Anda di halaman 1dari 46

ANALISIS LOKASI DAN POLA

KERUANGAN
CENTRAL PLACE THEORY-CHRISTALLER
dan PERKEMBANGAN TEORI LOKASI
DAYU ARIESTA KIRANA SARI, ST, M.Sc
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA
2015
Teori Tempat Pusat
Central Place Theory
Kota

 Fungsi kota???
Kota
 Fungsi kota-kota:
1. Melancarkan
pengawasan Fungsi melayani
(administratif-politis) sebagai pusat
2. Sebagai pusat wilayah (central
pertukaran (komersial) place) terhadap
teritorial
3. Tempat memproses disekelilingnya
bahan sumber daya (hinterland)
(industrial)
Kota

 Kota: pusat daerah yang produktif


 Pusat kota sebagai ruang untuk berbagai jasa
penting
 Didasarkan pada dua faktor lokasi:
 Ongkos transport
 Aglomerasi ekonomi
 (Aglomerasi = pengelompokan berbagai kegiatan
dan atau penduduk di titik-titik simpul)
Aglomerasi
 Perlunya central place (pusat pelayanan), untuk efisiensi:
1. ekonomis: murah (efisiensi produksi dan distribusi)
2. geografis: jarak, kemudahan akses
3. psikologis (kepuasan sosial): nyaman, aman
Teori Tempat Pusat (Christaller)

 Walter Christaller (ahli geografi dan ekonomi) dari Jerman


 Menganalisis fungsi-fungsi dari Central Place/tempat
pusat (1933)
 Asumsi permasalahan: faktor penentu banyaknya,
besarnya dan persebaran kota
  hipotesis: wilayah sebagai dataran yang homogen
secara geografis dengan penduduk yang merata
persebarannya
Teori Tempat Pusat (Christaller)
 Pertanyaan2 mendasar dari Christaller:
 Adakah prinsip-prinsip umum yang menentukan jumlah,
ukuran, dan distribusi dari human settlements?
 Apakah lokasi dari kota-kota, besar maupun kecil, hanya
semata-mata terbentuk karena faktor sejarah, tanpa adanya
suatu pengaruh faktor yang masuk akal?
 Apakah hal itu hanya semata-mata pengaruh/respon dari
konfigurasi topografi dan geografi atau kepadatan penduduk?
 Adakah suatu penjelasan untuk aglomerasi desa, gabungan
dari kota-kota dan pusat metropolitan?
 Adakah dibalik itu semua tenaga-tenaga yang fundamental
yang membentuk kondisi demikian?
Teori Tempat Pusat (Christaller)

 Christaller: mencari tahu “POLA SIMBIOTIK DARI


KETERGANTUNGAN DAN KETIDAKTERGANTUNGAN” dari
berbagai unit analisis ruang
 Proses kristalisasi/pengumpulan penduduk disekitar inti
(nucleus) adalah proses dasar yang semestinya terjadi →
“CENTRALISTIC PRINCIPLE”
 Sebaran kota-kota Christaller: central places/tempat
sentral
  membentuk hierarki  pola hexagon
Teori Tempat Pusat (Christaller)

 Fungsi dari suatu kota: pusat dari region


 Tetapi kota-kota terdiri atas berbagai ukuran, demikian
pula region-regionnya→ istilah untuk perbedaan2 tsb:
“CENTRAL PLACE”
 Klasifikasi: Central place orde lebih tinggi, terdiri dari
central place orde lebih rendah, dst
Teori Tempat Pusat (Christaller)

 Orde yang paling rendah: auxiliary central place


(smaller place that usually have no central importance)
 Kualifikasi orde tidak tergantung ukuran (size)
 Ada kriteria “SIZE” dan “IMPORTANCE”
 Bisa saja central place yang berukuran kecil menduduki
fungsi orde yang lebih tinggi, dst
Teori Tempat Pusat (Christaller)

 Importance (kepentingan): konsep yang berhubungan


dengan tingkah laku manusia (behavioral concept),
bukan merupakan dimensi fisik atau populasi dari
central place,
 But the combination between economic effort of the
inhabitants and the degree of intensity
 Tetapi biasanya ada korelasi antara size dan importance
ASUMSI (Christaller) DALAM CENTRAL
PLACE THEORY
1. Karena para konsumen yang menanggung biaya angkutan, maka
jarak ke tempat pusat yang dinyatakan dalam biaya dan waktu,
menjadi penting
2. Karena para konsumen yang menanggung biaya angkutan, maka
jangkauan (range) suatu barang ditentukan oleh jarak yang
dinyatakan dalam biaya dan waktu
3. Semua konsumen, dalam usaha mendapatkan barang dan jasa yang
dibutuhkan, menuju ke tempat pusat yang paling dekat dengannya
4. Kota-kota berfungsi sebagai central place bagi wilayah di sekitarnya
 ada hubungan antara besarnya tempat pusat dan besarnya
(luasnya) wilayah pasaran, banyaknya penduduk, dan tingginya
pendapatan di wilayah yang bersangkutan
5. Wilayah tersebut digagaskan sebagai dataran, di mana penduduknya
tersebar merata dan ciri-ciri ekonomisnya sama (besar
penghasilannya sama)
TEORI TEMPAT PUSAT (CHRISTALLER):
PENAWARAN BARANG DAN PELAYANAN

 Konsep Christaller tidak terlalu mementingkan


“production” of (central place) goods, tetapi
lebih kepada “offering” of such goods and
services  PELAYANAN BARANG
 →Fungsi perdagangan yang merupakan refleksi
dari real economic centrality
TEORI TEMPAT PUSAT (CHRISTALLER):
COMPLEMENTARY REGION

 Fungsi perdagangan tsb terikat pada masing masing


complementary region /daerah pelengkap
 Daerah pelengkap/komplementer: daerah layanan /
yang dilayani tempat sentral
 Complementary region umumnya mempunyai ukuran
yang konstan (economic distance/jarak ekonomi)
 →luasannya tergantung ‘jarak ekonomi’ (jumlah
biaya) suatu barang
Teori Tempat Pusat (Christaller)

 Jarak ekonomi: suatu dimensi yang ditentukan


oleh berbagai faktor (ongkos angkut, waktu
tempuh, ketidaknyamanan perjalanan, dsb)
 →ditentukan oleh maksimum perjalanan oleh
penduduk yang tersebar yang bermaksud untuk
memperoleh barang atau jasa yang
ditawarkan/berada di central place tertentu
(willingness to pay)
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KONSUMSI:

 Perkembangan tempat sentral tergantung konsumsi


barang (sentral)
  penduduk (distribusi, kepadatan, struktur
penduduk)
1. permintaan, penawaran dan harga barang
2. kondisi wilayah dan transportasi
Tahapan pembentukan wilayah
pasaran christaller
Teori Tempat Pusat (Christaller)

  hipotesis: range (jangkauan) dan threshold (ambang


batas)
 range = jarak yang perlu ditempuh untuk memperoleh
barang kebutuhan
 threshold = jumlah minimum penduduk yang diperlukan
untuk kelancaran dan kesinambungan suplai barang
 barang dan jasa dengan threshold besar dan range
besar: barang tingkat tinggi (high order goods and
services): emas, >< barang tingkat rendah (threshold
kecil, range kecil): makanan dan minuman
3 (tiga) macam asas (pasar, pengangkutan dan
pemerintahan) 1
  batas atas (range, jarak terjauh yang harus ditempuh) dan
batas bawah (jarak yang meliputi wilayah yang dihuni jumlah
minimum orang untuk menghasilkan keuntungan / threshold)

sistem tempat pusat central menurut asas pasar


 melihat jangkauan barang (sentral)
 semua wilayah harus dilengkapi dengan barang-barang yang
diperlukan, tapi jumlah tempat sentral harus sesedikit mungkin
 hierarki K3  asas pasar
 prinsip optimalisasi pasar (marketing optimising principle):
permintaan barang dan jasa, transportasi ‘diabaikan’
Wilayah-wilayah pasaran dalam sistem
tempat pusat
3 (tiga) macam asas (pasar, pengangkutan dan
pemerintahan) 2
sistem tempat pusat central menurut asas pengangkutan
 persebaran tempat-tempat paling menguntungkan jika
ada sebanyak mungkin tempat-tempat penting yang
terletak pada jalan (yang sependek dan selurus
mungkin) yang menghubungkan 2 kota
 hierarki K4  asas pengangkutan
 prinsip optimalisasi pengangkutan (traffic optimising
principle): efisiensi transportasi (‘penerobosan’)
Sistem tempat pusat menurut asas
pengangkutan
3 (tiga) macam asas (pasar, pengangkutan dan
pemerintahan) 3
sistem tempat pusat central menurut asas pemerintahan
 bersifat sosio-politis, bukan ekonomis
 memperhatikan ciri-ciri terpisahnya masyarakat manusia, untuk
diusahakan agar bersatu dan sekaligus dilindungi  kota
satelit
 hierarki K7  asas pemerintahan
 prinsip optimalisasi administrasi / pemerintahan (administration
optimising principle): setiap tingkat di level bawah terdapat di
dalam batas wilayah dari tempat pusat level di atasnya 
efisiensi tata kerja pemerintahan
Sistem tempat pusat menurut asas
pemerintahan
struktur heksagonal dan 3 prinsip
optimal
Perbedaan pokok masing-masing prinsip
optimal
Kritik terhadap Christaller

 Tidak semua wilayah homogen


 Wilayah pasaran tidak ada yang heksagonal (faktor
geografi fisis dan jaringan transportasi)
 Manusia tidak selalu rasional (produsen VS. konsumen)

  teori christaller cocok untuk daerah perdesaan (di


mana fungsi kota masih terbatas) dan di negara-negara
berkembang
Central place di Indonesia

 Han Redmana: hubungan teori central place Christaller dan teori


growth centres (growth poles) Perroux
 Perroux: pembangunan tidak terjadi secara serentak, namun muncul
di tempat-tempat tertentu dengan intensitas yang berbeda  titik /
kutub pertumbuhan (growth poles) / polarisasi, yang lalu menjalar ke
tempat lain  hierarki dan peranan tempat-tempat pusat (misal
tergantung keterjangkauan, SDA, partisipasi penduduk, teknologi,
dsb.)
pusat-pusat wilayah pengembangan / pembangunan  repelita
 Dalam bidang yang lain  keselarasan pembangunan sektoral dan
pembangunan regional (daerah)
 pengembangan sektor kecil yang merupakan sektor kunci, yang
lalu menjalar ke sektor lain  kaitan ke depan dan ke belakang
(backward dan forward linkage) serta prinsip efisiensi
Wilayah pengembangan indonesia
PERKEMBANGAN TEORI
LOKASI
TEORI-TEORI KLASIK TENTANG LOKASI
INDUSTRI PADA AWAL ABAD KE-20

 Biaya transpor dan upah buruh menjadi faktor utama


di dalam memilih lokasi industri.
 Biaya transpor merupakan totalitas dari biaya
transpor bahan baku dari tempat bahan baku menuju
tempat pengolahan (pabrik), serta biaya transpor
produk dari lokasi pabrik menuju tempat pemasaran.
TEORI-TEORI KLASIK TENTANG LOKASI
INDUSTRI PADA AWAL ABAD KE-20

 ASUMSI:
 Pelaku pengambil keputusan tentang lokasi industri
tersebut bertindak secara rasional di dalam suatu
kompetisi pasar yang homogen dan para pelaku usaha
mendapat informasi yang lengkap
 Kompetisi pasar yang homogen dimaksudkan antara
lain sebagai moda angkutan dan biaya per satuan jarak
dan bobot angkut yang seragam pada semua titik
lokasi.
PERIODE SETELAH PERANG DUNIA KE-
2

 Berbagai infrastruktur dibangun, termasuk infrastruktur


transpor, sehingga biaya transpor menjadi semakin
menurun. Kesenjangan wilayah dalam hal upah buruh
menurun bersamaan dengan berkembangnnya mobilitas
buruh (Pellenbarg, 2006: 27).
 Faktor-faktor aglomerasi oleh Weber menjadi hal yang
penting dan mendominasi Teori Lokasi pada pertengahan
abad ke 20, seperti Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Pole)
oleh Perroux dan Teori Cumulative Causation oleh Myrdal
PERUBAHAN TEORI LOKASI DALAM 3
FASE
Tahap 1 Tahap II Tahap III
Revolusi Industri 1950 onwards 1990 onwards

Faktor-faktor primer Faktor-faktor sekunder Faktor-faktor tersier


Transport costs vs. costs Proximity to markets Government
of commodities/ Proximity to suppliers/ policies Level of
products Labour costs service providers "institutional
Other agglomeration factors thickness"
Knowledge centres and
ICT-infrastructure
Quality/ mentality
of workforce
Environmental aspects
(sustainable business
zones) Representative
business locations
Neoclassical (least Growth-pole theory/ Behavioural and
Quality of living/
cost) location theory cumulative causation institutional theories
recreational
Regional concentrations theory Urban Spatial diffusion
environments
agglomeration
FASE AKHIR ABAD 20

 Persepsi pribadi dari para pengusaha berperan


penting di dalam mempengaruhi pemilihan lokasi,
disamping pertimbangan-pertimbangan berbagai
jaringan sosial ekonomi, perilaku dan kelembagaan
(Meester, 1999: 32).
 jaringan sosial, bersamaan dengan faktor-faktor
aglomerasi, faktor-faktor lain seperti kelembagaan,
ilmu pengetahuan, lingkungan, unsur yang
menyangkut mental dan citra
 perkembangan dan pelayanan teknologi/moda
transpor berkembang pesat, yang berakibat biaya-
biaya transport semakin menurun, angkutan semakin
mudah dan cepat
 Kritik: perkembangan saat ini tidak hanya pada sektor
pertanian dan industri tapai juga jasa
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR LOKASI
JUGA AKAN BERBEDA-BEDA PADA
BERBAGAI LEVEL RUANG

 Perbedaan level ruang secara sederhana adalah wilayah kota,


kabupaten, provinsi dan nasional
 MISAL:
 Pemilihan lokasi industri di dalam wilayah kota, lebih
ditentukan oleh kebijakan pemerintah kota yang mengarahkan
industri-industri untuk didirikan di dalam kawasan industri
 Faktor biaya transpor di dalam wilayah kota bukan menjadi
pertimbangan utama di dalam memilih lokasi, disamping
karena relatif di semua bagian kota sudah tersedia moda dan
infrasruktur yang memadai, juga pengaruh dari kebijakan
pemerintah kota tersebut.
PENGARUH SOSIAL EKONOMI
TERHADAP PEMILIHAN LOKASI

1. Perkembangan jaringan sosial (network society);


2. Perkembangan ilmu pengetahuan ekonomi
(knowledge-economy); dan
3. Perkembangan ekonomi yang kreativ (creative
economy).
PERKEMBANGAN JARINGAN SOSIAL
(NETWORK SOCIETY)

 Jaringan sosial saat ini sudah mengglobal. Berbagai


kegiatan ekonomi sudah bersifat lintas batas (across
border), lintas wilayah dan lintas negara. Jarak bukan
lagi menjadi kendala utama di dalam aktivitas
ekonomi.
 tenaga kerjapun sudah mengglobal, terutama tenaga
kerja terdidik dan trampil (Castells, 2000: 130).
 Salah satu penyebab tersebarnya bagian-bagian proses
usaha ke dalam wilayah internasinal adalah kemajuan
yang pesat di dalam teknologi komunikasi dan
informasi, sehingga koordinasi, pengawasan, kerjasama
dapat dilakukan secara mudah dan cepat tanpa harus
langsung berhadapan muka (face to face).
 Note: wilayah-wilayah yang memiliki kualitas atau
keunggulan dalam akses informasi menjadi faktor yang
sangat bernilai didalam memilih lokasi kegiatan usaha.
PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
EKONOMI (KNOWLEDGE-ECONOMY)

 Ilmu pengetahuan berperan sangat krusial di dalam ekonomi


modern. “Komoditas” penting ini menjadi faktor yang sangat
menentukan di dalam kompetisi.
 Berkembangnya knowledge-based economy ditunjukkan oleh
semakin meningkatnya proporsi pekerja dengan tingkat
pendidikan yang semakin tinggi terhadap total pekerja.
 Orang-orang dengan pendidikan dan ketrampilan tinggi adalah
“human capital”.
 banyak perusahaan memilih berlokasi di kota-kota besar
sebagai tempat akumulasi “human capital” tersebut.
PERKEMBANGAN EKONOMI YANG
KREATIF (CREATIVE ECONOMY)

 Tidak hanya yang berpendidikan dan berkeahlian


tinggi saja yang menjadi motor penggerak ekonomio,
tetapi di dalam struktur tenaga kerja, terdapat juga
kelompok spesifik yang berperan penting, yaitu yang
dinamakan kelas yang kreatif (creative class).
 Kelompok ini tidak harus orang dengan pendidikan
yang tinggi, tetapi yang terutama adalah kelompok
orang yang memiliki ide-ide yang kreatif dan inovatif.
 Konsekuensinya, perusahaan-perusahaan baru kemudian
muncul, tidak hanya karena ide-ide dari kelompok ini saja,
tetapi akibat dari akumulasi/perputaran ekonomi dari
tempat/kota tersebut.
 faktor penentu tertariknya berbagai kegiatan usaha ke
suatu wilayah/kota yang kemudian mendorong
berkembangnya wilayah/kota tersebut adalah iklim usaha
(business climate), dalam kasus ini faktor tersebut adalah
people climate dari wilayah/kota tersebut.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai