Anda di halaman 1dari 9

BAHAN AJAR

(TEORI PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH)

Kompetensi Dasar:

3.1. Memahami konsep wilayah dan pewilayahan dalam perencanaan


tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota
4.1. Membuat peta pengelompokan penggunaan lahan di wilayah
kabupaten/ kota/ provinsi berdasarkan data wilayah setempat

Tujuan Pembelajaran:

Melalui model Inquiry Learning peserta didik dapat berpikir kritis,


kreatif, kolaboratif dan komunikatif dalam proses belajar memahami
Teori pusat pertumbuhan wilayah dalam perencanaan tata ruang
wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota dengan rasa ingin tahu,
disiplin dan tanggungjawab.

Resume :

Dalam perkembangan wilayah dikenal beberapa macam teori


pertumbuhan. Pusat pertumbuhan ialah wilayah atau kawasan yang
pertumbuhannya sangat pesat sehingga karena kepesatannya itu
dijadikan sebagai pusat pembangunan yang memengaruhi kawasan-
kawasan lain di sekitarnya. Dengan adanya kawasankawasan yang
dijadikan pusat pertumbuhan itu, diharapkan kawasan-kawasan di
sekitarnya turut terpengaruh dan terpicu untuk maju.

Pertumbuhan wilayah berawal dari sebuah pusat pertumbuhan.


Ada beberapa teori yang membahas tentang pusat pertumbuhan wilayah
yaitu teori pusat sentral (central place theory) dan teori kutub
pertumbuhan (growth pole theory)

(a) Teori Pertumbuhan Wilayah


Perkembangan wilayah diawali dengan munculnya pusat
pertumbuhan. Pusat pertumbuhan dapat diartikan sebagai suatu
wilayah atau kawasan yang pertumbuhannya sangat pesat sehingga
dapat dijadikan sebagai pusat pembangunan yang memengaruhi atau
memberikan imbas terhadap kawasan-kawasan lain di sekitarnya.
Melalui pengembangan kawasan pusat-pusat pertumbuhan ini,
diharapkan terjadi proses interaksi dengan wilayah-wilayah lain di
sekitarnya.

Pusat pertumbuhan yang muncul di suatu wilayah dipengaruhi oleh


karakteristik wilayahnya. Perkembangan pusat pertumbuhan di suatu
wilayah ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut:

1. Sumber daya Alam


Daerah yang mempunyai kekayaan sumber daya alam berpotensi
menjadi pusat pertumbuhan. Sebagai contoh, penambangan bahan
tambang yang bernilai ekonomi tinggi di suatu wilayah merangsang
kegiatan ekonomi, memberikan kesempatan kerja, dan
meningkatkan pendapatan daerah serta berpengaruh terhadap
munculnya kegiatan ekonomi penunjang
2. Sumber daya manusia
Sumber daya manusia sangat berperan dalam pembentukan pusat
pertumbuhan di suatu wilayah. Tenaga kerja yang ahli, terampil,
andal, kapabel dan profesional dibutuhkan untuk mengelola sumber
daya alam. Pusat pertumbuhan akan berkembang dan
pembangunan berjalan lancar apabila tersedia sumber daya
manusia yang andal.
3. Kondisi fisiografi/lokasi
Kondisi fisiografi/lokasi memengaruhi perkembangan pusat
pertumbuhan. Lokasi yang strategis memudahkan transportasi dan
angkutan barang, sehingga pusat pertumbuhan berkembang cepat.
Sebagai contoh, daerah dataran rendah yang berelief rata
memungkinkan pusat pertumbuhan berkembang lebih cepat
dibanding daerah pedalaman yang berelief kasar atau
berpegunungan.
4. Fasilitas Penunjang
Pusat pertumbuhan akan lebih berkembang apabila didukung oleh
fasilitas penunjang yang memadai. Beberapa fasilitas penunjang
antara lain jalan, jaringan listrik, jaringan telepon, pelabuhan laut
dan udara, fasilitas air bersih, penyediaan bahan bakar, serta
prasarana kebersihan.
1. Teori Tempat Sentral (Central Place Theory)

Central Place theory dikemukakan oleh Walter


Christaller pada tahun 1933. Teori ini menyatakan bahwa suatu
lokasi dapat melayani berbagai kebutuhan  yang terletak pada
suatu tempat yang disebutnya sebagai tempat sentral. Tempat
sentral tersebut memiliki tingkatan-tingkatan tertentu sesuai
kemampuannya melayani kebutuhan wilayah tersebut. Bentuk
pelayanan tersebut digambarkan dalam segi enam/heksagonal.

Teori ini berlaku apabila memiliki karakteristik sebagai berikut


a. wilayahnya datar dan tidak berbukit
b. tingkat ekonomi dan daya beli penduduk relatif sama
c. penduduk memiliki kesempatan yang sama untuk bergerak
ke berbagai arah

Teori Cristaller bertitik tolak dari letak


perdagangan dan pelayanan dalam
sebuah kota seperti rumah sakit,
sekolah, bank, dan sebagainya.
Semakin besar pusat pelayanan atau
perdagangan semakin luas penduduk
yang dapat dilayani. Sebaliknya
semakin kecil semakin sedikit
penduduk yang dilayani.

Water Christaller (dalam Nurmala Dewi, 1997), ahli


geografi berkebangsaan Jerman, mengatakan bahwa sebagai
kawasan yang berpengaruh luas terhadap wilayah-wilayah di
sekitarnya, pusat pertumbuhan dapat dicitrakan dengan titik-titik
simpul yang berbentuk geometris heksagonal (segi enam).
Wilayah segi enam itu merupakan wilayah-wilayah yang
penduduknya terlayani oleh tempat sentral yang bersangkutan.
Tempat-tempat sentral yang dimaksud dapat berupa pusat-
pusat perbelanjaan, kota, atau pun pusat-pusat kegiatan
lainnya. Oleh tempat-tempat sentral itu, wilayah atau tempat-
tempat lain di sekitarnya akan tertarik.
Misalnya, ibukota provinsi dapat menarik beberapa kota
atau ibukota kabupaten, ibukota kabupaten menarik beberapa
kecamatan, dan seterusnya secara hierarkis. Ditinjau dari luas
kawasan pengaruhnya, hierarki sentral dibedakan atas:
(1)tempat sentral berhierarki tiga (k = 3),
(2)tempat sentral berhierarki empat (k = 4), dan
(3)tempat sentral berhierarki tujuh (k = 7).

Konsep dasar dari teori tempat sentral sebagai berikut.


1) Population threshold, yaitu jumlah minimal penduduk yang
diperlukan untuk melancarkan dan kesinambungan dari unit
pelayanan.
2) Range (jangkauan), yaitu jarak maksimum yang perlu
ditempuh penduduk untuk mendapatkan barang atau jasa
yang dibutuhkannya dari tempat pusat. Hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah:
a) Range selalu lebih besar dibanding daerah tempat
population threshold.
b) Inner limit (batas dalam) adalah batas wilayah yang didiami
population threshold.
c) Outer limit (batas luar) adalah batas wilayah yang
mendapatkan pelayanan terbaik, sehingga di luar batas itu
penduduk akan mencari atau pergi ke pusat lain.

a. Tempat Sentral Berhierarki Tiga


Tempat sentral berhierarki tiga adalah
pusat pelayanan yang berupa pasar
yang senantiasa menyediakan barang-
barang bagi kawasan-kawasan di
sekitarnya (kasus pasar yang optimum
atau asas pemasaran).

k = 3 = 6 (31) + 1
(k = 3) diperoleh dari penjumlahan
kawasan
tempat yang sentral

Keterangan :
(1) dengan satu pertiga
(31) bagian kawasan yang ada di sekelilingnya yang jumlahnya ada
enam
(6) Untuk membangun lokasi pasar ataupun fasilitas umum
lainnya, sekurang-kurangnya harus di kawasan yang
diperkirakan dapat berpengaruh terhadap 31 penduduk dari
keenam kawasan yang ada di sekitarnya.

Sebagai penunjangnya, maka dalam pembangunan lokasi tersebut


perlu memperhatikan:
1) jalan beserta sarana angkutannya,
2) tempat parkir, dan
3) barang yang diperjualbelikannya.

b. Tempat Sentral Berhierarki Empat

Tempat sentral berhierarki empat


merupakan pusat sentral yang
memberikan kemungkinan rute lalu lintas
yang paling efisien situasi lalu lintas yang
(k = 4) diperoleh dari penjumlahan
kawasan tempat sentral (1) dengan
setengah (½) bagian kawasan yang ada di
sekitarnya, yang berjumlah enam (6).
keterangan
k=4
= 6 (½) + 1

Penempatan lokasi terminal kendaraan sekurang-kurangnya harus


memiliki kawasan pengaruh setengah dari enam kawasan
tetangganya. Dengan demikian, terminal harus berada pada tempat
yang mudah dijangkau oleh para pemakai jasa angkutan yang
secara sentral memiliki radius relatif sama ke segala arah.

c. Tempat Sentral Berhierarki Tujuh

Tempat sentral berhierarki tujuh


dinamakan juga situasi administratif
yang optimum atau asas administratif,
yaitu tempat sentral yang memengaruhi
seluruh bagian wilayah tetangganya.
Situasi administratif yang dimaksud
dapat berupa kota pusat pemerintahan.

Keterangan

k=7
= 6 (1) + 1

(k = 7) diperoleh dari penjumlahan kawasan tempat sentral


(1) dengan satu (1) bagian kawasan sekitarnya, yang berjumlah enam
(6). Tempat yang sentral dari pusat kegiatan administratif pemerintahan
pada hierarki tujuh (k = 7) merupakan kawasan yang luas jangkauannya.

Kawasan tersebut harus mampu menjangkau dan dijangkau


kawasan yang berada di bawah kekuasaannya. Lokasinya berada
di wilayah yang beradius relatif sama dari semua arah, berada
pada rute kendaraan umum yangterjangkau semua arah. Dengan
begitu, diharapkan tidak menimbulkan kecemburuan sosial di
antara warganya.

Teori Walter Christaller dapat diterapkan secara baik di suatu wilayah


dengan syarat-syarat sebagai berikut.
 Topografi dari wilayah tersebut relatif seragam, sehingga tidak ada
bagian yang mendapat pengaruh lereng atau pengaruh alam
lainnya dalam hubungannya dengan jalur angkutan.
 Kehidupan atau tingkat ekonomi penduduk relatif homogen dan
tidak memungkinkan adanya produksi primer yang menghasilkan
padi-padian, kayu, atau batu bara.

2. Teori Kutub Pertumbuhan Growth Pole Theory

Teori ini dikembangkan oleh ahli ekonomi Perancis Francois


Perroux pada tahun 1955. Inti dari teori ini menyatakan bahwa
pertumbuhan ekonomi di tiap daerah tidak terjadi di sembarang
tempat melainkan di lokasi tertentu yang disebut kutub
pertumbuhan. Untuk mencapai tingkat pendapatan tinggi harus
dibangun beberapa tempat pusat kegiatan ekonomi yang
disebut dengan growth pole (kutub pertumbuhan). Pandangan
Perroux mengenai proses pertumbuhan adalah teori tata ruang
ekonomi, dimana industri pendorong memiliki peranan awal
dalam membangun sebuah pusat pertumbuhan. Industri
pendorong ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut

1. Tingkat konsentrasi tinggi


2. Tingkat Teknologi Maju
3. Mendorong perkembangan industri di sekitarnya
4. Manajemen yang professional dan modern
5. sarana dan prasarana yang sudah lengkap

Kutub pertumbuhan dapat di tafsirkan dalam dua


pengertian,yaitu secara fungsional dan secara geografis.
Penafsiran secara fungsional menggambarkan kutub
pertumbuhan itu sebagai suatu kelompok perusahaan, cabang
industri, atau unsur-unsur dinamik yang meningkatkan
kehidupan ekonomi
Di sekitar kutub geografis, pertumbuhan industri-industri yang
menonjol dan kegiatan-kegiatan yang mempunyai keterkaitan
dengan industri-industri tersebut lebih pesat dari pada di
lokaassi-lokasi lainnya, dan selanjutnya dari kutub tersebut
manfaatnya akan menyebar ke seluruh pelosok wilayah.

Tiga ciri penting dari konsep kutub pertumbuhan dapat di


kemukakan, yaitu:
1. Terdapat keterkaitan internal antara berbagai industrii secara
teknik dan ekonomi
2. terdapat multipler
3. terdapat konsentrasi geografis

Beberapa contoh kawasan yang merupakan pusat


pertumbuhan, antara lain kota Jakarta – Bogor – Tangerang –
Bekasi atau Jabotabek, pusat industri Batam, segitiga
pertumbuhan Singapura – Johor – Riau atau segitiga SIJORI,
dan sebagainya.

Contoh lain adalah industri baja di suatu daerah akan


menimbulkan kekuatan sentripetal, yaitu menarik kegiatan-
kegiatan yang langsung berhubungan dengan pembuatan baja,
baik pada penyediaan bahan mentah maupun pasar. Industri
tersebut juga menimbulkan kekuatan sentrifugal, yaitu
rangsangan timbulnya kegiatan baru yang tidak berhubungan
langsung dengan industri baja.

Bentuk Growth Pole Theory Jakarta sebagai kutub


pertumbuhan
Sumber: https://agnazgeograph.wordpress.com/2013/01/31/growth-pole-
theory-kutub-pertumbuhan/
3. Beberapa Pengaruh Pusat Pertumbuhan

Dengan adanya pusat-pusat pertumbuhan itu, ternyata memberikan


pengaruh dan manfaat bagi manusia dalam segala aspek
kehidupannya. Pengaruh-pengaruh dan manfaat tersebut adalah
sebagai berikut.

1) Pengaruh terhadap pemusatan dan persebaran sumber daya,


antara lain:
a) pola mobilitas penduduk meningkat,
b) teknologi dan transportasi semakin meninggi.
2) Pengaruh terhadap perkembangan ekonomi, antara lain:
a) meningkatkan kondisi ekonomi penduduk sehingga
kesejahteraan dan kualitas hidupnya lebih baik,
b) menjadikannya sebagai pusat perdagangan.
3) Pengaruh terhadap perubahan sosial budaya masyarakat,antara
lain:
a) pendidikan penduduk semakin meningkat.
b) masuknya budaya asing atau budaya luar sehingga timbulnya
asimilasi budaya di masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai