Anda di halaman 1dari 24

TEORI KECERDASAN GANDA

Dosen Pengampu : Agtha Kristi Pramudika Sari M.pd

Disusun Oleh :

Lutfiana Nur Azizah 196223033

STKIP MUHAMMMADDIYYAH
KUNINGAN

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini
dengan tepat waktu meskipun banyak kekurangan didalamnya. Sholawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga
dan para sahabatnya hingga pada umatnya sampai akhir zaman. Tugas ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah yang telah diberikan. Ucapan terima kasih kami
ucapkan kepada Ibu Agtha Kristi Pramudika Sari M.pd selaku Dosen mata kuliah
yang telah memberikan tugas ini serta membimbing kami dalam menyelesaikan
tugas ini. Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
berkontribusi dengan baik memberikan sumbangan pikiran maupun materi. Semoga
tulisan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya serta bisa
menambah pengetahuan para pembaca. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam tulisan ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan adanya kritik, saran dan usulan yang bersifat
membangun demi tercipta tulisan selanjutnya yang lebih baik lagi, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Kuningan, 20 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB 1......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................1

1.3 Tujuan...........................................................................................................2

BAB 2......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

2.1 Pengertian Teori Kecerdasan Ganda..................................................................3

2.2 Pendapat Tokoh tentang Teori Kecerdasan Ganda............................................4

2.3 Faktor-faktor Penting dalam Implementasi Teori Kecerdasan Ganda.............13

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Teori Kecerdasan Ganda.....................................15

2.5 Penerapan Teori Kecerdasan dalam Pembelajaran..........................................16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ada indikasi proses pembelajaran sekarang ini
sering sekali menyimpang dari esensi
pendidikan dengan logika yang tercampur
aduk. Thomas Armstrong dalam bukunya
"sekolah para juara" juga mendeskripsikan
model pembelajaran klasik yang antara lain
memunculkan asumsi-asumsi: Pertama, para
guru cenderung memisahkan atau
memberikan identifikasi kepada para
muridnya sebagai murid-murid yang pandai di
satu sisi, dan murid-murid yang bodoh di sisi
lain. Kedua, suasana kelas cenderung
monoton dan membosankan. Hal ini
dikarenakan para guru biasanya hanya
bertumpu pada satu atau dua jenis kecerdasan
dalam mengajar, yaitu cerdas berbahasa dan
cerdas berlogika. Ketiga, mungkin seorang
guru agak kesulitan dalam membangkitkan
minat atau gairah murid-rnuridnya karena
proses pembelajaran yang kurang kreatif.

Kondisi inilah yang mendorong para ahli


psikologi untuk mencari dimensi Iain dari
kepribadian diri siswa yang merupakan
indikator keberhasilan pembelajaran. Salah
satu teori psikologi yang mempunyai peranan
besar terhadap pendidikan adalah teori multi
kecerdasan. Berdasarkan latar belakang
masalah di atas, maka kami bemaksud
membahas lebih lanjut tentang teori
kecerdasan ganda dan penerapannya dalam
pembelajaran.
1
1.2 Rumusan
Masalah
1. Bagaimanak
ah
pengertian
teori
kecerdasan
ganda?
2. Bagaimanak
ah pendapat
tokoh
tentang teori
kecerdasan
ganda?
3. Bagaiman
akah
faktor-
faktor
penting
dalam
implement
asi teori
kecerdasa
n ganda?
4. Bagaimanak
ah kelebihan
dan
kelemahan
teori
kecerdasan
ganda?
5. Bagaimanak
ah penerapan
teori
kecerdasan
ganda dalam
pembelajara
n?

2
1.3 Tujuan
1. Memaparkan pengertian teori kecerdasan ganda.
2. Memaparkan pendapat tokoh tentang teori kecerdasan ganda.
3. Memaparkan faktor-faktor penting dalam implementasi teori
kecerdasan ganda.
4. Memaparkan kelebihan dan kelemahan teori kecerdasan ganda.
5. Memaparkan penerapan teori kecerdasan ganda dalam pembelajaran.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori Kecerdasan Ganda
Istilah kecerdasan atau intelegensi bukanlah sesuatu yang baru bagi kita
sebagai pendidik. Namun sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
ilmu tentang kecerdasanpun berkembang. Banyak ahli dari berbagai bidang
disiplin ilmu melakukan penelitian tentang otak manusia. Setiap individu
tidak hanya memiliki satu kecerdasan tetapi lebih yaitu disebut juga multiple
intelligences atau kecerdasan ganda (Budiningsih, 2005).

Kecerdasan ganda merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang dapat


diaktifkan melalui proses belajar, interaksi dengan keluarga, guru, teman dan
nilai-nilai budaya yang berkembang. Kecerdasan mengandung dua aspek
pokok yaitu; kemampuan belajar dari pengalaman dan beradaptasi terhadap
lingkungan (Armstrong, 2002).

Teori Kecerdasan Ganda (Multiple Inteligence) yang dikemukakan oleh


Howard Gardner – seorang professor psikologi dari Harvard University –
akan dijadikan acuan untuk lebih memahami bakat dan kecerdasan individu.
Beberapa karakteristik individu siswa yang perlu dipahami antara lain
(Armstrong, 2002) :

a. Age and maturity level


b. Motivation and attitude toward subject
c. Expectation and vocational level
d. Special Talent
e. Mechanical Dexterity
f. Ability to work under various enviro condition.

Salah satu karakteristik penting dari individu yang perlu dipahami oleh guru
sebagai pendidik adalah bakat dan kecerdasan individu. Guru yang tidak
memahami kecerdasan anak didik akan memiliki kesulitan dalam
memfasilitasi proses pengembangan potensi individu menjadi yang dicita-
citakan. Generalisasi terhadap kemampuan dan potensi individu memberikan
dampak
negatif yaitu siswa tidak memiliki kesempatan untuk mengebangkan secara
optimal poternsi yang ada pada dirinya. Akibat penanganan salah seperti yang
dilakukan oleh sistem persekolahan saat ini kita telah kehilangan bakat-bakat
cemerlang. Individu-individu yang cerdas tidak dapat mengembangkan
potensi diri mereka secara optimal (Suciati, 2007).

2.2 Pendapat Tokoh Tentang Teori Kecerdasan Ganda.

Teori Multiple Intelligences (MI) dikembangkan oleh Howard Gardner, ahli


psikologi perkembangan dan guru besar pendidikan pada Graduate School of
Education, Harvard University, Amerika Serikat. Teorinya tentang MI
dipublikasikan pada tahun 1993. Gardner mendefinisikan inteligensi sebagai
kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam
suatu setting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata (Suparno,
2004).

Howard Gardner memperkenalkan sekaligus mempromosikan hasil penelitian


Project Zero di Amerika yang berkaitan dengan kecerdasan ganda (multiple
intelligences). Teorinya menghilangkan anggapan yang ada selama ini
tentang kecerdasan manusia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak
ada satuan kegiatan manusia yang hanya menggunakan satu macam
kecerdasan, melainkan seluruh kecerdasan yang selama ini dianggap ada 7
macam kecerdasan, dan pada bukunya yang mutakhir ditambahkan lagi 3
macam kecerdasan. Semua kecerdasan ini bekerja sama sebagai satu kesatuan
yang utuh dan terpadu. Komposisi keterpaduannya tentu saja berbeda-beda
pada masing-masing orang dan pada masing-masing budaya.Namun secara
keseluruhan semua kecerdasan tersebut dapat diubah dan ditingkatkan.
Kecerdasan yang paling menonjol akan mengontrol kecerdasan-kecerdasan
lainnya dalam memecahkan masalah (Relvan, 2004).
Pokok-pokok pikiran yang dikemukakan Gardner tentang teori kecerdaan
ganda yakni.
1) Manusia mempunyai kemampuan meningkatkan dan memperkuat
kecerdasannya.
2) Kecerdasan selain dapat berubah dapat pula diajarkan kepada orang lain.
3) Kecerdasan merupakan realitas majemuk yang muncul di bagian-bagian
yang berbeda pada sistem otak atau pikiran manusia.
4) Pada tingkat tertentu, kecerdasan merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Artinya, dalam memecahkan masalah atau tugas tertentu, seluruh macam
kecerdasan manusia bekerja bersama-sama, kompak dan terpadu.
Kecerdasan yang terkuat cenderung “memimpin” atau ”melatih”
kecerdasan lainnya yang lebih lemah. Dikatakan juga bahwa manusia
mempunyai berbagai cara untuk mendekati suatu masalah dan hampir
semuanya dipelajari secara alami.

Kecerdasan adalah suatu kemampuan untuk memecahkan masalah atau


menghasilkan sesuatu yang dibutuhkan di dalam latar budaya
tertentu.Rentang masalah atau sesuatu yang dihasilkan mulai dari yang
sederhana sampai yang kompleks.Dikatakan mulai dari upaya mengakhiri
cerita, menentukan langkah- langkah permainan catur, menambal selimut
yang sobek, sampai menghasilkan teori-teori, komposisi musik dan politik.
Seseorang dikatakan cerdas bila ia dapat memecahkan masalah yang dihadapi
dalam hidupnya dan mampu menghasilkan sesuatu yang berharga/berguna
bagi umat manusia (Relvan, 2004).
Gardner (1983) berhasil mengidentifikasi delapan macam kecerdasan, yang
kemudian dikenal sebagai kecerdasan ganda (Multiple Intelligence) atau biasa
disingkat dengan MI. Kedelapan jenis kecerdasan tersebut adalah:

1) Kecerdasan musical

Gardner menyebut kecerdasan musical ini dengan istilah musical/


rhythmic intelligence. Kecerdasan musical (KM) adalah kemampuan
untuk menghasilkan dan mengapresiasi musik. Kemampuan ini meliputi
menyanyi, bersiul, memainkan alat-alat musik, mengenal pola-pola
nada, membuat komposisi musik, mengingat melodi, memahami
struktur dan irama musik. Gardner telah mengidentifikasi bahwa inti
dasar KM musical meliputi aspek irama, pola titinada, harmoni, dan
timber, tetapi dia segera mengusulkan adanya kekuatan emosional
misterius dari musik. Dia menunjukkan beberapa fakta untuk
mendukung teorinya bahwa kemampuan musikan berfungsi seperti
sebuah intelegensi, yakni apa yang oleh composer disebut sebagai
logical musical thinking dan musical mind (101-2). Kecerdasan musik
merupakan kecerdasan yang paling awal berkembang dalam diri
manusia (Armstrong, 2002).

Kecerdasan musikal dibuktikan dengan adanya rasa sensitif terhadap


nada, melodi, irama musik. Orang-orang yang memilki kecerdasan
musikal yang baik antara lain ; komposer, konduktor, musisi, kritikus
musik, pembuat instrumen dan orang-orang sensitif terhadap unsur
suara (Budiningsih, 2005).

Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam


inteligensi musikal :

a. Pandai mengubah atau mencipta musik.


b. Senang dan padai bernyanyi.
c. Pandai mengoperasikan musik serta menjaga ritme.
d. Mudah menangkap musik.
e. Peka terhadap suara dan musik.
2) Kecerdasan Kinesthetic

Jenis kecerdasan ini berkaitan dengan pengendalian gerakan badan.


Pengenalian gerakan badan ini terletak di korteks motoris dengan setiap
belahan otak mendominasi atau mengendalikan gerakan badan di sisi
yang berlawanan (Gardner, 1983). Orang yang cerdas secara kinesthetic
akan lebih mudah menirukan dan menciptakan gerakan. Seorang
olahragawan yang cerdas kinesthetic akan dapat menyelesaikan dan
mencari alternatif gerakan. Penyelesaian gerakan tentu berbeda dengan
penyelesaian persamaan matematika, sehingga dalam hal ini orang yang
cerdas gerak badan boleh jadi tidak cerdas secara matematik dan
sebaliknya (Armstrong, 2002).

Kecerdasan kinestetik tubuh adalah kecerdasan yang memungkinkan


seorang memanipulasi objek dan cakap melakukan aktivitas fisik.
Contoh-contoh orang yang memiliki kecerdasan kinestetik yaitu atlet,
penari, ahli bedah, dan pengrajin (Dryden, 1999).

Berikut ini individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi


kinestetik tubuh:

a. Senang menari atau akting.


b. Pandai dan aktif dalam olahraga tertentu.
c. Mudah berekspresi dengan tubuh.
d. Mampu memainkan mimic.
e. Koordinasi dan fleksibilitas tubuh tinggi.
f. Senang dan efektif berfikir sambil berjalan, berlari dan berolahraga.
g. Pandai merakit sesuatu menjadi suatu produk.
h. Senang bergerak atau tidak bisa diam dalam waktu yang lama.
i. Senang kegiatan di luar rumah.
3) Kecerdasan logical/mathematical

Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi


dengan angka-angka dan bilangan, berpikir logis dan ilmiah, adanya
konsistensi dalam pemikiran.. Seseorang yang cerdas secara logika-
matematika seringkali tertarik dengan pola dan bilangan/angka-angka.
Mereka belajar dengan cepat operasi bilangan dan cepat memahami
konsep waktu, menjelaskan konsep secara logis, atau menyimpulkan
informasi secara matematik. Kecerdasan ini amat penting karena akan
membantu mengembangkan keterampilan berpikir dan logika seseorang.
Dia menjadi mudah berpikir logis karena dilatih disiplin mental yang
keras dan belajar menemukan alur piker yang benar atau tidak benar. Di
samping itu juga kecerdasan ini dapat membantu menemukan cara kerja,
pola, dan hubungan, mengembangkan keterampilan pemecahan masalah,
mengklasifikasikan dan mengelompokkan, meningkatkan pengertian
terhadap bilangan dan yang lebih penting lagi meningkatkan daya ingat
(Armstrong, 2002).

Kecerdasan logis matematis memungkinkan seseorang terampil dalam


melakukan hitungan, penghitungan atau kuantifikasi, mengemukakan
proposisi dan hipotesis dan melakukan operasi matematis yang kompleks
(Budiningsih, 2005).

Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam


inteligensi logis-matematis :

a. Senang bereksperimen, bertanya, menyusun atau merangkai teka-teki.


b. Senang dan pandai berhitung dan bermain angka.
c. Senang mengorganisasikan sesuatu, menyusun scenario.
d. Mampu berfikir logis baik induktif maupun deduktif.
e. Senang silogisme .
f. Senang berfikir abstraksi dan simbolis.

Contoh – contoh orang yang memiliki kecerdasan matematis logis adalah


ilmuwan, matematikawan, akuntan, insinyur, dan pemprogram computer.
4) Kecerdasan visual/spatial

Kecerdasan ini ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk melihat


secara rinci gambaran visual yang terdapat di sekitarnya. Seorang
seniman dapat memiliki kemampuan persepsi yang besar. Bila mereka
melihat sebuah lukisan, mereka dapat melihat adanya perbedaan yang
tampak di antara goresan-goresan kuas, meskipu orang lain tidak mampu
melihatnya. Dengan mengamati sebuah foto, seorang fotografer dapat
membuat analisis mengenai kelemahan atau kekuatan dari foto tersebut
seperti arah datangnya cahaya, latar belakang, dan sebagainya, bahkan
mereka dapat memberi jalan keluar bagaimana seandainya foto itu
ditingkatkan kualitasnya. Kecerdasan ini sangat dituntut pada profesi-
profesi seperti fotografer, seniman, navigator, arsitek. Pada orang-orang
ini dituntut untuk melihat secara tepat gambaran visual dan kemudian
member arti terhadap gambaran tersebut (Armstrong, 2002).

Orang yang memiliki kecerdasan spasial adalah orang yang memiliki


kapasitas dalam berfikir secara tiga dimensi. Contoh – contoh orang yang
memiliki kecerdasan spasial adalah pelaut, pilot, pematung, pelukis daan
arsitek. Kecerdasan spasial memungkinkan individu dapat
mempersepsikan gambar-gambar baik internal maupun eksternal dan
mengartikan atau mengkomunikasikan informasi grafis (Suciati, 2007).

Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam


inteligensi visual spasiall :

a. Senang merancang sketsa, gambar, desain grafik dan table.


b. Peka terhadap citra, warna dan sebagainya.
c. Pandai menvisualisasikan ide.
d. Imaginasinya aktif.
e. Mudah menemukan jalan pada ruang.
f. Mempunyai presepsi yang tepat dari berbagai sudut.
g. Mengenal relasi benda – benda dalam ruang.
5) Kecerdasan verbal/linguistic

Orang-orang yang memiliki kecerdasan ini memiliki kemampuan untuk


menyusun pikirannya dengan jelas. Mereka juga mampu mengungkapkan
pikiran dalam bentuk kata-kata seperti berbicara, menulis, dan membaca.
Orang dengan kecerdasan verbal ini sangat cakap dalam berbahasa,
menceriterakan kisah, berdebat, berdiskusi, melakukan penafsiran,
menyampaikan laporan dan berbagai aktivitas lain yang terkait dengan
berbicara dan menulis. Kecerdasan ini sangat diperlukan pada profesi
pengacara, penulis, penyiar radio/televisi, editor, guru (Armstrong,
2002).

Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam


intelegensi bahasa :

a. Senang membaca buku, bercerita atau mendongeng.


b. Senang berkomunikasi, berbicara,berdialog, berdiskusi dan senang
berbahasa asing.
c. Pandani menghubungkan atau merangkaikan kata – kata atau kalimat
baik lisan ataupun tertulis.
d. Pandai menafsirkan kata – kata atau paragraph baik secara lisan
maupun tertulis.
e. Senang mendengarkan musik dan sebagainya dengan baik.
f. Pandai mengingat dan menghafal.
g. Humoris.

Contoh orang-orang yang memiliki kecerdasan bahasa yaitu: Pengarang,


Penyair, Wartawan, Pembicara, dan Pembaca berita.
6) Kecerdasan interpersonal

Kecerdasan interpersonal adalah kapasitas yang dimiliki oleh seseorang


untuk dapat memahami dan dapat melakukan interaksi secara fektif
dengan orang lain. Kecerdasan interpersonal akan dapat dilihat dari
beberapa oranng seperti; guru yang sukses, pekerja sosial, aktor, politisi.
Saat ini orang mulai menyadari bahwa kecerdasan interpersonal
merupakan salah satu faktor yang sangat kesuksesan seseorang
(Armstrong, 2002).

Kecerdasan ini berkait dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi


dengan orang lain. Pada saat berinteraksi dengan orang lain, seseorang
harus dapat memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud
dan keinginan teman interaksinya, kemudian memberikan respon yang
layak. Orang dengan kecerdasan Interpersonal memiliki kemampuan
sedemikian sehingga terlihat amat mudah bergaul, banyak teman dan
disenangi oleh orang lain. Di dalam pergaulan mereka menunjukkan
kehangatan, rasa persahabatan yang tulus, empati. Selain baik dalam
membina hubungan dengan orang lain, orang dengan kecerdasan ini juga
berusaha baik dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang
berhubungan dengan perselihanan dengan orang lain. Kecerdasan ini
amat penting, karena pada dasarnya kita tidak dapat hidup sendiri (No
man is an Island). Orang yang memiliki jaringan sahabat yang luas tentu
akan lebih mudah menjalani hidup ini. Seorang yang memiliki
kecerdasan “bermasyarakat” akan (a) mudah menyesuaikan diri, (b)
menjadi orang dewasa yang sadar secara sosial, (b) berhasil dalam
pekerjaan (Armstrong, 2002).

Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam


inteligensi interpersonal :

a. Mampu berorganisasi, menjadi pemimpin dalam organisasi.


b. Mampu bersosialisasi, menjadi mediator, bermain dalam kelompok
bekerja sama dalam tim.
c. Senang permainan berkelompok dari pada individual.
d. Biasanya menjadi tempat mengadu orang lain.
e. Senang berkomunikas verbal dan nonverbal.
f. Peka terhadap teman.
g. Suka memberi feedback.
h. Mudah mengenal dan membedakan perasaan dan pribadi orang lain.
7) Kecerdasan intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal diperlihatkan dalam bentuk kemampuan dalam
membangun persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan menggunakan
kemampuan tersebut dalam membuat rencana dan mengarahkan orang
lain (Budiningsih, 2005).
Berikut ini individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi
intra personal :
a. Mampu menilai diri sendiri dan bermediasi.
b. Mampu mencanangkan tujuan, menyusun cita – cita dan rencana
hidup yang jelas.
c. Berjiwa bebas.
d. Mudah berkonsentrasi.
e. Keseimbangan diri.
f. Senang mengekspresikan perasaan – perasaan yang berbeda.
g. Sadar akan realitas spiritual.
8) Kecerdasan naturalistic
Keahlian mengenali dan mengkategorikan spesies-flora dan fauna di
lingkungannya. Para pecinta alam adalah contoh orang tergolong sebagai
orang – orang yang memiliki kecerdasan ini (Suciati, 2007).
Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam
inteligensi naturalis :
a. Senang terhadap flora dan fauna, bertani, berkebun, memelihara
binatang, berinteraksi dengan binatang dan berburu.
b. Pandai melihat perubahan cuaca, meneliti tanaman.
c. Senang kegiatan di alam terbuka.
2.3 Faktor-faktor Penting dalam Implementasi Teori Kecerdasan Ganda.

Implementasi teori kecerdasan ganda dalam aktivitas pembelajaran


memerlukan dukungan komponen-komponen sistem persekolahan sebagai
berikut :

a. Orang tua murid


b. Guru
c. Kurikulum dan fasilitas
d. Sistem penilaian
Komponen masyarakat, dalam hal ini orang tua murid perlu memberikan
dukungan yang optimal agar implementasi teori kecerdasan ganda di
sekolah dapat berhasil. Orang tua, dalam konteks pengembangan kecerdasan
ganda perlu memeberikan sedikit kebebasan pada anak mereka untuk dapat
memilih kompetensi yang ingin dikembangkan sesuai dengan kecerdasan
dan bakat yang mereka miliki (Budiningsih, 2005).
Guru memegang peran yang sangat penting dalam implementasi teori
kecerdasan ganda. Agar implementasi teori kecerdasan ganda dapat
mencapai hasil seperti yang diinginkan ada dua hal yang perlu diperhatikan
yaitu:
1) Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan individu siswa.
Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan ganda yang dimiliki
oleh siswa merupakan hal yang sangat penting. Faktor ini akan sangat
menentukan dalam merencanakan proses belajar yang harus ditempuh
oleh siswa. Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk
mengenali kecerdasan spesifik yang dimiliki oleh siswa. Semakin dekat
hubungan antara guru dengan siswa, maka akan semakin mudah bagi
para guru untuk mengenali karakteristik dan tingkat kecerdasan siswa.
2) Kemampuan mengajar dan memanfaatkan waktu mengajar secara
proporsional.
Setelah mengetahui kecerdasan setiap individu siswa, maka langkah –
langkah berikutnya adalah merancang kegiatan pembelajaran.
Armstrong (2004) mengemukakan proporsi waktu yang dapat
digunakan oleh guru dalam mengimplementasikan teori kecerdasan
ganda yaitu :
30 % pembelajaran langsung

30 % belajar kooperatif

30% belajar independent

Implementasi teori kecerdasan ganda membawa implikasi bahwa guru


bukan lagi berperan sebagai sumber (resources), tapi harus lebih berperan
sebagai manajer kegiatan pembelajaran. Dalam menerapkan teori
kecerdasan ganda, sistem sekolah perlu menyediakan guru-guru yang
kompeten dan mampu membawa anak mengembangkan potensi-potensi
kecerdasan yang mereka miliki. Guru musik misalnya, selain mampu
memainkan instrumen musik, ia juga harus mampu mengajarkannya
sehimgga dapat menjadi panutan yang baik bagi siswa yang memiliki
kecerdasan musical (Suciati, 2007).

Sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda juga perlu menyediakan


fasilitas pendukung selain guru yang berkualitas. Fasilitas tersebut dapat
digunakan oleh guru dan siswa dalam meningkatkan kecerdasan-kecerdasan
yang spesifik.

Fasilitas dapat berbentuk media pembelajaran dan peralatan serta


perlengkapan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kecerdasan ganda. Contoh fasilitas pembelajaran yang dapat digunakan
untuk meningkatkan kecerdasan ganda antara lain : peralatan musik,
peralatan olah raga dan media pembelajaran yang dapat digunakan untuk
melatih kecerdasan spesifik (Budiningsih, 2005).

Sistem penilaian yang diperlukan oleh sekolah yang menerapkan teori


kecerdasan ganda berbeda dengan sistem penilaian yang digunkan pada
sekolah konvensional. Sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda
pada dasarnya berasumsi bahwa semua individu itu cerdas. Penilaian yang
digunakan tidak berorientasi pada input dari proses pembelajaran tapi lebih
berorientasi pada proses dan kemajuan (progress) yang diperlihatkan oleh
siswa dalam mempelajari suatu keterampilan yang spesifik. Metode
penilaian yang cocok dengan sistem seperti ini adalah metode penilaian
portofolio.
Sistem penilaian portofolio menekankan pada perkembangan bertahap yang
harus dilalui oleh siswa dalam mempelajari sebuah keterampilan atau
pengetahuan (Dryden, 1999).

2.4 Kelebihan dan Kelemahan Teori Kecerdasan Ganda.


A. Kelebihan
1) Pembelajaran dapat lebih focus terhadap suatu kecenderungan
kecerdasan dan menunjukkan hasil yang optimal.
2) Memberikan sudut pandang baru terhadap pengembangan potensi
manusia.
3) Membuka kesempatan pada pelajar untuk kritis dan berpikiran terbuka.
4) Menghindari adanya penghakiman terhadap manusia dari sudut
pandang kecerdasan/inteligensi (Saefuddin, 2006).
B. Kelemahan
1) Memiliki kontroversi terutama dalam pandangan ahli psikologi
tradisional, seperti mencampuradukkan pengertian kecerdasan,
ketrampilan dan bakat.
2) Bersifat personal atau individual sehingga teori ini lebih efektif
digunakan untuk mengembangkan pembelajaran orang perorang
daripada mengembangkan pembelajaran massa atau klasikal.
3) Membutuhkan fasilitas yang lengkap sehingga membutuhkan biaya
besar untuk operasional klasikal atau massal.
4) Tenaga kependidikan di Indonesia belum sepenuhnya siap
melaksanakan teori ini dalam praktek di dalam kelas ataupun juga
pembelajaran yang melibatkan pemelajar dewasa, karena sudut
pandang kebanyakan orang masih sudut pandang tradisional.
2.5 Penerapan Teori Kecerdasan Ganda dalam Pembelajaran.

Gardner dalam penelitian menemukan meskipun ada peserta didik yang hanya
menonjol pada beberapa kecerdasan, dapat dibantu melalui pembelajaran
berbasis kecerdasan majemuk oleh guru di sekolah sehingga peserta didik
tersebut dapat mengembangkan kecerdasan yang lain kemudian dapat
mengaplikasikan dalam menyelesaikan persoalan hidup yang dihadapinya.
Demikian halnya dengan guru selain kecerdasan yang sudah dimiliki, dapat
juga mengembangkan kecerdasan yang lain dengan pembelajaran berbasis
kecerdasan majemuk. Jadi baik guru maupun peserta didik dapat
mengembangkan kecerdasan majemuk yang dimiliki melalui proses belajar
mengajar di kelas sehingga semakin berkembang dan memberikan hasil yang
maksimal (Hamzah, 2016).

Sedangkan menurut Tobeli, 2016 berpendapat bahwa penerapan pembelajaran


dapat dibagi dalam tiga aspek yaitu :

1) Pertama, secara kognitif dapat dijabarkan sebagai berikut: pertama, dapat


menarik perhatian peserta didik. Proses pembelajaran yang tidak
monoton atau bervariasi tentu akan menarik perhatian peserta didik.
Kedua, ada perubahan hasil belajar. Semua pendidik berharap setelah
belajar, peserta didik dapat mengerti apa materi yang telah disampaikan
dengan melakukan post tes.
2) Kedua, secara afektif adalah motivasi. Menurut Djamarah, motivasi
merupakan suatu kekuatan yang dapat mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu perbuatan termasuk belajar. Seseorang akan berhasil
dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar.
Dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi, yang
meliputi dua hal yaitu mengetahui apa yang akan dipelajari dan
memahami mengapa hal tersebut perlu dipelajari.
3) Ketiga, Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Melalui
keterampilan motorik anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh
perasaan senang. Jadi yang dimaksud dengan keterampilan motorik disini
yaitu keterampilan seseorang melakukan aktivitas sebagai wujud
penerapan pembelajaran yang telah diperoleh dari guru.
DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, T., 2002. Sekolah Para Juara : Menerapkan Multiple Intelegences di


Dunia Pendidikan. Bandung : Kaifa.

Azwar, Saifuddin, 2006. Pengantar Psikologi Inteligensi. Edisi I, Cetakan V.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Budiningsih, C. Asri, 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Dryden, G.S. 1999. Revolusi Cara Belajar : Keajaiban Pikiran. Bandung : Kaifa.

Hamzah, Amir. 2016. Teori Multiple Intelligences Dan Implikasinya Terhadap


Pengelolaan Pembelajaran. (online).
(ejournal.stainpamekasan.ac.id/index.php/tadris/article/view/256/24). (diakses
tanggal 11 maret 2017).

Relvan. 2004. Pendekatan Multi Kecerdasan Menurut Gardner dan Implikasinya


Bagi Pembelajaran PAI. Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 1, No. 2.

Suciati,dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran 2.Jakarta : Penerbit Universitas


Terbuka.

Suparno, Paul. 2004. Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah.

Tobeli, Evi. 2016. Model Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk Dan


Penerapannya Dalam Proses Pembelajaran Anak Usia Dini. (Online),
(http://www.e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/P117.pdf). (diakses tanggal 11
maret 2017).

Yogyakarta : Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai