Anda di halaman 1dari 4

Pembangunan dan Pertumbuhan Wilayah 

           
Pembangunan adalah suatu upaya meningkatkan segenap sumber daya yang dilakukan secara
berencana dan berkelanjutan dengan prinsip daya guna yang merata dan berkeadilan. Dalam hal ini
dapat dikatakan bahwa pembangunan berorientasi pada pembangunan masya- rakat, dimana
pendidikan menempati posisi yang utama dengan tujuan untuk membuka wawa- san dan kesadaran
warga akan arah dan cita-cita yang lebih baik. Effendi ( 2002 : 2 )
          Namun dalam pembangunan dibutuhkan strategi yang jitu. Banyak negara berkembang yang
salah atur dalam strategi dan proses pembangunannya, berefek pada terjebaknya negara tersebut
pada jurang kemiskinan yang lebih dalam.

1. Pusat Pertumbuhan

         Adalah wilayah atau kawasan yang pertumbuhannya sangat pesat sehingga karena
kepesatannya itu dijadikan sebagai pusat pembangunan yang mempengaruhi kawasan – kawasan
lain di sekitarnya. Dengan adanya kawasan-kawasan yang dijadikan pusat pertum buhan itu,
diharapkan kawasan-kawasan di sekitarnya turut terpengaruh dan terpicu untuk maju. Beberapa
contoh kawasan yang merupakan pusat pertumbuhan, antara lain kota Jakarta – Bogor – Tangerang
– Bekasi  ( Jabotabek ), pusat industri Batam, segitiga pertum buhan Singapura – Johor – Riau.

2. Teori Pertumbuhan

          Beberapa teori tentang pusat pertumbuhan yang dikemukakan oleh para ahli antara   lain
sebagai berikut ,

a. Teori tempat sentral ( Central Place Theory )


Pertama kali dikemukakan oleh tokoh geografi berkebangsaan Jerman, Walter
Christaller ( 1933 ). Beliau mengadakan studi pola persebaran permukiman, desa, dan kota-kota yang
berbeda. Christaller mengatakan bahwa sebagai kawasan yang berpengaruh luas terhadap wilayah-
wilayah disekitarnya, pusat pertumbuhan dapat di citrakan dengan titik-titik simpul yang berbentuk
geometris heksagonal ( segi enam ). Wilayah segi enam itu merupakan wilayah-wilayah yang
penduduknya terlayani oleh tempat sentral yang bersangkutan. Tempat-tempat sentral yang
dimaksud dapat berupa pusat-pusat perbelanjaan, kota, ataupun pusat-pusat kegiatan lainnya. Oleh
tempat-tempat sentral itu, wilayah atau tempat-tempat lain di sekitarnya akan tertarik. Misalnya,
ibukota provinsi dapat menarik beberapa kota atau ibukota kabupaten, ibukota kabupaten menarik
beberapa kecamatan, dan seterusnya secara hierarkis. Ditinjau dari luas kawasan pengaruhnya,
hierarki sentral dibedakan antara lain :
1). Tempat sentral berhierarki tiga ( k = 3 ) dengan prinsip
      Pemasaran. Dalam hierarki ini, tempat sentral menjadi
      pusat pelayanan pasar yang selalu menyediakan barang
      dan jasa bagi daerah sekitarnya. Tempat sentral dengan
      hierarki K=3 menjadi pasar omtimal. Selain memengaruhi
      wilayahnya sendiri juga memengaruhi sepertiga bagian
      dari setiap wilayah tetangganya. Dengan demikian, nilai
      K= 1 + ( 1/3 x 6 ) = 3. Coba perhatikan gambar di samping!                                                       
        2). Tempat sentral berhierarki empat ( k = 4 ) dengan prin-
              Sip transportasi . dalam hierarki ini, tempat sentral dike
              lola dengan prinsip transportasi. Dengan prinsip ini, hie
              rarki meminimalkan jarak antara wilayah sekitar dan tem
       pat sentral. Tempat sentral disebut pula situasi lalu lintas
       yang optimum. Dengan prinsip transportasi, tempat sen-
       tral selain memengaruhi wilayahnya sendiri juga meme-
       ngaruhi setengah bagian dari setiap wilayah tetangganya.
       dengan demikian, nilai K= 1 + ( 1/2 x 6 ) = 4. Coba perha-
       tikan gambar di samping !
 3). Tempat sentral berhierarki tujuh ( k = 7 ) dengan prinsip
       administratif. Hierarki K =7 disebut juga situasi administra
       tif yang optimum, seperti kota pusat pemerintahan. Hierar
       ki ini didasari oleh pandangan bahwa secara administratif
       setiap tempat sentral selain memengaruhi wilayahnya juga
       memengaruhi enam wilayah disekitarnya. Dengan demikian
       nilai K = 1 + ( 1 x 6 ) = 7. Coba perhatikan gambar disamping!
 

b. Teori kutub pertumbuhan ( growth pole theory )

Teori ini dikembangkan oleh ahli ekonomi Perancis Francois Perroux pada tahun 1955.
Inti dari teori ini menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi ditiap daerah tidak terjadi di sembarang
tempat melainkan di lokasi tertentu yang disebut kutub pertumbuhan.
Untuk mencapai tingkat pendapatan tinggi harus dibangun beberapa tempat pusat
Kegiatan ekonomi yang disebut dengan growth pole ( kutub pertumbuhan ). Pandangan Perrouk
mengenai proses pertumbuhan adalah teori tata ruang ekonomi, dimana industri pendorong
memiliki peranan awal dalam membangun sebuah pusat 
Pertumbuhan. Industri pendorong ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1). Tingkat konsentrasi tinggi
2). Tingkat teknologi maju
3). Mendorong perkembangan industri di sekitarnya
4). Manajemen yang profesional dan modern
5). Sarana dan prasarana yang sudah lengkap
Konsep growth pole dapat didefinisikan geografis dan fungsional. Secara geografis growth pole
dapat digambarkan sebagai suatu lokasi yang memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga
menimbulkan daya tarik bagi berbagai kalangan untuk mendirikan berbagai macam usaha di daerah
tersebut dan masyarakat senang memanfaatkan fasilitas tersebut. Secara fungsional growth pole
dapat diartikan sebagai suatu lokasi konsentrasi kelompok ekonomi ( industri, bisnis dll ) yang
mengakibatkan pengaruh ekonomi kedalam maupun keluar wilayah tersebut.

3. Pusat Pertumbuhan di Indonesia


        Konsep pusat pertumbuhan diadopsi di Indonesia pada masa Orde Baru. Dalam pelaksanaan
pembangunan di Indonesia, pemerintah melalui Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
( Bappenas ) membagi beberapa kota besar di Indonesia yang memiliki letak sentral sebagai pusat
pertumbuhan yang terdiri atas empat wilayah, yaitu Medan, Jakarta, Surabaya, dan Makasar
( Ujung Pandang ). Dari empat wilayah utama tersebut kemudian dibagi lagi menjadi wilayah-wilayah
pembangunan dengan pusat – pusat kota yang terdekat.lbv

Anda mungkin juga menyukai