Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN GEOGRAFI

“TEORI PERTUMBUHAN”

MATA PELAJARAN
GEOGRAFI
KELAS XII IPS 1
Disusun oleh :
Arya Fauzan Abhyasa (08)

SMA NEGERI 4 SEMARANG


JL. Karangrejo Raya 12A Banyumanik Semarang. Telp (024) 7471540
DAFTAR ISI

Faktor Penyebab Suatu Wilayah Menjadi Pusat Pertumbuhan 2


Teori Pusat Pertumbuhan Wilayah 2
Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Poles Theory) 2
Teori Tempat Sentral 4
1. Teori Keynes 4
2. Teori Neoklasik 4
3. Teori Inter dan Intra Wilayah (Myrdal) 4
4. Teori Trickle Down Effect 4
5. Teori Lokasi Pusat / Central Place (Walter Christaller) 5
A. JUDUL

TEORI PUSAT PERTUMBUHAN

MATERI

Pusat pertumbuhan atau growth pole adalah wilayah dengan pertumbuhan yang sangat pesat
ketika dibandingkan dengan wilayah lain.

Salah satu faktor yang menyebabkan suatu wilayah menjadi pusat pertumbuhan adalah wilayah
tersebut bisa mempengaruhi pembangunan wilayah lain di sekitarnya. Selain itu pusat
pertumbuhan biasanya berperan menjadi pusat pelayanan bagi daerah sekitar.

Contoh pusat pertumbuhan yang terkenal adalah wilayah Silicon Valley di San Jose, California.
Wilayah tersebut memiliki pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat terutama berkat industri
teknologi yang ada di dalamnya. 

Faktor Penyebab Suatu Wilayah Menjadi Pusat Pertumbuhan

Tentunya banyak banget faktor yang mempengaruhi terbentuknya sebuah pusat pertumbuhan di
suatu wilayah. Bisa jadi karena faktor geografis, ekonomi, sosial, dan lain-lain. Berikut ini
beberapa contoh pembentukan pusat-pusat pertumbuhan wilayah di Indonesia memiliki tujuan
utama menjadi wilayah menjadi pusat pertumbuhan.

● Kondisi geografis seperti jenis dataran, iklim, dan kesuburan tanah.

● Lengkapnya fasilitas (kesehatan, tempat tinggal, dsb) dan infrastruktur (jalanan dan
transportasi) sehingga mendukung kondisi ekonomi dan sosial.

● Adanya industri sehingga banyak lapangan kerja dan tempat tinggal.

Teori Pusat Pertumbuhan Wilayah

Sebenarnya ada beberapa teori yang berkaitan dengan pusat pertumbuhan wilayah. Kita akan
bahas beberapa di antaranya. Contohnya ada Teori Kutub Pertumbuhan, Teori Polarisasi
Ekonomi, Trickle Down Theory yang sebenarnya merupakan dasar-dasar dari Teori Kutub
Pertumbuhan.

Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Poles Theory)

Teori kutub pertumbuhan dikemukakan oleh Francois Perroux pada tahun 1955 ini
menyimpulkan bahwa pertumbuhan dan pembangunan di setiap wilayah tidak terjadi secara
bersamaan. Setiap wilayah memiliki kecepatan dan intensitas masing-masing berdasarkan
potensial yang ada. 
Teori Tempat Sentral

Menurut Teori Tempat Sentral yang dikemukakan oleh Christaller, tempat sentral merupakan
pusat pasar untuk pertukaran barang dan jasa. Faktor lokasi sangat penting dalam pemasaran.
Selain itu, antar tempat sentral akan saling bersaing satu sama lain.

1. Teori Keynes
 

Sistem kapitalisme tidak akan secara otomatis menuju keseimbangan penggunaan tenaga secara
penuh (full employment equilibrium) karena upah bergerak lamban. Akibat yang ditimbulkan
adalah kebalikannya, equilibrium deemployment yang dapat diperbaiki melalui kebijakan fiskal
atau moneter untuk meningkatkan permintaaan agregat.
 

2. Teori Neoklasik

Teori ini menegaskan bahwa salah satu pertumbuhan ekonomi adalah satu proses yang gradual
yang mana pada satu saat semua kegiatan manusia terakumulasi. Dasar teori ini terletak pada
kompenen produksi yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan wilayah antara lain:
modal, tenaga kerja dan teknologi.

3. Teori Inter dan Intra Wilayah (Myrdal)

Dalam teori ini menjelaskan adanya istilah "backwash dan spread effect". Backwash effect
menunjukkan kaitan antara pembangunan di daerah maju akan menciptakan hambatan bagi
pembangunan di daerah belakangnya. Sedangkan spread effect menunjukkan dampak yang
menguntungkan dari daerah-daerah yang makmur terhadap daerah-daerah yang kurang makmur,
hal ini meliputi : meningkatnya permintaan komoditi primer, investasi dan difusi ide serta
teknologi.
 

4. Teori Trickle Down Effect


 
Trickle Down Effects adalah perkembangan dan perluasan pembagian pendapatan dengan
menunjukkan bahwa pola pembangunan yang diterapkan di wilayah miskin di negara
berkembang dirasa tidak berhasil memecahkan masalah pengangguran, kemiskinan dan
pembagian pendapatan yang tidak merata, baik di dalam negara berkembang masing maupun
antara negara maju dengan negara berkembang.

5. Teori Lokasi Pusat / Central Place (Walter Christaller)

Atas dasar lokasi dan pola penyebaran pemukiman dalam ruang yang diamati oleh Walter
Christaller, ia berhasil mengamati penyebaran pemukiman, desa dan kota-kota yang berbeda-
beda ukuran luasnya. Penyebaran tersebut kadang-kadang bergerombol atau berkelompok dan
kadang-kadang terpisah jauh satu sama lain. Dari hasil pengamatannya tersebut ia mencetuskan
teori tempat sentral.
 
Bunyi teori Christaller adalah Jika persebaran penduduk dan daya belinya sama baiknya dengan
bentang alam, sumber dayanya, dan fasilitas tranportasinya, semuanya sama/seragam, lalu pusat-
pusat pemukiman mennyediakan layanan yang sama, menunjukkan fungsi yang serupa, dan
melayani area yang sama besar, maka hal tersebut akan membentuk kesamaan jarak antara satu
pusat pemukiman dengan pusat pemukiman lainnya.
 
Teori Christaller mampu menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah kota, dan
distribusinya di dalam satu wilayah. Model Christaller ini merupakan suatu sistem geometri
yang menjelaskan model area perdagangan heksagonal dengan menggunakan jangkauan atau
luas pasar dari setiap komoditi yang dinamakan range dan threshold. Gambaran dari teori ini
menjelaskan area pusat-pusat kegiatan jasa pelayanan cenderung tersebar di dalam wilayah
membentuk pola segi enam dan bisa memberikan keuntungan optimal pada kegiatan tersebut.
Tempat – tempat pusat tersebut berfungsi sebagai tempat yang menyediakan barang dan jasa-
jasa bagi penduduk daerah belakangnya. 

 
Elemen – elemen tempat pusat yakni range (jangkauan), threshold, dan fungsi sentral. Ketiga
elemen itu yang mempengaruhi terbentuknya tempat pusat dan luasan pasar baik pelayanan
barang maupun jasa pada suatu wilayah.
 

Anda mungkin juga menyukai