Anda di halaman 1dari 17

KONSEP WILAYAH

&
PEWILAYAHAN (4)

Khusus digunakan di kalangan


SMA NEGERI 1 KOTA TEGAL
PUSAT PERTUMBUHAN
 Suatu kawasan yang perkembangannya sangat pesat
sehingga dapat dijadikan pusat pembangunan wilayah
yang dapat mempengaruhi daerah sekitar
 Faktor –Faktor: Lokasi, SDA, SDM.
 Pusat pertumbuhan berskala nasional misalnya pusat-
pusat pertumbuhan di Indonesia contoh Kota Surabaya,
Makassar dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan di
kawasan Indonesia Timur. Medan sebagai pusat
pertumbuhan di kawasan Indonesia Barat. Pusat-pusat
pertumbuhan regional atau daerah seperti “JABOTABEK”
(Jakarta-Bogor-Tanggerang-Bekasi), “BANDUNG RAYA” ,
Segi Tiga “SIJORI” (Segi Tiga Singapura-Johor-Riau),
“GERBANG KERTOSUSILA” (Gresik-Bangkalan-Mojokerto-
Surabaya-Sidoarjo-Lamongan).
 Teori heterogenitas menyatakan bahwa segala sesuatu di
permukaan bumi itu berbeda. Hal-hal yang ada dan terjadi di suatu
tempat tidak mesti terjadi di tempat lain. Begitu juga halnya
dengan pertumbuhan wilayah. Bagian-bagian dari wilayah di
permukaan bumi tidak tumbuh bersama-sama secara teratur, ada
bagian yang tumbuh dan maju berkembang lebih cepat dibanding
dengan bagian lain.

 Bagian atau wilayah yang cepat berkembang inilah yang kemudian


dikatakan sebagai pusat pertumbuhan. Cepatnya pertumbuhan di
tempat ini dapat menjadi pendorong bagi bagian lain yang tingkat
pertumbuhannya kurang cepat.
Secara umum, fungsi pusat pertumbuhan adalah sebagai berikut :
a. Memudahkan koordinasi
b. Melihat perkembangan wilayah
c. Meratakan pembangunan di seluruh wilayah
TEORI PUSAT PERTUMBUHAN
1. Teori Tempat yang Sentral (Central Place
Theory)

Walter Cristaller pada tahun 1933. Tiga pertanyaan yang harus dijawab
tentang kota atau wilayah, yaitu pertama, apakah yang menentukan
banyaknya kota; kedua apakah yang menentukan besarnya kota; dan
ketiga, apakah yang menentukan persebaran kota. jangkauan (range)
dan ambang (threshold). Range adalah jarak yang perlu ditempuh
orang untuk mendapatkan barang kebutuhannya pada suatu waktu
tertentu saja.
Threshold adalah jumlah minimal penduduk yang diperlukan untuk
kelancaran dan keseimbangan suplai barang. Dalam teori ini
diasumsikan pada suatu wilayah datar yang luas dihuni oleh sejumlah
penduduk dengan kondisi yang merata. Di dalam memenuhi
kebutuhannya, penduduk memerlukan berbagai jenis barang dan jasa
Berdasarkan kepentingan ini maka untuk jenis barang kebutuhan dapat
dibedakan sebagai berikut:
a. Threshold tinggi, yaitu barang kebutuhan yang memiliki risiko
kerugian besar karena jenis barang atau jasa yang dijual adalah
barang-barang mewah, seperti: kendaraan bermotor, perhiasan, dan
barang-barang lainnya yang memang harganya relatif mahal dan sulit
terjual.
Untuk jenis-jenis barang seperti ini maka diperlukan lokasi yang
sangat sentral seperti di kota besar yang relatif terjangkau oleh
penduduk dari daerah sekitarnya dan terpenuhi jumlah penduduk
minimal untuk menjaga kesinambungan suplai barang.
b. Threshold rendah, yaitu barang kebutuhan yang memiliki risiko kecil
atau tidak memerlukan konsumen terlalu banyak untuk terjualnya
barangbarang, karena penduduk memang membutuhkannya setiap
hari. Untuk jenis barang-barang seperti ini maka lokasi penjualannya
dapat ditempatkan sampai pada kota-kota atau wilayah kecil.
Dari bentuk kebutuhan dan pelayanan di atas maka muncullah istilah
tempat yang sentral (Central Place Theory), yaitu suatu lokasi yang
senantiasa melayani berbagai kebutuhan penduduk harus terletak
pada suatu tempat yang terpusat (sentral).
 Menurut teori ini, tempat yang sentral merupakan suatu titik
simpul dari suatu bentuk heksagonal atau segienam. Daerah
segienam ini merupakan wilayah-wilayah yang penduduknya
mampu terlayani oleh tempat yang sentral tersebut.

Skema tempat yang sentral


(Sumber: Sumaatmadja, 1988, halaman 124)
 Tempat yang sentral dalam kenyataannya dapat berupa kota-kota
besar, pusat perbelanjaan atau mall, super market, pasar, rumah
sakit, sekolah, kampus-kampus perguruan tinggi, ibukota provinsi,
kota kabupaten dan sebagainya.

Hirarki tempat tempat sentral yang


kawasan daya pengaruhnya berbeda-beda
(Sumber: Sumaatmadja, 1988 halaman 25)
 Tempat yang sentral dan daerah yang dipengaruhinya
(komplementer), pada dasarnya dapat dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu hierarki 3 (K=3), hierarki 4 (K=4), dan hierarki 7
(K=7). Adapun secara rinci dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Hierarki K=3, merupakan pusat pelayanan berupa pasar yang selalu
menyediakan bagi daerah sekitarnya, sering disebut Kasus Pasar
Optimal. Wilayah ini selain empengaruhi wilayahnya sendiri, juga
mempengaruhi sepertiga bagian dari masing-masing wilayah
tetangganya.

Hirarki tempat yang sentral dengan K=3


(Sumber: Sumaatmadja, 1988, halaman 126)
b. Hierarki K=4, wilayah ini dan daerah sekitarnya yang terpengaruh
memberikan kemungkinan jalur lalu lintas yang paling efisien. Tempat
sentral ini disebut pula situasi lalu lintas yang optimum. Situasi lalu
lintas yang optimum ini memiliki pengaruh setengah bagian di masing-
masingwilayah tetangganya.

Hirarki tempat yang sentral dengan K=4


(Sumber: Sumaatmadja, 1988, halaman 127)
c. Hirarki K=7, wilayah ini selain mempengaruhi wilayahnya sendiri, juga
mempengaruhi seluruh bagian (satu bagian) masing-masing wilayah
tetangganya. Wilayah ini disebut juga situasi administratif yang optimum.
Situasi administratif yang dimaksud dapat berupa kota pusat pemerintahan.

Hirarki tempat yang sentral dengan K=7.


(Sumber: Sumaatmadja, 1988, halaman 127)
2. Teori Losch
Teori ini di kemukakan oleh ekonom dari Jerman bernama Losch. Teori
Losch merupakan kelanjutan dari teori tempat sentral Christaller
dengan menggunakan konsep yang sama yaitu ambang dan jangkauan.

Progresi wilayah pasaran untuk


berbagai barang dan jasa dengan
ambang yang semakin meningkat.
Masing-masing barang dan jasa
terdapat diberbagai wilayah pasaran
pada bentang lahan yang disusun
dengan penumpukan di atas wilayah
pasaran lainnya yang berbentuk
heksagonal. Berdasarkan teori losch
dapat disimpulkan bahwa suatu kota
akan lebih cepat berkembang bila
penduduknya padat dengan wilayah
yang luas.
Losch menggunakan jalur
transportasi yang dinamakan dengan
bentang lahan ekonomi.
Perbedaan pokok masing-masing
prinsip optimal.
3. Teori kutub pertumbuhan

Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Poles Theory) disebut juga sebagai


teori pusat pertumbuhan (Growth Centres Theory). Teori ini
dikemukakan
oleh Perroux pada tahun 1955. Dalam teori ini dinyatakan bahwa
pembangunan kota atau wilayah di manapun adanya bukanlah merupakan
suatu proses yang terjadi secara serentak, tetapi mucul di tempat-tempat
tertentu dengan kecepatan dan intensitas yang berbeda-beda. Tempat-
tempat atau kawasan yang menjadi pusat pembangunan tersebut
dinamakan pusat-pusat atau kutub-kutub pertumbuhan. Dari kutub-kutub
tersebut selanjutnya proses pembangunan akan menyebar ke wilayah-
wilayah lain di sekitarnya, atau ke pusat-pusat yang lebih rendah.
4. Potensi daerah setempat

Teori pusat pertumbuhan lainnya juga dikenal “Potential Model”.


Konsepnya adalah bahwa setiap daerah memiliki potensi untuk
dikembangkan, baik alam maupun manusianya. Sumber daya seperti
luas lahan yang terdapat di suatu daerah merupakan potensi untuk
dikembangkan misalnya untuk pertanian, peternakan, perikanan,
pertambangan, rekreasi atau wisata dan usaha-usaha lainnya.
Mengingat setiap daerah memiliki potensi yang berbeda-beda, maka
corak pengembangan potensi daerah itupun berbeda-beda pula.
5. Konsep agropolitan

Konsep pusat pertumbuhan lainnya adalah yang diperkenalkan oleh


Friedman (1975). Menurut konsep ini, perlunya mengusahakan pedesaan
untuk lebih terbuka dalam pembangunan sehingga diharapkan terjadi
beberapa “kota” di pedesaan atau di daerah pertanian (agropolis).
Melalui pengembangan ini diharapkan penduduk di pedesaan mengalami
peningkatan pendapatannya serta memperoleh berbagai fasilitas atau
prasarana sosial ekonomi yang dapat dijangkau oleh penduduk pedesaan
tersebut. Dengan demikian mereka mempunyai kesempatan yang sama
pula dalam meningkatkan kesejahteraannya sebagaimana yang dialami
oleh penduduk perkotaan.
6. Teori Sektor

Holmer Hoyt mengemukakan tentang teori sektoral (sector theory).


Pembahasan mengenai ini telah dibahas dalam pembahasan
sebelumnya.
Akan tetapi, alangkah baiknya jika kita bahas kembali kali ini.
Menurut teori ini struktur ruang kota cenderung berkembang
berdasarkan sektorsektor dari pada berdasarkan lingkaranlingkaran
konsentrik. PDK (Pusat Daerah Kegiatan) atau CBD (Central Business
District) terletak di pusat kota, namun pada bagian lainnya
berkembang menurut saktor-sektor yang bentuknya menyerupai irisan
kue bolu. Hal ini dapat terjadi akibat dari faktor geografi, seperti
bentuk lahan dan pengembangan jalan sebagai sarana komunikasi dan
transportasi.
a. Central Business District (CBD) atau
pusat kegiatan bisnis yang terdiri
atas bangunan-bangunan kontor,
hotel, bank, bioskop, pasar, dan
pusat perbelanjaan.
b. Sektor kawasan industri ringan dan
perdagangan.
c. Sektor kaum buruh atau kaum murba,
yaitu kawasan permukiman kaum
buruh.
d. Sektor permukiman kaum menengah
atau sektor madyawisma.
e. Sektor permukiman adiwisma, yaitu
kawasan tempat tinggal golongan
atas yang terdiri dari para eksekutif
dan pejabat.
7. Teori Polarisasi Ekonomi

Menurut Myrdal, setiap daerah mempunyai pusat pertumbuhan


yang menjadi daya tarik bagi tenaga buruh dari pinggiran. Pusat
pertumbuhan tersebut juga mempunyai daya tarik terhadap tenaga
terampil, modal, dan barang-barang dagangan yang menunjang
pertumbuhan suatu lokasi. Demikian terus-menerus akan terjadi
pertumbuhan yang makin lama makin pesat atau akan terjadi
polarisasi pertumbuhan ekonomi (polarization of economic
growth).
Teori polarisasi ekonomi Myrdal ini menggunakan konsep pusat-
pinggiran (coreperiphery). Konsep pusat-pinggiran merugikan
daerah pinggiran, sehingga perlu diatasi dengan membatasi migrasi
(urbanisasi), mencegah keluarnya modal dari daerah pinggiran,
membangun daerah pinggiran, dan membangun wilayah pedesaan.

Anda mungkin juga menyukai