Anda di halaman 1dari 20

TEORI PUSAT PERTUMBUHAN

1. Teori Tempat yang Sentral (Central Place Theory)

Walter Cristaller pada tahun 1933. Tiga pertanyaan yang harus dijawab
tentang kota atau wilayah, yaitu pertama, apakah yang menentukan
banyaknya kota; kedua apakah yang menentukan besarnya kota; dan ketiga,
apakah yang menentukan persebaran kota. jangkauan (range) dan ambang
(threshold). Range adalah jarak yang perlu ditempuh orang untuk
mendapatkan barang kebutuhannya pada suatu waktu tertentu saja.
Threshold adalah jumlah minimal penduduk yang diperlukan untuk
kelancaran dan keseimbangan suplai barang. Dalam teori ini diasumsikan
pada suatu wilayah datar yang luas dihuni oleh sejumlah penduduk dengan
kondisi yang merata. Di dalam memenuhi kebutuhannya, penduduk
memerlukan berbagai jenis barang dan jasa
Berdasarkan kepentingan ini maka untuk jenis barang kebutuhan dapat
dibedakan sebagai berikut:
a. Threshold tinggi, yaitu barang kebutuhan yang memiliki risiko kerugian besar
karena jenis barang atau jasa yang dijual adalah barang-barang mewah,
seperti: kendaraan bermotor, perhiasan, dan barang-barang lainnya yang
memang harganya relatif mahal dan sulit terjual.
Untuk jenis-jenis barang seperti ini maka diperlukan lokasi yang sangat
sentral seperti di kota besar yang relatif terjangkau oleh penduduk dari daerah
sekitarnya dan terpenuhi jumlah penduduk minimal untuk menjaga
kesinambungan suplai barang.
b. Threshold rendah, yaitu barang kebutuhan yang memiliki risiko kecil atau
tidak memerlukan konsumen terlalu banyak untuk terjualnya barangbarang,
karena penduduk memang membutuhkannya setiap hari. Untuk jenis barang-
barang seperti ini maka lokasi penjualannya dapat ditempatkan sampai pada
kota-kota atau wilayah kecil.
Dari bentuk kebutuhan dan pelayanan di atas maka muncullah istilah tempat
yang sentral (Central Place Theory), yaitu suatu lokasi yang senantiasa
melayani berbagai kebutuhan penduduk harus terletak pada suatu tempat
yang terpusat (sentral).
 Menurut teori ini, tempat yang sentral merupakan suatu titik simpul dari
suatu bentuk heksagonal atau segienam. Daerah segienam ini merupakan
wilayah-wilayah yang penduduknya mampu terlayani oleh tempat yang
sentral tersebut.

Skema tempat yang sentral


(Sumber: Sumaatmadja, 1988, halaman 124)
 Tempat yang sentral dalam kenyataannya dapat berupa kota-kota besar,
pusat perbelanjaan atau mall, super market, pasar, rumah sakit, sekolah,
kampus-kampus perguruan tinggi, ibukota provinsi, kota kabupaten dan
sebagainya.

Hirarki tempat tempat sentral yang


kawasan daya pengaruhnya berbeda-beda
(Sumber: Sumaatmadja, 1988 halaman 25)
 Tempat yang sentral dan daerah yang dipengaruhinya (komplementer),
pada dasarnya dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu hierarki 3
(K=3), hierarki 4 (K=4), dan hierarki 7 (K=7). Adapun secara rinci dapat
diuraikan
sebagai berikut:

a. Hierarki K=3, merupakan pusat pelayanan berupa pasar yang selalu


menyediakan bagi daerah sekitarnya, sering disebut Kasus Pasar Optimal.
Wilayah ini selain empengaruhi wilayahnya sendiri, juga mempengaruhi
sepertiga bagian dari masing-masing wilayah tetangganya.

Hirarki tempat yang sentral dengan K=3


(Sumber: Sumaatmadja, 1988, halaman 126)
b. Hierarki K=4, wilayah ini dan daerah sekitarnya yang terpengaruh
memberikan kemungkinan jalur lalu lintas yang paling efisien. Tempat
sentral ini disebut pula situasi lalu lintas yang optimum. Situasi lalu
lintas yang optimum ini memiliki pengaruh setengah bagian di masing-masingwilayah tetangganya.

Hirarki tempat yang sentral dengan K=4


(Sumber: Sumaatmadja, 1988, halaman 127)
c. Hirarki K=7, wilayah ini selain mempengaruhi wilayahnya sendiri, juga
mempengaruhi seluruh bagian (satu bagian) masing-masing wilayah
tetangganya. Wilayah ini disebut juga situasi administratif yang optimum.
Situasi administratif yang dimaksud dapat berupa kota pusat pemerintahan.

Hirarki tempat yang sentral dengan K=7.


(Sumber: Sumaatmadja, 1988, halaman 127)
2. Teori Losch
Teori ini di kemukakan oleh ekonom dari Jerman bernama Losch. Teori Losch
merupakan kelanjutan dari teori tempat sentral Christaller dengan
menggunakan konsep yang sama yaitu ambang dan jangkauan.

Progresi wilayah pasaran untuk berbagai


barang dan jasa dengan ambang yang
semakin meningkat.
Masing-masing barang dan jasa terdapat
diberbagai wilayah pasaran pada bentang
lahan yang disusun dengan penumpukan
di atas wilayah pasaran lainnya yang
berbentuk heksagonal. Berdasarkan teori
losch dapat disimpulkan bahwa suatu
kota
akan lebih cepat berkembang bila
penduduknya padat dengan wilayah yang
luas.
Losch menggunakan jalur transportasi
yang dinamakan dengan bentang lahan
ekonomi.
Perbedaan pokok masing-masing
prinsip optimal.
3. Teori kutub pertumbuhan

Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Poles Theory) disebut juga sebagai


teori pusat pertumbuhan (Growth Centres Theory). Teori ini dikemukakan
oleh Perroux pada tahun 1955. Dalam teori ini dinyatakan bahwa pembangunan
kota atau wilayah di manapun adanya bukanlah merupakan suatu proses yang
terjadi secara serentak, tetapi mucul di tempat-tempat tertentu dengan kecepatan
dan intensitas yang berbeda-beda. Tempat-tempat atau kawasan yang menjadi
pusat pembangunan tersebut dinamakan pusat-pusat atau kutub-kutub
pertumbuhan. Dari kutub-kutub tersebut selanjutnya proses pembangunan akan
menyebar ke wilayah-wilayah lain di sekitarnya, atau ke pusat-pusat yang lebih
rendah.
4. Potensi daerah setempat

Teori pusat pertumbuhan lainnya juga dikenal “Potential Model”. Konsepnya


adalah bahwa setiap daerah memiliki potensi untuk dikembangkan, baik alam
maupun manusianya. Sumber daya seperti luas lahan yang terdapat di suatu
daerah merupakan potensi untuk dikembangkan misalnya untuk pertanian,
peternakan, perikanan, pertambangan, rekreasi atau wisata dan usaha-usaha
lainnya.
Mengingat setiap daerah memiliki potensi yang berbeda-beda, maka
corak pengembangan potensi daerah itupun berbeda-beda pula.
5. Konsep agropolitan

Konsep pusat pertumbuhan lainnya adalah yang diperkenalkan oleh Friedman


(1975). Menurut konsep ini, perlunya mengusahakan pedesaan untuk lebih
terbuka dalam pembangunan sehingga diharapkan terjadi beberapa “kota” di
pedesaan atau di daerah pertanian (agropolis). Melalui pengembangan ini
diharapkan penduduk di pedesaan mengalami peningkatan pendapatannya serta
memperoleh berbagai fasilitas atau prasarana sosial ekonomi yang dapat
dijangkau oleh penduduk pedesaan tersebut. Dengan demikian mereka
mempunyai kesempatan yang sama pula dalam meningkatkan kesejahteraannya
sebagaimana yang dialami oleh penduduk perkotaan.
6. Teori Sektor

Holmer Hoyt mengemukakan tentang teori sektoral (sector theory).


Pembahasan mengenai ini telah dibahas dalam pembahasan sebelumnya.
Akan tetapi, alangkah baiknya jika kita bahas kembali kali ini.
Menurut teori ini struktur ruang kota cenderung berkembang berdasarkan
sektorsektor dari pada berdasarkan lingkaranlingkaran
konsentrik. PDK (Pusat Daerah Kegiatan) atau CBD (Central Business
District) terletak di pusat kota, namun pada bagian lainnya berkembang
menurut saktor-sektor yang bentuknya menyerupai irisan kue bolu. Hal ini
dapat terjadi akibat dari faktor geografi, seperti bentuk lahan dan
pengembangan jalan sebagai sarana komunikasi dan transportasi.
a. Central Business District (CBD) atau
pusat kegiatan bisnis yang terdiri atas
bangunan-bangunan kontor, hotel, bank,
bioskop, pasar, dan pusat perbelanjaan.
b. Sektor kawasan industri ringan dan
perdagangan.
c. Sektor kaum buruh atau kaum murba,
yaitu kawasan permukiman kaum buruh.
d. Sektor permukiman kaum menengah atau
sektor madyawisma.
e. Sektor permukiman adiwisma, yaitu
kawasan tempat tinggal golongan atas
yang terdiri dari para eksekutif dan
pejabat.
7. Teori Polarisasi Ekonomi

Menurut Myrdal, setiap daerah mempunyai pusat pertumbuhan yang


menjadi daya tarik bagi tenaga buruh dari pinggiran. Pusat pertumbuhan
tersebut juga mempunyai daya tarik terhadap tenaga terampil, modal, dan
barang-barang dagangan yang menunjang pertumbuhan suatu lokasi.
Demikian terus-menerus akan terjadi pertumbuhan yang makin lama makin
pesat atau akan terjadi polarisasi pertumbuhan ekonomi (polarization of
economic growth).
Teori polarisasi ekonomi Myrdal ini menggunakan konsep pusat-pinggiran
(coreperiphery). Konsep pusat-pinggiran merugikan daerah pinggiran,
sehingga perlu diatasi dengan membatasi migrasi (urbanisasi), mencegah
keluarnya modal dari daerah pinggiran, membangun daerah pinggiran, dan
membangun wilayah pedesaan.
8. Teori Pusat Pertumbuhan

Teori pusat pertumbuhan dikemukakan oleh Boudeville. Menurut


Boudeville (ahli ekonomi Prancis), pusat pertumbuhan adalah
sekumpulan fenomena geografis dari semua kegiatan yang ada di
permukaan Bumi. Suatu kota atau wilayah kota yang mempunyai
industri populasi yang kompleks, dapat dikatakan sebagai pusat
pertumbuhan. Industri populasi merupakan industri yang mempunyai
pengaruh yang besar (baik langsung maupun tidak
langsung) terhadap kegiatan lainnya.
Identifikasi wilayah pertumbuhan didasarkan pada:

(1) pertumbuhan ekonomi dengan cara melihat angka pertumbuhan ekonomi dari
satu waktu ke waktu berikutnya;
(2) laju pertumbuhan penduduk dengan cara melihat angka pertumbuhan penduduk
dari waktu ke waktu;
(3) perkembangan pemukiman dengan cara melihat perkembangan perubahan
penggunaan lahan dari waktu ke waktu;
(4) tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat dengan cara melihat
perkembangan tingkat pendidikan dari waktu ke waktu;
(5) penggunaan teknologi dengan cara melihat perkembangan kemampuan teknologi
yang digunakan;
(6) budaya masyarakat dengan cara melihat budaya yang berkembang dalam
masyarakat.
Langkah-langkah menentukan
batas-batas pertumbuhan wilayah :

1) Siapkan peta rupabumi atau peta topografi dengan skala yang sesuai
dengan kebutuhan atau peta geografis berskala kecil.
2) Buat peta dasar yang hanya memuat simbol batas wilayah, sungai, jalan,
nama tempat, dan lokasi pemukiman.
3) Tentukan kriteria pertumbuhan yang akan digunakan, apakah berdasarkan
tingkat ekonomi, penduduk, pendidikan, atau budaya.
4) Tentukan lokasi/pusat pertumbuhan.
5) Analisis data seri yang tersedia, kemudian hitung angka pertumbuhannya.
6) Angka pertumbuhan yang diperoleh dari tiap-tiap lokasi/pusat
pertumbuhan kemudian digambar sesuai dengan besaran angka
pertumbuhannya.
 Batas wilayah pertumbuhan tersebut dapat dibuat pada daerah yang sempit
misalnya wilayah kecamatan atau wilayah kabupaten sampai pada wilayah
yang lebih luas yaitu provinsi atau negara. Angka pertumbuhan yang dialami
oleh suatu wilayah akan dijadikan dasar dalam penyusunan pengembangan

 wilayah pembangunan yang disusun dalam bentuk Rencana Tata Ruang


(RTR).
Mekanisme penyebaran pusat perkembangan ke Wilayah lain

1. Spread effect
Pertumbuhan kota mendorong pert. Kegiatan pertanian di pedesaan
Misal: Pembangunan kota mendorong perkembangan pedesaan
2. Backwash effect
Pertumbuhan kota yang mengakibatkan perpindahan modal dan sumber
lain.
Misal: pemindahan tenaga ahli, listrik,dsb
Fase-fase Menentukan batas Wilayah
pertumbuhan:

Fase Pra Industri


-wil. Belum berkembang
-kondisi ekonomi stagnasi
-tiap kota hanya melayani wil. Sendiri
Fase Transisi
-Mulai berkembang pusat pertumbuhan.
-Modal, tenaga trampil, modal mengalir ke pusat pertumbuhan.
-Masih terdapat Wil terbelakang
Fase Intregasi Sosial
-Terbentuk pusat pertumbuhan
-tiap wil.terintregrasi sec. menyeluruh
-tidak ditemukan wilayah-wilayah yang terbelakang

Anda mungkin juga menyukai