Anda di halaman 1dari 15

Z ONA GEOGRAFI

Home › Materi Geografi Kelas XII

TEORI PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN (Growth Pole)


dipublikasikan Kamis, Juli 16, 2020 (Updated: Minggu, September 20, 2020) — Posting Komentar

Lebih dari 300 pakar


perobatan sedia untuk anda
Malaysia Healthcare

Zona Geografi - Teori Pusat-pusat


pertumbuhan - Pusat Pertumbuhan
(growth pole) adalah Suatu wilayah
yang perkembangannya sangat pesat
dan menjadi pusat pembangunan
yang dapat mempengaruhi
perkembangan daerah-daerah di
sekitarnya. Suatu wilayah dapat
menjadi pusat pertumbuhan wilayah,
apabila wilayah tersebut mempunyai
berbagai aktivitas yang mampu
mempengaruhi daerah sekitarnya.
Pusat-pusat wilayah pertumbuhan
tersebut dapat berupa wilayah
kecamatan, kabupaten, kota, atau
provinsi.

Ada tiga teori untuk menentukan


wilayah pusat pertumbuhan, tiga teori
ini tampak saling melengkapi.

1. Teori Tempat yang Sentral


(Central Place Theory)
2. Teori Sektor (Losch Theory)
3. Teori Kutub Pertumbuhan
(Growth Poles Theory)

1. Teori Tempat yang Sentral (Central


Place Theory)
Teori tempat yang sentral (Central
Place Theory) pertama kali
dikemukakan oleh seorang ahli
geografi bangsa jerman pada tahun
1933, yang bernama Walter Christaller
dalam tulisanya yang berjudul : “ Die
Zentralen Orte In Suddeustschand”
atau dalam Bahasa inggrisnya “
Central Place In South Germany”.
Central Place In South Germany”.
Dalam teori tersebut, Christaller
menitik beratkan pada penentuan
banyaknya kota, besarnya kota, dan
persebaran kota. Untuk menganalisis
penentuan banyaknya kota, besarnya
kota, dan persebaran kota
menggunakan dua konsep sebagai
berikut.
Jangkauan (range) adalah jarak yang
perlu ditepuh orang untuk
mendapatkan barang-barang
kebutuhan.
Ambang (threshold) adalah jumlah
minimal penduduk yang diperlukan
untuk kelancaran dan keseimbangan
suplai barang.
Sutau lokasi pusat aktivitas yang
senantiasa melayani berbagai
kebutuhan penduduk harus berada
pada pusat yang sentral. Maksud
tempat yang sentral adalah suatu
tempat atau kawasan yang
memungkinkan partisipasi manusia
yang jumlahnya maksimal, baik
mereka yang terlibat dalam aktivitas
pelayanan maupun mereka yang
menjadi konsumen dari barangbarang
pelayanan yang dihasilkan. Tempat
yang sentral merupakan suatu titik
simpul dari suatu bentuk heksagonal
atau segi enam. Daerah segi enam
merupakan wilayah-wilayah yang
penduduknya yang mampu terlayani
oleh tempat yang sentral tersebut.
Heksagonal “A” adalah tempat sentral
yang bisa melayani dan menarik
wilayah sekitarnya : A1, A2, A3, A4, A5,
dan A6
Pendapat ini diperkuat oleh Agust
Locosh seorang ahli ekonomi jerman
pada tahun 1945, teori tempat yang
sentral dapat digunakan untuk
menganalisis pusat-pusat pelayan dan
kegiatan ekonomi yang sudah ada
terhadap daerah sekitarnya. Misalnya,
perencanaan lokasi pusat perniagaan,
pasar, rumah sakit, sekolah, dan
pelayanan sosial lainya. Tempat yang
sentral dapat berupa kota besar, pusat
perbelanjaan, pasar, rumah sakit,
sekolah-sekolah, kampus-kampus,
ibukota provinsi, kabupaten dan
sebagainya. Masing-masing tempat
yang sentral tersebut memiliki
pengaruh atau kekuatan menarik
penduduk yang tinggal di sekitarnya
dengan daya jangkau yang berbeda.
Misalnya, pusat kota provinsi akan
menjadi daya tarik bagi penduduk dari
kota-kota kabupaten, Kabupaten
menarik kecamatan dan seterusnya.
Melihat hal tersebut maka
kemampuan tempat yang sentral
menarik daerah sekitarnya dijenjang
berdasarkan hierarki atau tingkatan
tempat yang sentral.

Kawasan dengan daya pengaruh yang


berbeda-beda berdasarkan jenis pada
pelayanan, hierarki tempat yang
sentral dapat dibedakan menjadi
tempat sentral yang berhierarki 3, 4,
dan 7.
a. Tempat yang sentral berhierarki 3
(K=3)
Tempat sentral berhierarki tiga adalah
pusat pelayanan yang berupa pasar
yang senantiasa menyediakan barang-
barang bagi kawasan-kawasan di
sekitarnya (kasus pasar yang
optimum atau asas pemasaran).
K=3
= 6 (1/3)+1
(k = 3) diperoleh dari penjumlahan
kawasan tempat yang sentral (1)
dengan satu pertiga (1/3) bagian
kawasan yang ada di sekelilingnya
yang jumlahnya ada enam (6). Untuk
membangun lokasi pasar ataupun
fasilitas umum lainnya, sekurang-
kurangnya harus di kawasan yang
diperkirakan dapat berpengaruh
terhadap penduduk dari keenam
kawasan yang ada di sekitarnya.
Sebagai penunjangnya, maka dalam
pembangunan lokasi tersebut perlu
memperhatikan : jalan beserta sarana
angkutannya, tempat parkir, dan
barang yang diperjualbelikannya.
b. Tempat yang sentral berhierarki 4
(K=4)
Tempat sentral berhierarki empat
merupakan pusat sentral yang
memberikan kemungkinan rute lalu
lintas yang paling efisien situasi lalu
lintas yang (k = 4) diperoleh dari
penjumlahan kawasan tempat sentral
(1) dengan setengah (1/2) bagian
kawasan yang ada di sekitarnya, yang
berjumlah enam (6).
K=4
= 6 (1/2)+1

Penempatan lokasi terminal


kendaraan sekurang-kurangnya harus
memiliki kawasan pengaruh setengah
dari enam kawasan tetangganya.
Dengan demikian, terminal harus
berada pada tempat yang mudah
dijangkau oleh para pemakai jasa
angkutan yang secara sentral memiliki
radius relatif sama ke segala arah.
c. Tempat sentral berhierarki 7 (k = 7)
Tempat sentral berhierarki tujuh
dinamakan juga situasi administratif
yang optimum atau asas
administratif, yaitu tempat sentral
yang memengaruhi seluruh bagian
wilayah tetangganya. Situasi
administratif yang dimaksud dapat
berupa kota pusat pemerintahan.
K=4
= 6 (1)+1
= 6 (1)+1

(k = 7) diperoleh dari penjumlahan


kawasan tempat sentral (1) dengan
satu (1) bagian kawasan sekitarnya,
yang berjumlah enam (6). Tempat
yang sentral dari pusat kegiatan
administratif pemerintahan pada
hierarki tujuh (k = 7) merupakan
kawasan yang luas jangkauannya.
Kawasan tersebut harus mampu
menjangkau dan dijangkau kawasan
yang berada di bawah kekuasaannya.
Lokasinya berada di wilayah yang
beradius relatif sama dari semua arah,
berada pada rute kendaraan umum
yang terjangkau semua arah.

Ada dua syarat untuk menerapkan


teori tempat sentral yang
dikemukakan oleh Christaller, yaitu
keadaan topografi yang seargam
sehingga tidak ada daerah yang
sehingga tidak ada daerah yang
mendapat pengaruh lereng atau
pengaruh alam lainya dalam
hubunganya dengan jalur transportasi.
Syarat yang kedua adalah tingkat
ekonomi penduduk yang relatif
homogen dan tidak memungkinkan
adanya produksi primer, misalnya
yang menghasilkan padi, kayu, dan
batu bara.

2. TEORI SEKTOR (Losch Theory)


Teori penting sebagai pelengkap teori
tempat sentral adalah teori August
Losch (1954), Teori Losch merupakan
kelanjutan dari teori tempat sentral
Christaller. Berdasarkan teori losch
dapat disimpulkan bahwa suatu kota
akan lebih cepat berkembang bila
penduduknya padat dengan wilayah
yang luas. Dalam hal ini, yang paling
utama adalah munculnya grafik
permintaan. Grafik ini menunjukkan
adanya jumlah permintaan yang
tinggi, sedangkan di wilayah pinggir
permintaannya sedikit. Hal ini
disebabkan oleh kenaikan harga
akibat naiknya biaya pengangkutan.

3. TEORI KUTUB PERTUMBUHAN


Teori Kutub Pertumbuhan (Growth
Poles Theory) disebut juga sebagai
teori pusat pertumbuhan (Growth
Centres Theory). Teori ini
dikemukakan oleh Perroux pada tahun
1955. Dalam teori ini dinyatakan
bahwa pembangunan kota atau
wilayah di manapun adanya bukanlah
merupakan suatu proses yang terjadi
merupakan suatu proses yang terjadi
secara serentak, tetapi mucul di
tempat-tempat tertentu dengna
kecepatan dan intensitas yang
berbeda-beda. Tempat-tempat atau
kawasan yang menjadi pusat
pembangunan tersebut dinamakan
pusat-pusat atau kutub-kutub
pertumbuhan. Dari kutub-kutub
tersebut selanjutnya proses
pembangunan akan menyebar ke
wilayah-wilayah lain di sekitarnya,
atau ke pusat-pusat yang lebih
rendah. Wilayah yang dijadikan pusat
pembangunan disebut kutub
pertumbuhan.
Pemusatan wilayah-wilayah
pertumbuhan dibedakan menjadi 3
komponen berikut.
a. Wilayah khusus, misalnya daerah
terbelakang dan daerah aliran sungai
b. Prinsip homogenitas, misalnya
wilayah geografi fisisk atau sosial ,
wilayah budaya dan wilayah ekonomi
c. Konsep hubungan ruang, yaitu
wilayah fungsional yang disebut juga
wilayah terpusat
Industri baru akan memilih tempat
yang berdekatan dengan daerah
industri yang telah ada karena telah
tersedia fasilitas yang
memadai,seperti listrik, air bersih, dan
jalan. Daerah yang maju disebut
dengan pusatpertumbuhan,
sedangkan daerah yang belum maju
disebut dengan pinggiran. Proses
pembentukan pusat pertumbuhan
mengikuti fase-fase pertumbuhan
sebagai berikut.
a. Fase I, yaitu fase praindustri
Pada masa awal terdapat wilayah
yang belum berkembang, yang
ditandai oleh banyak kota kecil yang
tersebar merata dan setiap kota tidak
mendominasi kota yang lain. Kondisi
ekonomi wilayah-wilayah tersebut
cenderung tidak berkembang dan
setiap kota hanya melayani wilayah
sendiri.
b. Fase II, yaitu fase industri awal
Fase ini terjadi pada salah satu kota
yang berkembang lebih cepat
daripada yang lainya, sehingga
tumbuh menjadi primate city. Kota
dapat berkembang lebih cepat karena
memiliki kelebihan baik di bidang
sumber daya alam maupun pada
sumber daya manusia. Primate city
merupakan kota terbesar yang
menjadi pusat wilayah atau disebut
dengan core (C) = Pusat, yang
mendominasi kota-kota lainya. Pada
fase ini terjadi perpindahan tenaga
terampil, sumber daya alam, dan
modal dari daerah pinggiran.
c. Fase III, yaitu fase transisi
Pada fase ini industri industri yang
sedang berkembang, pada primate
city akan mendominasi akan
mendominasi sebagian besar wilayah.
Namun, tidak sekuat fase kedua
karena sekitar primate city mulai
berkembang pusat-pusat
pertumbuhan. Bahan mentah, tenaga
terampil, dan modal tidak hanya
mengalir di primate city, tetapi juga
mengalir di primate city, tetapi juga
menuju ke pusat-pusat pertumbuhan
yang lain. Pada fase ini
perkembangan wilayah belum stabil
karena masih terdapat kantong-
kantong wilayah yang berkembang.
d. Fase IV, yaitu integrasi spasial
Pada fase ini setiap kota telah
berkembang sesuai dengan
hierarkinya, sehingga sudah terbentuk
pusat-pusat pertumbuhan yang saling
berinteraksi dengan pusat
pertumbuhan yang lainya. Setiap
wilayah telah terintegrasi secara
nasional dan tidak ditemukan lagi
katalog-katalog wilayah yang
terbelakang. Jika semua wilayah telah
berinteraksi dengan wilayah lain
secara fungsional, akan terbentuk
hierarki kota dengan baik.

Related Posts
#Materi Geografi Kelas XII

LEBIH BARU LEBIH LAMA

Zona Geografi
Seorang penggiat pengetahuan
geografi yang selalu ingin
berbagi pengetahuan dan
informasi mengenai fenomena
yang terjadi di Bumi

Related Posts

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak dan sopan,


jangan spam, link aktif langsung hapus.
Kategori Blog

Materi Geografi Kelas X (18) Materi Geografi Kelas XI (26) Materi Geografi Kelas XII (20)

About Me

Zona Geografi
Seorang penggiat pengetahuan geografi yang selalu ingin berbagi pengetahuan dan informasi
mengenai fenomena yang terjadi di Bumi

Kunjungi profil
Popular

1 Permasalahan Dalam Penerapan Tata Ruang Wilayah


Zona Geografi - Permasalahan Dalam Penerapan Tata Ruang Wilayah - Rencana Tata Ruang
Wilayah yang…

2 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota


Zona Geografi - Rencana Tata Ruang Wilayah Kota - Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kota
Rencana T…

3 Karakteristik Bioma di Dunia


Silahkan baca materi Bab 2 Kelas XI Semester 1 di bawah ini

4 Wilayah Pusat Pertumbuhan Indonesia


Zona Geografi - Wilayah Pusat Pertumbuhan Indonesia - Wilayah Indonesia yang luas dan terdiri
ata…

5 TEORI PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN (Growth Pole)


Zona Geografi - Teori Pusat-pusat pertumbuhan - Pusat Pertumbuhan (growth pole) adalah Suatu
wila…

Copyright © - Theme by Igniel

Anda mungkin juga menyukai