Anda di halaman 1dari 6

TEORI PUSAT PERTUMBUHAN:

PENGERTIAN, MACAM DAN CONTOH


Teori Pusat Pertumbuhan : Pengertian, Macam Beserta Contohnya Lengkap | WeSchool.ID

Pengertian dan Teori Pusat Pertumbuhan


PUSAT PERTUMBUHAN – Pusat pertumbuhan adalah wilayah yang tingkat pertumbuhannya
sangat cepat dan dapat dijadikan pusat pembangunan sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan wilayah sekitarnya. Pusat pertumbuhan dapat berupa unit terkecil dan setiap
wilayah, khususnya wilayah pemerintahan, misalnya dalam tingkat desa.

Pusat pertumbuhan pada dasarnya merupakan wilayah (region) beserta ruang (spatial) di
dalamnya yang terdiri atas unsur-unsur fisik dan nonfisik. Seluruh unsur tersebut mampu
mendukung kelangsungan hidup penduduk yang ada dan mampu mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan wilayah sekitarnya.

Teori-Teori Pusat Pertumbuhan


Teori kedudukan pusat dikemukakan oleh Walter Christaller, seorang ahli geografi kebangsaan
Jerman pada tahun 1933. Teori yang dikenal sebagai central place theory tersebut disusun oleh
Christaller untuk menjawab tiga permasalahan utama, yaitu faktor- faktor yang menentukan
banyaknya. besarnya, dan persebaran kota.

Guna menjawab pertanyaan tersebut Christaller mengemukakan beberapa konsep, dua di


antaranya yang paling penting adalah tentang range angkauan) dan threshold (ambang).
Christaller membayangkan sebuah wilayah (region) sebagai dataran yang homogen secara
geografis dengan persebaran penduduk yang merata. Sementara itu, penduduk memerlukan
berbagai barang dan jasa, antara lain makanan, misnuman, pakaian, sekolah, dokter, dan
pengacara.

Segala barang dan jasa yang diperlukan penducluk tadi memiliki dua hal yang khas, sesuai
dengan konsep Christaller. Pertama, yang disebut range adalah jarak yang perlu ditempuh untuk
mendapatkan barang kebutuhannya hanya kadang-kadang saja. Kedua, yang disebut threshold
adalah jumlah minimal penduduk yang diperlukan untuk kelancaran dan kesinambungan suplai
barang.

Sebagai contoh, dapat kita bandingkafl sebuah warung yang menjual makanan dan minuman
dengan toko emas. Warung makanan dan minuman tidak memerlukan jumlah penduduk yang
banyak agar dagangannya laku. Namun, toko emas membutuhkan jumlah penduduk yang
banyak agar dagangannya laku. Berdasarkan contoh tersebut juga dapat diketahui bahwa
penduduk akan membeli barang sesuai dengan kebutuhannya.

Barang dan jasa yang threshold dan rangenya besar disebut barang dan jasa tingkat tinggi (high
order goods and services). Namun, sebaliknya barang dan jasa yang threshold dan rangenya
kecil disebut barang dan jasa tingkat rendah (low order goods and services). Oleh karena itu,
seharusnya barang dan jasa tingkat tinggi terdapat di kota-kota besar yang banyak penduduknya.
Guna menggambarkan wilayah-wilaYah yang saling berhubungan, Christaller menggunakan
bentuk segi enam (heksagon). Lingkaran-lingkaran setiap heksagon yang mencerminkan
wilayah-wilayah pasar yang saling bertumpuk oleh Christaller dibelah (dipisah) dengan
menggunakafl garis lurus. Hal itu menggambarkan bahwa Christaller beranggapan bahwa garis
lurus merupakan jarak terdekat dan permukiman menuju pusat pertumbuhan. Sehubungan
dengan itu, Christaller bermaksud agar orang yang akan berbelanja dapat memilih tempat (kota)
yang paling dekat dengan lokasi tempat tinggalnya.

Di dalam tulisannya tentang tempat-tempat pusat pertumbuhan di Jerman, Christaller


memaparkan teorinya tentang persebaran dan besarnya permukiman. Tujuan kajiannya adalah
untuk menyusun hukum tentang persebaran dan besarnya permukiman berdasarkan fungsi
pelayanannya. Sehubungan dengan itu Christaller mengemukakan lima asumsi, sebagai berikut.

 Karena para konsumen yang menanggung ongkos angkutan sehingga jarak ke tempat
pusat yang dinyatakan dalam biaya dan waktu dianggap sangat penting.
 Karena konsumen yang menanggung ongkos angkutan sehingga jangkauan (range) suatu
barang ditentukan oleh jarak yang dinyatakan dalam biaya dan waktu.
 Semua konsumen dalam usaha mendapatkan barang dan jasa yang dibutuhkan adalah
menuju ke tempat pusat yang lokasinya paling dekat.
 Kota-kota berfungsi sebagai central place bagi wilayah di sekitarnya. Artinya, ada
hubungan besarnya tempat pusat dengan luasnya wilayah pasaran dan banyaknya
penduduk denngan tingginya pendapatan di wilayah yang bersangkutan.
 Wilayah tersebut dianggap sebagai dataran yang penduduknya tersebar merata dengan
ciri-ciri ekonomi yang sama, khususnya pendapatan.

Teori Christaller banyak mendapat kritikan dan menilai pola yang dikemukakannya tidak
realistis karena bagaimanapun tidak ada wilayah yang homogen. Selain itu, tidak ada pasar yang
berbentuk heksagon karena kondisi geografi fisiknya.

Teori Kutub Pertumbuhan


Teori kutub pertumbuhan (growth poles) dikemukakan oleh Perroux pada tahun 1955. Dasar
teori kutub pertumbuhan adalah pengamatan terhadap proses pembangunan. Menurut Perroux
bahwa pembangunan yang terjadi di manapun tidak terjadi secara serentak, tetapi muncul di
tempat-tempat tertentu dengan intensitas yang berbeda. Tempat-tempat itulah yang selanjutnya
dinamakan titik-titik pertumbuhan atau kutub- kutub pertumbuhan. Dimulai dan kutub-kutub
pertumbuhan itulah pembangunan akan menyebar melalui berbagai saluran dan berdampak pada
perkembangan perekonomiannya.

Prinsip dan teori kutub adalah terjadinya pertumbuhan dan perkembangan wilayah dimulai dan
sebuah kota tertentu menuju daerah yang tingkatannya lebih rendah. Proses yang berlangsung di
dalam teori kutub pertumbuhan adalah penjalaran dan penetesan (spend and tickling down) serta
penarikan dan pemusatan (back wash and polarization).
Menurut Dusseidrop terbentuknya wilayah-wilayah dalam kutub pertumbuhan
didasarkan pada faktor-faktor sebagai berikut:
 Prinsip homogenitas, yaitu adanya persamaan kriteria dalam pewilayahan.
 Adanya hubungan dalam ruang (spasial) wilayah pertumbuhan, misalnya interrelasi.
 Terbentuknya wilayah-wilayah yang lebih khusus dan berbeda dengan wilayah
lainnya.

Pusat Pusat Pertumbuhan di Indonesia


Di dalam buku Geografi Baru: Organisasi Keruangan Dalam Teori dan Praktek, dijelaskan
bahwa ahli ekonomi Han Redmana menghubungkan teori central place dan Christaller dengan
teori growth pole dan Perroux untuk membahas perencanaan pembangunan di Indonesia.
Menurut Redmana pembangunan di Indonesia dilaksanakan melalui pendekatan regional.

Guna menerapkan teori kutub pertumbuhan terlebih dahulu harus diketahui antara lain hierarkhi
tempat-tempat pusat, keterjangkauan suatu tempat, tersedianya sumber daya, serta perilaku dan
sikap penduduk lokal.

Penerapan teori pertumbuhan di Indonesia dapat diketahui dan perencanaan pembangunan yang
selama ini dilakukan di Indonesia. Pembentukan pusat-pusat pembangunan atau pusat-pusat
pengembangan tersebut didasarkan atas teori kutub pertumbuhan.

Wilayah Pembangunan
Berdasarkan potensi geografis wilayah Indonesia, dalam pelaksanaan pembangunan dibagi atas
wilayah-wilayah pembangunan. Secara tegas pewilayah tersebut mulai dilakukan sejak tahun
1974 hingga 1979 (Repelita II). Saat itu wilayah Indonesia dibagi menjadi empat wilayah
pembangunan utama yang mencakup sepuluh wilayah pembangunan ekonomi, yaitu sebagai
berikut:

 Wilayah Pembangunan Utama A dengan pusat utama di Medan, dibagi lagi


menjadi dua wilayah.
 Wilayah Pembangunan I, meliputi Aceh dan Sumatra Utara, pusatnya di Medan
 Wilayah Pembangunan II, meliputi Sumatra Barat dan Riau, pusatnya di Pakan Baru
 Wilayah Pembangunan Utama B, dengan pusat utama Jakarta Raya, dibagi lagi menjadi
tiga wilayah.
 Wilayah Pembangunan III, meliputi Jambi, Sumatra Selatan, dan Bengkulu, pusatnya di
Palembang.
 Wilayah Pembangunan 1V, meliputi Lampung, Jakarta Raya, Jawa Barat, Jawa Tengah,
dan DIY, pusatnya di Jakarta Raya.
 Wilayah Pembangunan VI, meliputi Kalimantan Barat, pusatnya di Pontianak.
 Wilayah Pembangunan Utama C dengan pusat utama Surabaya, dibagi lagi menjadi
dua wilayah.
 Wilayah Pembangunan V. meliputi Jawa Timur dan Bali, pusatnya di Surabaya.
 Wilayah Pembangunan VII, meliputi Kalirnantan Tengah, Kalimantan Timur, dan
Kalimantan Selatan, pusatnya di Balik papan.
 Wilayah Pembangunan Utama D, dengan pusat utama Ujung Pandang, dibagi lagi
menjadi tiga wilayah.
 Wilayah Pembangunan VIII, meliputi NTB, NTF, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara, dan Timor Timur, pusatnya di Ujung Pandang.
 Wilayah Pembangunan IX, meliputi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara, pusatnya di
Manado.
 Wilayah Pembangunan X, meliputi Maluku dan Irian Jaya, pusatnya di Sorong.

Seiring dengan perkembangan zaman dan perkembangan dunia politik di Indonesia,


perwilayahan tersebut tentu mengalami perubahan. Terlebih lagi pada saat ini, banyaknya
pemekaran wilayah tentu saja berpengaruh terhadap pola pembangunan yang berlangsung.
Selain itu, telah ada pula undang-undang tentang otonomi daerah yang memberikan keleluasaan
bagi setiap daerah untuk mengembangkan potensinya masing-masing.

Kawasan Pembangunan Ekonomi


Ketidakseimbangan pembangunan di Indonesia, khususnya antara kawasan barat dan kawasan
timur mendorong pemerintah untuk membuat pusat-pusat pembangunan dan pengembangan
ekonomi. Di dalam rangka pemerataann pembangunan dan hasil- hasilnya tersebut pada tahun
2000 dibentuk kawasan andalan sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi Sehubungan dengan
itu dalam rangka mengembangkan pusat- pusat pertumbuhan yang dimaksud dibentuklah
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET). KAPET dibentuk berdasarkan Keputusan
Presiden Nomor 150 tahun 2000.

Salah satu contoh KAPET adalah KAPET Sasamba yang terdiri dan Kawasan Kota Samarinda-
Sangasanga-Muarajawa-Kota Balikpapan. Luas wilayah KAPET Sasamba adalah 4.413 km2
atau sekitar 2,05% dan wilayah Provinsi Kalimantan Timur. KAPET Sasamba termasuk dalam
wilayah kerja sama regional negara-negara ASEAN yang tergabung dalam Brunei Darussalam-
Indonesia-Malaysia-Philipina East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA). Lokasi KAPET
Sasamba yang berbatasan dengan negara-negara tersebut membuat posisinya menjadi lebih
strategis untuk berbagai kerja sama.

Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri


Jumlah industri nasional yang sebagian besar (lebih dan 60%) terkonsentrasi di Pulau Jawa,
selain mengakibatkan tidak meratanya aktivitas ekonomi daerah juga mengakibatkan semakin
menurunnya daya dukung lingkungan Pulau Jawa, khususnya terjadinya pergeseran tata guna
lahan. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut prioritas pembangunan industri diarahkan
ke daerah-daerah di luar Pulau Jawa yang disertai dengan penataan ruang.

Pembangunan Industri dalam rangka menjalin kerja sama ekonomi lintas daerah sehingga dapat
dicapai efisiensi produksi, maka ditetapkan adanva Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri
(WPPI). Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri adalah wilayah yang dikembangkan bertitik tolak
dan pembangunan industri hulu/industri dasar sebagai penggerak yang dapat memacu tumbuh
dan berkembangnya kegiatan sosial ekonomi lain untuk mewujudkan kesatuan ekonomi
nasional.
TEORI DAN KARAKTERISTIK
WILAYAH PUSAT PERTUMBUHAN
Teori dan Karakteristik Wilayah Pusat Pertumbuhan - Mingseli

Pusat pertumbuhan merupakan suatu wilayah yang mengalami perkembangan pesat, khususnya
dalam bidang ekonomi.
Pusat pertumbuhan terjadi di kota, yang menjadi pusat kegiatan penduduk dari daerah di
sekitarnya. Sehingga kota menjadi pusat perkembangan bagi daerah-daerah di sekitarnya.
Sebelumnya, untuk bisa mengidentifikasi pusat perkembangan, kita perlu mengetahui teori-teori
dasar pusat pertumbuhan.

a. Teori Pusat Pertumbuhan


Pusat pertumbuhan dapet terbentuk secara alami atau melalui perencanaan. Teori pusat
pertumbuhan dibagi menjadi tiga, antaranya sebagai berikut.

1. Teori Kutub Pertumbuhan


Teori ini dikemukakan oleh Francois Perroux. Menurutnya, pertumbuhan tidak terjadi serentak,
tetapi terjadi di mana-mana dengan intensitas yang berbeda.

Hal itu akan membentuk titik-titik pertumbuhan yang dinamakan kutub pertumbuhan (growth
pole).
Teori kutub pertumbuhan lebih menekankan pada peran industri. Pembagian kelas industri
menurut teori ini adalah propulsive industry (industri pendorong) dan leading industry (industri
yang sedang berkembang).
Dengan terbentuknya pusat-pusat pertumbuhan dapat memengaruhi kehidupan terutama dalam
meningkatkan kesejahteraan hidup penduduk.
Selain itu, adanya pusat-pusat pertumbuhan dapat memengaruhi berbagai bidang, seperti bidang
sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat.

2. Teori Polarisasi Ekonomi


Teori ini dikemukakan oleh Gunnar Myrdal. Menurutnya, pusat pertumbuhan adalah wilayah
yang menjadi daya tarik bagi tenaga buruh, tenaga terampil, modal, dan barang dagangan.
Pertumbuhan yang semakin pesat menimbulkan polarisasi pertumbuhan ekonomi (polarization
of economic growth). Pengaruh positif pusat pertumbuhan disebut spread effectdan, pengaruh
negatifnya disebut backwash effect.

3. Teori Tempat Sentral


Teori ini dikemukakan oleh Walter Christaller. Menurut Walter, pusat pertumbuhan adalah suatu
wilayah pusat dari segala kegiatan yang memerlukan wilayah pemasaran untuk barang dan jasa
yang dihasilkan.
Tempat sentral merupakan pusat pelayanan bagi wilayah sekitarnya. Adapun konsep dasar dari
teori tempat sentral sebagai berikut:
 Population threshold, yaitu jumlah minimal penduduk yang membutuhkan pelayanan.
 Range (jangkauan), yaitu jarak maksimum untuk mendapatkan barang atau jasa yang
dibutuhkan dari pusat.
Penerapan teori tempat sentral memerlukan beberapa syarat seperti berikut:
 Topografi wilayah relatif seragam
 Kehidupan atau tingkat ekonomi penduduk relatif homogen
 Tidak ada produk primer, seperti batu bara, padi, atau kayu.
Setelah mengetahui teori-teori dasar pusat pertumbuhan, selanjutnya berikut ini karakteristik
wilayah yang dapat dijadikan sebagai pusat pertumbuhan.

b. Karakteristik Wilayah Pusat Pertumbuhan


Suatu wilayah dapat dijadikan sebagai pusat pertumbuhan apabila memiliki karakteristik sebagai
berikut:
 Memiliki sumber daya alam potensial. Sebab, daerah yang memiliki kekayaan sumber
daya alam berpotensi menjadi pusat pertumbuhan.
 Memiliki sumber daya manusia yang berdaya saing.
 Berada pada posisi strategis, sehingga dapat memudahkan transportasi dan angkutan
barang.
 Memiliki fasilitas penunjang, seperti jalan, jaringan listrik, jaringan telepon, pelabuhan,
dan air bersih.

Anda mungkin juga menyukai