Pusat pertumbuhan pada dasarnya merupakan wilayah (region) beserta ruang (spatial) di
dalamnya yang terdiri atas unsur-unsur fisik dan nonfisik. Seluruh unsur tersebut mampu
mendukung kelangsungan hidup penduduk yang ada dan mampu mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan wilayah sekitarnya.
Segala barang dan jasa yang diperlukan penducluk tadi memiliki dua hal yang khas, sesuai
dengan konsep Christaller. Pertama, yang disebut range adalah jarak yang perlu ditempuh untuk
mendapatkan barang kebutuhannya hanya kadang-kadang saja. Kedua, yang disebut threshold
adalah jumlah minimal penduduk yang diperlukan untuk kelancaran dan kesinambungan suplai
barang.
Sebagai contoh, dapat kita bandingkafl sebuah warung yang menjual makanan dan minuman
dengan toko emas. Warung makanan dan minuman tidak memerlukan jumlah penduduk yang
banyak agar dagangannya laku. Namun, toko emas membutuhkan jumlah penduduk yang
banyak agar dagangannya laku. Berdasarkan contoh tersebut juga dapat diketahui bahwa
penduduk akan membeli barang sesuai dengan kebutuhannya.
Barang dan jasa yang threshold dan rangenya besar disebut barang dan jasa tingkat tinggi (high
order goods and services). Namun, sebaliknya barang dan jasa yang threshold dan rangenya
kecil disebut barang dan jasa tingkat rendah (low order goods and services). Oleh karena itu,
seharusnya barang dan jasa tingkat tinggi terdapat di kota-kota besar yang banyak penduduknya.
Guna menggambarkan wilayah-wilaYah yang saling berhubungan, Christaller menggunakan
bentuk segi enam (heksagon). Lingkaran-lingkaran setiap heksagon yang mencerminkan
wilayah-wilayah pasar yang saling bertumpuk oleh Christaller dibelah (dipisah) dengan
menggunakafl garis lurus. Hal itu menggambarkan bahwa Christaller beranggapan bahwa garis
lurus merupakan jarak terdekat dan permukiman menuju pusat pertumbuhan. Sehubungan
dengan itu, Christaller bermaksud agar orang yang akan berbelanja dapat memilih tempat (kota)
yang paling dekat dengan lokasi tempat tinggalnya.
Karena para konsumen yang menanggung ongkos angkutan sehingga jarak ke tempat
pusat yang dinyatakan dalam biaya dan waktu dianggap sangat penting.
Karena konsumen yang menanggung ongkos angkutan sehingga jangkauan (range) suatu
barang ditentukan oleh jarak yang dinyatakan dalam biaya dan waktu.
Semua konsumen dalam usaha mendapatkan barang dan jasa yang dibutuhkan adalah
menuju ke tempat pusat yang lokasinya paling dekat.
Kota-kota berfungsi sebagai central place bagi wilayah di sekitarnya. Artinya, ada
hubungan besarnya tempat pusat dengan luasnya wilayah pasaran dan banyaknya
penduduk denngan tingginya pendapatan di wilayah yang bersangkutan.
Wilayah tersebut dianggap sebagai dataran yang penduduknya tersebar merata dengan
ciri-ciri ekonomi yang sama, khususnya pendapatan.
Teori Christaller banyak mendapat kritikan dan menilai pola yang dikemukakannya tidak
realistis karena bagaimanapun tidak ada wilayah yang homogen. Selain itu, tidak ada pasar yang
berbentuk heksagon karena kondisi geografi fisiknya.
Prinsip dan teori kutub adalah terjadinya pertumbuhan dan perkembangan wilayah dimulai dan
sebuah kota tertentu menuju daerah yang tingkatannya lebih rendah. Proses yang berlangsung di
dalam teori kutub pertumbuhan adalah penjalaran dan penetesan (spend and tickling down) serta
penarikan dan pemusatan (back wash and polarization).
Menurut Dusseidrop terbentuknya wilayah-wilayah dalam kutub pertumbuhan
didasarkan pada faktor-faktor sebagai berikut:
Prinsip homogenitas, yaitu adanya persamaan kriteria dalam pewilayahan.
Adanya hubungan dalam ruang (spasial) wilayah pertumbuhan, misalnya interrelasi.
Terbentuknya wilayah-wilayah yang lebih khusus dan berbeda dengan wilayah
lainnya.
Guna menerapkan teori kutub pertumbuhan terlebih dahulu harus diketahui antara lain hierarkhi
tempat-tempat pusat, keterjangkauan suatu tempat, tersedianya sumber daya, serta perilaku dan
sikap penduduk lokal.
Penerapan teori pertumbuhan di Indonesia dapat diketahui dan perencanaan pembangunan yang
selama ini dilakukan di Indonesia. Pembentukan pusat-pusat pembangunan atau pusat-pusat
pengembangan tersebut didasarkan atas teori kutub pertumbuhan.
Wilayah Pembangunan
Berdasarkan potensi geografis wilayah Indonesia, dalam pelaksanaan pembangunan dibagi atas
wilayah-wilayah pembangunan. Secara tegas pewilayah tersebut mulai dilakukan sejak tahun
1974 hingga 1979 (Repelita II). Saat itu wilayah Indonesia dibagi menjadi empat wilayah
pembangunan utama yang mencakup sepuluh wilayah pembangunan ekonomi, yaitu sebagai
berikut:
Salah satu contoh KAPET adalah KAPET Sasamba yang terdiri dan Kawasan Kota Samarinda-
Sangasanga-Muarajawa-Kota Balikpapan. Luas wilayah KAPET Sasamba adalah 4.413 km2
atau sekitar 2,05% dan wilayah Provinsi Kalimantan Timur. KAPET Sasamba termasuk dalam
wilayah kerja sama regional negara-negara ASEAN yang tergabung dalam Brunei Darussalam-
Indonesia-Malaysia-Philipina East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA). Lokasi KAPET
Sasamba yang berbatasan dengan negara-negara tersebut membuat posisinya menjadi lebih
strategis untuk berbagai kerja sama.
Pembangunan Industri dalam rangka menjalin kerja sama ekonomi lintas daerah sehingga dapat
dicapai efisiensi produksi, maka ditetapkan adanva Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri
(WPPI). Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri adalah wilayah yang dikembangkan bertitik tolak
dan pembangunan industri hulu/industri dasar sebagai penggerak yang dapat memacu tumbuh
dan berkembangnya kegiatan sosial ekonomi lain untuk mewujudkan kesatuan ekonomi
nasional.
TEORI DAN KARAKTERISTIK
WILAYAH PUSAT PERTUMBUHAN
Teori dan Karakteristik Wilayah Pusat Pertumbuhan - Mingseli
Pusat pertumbuhan merupakan suatu wilayah yang mengalami perkembangan pesat, khususnya
dalam bidang ekonomi.
Pusat pertumbuhan terjadi di kota, yang menjadi pusat kegiatan penduduk dari daerah di
sekitarnya. Sehingga kota menjadi pusat perkembangan bagi daerah-daerah di sekitarnya.
Sebelumnya, untuk bisa mengidentifikasi pusat perkembangan, kita perlu mengetahui teori-teori
dasar pusat pertumbuhan.
Hal itu akan membentuk titik-titik pertumbuhan yang dinamakan kutub pertumbuhan (growth
pole).
Teori kutub pertumbuhan lebih menekankan pada peran industri. Pembagian kelas industri
menurut teori ini adalah propulsive industry (industri pendorong) dan leading industry (industri
yang sedang berkembang).
Dengan terbentuknya pusat-pusat pertumbuhan dapat memengaruhi kehidupan terutama dalam
meningkatkan kesejahteraan hidup penduduk.
Selain itu, adanya pusat-pusat pertumbuhan dapat memengaruhi berbagai bidang, seperti bidang
sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat.