Anda di halaman 1dari 29

Pusat Pertumbuhan

(Growth Center)

Arranged by :
• Eka Pransiska
• Raqiib Adi Fitri Ramadan
1. DEFINISI PUSAT PERTUMBUHAN

Pusat pertumbuhan (growth center) adalah suatu


kawasan yang perkembangannya sangat pesat dan da-
pat dijadikan pusat pembangunan yang dapat mem-
pengaruhi daerah-daerah sekitarnya.
Kota Jakarta sebagai pusat per-
tumbuhan di Pulau Jawa
2. FAKTOR YANG MEMPEN-
GARUHI PERKEMBANGAN
PUSAT PERTUMBUHAN

• Lokasi
• SDA
• Topografi
• SDM
• Fasiliitas Penunjang

• Sosial Budaya
• Industri
3. PENGARUH PUSAT PER-
TUMBUHAN

Pemusatan Sumber Daya Manusia

Perkembangan Ekonomi

Perubahan Sosial Budaya


6. Ciri Pusat Pertumbuhan
4. TEORI-TEORI PUSAT
PERTUMBUHAN

CENTRAL PLACE GROWTH POLES


THEORY THEORY

TEORI POLARISASI
EKONOMI
Central Place Theory

 Central Place Theory atau teori tempat sentral dikemukakan oleh Walter
Christaller tahun 1933, yang kemudian diperkuat oleh August Losch tahun
1945
 Teori ini menyatakan bahwa suatu lokasi pusat aktivitas yang senantiasa
melayani berbagai kebutuhan penduduk harus berada pada tempat yang
sentral, yaitu suatu tempat yang memungkinkan partisipasi manusia dalam
jumlah maksimal.
 Di dalam mempelajari teori ini perlu dipahami pula istilah range dan thresh-
old
 Range adalah jarak yang perlu ditempuh oleh orang-orang untuk mendap-
atkan barang /jasa yang dibutuhkan, sedangkan threshold adalah jumlah
minimal barang yang dibutuhkan untuk kelancaran dan keseimbangan suplai
barang
 Teori tempat yang sentral dapat digunakan untuk
menganalisis pusat-pusat pelayan dan kegiatan
ekonomi yang sudah ada terhadap daerah seki-
tarnya. Misalnya, perencanaan lokasi pusat per-
niagaan, pasar, rumah sakit, sekolah, dan
pelayanan sosial lainya
 Tempat yang sentral dapat berupa kota besar,
pusat perbelanjaan, pasar, rumah sakit, ibukota
provinsi, dan kabupaten.
KETERANGAN
a. Tempat sentral berhirarki 3 (K-3)
Tempat sentral yang berhierarki 3 (K-3) disebut
juga situasi pasar optimal. Hierarki 3 merupakan
pusat pelayanan yang berupa pasar yang senanti-
asa menyediakan barang-barang bagi daerah dis-
ekitarnya. Kasus pasar optimal memiliki pengaruh
1/3 bagian dari wilayah tetangga di sekitarnya
yang berbentuk heksagonal.
b. Tempat sentral yang berhirarki 4 disebut
juga disebut dengan situasi lalu lintas opti-
mum. Artinya, di daerah tersebut dan daerah-
daerah sekitarnya yang terpengaruh tempat
sentral akan senantiasa memberikan kemu-
ngkinan rute lalulintas yang paling efisien.
Situasi lalu lintas optimum memiliki pen-
garuh ½ bagian dari wilayah-wilayah
tetangga disekitarnya yang berbentuk hek-
sagonal.
c. Tempat sentral berhierarki 7 (K-7) disebut
sebagai situasi administrasi optimum. Tem-
pat sentral ini mempengaruhi seluruh bagian
wilayah tetanggaya, selain mempengaruhi
wilayah sendiri. Tempat sentral yang berhier-
arki 7 dapat berupa kota pusat pemerintahan.
Growth Poles Theory

 Growth Poles Theory atau teori kutub pertumbuhan dikemukakan oleh Fran-
cois Perroux tahun 1955
 Teori ini menyatakan bahwa pembangunan atau perkembangan suatu
kawasan (daerah) dimana pun tidak terjadi secara serentak. Ada daerah yang
berkembang dengan cepat, tetapi adapula daerah yang perkembangannya
lambat. Perkembangan suatu daerah dimulai dari tempat-tempat tertentu.
Tempat-tempat inilah yang disebut dengan kutub pertumbuhan karena
wilayah ini berfungsi sebagai pendorong bagi wilayah lain disekitarnya.
 Dari kutub-kutub pertumbuhan diharapkan terjadi penyebaran pertumbuhan
ke wilayah lain di sekitarnya, baik dari atas ke bawah (trickle down effect)
maupun perputaran ke atas (backwash effect)
Teori Polarisasi Ekonomi
Teori ini dikemukakan oleh Guntur Myrdad yaitu setiap
wilayah mempunyai pusat pertumbuhan yang menjadi daya
tarik bagi tenaga buruh dari pinggiran. Bahkan bukan
hanya tenaga buruh, melainkan banyak hal misalnya
tenaga terampil dan modal. Teori ini mengungkapkan
bahwa semakin lama interaksi tersebut terjalin akan
menimbukan kenampakan baru yakni polarisasi pertum-
buhan ekonomi atau disebut dengan kutub pertumbuhan
ekonomi yang cenderung merugikan daerah pinggiran.
Dengan adanya backwash effect terjadi ketimpangan
wilayah, meningkatnya kriminalitas, dan kerusakan di
daerah pinggiran.
4. PUSAT PERTUMBUHAN DI
INDONESIA
Wilayah Pusat Pertumbuhan In-
donesia
Menurut Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (BAPPENAS),
Negara Indoensia dapat dibagi menjadi empat wilayah pembangunan yaitu
:
Wilayah Pembangunan A (Pusat : Medan)
Wilayah Pembangunan B (Pusat : Jakarta)
Wilayah Pembangunan C (Pusat : Surabaya)
Wilayah Pembanguan D (Pusat : Makasar)
Peta WPPI
Batas Wilayah Pertumbuhan
Cara menentukan batas dalam membangun suatu wilayah agar
sasaran yang ingin dicapai dapat terlaksana dengan baik dibu-
tuhkan biaya, tenaga, dan waktu yang tepat.

a. Kualitatif
Suatu wilayah pertumbuhan memiliki ciri-ciri khusus sehingga dapat
dibedakan dengan wilayah pertumbuhan lainnya. Contohnya pada
wilayah perkebunan kelapa sawit dan kopi yang memiliki ciri khas
daerah yang terhampar luas. Di wilayah inti, penduduk menanam ke-
lapa sawit, dan makin jauh dari wilayah inti, persentase penduduk yang
menanam kelapa sawit pun makin berkurang. Adapun makin jauh dari
wilayah inti keadaan terbalik, di mana penduduk yang menanam kelapa
sawit makin berkurang, dan sebagian besar penduduk menanam po-
hon kopi. Dengan demikian, pada dua wilayah tersebut terdapat
wilayah yang tumpang tindih. Untuk itu, dalam penentuan batas wilayah
pada kasus ini dapat dilakukan melalui perkiraan.
b. Kuantitatif
Menentukan batas wilayah pertumbuhan wilayah secara kuantitatif dapat
dilakukan dengan beberapa model sebagai berikut.

1) Model Thiesen
Misalnya diperlukan data jumlah penduduk, curah hujan, dan iklim. Adapun untuk
menentukan batas perwilayahan digunakan stasiun-stasiun pengamat cuaca yang
tersebar di berbagai wilayah sebagai inti (core). Diantara dua stasiun yang
berdekatan dihubungkan garis lurus, kemudian dibuat garis berat. Garis berat ini
merupakan batas antara stasiun dengan lainnya. Jika beberapa stasiun yang
berdekatan dibuat garis sejenis akan terbentuk poligon yang dikenal dengan nama
poligon Thiesen.
2) Model Reilly’s Law
Model ini didasarkan atas jarak jangkau pengaruh suatu pusat kegiatan. Antara dua
pusat pertumbuhan memiliki gaya tarik menarik. Kekuatan daya tarik menarik setiap
pusat akan berpengaruh terhadap jarak jangkau pengaruh pusat pertumbuhan yang
bersangkutan.
TE
RI
MA
AZAB INDOSIAR KA
TERLALU KRITIS DAN BANYAK TANYA SAAT
TEMAN PRESENTASI, JASAD SEORANG SISWA
SI
TERLEMPAR KE MOLEN CORAN, BERPUTAR
PUTAR HINGGA TEWAS DUA KALI
H

Anda mungkin juga menyukai