Anda di halaman 1dari 2

Nama : Yustina Medy Rosila Chris

NIM : 2007511056
Kode/Kelas : 07/EKI312/Ekonomi Regional (E2)
Judul Tugas : Kerangka konseptual

TEORI TEMPAT SENTRAL (CENTRAL PLACE THEORY)

Teori tempat sentral (central place theory) diintroduksikan oleh Christaller (ahli ilmu bumi)
yang kemudian diperluas oleh August Los-ch ahli ekonomi. Teori-teori tersebut di atas telah
merintis analisis ta- ta ruang yang menekankan pada identifikasi sistem wilayah baik secara fisik
ataupun ekonomi yang memiliki pola distribusi kegiatan-kegiatan produksi dan daerah-daerah
perkotaan secara hierarkis.
Menggunakan asumsi-asumsi yang hampir sama di antaranya wilayah model merupakan
dataran yang homogen, penduduk dan tenaga belinya tersebar merata di seluruh wilayah,
Christaller dan Losch menjelaskan susunan pusat-pusat secara spasial. Objek pembahasan mereka
dapat dikatakan sama yaitu menyoroti persoalan-persoalan lokasi dan distribusi pengelompokan
kegiatan-kegiatan ekonomi secara geografis. Meskipun keduanya tidak memerhatikan adanya
penghematan eksternal, tetapi keduanya mempunyai perbedaan, baik dalam lingkup dan cara
pandang yang dikembangkan.
a) Gejala Dinamis dan Pertumbuhan Wilayah
Teori tempat sentral menjelaskan pola geografis dan struktur hierarkis pusat-pusat kota
atau wilayah-wilayah nodal, tetapi tidak menjelaskan bagaimana pola geografis tersebut terjadi
secara gradual dan bagaimana pola tersebut mengalami perubahan-perubahan pada masa depan,
atau dapat dikatakan tidak menjelaskan gejala-gejala (fenomena) pembangunan, dengan demikian
teori tersebut dapat dikatakan bersifat statis. Agar supaya teori tempat sentral mampu menjelaskan
gejala- gejala dinamis, maka perlu ditunjang oleh teori-teori pertumbuhan wilayah, salah satu di
antaranya adalah teori Perraux (kutub pertum- buhan) yang membahas perubahan- perubahan
struktural pada tata ruang geografis; atau dapat dikatakan teori tempat sentral merupakan dasar
dari teori kutub pertumbuhan.
Teori tempat sentral untuk sebagian bersifat positif karena berusaha menjelaskan pola
aktual arus pelayanan jasa, dan untuk sebagian lagi bersifat normatif karena berusaha menentukan
pola optimal distribusi tempat-tempat sentral. Keduaduanya mempunyai kontribusi pada
pemahaman interrelasi spasial dan mengenai kota-kota sebagai sistem di dalam sistem perkotaan.
b) Tiga Konsep Fundamental
Meskipun model tempat sentral mempunyai keterbatasan-keterba- tasan, namun
sesungguhnya teori tempat sentral mengandung paling sedikit tiga konsep fundamental (H. W.
Richardson, 1969. 72), yaitu ambang (threshold), lingkup (range), dan hierarki (hierarchy). Proses
penyebaran pertumbuhan mengikuti pola ambang (jumlah Penduduk) ;dan pola lingkup (sistem
lokasi), kedua faktor tersebut menentukan hierarki tempat sentral. Konsep-konsep ini merupakan
unsur- unsur susunan spasial yang penting dan dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan-
hubungan formal permintaan dan wilayah-wilayah perdagangan atau wilayah-wilayah pelayanan.
c) Sumbangan Positif Teori Tempat Sentral
Sumbangan positif teori tempat sentral dapat dikemukakan, yaitu teori tersebut adalah
relevan bagi perencanaan kota dan wilayah, karena sistem hierarki merupakan sarana yang efisien
untuk perencanaan wilayah. Tempat sentral besar sering kali merupakan titik pertumbuhan inti di
wilayahnya dan menentukan tingkat perkembangan ekonomi ke seluruh wilayah. Dengan
demikian jelaslah bahwa distribusi tata ruang dan besarnya pusat-pusat kota merupakan unsur yang
sangat penting dalam struktur wilayah-wilayah nodal dan kemudian melahirkan konsep- konsep
dominasi dan polarisasi. Teori tempat sentral mengemukakan model yang mudah dimengerti untuk
menjelaskan pertumbuhan hierarki kota dan ketergantungan antara pusat-pusat kota dan wilayah-
wilayah di sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai