di mana
para ahli geografi sedikit banyak mempunyai peran dalam perumusan
teori tersebut , meskipun peran tersebut bukan peran yang utama .
Kemudian pola persebaran permukiman
( yang cenderung diidentikkan dengan persebaran kegiatan tersier )
merupakan bidang telaahan di mana para geograf mempunyai peran
yang sangat penting.
1. Teori Lokasi Pertanian Von
Thunen
Von Thunen merupakan pelopor atau pencetus ide / gagasan tentang Teori
Lokasi Pertanian , yang dicetuskan pada tahun 1826. Melalui teorinya tersebut
Von Thunen menitikberatkan pada analisis terhadap pola produksi pertanian
yang dihubungkan dengan tata guna lahan di sekitar suatu kota pasaran.
Selain itu , teori ini menggambarkan bahwa perbedaan ongkos transportasi tiap
komoditas pertanian dari tempat produksi ke pasar terdekat memengaruhi
jenis penggunaan tanah di daerah tersebut . Teori ini juga memerhatikan jarak
tempuh antara daerah produksi dan pasar , pola tersebut memasukkan variabel
keawetan , berat , dan harga dari berbagai komoditas pertanian . Pada
perkembangannya teori ini tidak hanya berlaku untuk komoditas pertanian ,
tetapi berlaku juga untuk komoditas lainnya
2. Teori Lokasi Industri

Teori ini tujuannya untuk menemukan atau menjelaskan lokasi optimal ( lokasi
terbaik secara ekonomis ) . Dan kebanyakan ekonom sependapat bahwa lokasi
optimal adalah memberikan keuntungan maksimal , artinya keuntungan
tertinggi yang diperoleh dengan cara mengeluarkan biaya paling rendah . Dan
kenyataannya yang ada di lapangan sulit ditemukan lokasi yang dapat
mengakomodasikan keinginan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal ,
karena lokasi industri dibagi ke dalam least cost location dan maksimum
revenue location .
3. Teori Tempat Sentral ( Central Place
Theory ) dari Christaller

Perbedaan yang mencolok antara kota dan desa terletak pada bagaimana
manusia kemampuan manusia kota mengatur ruang hidupnya . Sebagaimana
diuraikan oleh N. Daldjoeni , di negara maju , sebagian besar dari penduduknya
bertumpuk di kawasan perkotaan yang mempunyai wilayah dengan luasan yang
tidak seberapa dibandingkan dengan desa bahkan dibandingkan dengan
seluruh wilayah negara. Konsentrasi penduduk seperti itu sudah dimulai sejak
lama , terkait dengan hal tersebut munculnya keberadaan kota - kota memiliki
tiga fungsi , yaitu :
a.fungsi melancarkan pengawasan
b.fungsi berperan sebagai pusat pertukaran
c.fungsi memproses bahan sumber daya
4. Teori Kutub Pertumbuhan ( Growth Pole
Theory ) dan Teori Pusat Pertumbuhan

Teori Kutub Pertumbuhan dikemukakan oleh Perroux pada tahun 1955.


Teori ini menyatakan bahwa pembangunan di mana pun adanya bukanlah
merupakan suatu proses yang terjadi secara serentak , tetapi muncul di
tempat - tempat tertentu dengan kecepatan dan intensitas yang berbeda -
beda . Tempat - tempat yang menjadi pusat pembangunan itu dinamakan
pusat - pusat pertumbuhan . Dari kutub pertumbuhan pembangunan
selanjutnya menjalar ke wilayah sekitarnya . Wilayah tempat menjalarnya
pusat pertumbuhan akan menjadi kutub pertumbuhan yang baru . Teori
Perroux berlandaskan pada Teori Shcumpeter . Peran " Inovasi "
( kewiraswastaan ) di dalam meningkatkan pertumbuhan /
pembangunan ekonomi
5. Teori Core and Phery - phery

Tipe teori pembangunan ini mencoba memberikan gambaran dan


menerangkan tentang perbedaan pembangunan ( development ) , tetapi
penekanannya dari aspek keruangan . Jadi konsep ini sesuai dengan
kajian geografi yang juga melihat sesuatu dari segi keruangan . Perbedaan
antara daerah pusat ( C ) dan daerah pinggiran ( P ) dapat dijumpai dalam
beberapa skala : di dalam region , antarregions dan antara negara
( pelabuhan dan daerah pendukungnya : kota dan desa ; negara maju dan
negara sedang berkembang ) .
6. Teori Struktur Ruang Perkotaan

struktur ruang perkotaan yang sifatnya tak sembarangan . Pada umumnya kita
dimungkinkan untuk membedakan kelompok bangunan dalam kota berdasarkan tata
guna lahannya . Gedung - gedung tersebut berlainan luasnya , bentuknya , serta
fungsinya . Adapun persebarannya mewujudkan kawasan intern kota yang khas , yang
terdiri atas zona - zona tertentu yang berbeda tata guna lahannya , di mana masing -
masing memiliki corak berdasarkan material bangunannya serta kondisi sosiologis
penghuninya , sehingga kawasan intern perkotaan akan berbeda antara satu dengan
yang lain. Berkaitan dengan perkembangan pola keruangan kota / struktur keruangan
kota , para sosiolog serta geograf perkotaan telah menganalisis secara khusus zona -
zona tersebut berdasarkan pola penggunaan lahannya , serta pola persebarannya
secara keruangan . Untuk itu terdapat beberapa teori yang sampai saat ini masih
digunakan sebagai alat untuk menganalisis perkembangan kota dari aspek keruangan
STUDI KASUS
ANALISIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUANG PUBLIK UNTUK
KEBUTUHAN ANAK (Studi di Kecamatan Pare Kabupaten Kediri)

Jurnal ini berisikan informasi tentang Perencanaan Pembangunan Ruang


Publik untuk Kebutuhan Anak Studi di Kecamatan Pare Kabupaten Kediri.
Perencanaan pembangunan sekarang ini dinilai kurang memperhatikan aspek
kebutuhan anak, seperti minimnya taman rekreasi bagi anak-anak. Anakanak
membutuhkan taman bermain yang aman dan nyaman untuk
mengembangkan aspek jiwa dan raga dengan memperhatikan aspek fisik,
sosial, ekonomi dan lingkungan. Untuk merencanaan pembangunan ruang
publik sebagai sarana taman bermain bagi anak-anak, Pemerintah Kabupaten
Kediri berperan penting dalam penyediaan taman bermain bagi anak-anak.
Untuk itu diperlukan suatu perencanaan penataan ruang yang sesuai dengan
karakteristik fisik, sosial dan budaya masyarakat setempat.
Kabupaten Kediri 2010-2030. Pelaksanaan penataan ruang meliputi
pemanfaatan, pengendalian ruang dan penataan ruang kawasan perkotaan.
Pengawasan penataan ruang terdiri atas tindakan pemantauan, evaluasi dan
pelaporan. Proses perencanaan pembangunan ruang publik untuk kebutuhan
anak telah melibatkan berbagai pihak seperti pemerintah, swasta dan
masyarakat. Terdapat pembangunan (Ruang Terbuka Hijau) RTH berupa
taman kota yang telah tersinkron dengan (Rencana Tata Ruang Wilayah)
RTRW.
perencanaan tata ruang wilayah sudah sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten Kediri 2010-2030. Pelaksanaan penataan ruang
meliputi pemanfaatan, pengendalian ruang dan penataan ruang kawasan
perkotaan. Pengawasan penataan ruang terdiri atas tindakan pemantauan,
evaluasi dan pelaporan. Proses perencanaan pembangunan ruang publik
untuk kebutuhan anak telah melibatkan berbagai pihak seperti pemerintah,
swasta dan masyarakat. Terdapat pembangunan (Ruang Terbuka Hijau) RTH
berupa taman kota yang telah tersinkron dengan (Rencana Tata Ruang
Wilayah) RT/RW.
KESIMPULAN
Ruang banyak dibicarakan dalam kaitannya dengan pembangunan, setelah
pengembangan pedesaan dan perkotaan dijadikan dasar perencanaan
pengembangan wilayah (Gore, 1984: 8: Sugandhy, 1984: 3-23). Menurut Gore
(1984:8) penekanan pada ruang ini terjadi karena wilayah lebih diartikan
sebagai space daripada region. Sejak itu perhatian pada ruang sebagai unsur
penting dalam pembangunan semakin meningkat sejalan dengan
meningkatnya perhatian pada pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) yang menekankan bahwa pembangunan harus berwawasan
lingkungan. Perkembangan itu menjadikan ruang tidak hanya dipakai sebagai
kerangka konsepsional dalam teori perencanaan wilayah, tetapi sebagai dasar
pengambilan kebijakan pembangunan, terutama dalam perencanaan tata
ruang.

Anda mungkin juga menyukai