Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MATA KULIAH

LOKASI DAN POLA RUANG

(REVIEW LITERATUR)

Dosen : Dra. Bitta Pigawati, MT

LOKASI DAN POLA RUANG


(Pertemuan 1)

Disusun Oleh :
Gloria Maria Panggabean
NIM 21040120130121

PROGRAM STUDI S1
DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
A. Pendahuluan
Teori lokasi dalam ekonomi dan geografi adalah teori yang berkaitan dengan lokasi
geografis aktivitas ekonomi yang telah menjadi bagian integral dari geografi, ilmu
wilayah, dan ekonomi spasial. Teori lokasi menjawab pertanyaan tentang kegiatan
ekonomi apa yang berlokasi di mana dan mengapa.

B. Review Literatur
1. Theory Von Thunen
Theory lokasi Von Thunen diawali oleh analisis lokasi areal produksi
pertanian. Pada teori ini asumsi yang digunakan antara lain :
• Areal pertanian satu ragam (uniform) dalam atribut lingkungannya
• Hanya ada satu pasar akibat lokasi yang terisolasi
• Transportasi sejenis dan biaya transportasi meningkat bersamaan
dengan jarak terhadap pasar
• Semua petani bertindak rasional/ekonomis, dimana penggunaan
lahannya untuk memaksimumkan profit dan memiliki info yang cukup
mengenai biaya produksi dan harga pasar
• Pola ruang dengan bentuk wilayah yang melingkar seputar kota
merupakan zona-zona konsentrik
• Area isolates state merupakan model ideal dengan karakteristik wilayah
yang terisolasi
• Pada kondisi termodifikasi keberadaan sungai dan sub centre/pasar
lainnya
Von Thunen mengemukakan bahwa beberapa tanaman niaga berlokasi
berdasarkan pola tertentu. Di sekeliling kota kan terbentuk tipe pertanian yang
merupakan lingkaran sepusat. Pola penggunaan lahan ditentukan oleh biaya
transportasi yang berkaitan jarak dan sifat barang dagangan khususnya hasil
pertanian. Kekurangan dari teori ini adalah semua kota tidak memiliki pola
penggunaan lahan yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik wilayah
tersebut.

2. Teori Lokasi
Teori ini merupakan dasar analisis, dengan teori pertama yang berkembang
menyangkut biaya transportasi dan jarak. Lalu kembali berkembang dengan
pertimbangan beberapa faktor yang lebih kompleks yaitu pelaku usaha ekonomi,
kondisi lingkungan makro dan perbedaan karakteristik wilayah. Cakupan dari
teori ini meliputi lokasi industri yang merupakan pendekatan deterministic
Weberian dan pendekatan perilaku. Dalam mempelopori pembentukan teori
lokasi khusus untuk kegiatan industri pengolahan Weber (1929) menyatakan
bahwa mencari lokasi industri terbaik (optimal) diantara lokasi bahan baku dan
pasar, memiliki ongkos angkut yang minimal, yang besarannya ditentukan oleh
perbandingan antara ongkos angkut bahan baku dan hasil produksi per unit
(Syahrizal, 2008).

3. Tempat Pusat
Teori Christaller (1933) menyatakan model area perdagangan heksagonal
dengan menggunakan jangkauan atau luas pasar dari setiap komoditi yang
dinamakan range dan threshold. Teori Central Place menjelaskan distribusi
spasial kota dalam suatu ruang. Christaller berpendapat bahwa tujuan utama
sebuah pusat permukiman atau pasar adalah menyediakan barang dan jasa
untuk populasi di lingkungan sekitarnya.
Teori Central Place berdasarkan pada konsep treshold dan range. Lokasi
atas sebuah tempat dinyatakan oleh treshold-nya, atau kebutuhan area pasar
minimum atas suatu barang maupun jasa untuk dapat ditawarkan secara
ekonomis. Christaller memberi pendapat bahwa pada tiap lokasi
pengembangan pasarnya sampai pada range atau jarak maksimum dimana
konsumen dapat melakukan perjalanan untuk menjangkau suatu komoditi atau
jasa. Pada kondisi ideal pusat pasar dengan ukuran dan fungsi yang sama akan
memiliki jarak yang sama satu sama lain.
Teori Christaller memiliki asumsi dimana kondisi iseal merupajan sebuah
dataran homogen yang sama dengan kepadatan populasi dan daya beli yang
sama. Melihat hal ini, teori Central Place memiliki kesamaan dengan teori lokasi
Weber dan Von Thunen, dimana lokasi diasumsikan sebagai euclidean, dataran
isotropic dengan kemampuan daya beli konsume yang sama besar ke segala
arah. Menurut Christaller, barang dan jasa dapat dikategorikan menjadi
tingkatan dari kekehususan rendah hingga kekhususan tinggi.
• Kelompok 1 : diperlukan sehari-hari ; produk pangan
• Kelompok 2 : diperlukan 3 bulan sekali ; sandang, peralatan rumah
tangga, dll.
• Kelompok 3 : diperlukan setahun ; furniture
• Kelompok 4 : barang mewah, kendaraan. Semakin tinggi kelompok
barang, range dan tresholdnya semakin luas.

4. Alokasi Lokasi
Penerapan dari model Christaller di Indonesia adalah hierarki layanan
fasilitas kesehatan. Dapat dilihat pada tingkat kecamatan, PUSKESMAS
ditujukan untuk melayani kebutuhan kesehatan masyarakat pada level penyakit
ringan. Pada tingkat kabupaten terdapat RSUP yang melayani kebutuhan
kesehatan masyarakat dengan ragam yang lebih bervariasi sehingga dapat
melayani penyakit beratdan jangkauannya lebih jauh. Pada tingkat provinsi,
RSUP dapat memberikan layanan kesehatan lengkap untuk segala macam
penyakit dan jangkauan layanan paling luas

5. Interaksi Keruangan
Konsep interaksi spasial merupakan perpindahan manusia, barang dan
informasi antar titik-titik (tempat-tempat) yang berlainan. Interaksi tersebut
dilakukan untuk menjembatani jarak yang ada. Fungsi dari adanya interaksi
tersebut adalah untuk menjamin kelangsunga fungsi suatu fungsi keruangan.
Dengan adanya interaksi keruangan akan mendorong :
• Sistem keruangan lestari, termasuk spesialisasi antarwilayah yang
berinteraksi
• Muncul pusat-pusat interaksi baru
• Terjadinya persebaran baru dari barang dan manusia prasyarat
terjadinya interaksi keruangan
Pada konsep ini juga terjadi komplementaritas, transferbilitas, dan
intervening opportunity.

C. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa lokasi pola dan ruang memiliki konektivitas dan
keterkaitan satu sama lain karena teori lokasi klasik dapat menjadi dasar
perkembangan analisis lokasi kontemporer dan berhubungan dengan aktivtias kota
dan wilayah, seperti industri, retail, fasilitas sosial, fasilitas ekonomi, dan interaksi
keruangan yang terjadi.

(Rini, 2014 )
Daftar Pustaka
Rini, F. P. (2014). Analisis lokasi dan keruangan. Igarss 2014, 1, 1–5.

Anda mungkin juga menyukai