Anda di halaman 1dari 20

1

MAKALAH

KONSEP DALAM PSIKOLOGI

Makalah Ini ditulis Memenuhi Tugas Mingguan


Matakuliah Psikologi Pendidikan Anak SD

OLEH KELOMPOK 1:

1. RICHE AZHARI (20201601)


2. DESTI ELVIRA ROSA (20201577)
3. FIRDAUS (20201649)
DISUSUN OLEH:

DOSEN PEMBIMBING:
FADILLA ULFAH, S.Pd, M.Pd.E

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI (PE)


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN (STKIP) NASIONAL
PADANG PARIAMAN
2023
1

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa‟atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pariaman, 05 Oktober 2022

Penulis

i
3

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan.............................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan.......................................................................................................2
Bab II Pembahasan............................................................................................3
A. Teori Lokasi..............................................................................................3
B. Lokasi Industri dan Aglomerasi...............................................................7
Bab III Penutup.................................................................................................16
A. Kesimpulan..............................................................................................16
B. Saran........................................................................................................16
Daftar Pustaka..................................................................................................17

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori lokasi adalah teori yang menyelidiki tata ruang (spatial order)
kegiatan ekonomi, serta menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber
yang potensial serta pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha
atau kegiatan lain, baik ekonomi maupun sosial (Tarigan:2006).
Teori lokasi merupakan suatu teori yang dikembangkan untuk melihat
dan memperhitungkan pola lokasional kegiatan ekonomi termasuk industri
dengan cara yang konsisten dan untuk melihat dan memperhitungkan
bagaimana daerah-daerah kegiatan ekonomi itu saling berhubungan
(interrelated).
Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial
order) kegitan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari
sumber-sumber yang langka, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya
terhadap lokasi berbagai macam usaha atau kegiatan lain baik ekonomi
maupun social. Dalam mempelajari lokasi berbagai kegitan, ahli ekonomi
regional atau geografi terlebih dahulu membuat asumsi bahwa ruang yang
dianalisis adalah datar dan kondisinya disemua arah adalah sama. Salah satu
unsur ruang adalah jarak. Jarak menciptakan „gangguan‟ ketika manusia
berhubungan atau berpegian dari satu tempat ke tempat lainnya. Salah satu
hal yang banyak dibahas dalam teori lokasi adalah pengaruh jarak terhadap
intensitas orang bepergian dari satu lokasi kelokasi lainnya.
Walaupun teori yang menyangkut pola lokasi ini tidak berkembang tetapi
telah ada sejak awal abad ke-19. Secara empiris dapat diamati bahwa pusat-
pusat pengadaan dan pelayanan barang dan jasa yang umumnya adalah
perkotaan (central places), terdapat tingkat penyelidikan pelayanan yang
berbeda-beda. Pelayanan masing-masing kota untuk tingkat yang berbeda
bersifat tumpang tindih, sedangkan untuk yang setingkat walaupun tumpang
tindih tetapi tidak begitu besar. Keadaan ini bersifat universal dan dicoba

1
2

dijelaskan oleh beberapa ahli ekonomi atau geografi yang dirintis oleh Walter
Christaller. Ahli ekonomi Von Thunen melihat perbedaan penggunaan lahan
dari sudut perbedaan jarak ke pasar yang tercermin dalam sewa tanah. Weber
secara khusus menganalisis lokasi industri. Ketiga tokoh diatas dianggap
pelopor atau pencipta landaan dalam hal teori lokasi. Begitu pentingnya teori
lokasi dalam pembangunan maka penulis dalam makalah ini akan menjelaskan
teori lokasi, analisis dan aplikasi teori lokasi dalam pembangunan.
B. Rumusan Masalah

Dari paparan pendahuluan diatas, untuk itu dalam pembuatan makalah ini
penulis menjelaskan produksi ekonomi wilayah. Maka penulis mengemukakan
pokok masalah sebagai berikut:

1. Apa Saja Teori Lokasi


2. Apa Saja Aglomerasi
C. Tujuan
Adapun tujuan utama penulisan makalah ini ialah sebagai berikut :
1. Untuk Mengetahui Teori Lokasi
2. Untuk Mengetahui Aglomerasi
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Lokasi
Teori lokasi adalah teori yang menyelidiki tata ruang (spatial order)
kegiatan ekonomi, serta menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber
yang potensial serta pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha
atau kegiatan lain, baik ekonomi maupun sosial (Tarigan:2006).
Teori lokasi merupakan suatu teori yang dikembangkan untuk melihat
dan memperhitungkan pola lokasional kegiatan ekonomi termasuk industri
dengan cara yang konsisten dan logis, dan untuk melihat dan
memperhitungkan bagaimana daerah-daerah kegiatan ekonomi itu saling
berhubungan (interrelated).
Teori lokasi menurut para ahli:
1. Teori Lokasi menurut Von Thunen
Johan Heinrich Von Thunen ialah seorang ahli ekonomi pertanian
dari Jerman yang pada tahun 1783-1850 mengeluarkan teori yang tertuang
dalam buku “Der Isolirte Staat”. Teori Von Thunen lebih di kenal sebagai
teori lokasi pertanian. Von Thunen mengembangkan teori ini berdasarkan
pengamatan di sekitar tempat tinggalnya. Dalam teori ini ia
memperhatikan jarak tempuh antara daerah produksi dan pasar, pola
tersebut termasuk variabel keawetan, berat, dan harga dari berbagai
komoditas pertanian. Ia menggambarkan bahwa jenis penggunaan tanah
yang ada di suatu daerah dipengaruhi perbedaan ongkos transportasi tiap
komoditas ke pasar terdekat. Pada zaman dulu banyak area pertanian yang
terletak di wilayah yang tidak strategis. Petani yang berada di lokasi jauh
dari pusat pasar atau kota, harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk
menjual hasil panennya. Biaya transportasi yang dikerahkan tidak
sebanding dengan upah yang di dapat. Hal ini menunjukkan betapa
mahalnya kota sebagai pusat pasar. Dari hasil studi inilah Von Thunen
mengeluarkan teori lokasi pertanian.

3
4

Jauh dekatnya jarak tempuh antara wilayah produksi atau bahan


baku dengan pusat distribusinya di pasar akan membentuk lingkar lokasi
yang menjadi wilayah dimana lokasi tersebut merupakan pusat aktivitas
utama yang disebut dengan kota. Von Thunen berpendapat bahwa suatu
pola produksi pertanian berhubungan dengan pola tata guna lahan di
wilayah sekitar pusat pasar atau kota. Ia mengeluarkan asumsi-asumsi
sebagai berikut:
a) Terdapat suatu daerah terpencil yang terdiri atas daerah perkotaan
dengan daerah pedalamanya yang merupakan satu-satunya daerah
pemasok kebutuhan pokok yang merupakan komoditi pertanian
(Isolated Stated).
b) Daerah perkotaan hanya menjual kelebihan produksi daerah
pedalaman, tidak menerima penjualan hasil pertanian dari daerah lain
(Single Market).
c) Daerah pedalaman hanya menjual kelebihan produksinya ke perkotaan,
tidak ke daerah lain (Single Destination).
d) Daerah pedalaman atau kota mempunyai ciri yang sama (homogen)
dengan kondisi geografis kota itu sendiri dan cocok untuk tanaman dan
peternakan dataran menengah.
e) Daerah pedalaman dihuni oleh petani yang berusaha untuk
memperoleh keuntungan maksimum dan mampu untuk menyesuaikan
hasil tanaman dan peternakannya dengan permintaan yang terdapat di
daerah perkotaan (Maximum Oriented).
f) Pada waktu itu hanya ada angkutan berupa gerobak yang dihela oleh
kuda (One Moda Transportation).
g) Biaya transportasi berbanding lurus dengan jarak yang ditempuh.
Semua biaya transportasi ditanggung oleh petani. Petani mengangkut
semua hasil dalam bentuk segar. (Equidistant).
2. Teori lokasi menurut Weber (1909)
Menganalisis tentang lokasi kegiatan industri. Menurut teori Weber
pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya. Weber
5

menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya


transportasi dan tenaga kerja di mana penjumlahan keduanya harus
minimum. Tempat di mana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang
minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum.
Menurut Weber ada tiga faktor yang mempengaruhi lokasi industri, yaitu
biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan kekuatan aglomerasi atau
deaglomerasi. Dalam menjelaskan keterkaitan biaya transportasi dan bahan
baku Weber menggunakan konsep segitiga lokasi atau locational triangle
untuk memperoleh lokasi optimum. Untuk menunjukkan apakah lokasi
optimum tersebut lebih dekat ke lokasi bahan baku atau pasar.
3. Teori Lokasi Wlater Christaller
Teori Central Place diperkenalkan pertama kali pada tahin 1933 oleh
seorang Geographer Walter Christaller yang menjelaskan distribusi spasial
kota dalam suatu ruang. Pada suatu pusat kota di Selatan Jerman,
Crhristaller berpendapat bahwa tujuan utama sebuah pusat permukiman
atau pasar adalah menyediakan barang dan jasa untuk populasi di
lingkungan sekitarnya. Teori Central place menggunakan konsep
dasar threshold dan range.Lokasi atas suatu tempat ditentukan
oleh threshold-nya, atau kebutuhan area pasar minimum atas suatu barang
maupun jasa untuk dapat ditawarkan secara ekonomis, contohnya
membawa sebuah perusahaan dapat mengadakan barang dan jasa dan
menjaganya menjadi sebuah bisnis. Christaller menyarankan bahwa setiap
lokasi mengembangkan pasarnya sampai rangenya atau ukuran
maksimum/jarak maksimum dimana konsumen mampu melakukan
perjalanan untuk menjangkau suatu komoditi atau jasa. Dalam kondisi
ideal pusat pasar dengan ukuran dan fungsi yang sama akan memiliki jarak
yang sama satu sama lain.
Christaller menyarankan bahwa barang dan jasa dapat dikategorikan
menjadi rangkaian tingkatan dari kekhususan rendah atau orde dasar
(seperti produk pangan) sampai orde tinggi atau memiliki kekhususan
tinggi (seperti sebuah tingkatan layanan kesehatan atau tingkatan alat-alat
6

rumah tangga maupun kendaraan). Misal: dilakukan kategorisasi atau


pengelompokan produk.
Kelompok 1: diperlukan sehari-hari: produk pangan.
Kelompok 2: diperlukan setiap 3 bulan sekali: sandang, peralatan rumah
tangga, dll.
Kelompok 3: diperlukan setahun sekali:
furniture. Kelompok 4: barang mewah,
kendaraan.
Semakin tinggi kelompok barang, range dan threshold nya semakin
luas. Dalam konsep ruang, makin luas wilayah pemasaran suatu barang,
ordenya semakin tinggi. Pada contoh diatas, barang kelompok 4 termasuk
pada orde I, barang kelompok 3 sebagai orde II, dst. Masing-masing item
atau jasa memiliki optimal market areanya masing-masing dan dapat
digambarkan sebagai sebuah radius lingkaran. Untuk memastikan bahwa
seluruh bagian dataran terlayani, maka seluruh lingkaran market area harus
tumpang tindih. Hasil polanya dapat digambarkan menggunakan bentuk
geometrik lingkaran, segi enam, dan segitiga.
4. Teori lokasi menurut palender dan hovver
Teori lokasi biaya rendah yang dikembangkan oleh Weber
berasumsikan bahwa permintaan adalah konstan dan tidak dipengaruhi
oleh perusahaan yang berdekatan. Dengan demikian, secara implisit teori
ini juga mengasumsikan persaingan bebas tanpa ada kemungkinan
timbulnya kekuatan monopoli yang ditawarkan oleh lokasi perusahaan
lain. Namun demikian lokasi biaya minimum perlu menjamin keuntungan
maksimum. Keuntungan dapat saja meningkat bila lokasi perusahaan yang
bersangkutan pindah ke daerah konsentrasi permintaan sekalipun biaya
bertambah. Gejala ini disebabkan oleh penjualan yang meningkat per
satuan produk lebih rendah.
Perusahaan yang berdiri sendiri di suatu daerah, dalam batas tertentu,
tidak perlu memperhatikan kebijaksanaan perusahaan lain. Ia bebas
menentukan kebijakaannya dalam bidang harga, kualitas, maupun atribut
lain dalam produknya. Tak demikian halnya bila ia berlokasi tak berjauhan
7

dengan perusahaan lain dan mempunyai daerah pasar diperebutkan dengan


perusahaan itu. Dalam hal ini kebijaksanaan yang diambil dipengaruhi oleh
perusahaan lain atau sebaliknya.
Beberapa unsur ketergantungan lokasi telah dikemukakan dalam
teori Palander dan Hoover. Teori ketergantungan lokasi berpangkal tolak
dari kesamaan biaya bagi semua perusahaan dan menjual produknya di
pasar yang tesebar secara sepasial.
Teori biaya minimum dan ketergantungan lokasi (Theory Least Cost
and Place Interdependence) dikemukakan oleh Melvin Greenhut pada
tahun 1956 dalam bukunya Plant Location in Theory and in
Practicedan Microeconomics and The Space Economy. Greenhut berusaha
menyatukan teori lokasi biaya minimum dengan teori ketergantungan
lokasi yang mana dalam teori tersebut mencakup unsur-unsur sebagai
berikut:
a) Biaya lokasi yang meliputi biaya angkutan, tenaga dan pengelolaan
b) Faktor lokasi yang berhubungan dengan permintaan, yaitu
ketergantungan lokasi dan usaha untuk menguasai pasar
c) Faktor yang menurunkan biaya.
d) Faktor yang meningkatkan pendapatan.
e) Faktor pribadi yang berpengaruh terhadap penurunan biaya dan
peningkatan pendapatan.
f) Pertimbangan pribadi
B. Faktor Penentu Pemilihan Lokasi Kegiatan Industri
1. Ongkos angkut
Ongkos angkut merupakan faktor atau variabel utama yang sangat
pentng dalam pemilihan lokasi dari suatu kegiatan ekonomi. Hal ini
dikarenakan ongkos angkut erupakan bagian yang cukup penting dalam
kalkulasi biaya produksi.misalnya hasil pertanian ataupun pertambangan
dalam pengangkutannya membutuhkan biaya yang relatif besar. Besar
kecilnya ongkos angkut tersebut akan mempengaruhi pemilihan lokasi
kegiatan ekonomi karena pengusaha akan cendrung memilih lokasi yang
8

dapat memberikan ongkos angkut minimum guna meningkatkan


keuntungan secara maksimum.
2. Perbedaan upah antar wilayah
Perbedaan ini dapat terjadi karena variasi dalam biaya hidup, tingkat
inflasi daerah, dan komposisi kegiatan ekonomi wilayah. Perbedaan upah
ini mempengaruhi pemilihan lokasi kegiatan ekonomi karena tujuan utama
investor mencari keuntungan lebih. Bila upah disuatu wilayah lebih rendah
dibanding wilayah lain, maka pengusaha akan cendrung memilih lokasi
wilayah tersebut karena dapat menekan biaya produksi.
3. Keuntungan aglomerasi
Keuntungan aglomerasi muncul bila kegiatan ekonomi yang saling
terkait satu sama lain terkonsentrasi pada satu tempat tertentu. Keterkaitan
ini dapat berbentuk kaitan bahan baku dan kaitan dengan pasar. . bila
keuntungan tersebut cukup besar, maka pengusaha akan cendrung memilih
lokasi kegiatan ekonomi terkonsentrasi dengan kegiatan lainnya yang
saling terkait.
4. Konsentrasi Permintaan
Bila suatu perusahaan berlokasi pada wilayah dimana terdapat
konsentrasi permintaan yang cukup besar, maka jumlah penjualan akan
menngkat. Disamping itu biaya pemasaran menjadi lebih sedikit sehingga
memperbesar tingkat keuntungan perusahaan.
5. Kompetisi antar wilayah
Persaingan disini dimaksudkan persaingan sesama perusahan dalam
wilayah tertentu atau antar wilayah. Daya saing perusahaan akan lebih kuat
jika berlokasi dekat dengan konsumennya.
6. Harga Sewa dan Tanah
Untuk menekan biaya produksi, perusahaan cendrung memilih lokasi
dimana harga dan sewa tanah lebih rendah. Pemilihan lokasi dalam hal ini
menjadi penting karena harga tanah biasanya bervariasi antar tepat.
Penentuan lokasi untuk industri berkaitan erat dengan usaha
pengembangan industri sebagai sarana penggerak ekonomi daerah dan
9

pengaturan spasial dalam rangka memelihara lingkungan hidup yang tepat


dan serasi. Rencana tata guna lahan daerah harus mampu menunjukan
lokasi-lokasi pemusatan industri yang berkaitan dengan industri yang
berorientasi sumber daya alam dan energi, serta individu yang berorientasi
pada tenaga kerja atau pasar.
1. Tempat lokasi industri yang berorientasi pada sumber daya alam dan
energi dengan mengingat pada:
a) Potensi SDA yang dimilii daerah
b) Potensi SDA penunjang seperti air tanah, air sungai yang dapat
dimanfaatkan guna air industri dan air minu
c) Potensi energi yang memadai
d) Potensi atau keterjangkauan pada saran dan praarana yang
diperlukan
e) Potensi yang berkembang menjadi aglomerasi indutri
2. Tempat lokasi industri yang berorientasi pada pasar atau tenaga kerja
dengan mengingat pada
a) Permukiman penduduk yang berdekatan
b) Potensi sumber daya air untuk air maupun air minum
c) Potensi energi yang memadai
d) Keterkaitan dengan industri hulu agar dapat membentuk indusri
yang efisien dan saling berkait sehingga dapat menghasilkan efek
penyebaran atau mata rantai kedepan atau kebelakang yang panjang
e) Potensi atau keterjangkauan pada sarana yang diperlukan.
C. Teori lokasi dapat dikategorikan 3 kelompok yaitu:
1. Teori lokasi bid-rent, yaitu kelompok teori lokasi yang mendasarkan
analisis pemilihan lokasi kegiatan ekonomi pada kemampuan membayar
sewa tanah (bid-rent) yang berbeda dengan harga pasar sewa tanah (land-
rent). Berdasarkan hali ini, lokasi kegiatan ekonomi ditentukan oleh nilai
bid-rent yang tertinggi yang dapat dibayarkan oleh pengguna tanah.
Kelompok teori lokasi ini dipelopori oleh von thunen (1854).
1

2. Teori lokasi ongkos minimum, yaitu kelompok teori lokasi yang


mendasarkan analisisnya pada pemilihan lokasi kegiatan industry yang
didasarkan pada prinsipbiaya minimum (least cost). Dalam hal ini, lokasi
yang terbaik (optimal) adalah pada tempat di mana biaya produksi dan
ongkos angkut yang harusdibayar adalah paling kecil. Bila hal ini dapat
dicapai, maka tingkat keuntungan diperoleh perusahaan akan menjadi
maksimum. Kelompok teori lokasi ini dipelopori oleh Alfred Weber
(1929).
3. Teori lokasi area pasar, yaitu kelompok teori lokasi yang mendasarkan
analisisnya pada pemilihan lokasi kegiatan ekonomi pada luas pasar (
market area) terbesar yang dapat dikuasai perusahaan. Luas pasar tersebut
adalah mulai dari lokasi pabrik sampai ke lokasi konsumen yang membeli
produk perusahaan yang bersangkutan.Bila pasar yang dikuasai adalah
yang terbesar, maka tingkat keuntungan perusahan menjadi maksimum
dan demikian pula sebaliknya kelompok teori lokasi ini dipelopori oleh
august losch (1954).
D. Teori Aglomerasi
Teori penghematan aglomerasi dan teori ukuran kota yang optimal
menggambarkan ekuilibrium konfigurasi spasial dari aktivitas ekonomi
sebagai hasil tarik-menarik antara kekuatan sentripetal dengan sentrifugal.
Kekuatan sentripetal ditunjukkan oleh penghematan aglomerasi adalah semua
aktivitas ekonomi termasuk industri ke daerah perkotaan. Kekuatan sentrifugal
adalah kebalikan dari kekuatan sentripetal, yaitu kekuatan disperse.
Perkembangan kota sangat berkorelasi dengan perkembangan infrastruktur
dan fasilitas yang ada (Kuncoro, 2012).
Mernurut para ahli yaitu:
1. Montgomery dalam Kuncoro (2012) mendefinisikan aglomerasi sebagai
konsentrasi spasial dari aktivitas ekonomi di kawasan perkotaan dalam
rangka penghematan karena lokasinya yang berdekatan (economies of
proximity).
1

2. Para ahli ekonomi perkotaan mendefenisikan kota sebagai hasil dari


produksi aglomerasi secara spasial. Aglomerasi yang menghasilkan
klusterkluster akan meningkatkan arus urbanisasi. Hal ini dipengaruhi
banyaknya pasokan tenaga kerja di satu sisi. Sementara, lapangan kerja
yang tersedia tidak memadai dan persebarannya tidak merata diseluruh
daerah di sisi lain.
3. Jika diproses dan direncanakan lebih lanjut, hal ini akan menghasilkan
sebuah kota yang lebih besar lagi yang merupakan gabungan dari
beberapa kota yang disebut megapolitan (Kim, 1999).
4. Penelitian Widarjono (1999) yang menggunakan proporsi penduduk
menunjukkan terdapat hubungan kausalitas antara pertumbuhan penduduk
dengan pertumbuhan ekonomi.
5. Suryaningrum (2000) menyatakan aglomerasi sebagai proporsi jumlah
penduduk perkotaan (urban area) terhadap jumlah penduduk di provinsi
tersebut.
6. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Bonet dalam Sigalingging (2008),
ukuran aglomerasi menggunakan dua pendekatan, yaitu aglomerasi
penduduk di mana proporsi jumlah penduduk perkotaan dalam suatu
provinsi terhadap jumlah penduduk provinsi tersebut, atau menggunakan
konsep aglomerasi produksi yang diukur menggunakan proporsi PDRB
sub daerah/ wilayah terhadap PDRB daerah tersebut.
a. Tujuan dan keuntungan aglomerasi
Aglomerasi ekonomi pada dasarnya merupakan kekuatan utama
dari sebuah pusat pertumbuhan. Keuntungan aglomerasi baru dapat
muncul bilamana terdapat keterkaitan yang erat antara kegiatan
ekonomi yang ada pada konsentrasi baik dalam bentuk keterkaitan
dengan input (backward linkages) atau keterkaitan dengan output
(forward linkages). Dengan adanya keterkaitan ini akan menimbulkan
berbagai bentuk keuntungan eksternal bagi para pengusaha, baik
dalam bentuk penghematan biaya produksi, ongkos angkut bahan baku
1

dan hasil produksi dan penghematan biaya penghematan fasilitas


karena beban dapat ditanggung bersama.
b. Keuntungan Skala Besar
Keuntungan skala besar merupakan keuntungan yang diperoleh
dalam bentuk penurunan biaya produksi rata-rata per unit, karena
produksi dilakukan dalam skala besar. Sedangkan produksi dalam
skala besar tersebut dimungkinkan bila terdapat jaminan ketersediaan
bahan baku dan pasar, karena perusahaan berlokasi dalam suatu pusat
pertumbuhan dimana di dalamnya terdapat kegiatan ekonomi yang
saling terkait satu sama lainnya baik dari segi input maupun output.
Penurunan biaya produksi ini merupakan keuntungan eksternal yang
menimbulkan daya tarik bagi seorang investor untuk datang dan
mengembangkan kegiatan produksi dalam pusat pertumbuhan.
c. Keuntungan Lokalisasi
Keuntungan lokalisasi adalah keuntungan dalam bentuk
penghematan ongkos angkut, baik untuk bahan baku dan hasil
produksi, yang timbul karena berlokasi secara terkonsentrasi dengan
perusahaan terkait lainnya dalam sebuah pusat pertumbuhan.
d. Keuntungan Urbanisasi
Keuntungan urbanisasi yaitu keuntungan yang muncul karena
penggunaan fasilitas dalam sebuah pusat pertumbuhan secara bersama
seperti listrik, pergudangan, telepon, dan utilitas lainnya yang
menunjang kegiatan operasi perusahaan. Alasan utamanya adalah
karena penggunaan fasilitas secara bersama akan dapat menurunkan
biaya karena dapat ditanggung secara bersama. Keuntungan eksternal
ini juga akan dapat mengembangkan kegiatan produksi bagi kegiatan
ekonomi yang telah berada di dalam pusat dan sekaligus juga
menimbulkan daya tarik bagi kegiatan ekonomi lain untuk masuk
berlokasi dalam pusat pertumbuhan tersebut.
1

a. Teori pendukung aglomerasi


1. Teori Neo Klasik
Pandangan neo klasik dengan teori yang dikembangkan
Robert Solow menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi
bergantung pada pertumbuhan faktor-faktor produksi, yaitu jumlah
penduduk, tenaga kerja, akumulasi kapital, dan tingkat kemajuan
teknologi. Teori neo klasik berargumen bahwa aglomerasi muncul
karena para pelaku ekonomi berupaya mendapatkan penghematan
aglomerasi, baik karena penghematan lokalisasi maupun
penghematan urbanisasi, dengan mengambil lokasi yang
berdekatan satu sama lain.
Penghematan akibat skala ekonomi muncul karena
perusahaan menambah produksi dengan cara memperbesar pabrik
(skala ekonomi). Penghematan biaya terjadi dengan meningkatkan
skala pabrik sehingga biaya produksi per unit dapat ditekan.
Adapun jenis penghematan yang timbul akibat adanya aglomerasi
antara lain yaitu:
1. Penghematan internal, adalah suatu pengurangan biaya secara
internal di dalam suatu perusahaan atau pabrik. Seberapa jauh
pengurangan biaya dapat dicapai pada suatu perusahaan
tergantung apakah efisiensi dapat ditingkatkan atau di
pertahankan.
2. Penghematan eksternal, adalah pengurangan biaya yang terjadi
akibat aktivitas di luar lingkup perusahaan atau pabrik. Suatu
perusahaan dapat mencapai penghematan biaya secara internal
dengan memperluas produksi atau meningkatkan efisiensi, satu
atau beberapa industri dapat meraih penghematan eksternal
dengan beraglomerasi secara spasial.
2. Teori Eksternalitas Dinamis
Teori eksternalitas dinamis percaya bahwa kedekatan
geografis memudahkan transmisi ide, maka transfer teknologi
1

merupakan hal penting bagi kota. Teori eksternalitas dinamis


didasarkan pada teori yang di kemukakan oleh Marshall-Arrow-
Romer (MAR), Porter dan Jacob. Teori-teori ini mencoba
menjelaskan secara simultan bagaimana membentuk kota dan
mengapa kota tumbuh.
Eksternalitas MAR menekankan pada transfer pengetahuan
antara perusahaan dalam suatu industri. Menurut MAR monopoli
lokal merupakan hal yang lebih baik dibandingkan dengan
kompetisi lokal sebab monopoli lokal menghambat aliran ide
dengan industri lain dan eksternalitas diinternalisasi oleh inovator.
Seperti halnya MAR, Porter mengatakan bahwa dengan
transfer pengetahuan tertentu, konsentrasi industri secara geografis
akan mendorong pertumbuhan. Berbeda dengan MAR, Porter
menyatakan bahwa kompetisi lokal lebih penting untuk
mempercepat adaptasi inovasi. Tidak seperti MAR dan Porter,
Jacob percaya bahwa transfer pengetahuan paling penting adalah
berasal dari industri-industri inti. Variasi dan keberagaman industri
yang berdekatan secara geografis akan mendukung inovasi dan
pertumbuhan dibandingkan dengan spesialisasi secara geografis.
3. Teori Ekonomi Geografi Baru (The New Economic Geography)
Teori ekonomi geografi baru berupaya untuk menurunkan
efek-efek aglomerasi dari interaksi antara besarnya pasar, biaya
transportasi dan increasing return dari perusahaan. Dalam hal ini
ekonomi aglomerasi tidak di asumsikan tetapi diturunkan dari
interaksi ekonomi skala pada tingkat perusahaan, biaya transportasi
dan mobilitas faktor produksi.
Teori ekonomi geografi baru menekankan pada adanya
mekanisme kausalitas sirkular untuk menjelaskan konsentrasi
spasial dari kegiatan ekonomi. Dalam model tersebut kekuatan
sentripetal berasal dari adanya variasi konsumsi atau beragamnya
intermediate good pada sisi produksi. Kekuatan sentrifugal berasal
1

dari tekanan yang dimiliki oleh konsentrasi geografis dari pasar


input lokal yang menawarkan harga lebih tinggi dan menyebarnya
permintaan. Jika biaya transportasi cukup rendah maka akan terjadi
aglomerasi.
Dalam model eksternalitas teknologi, transfer pengetahuan
antar perusahaan memberikan insentif bagi aglomerasi kegiatan
ekonomi. Informasi diperlakukan sebagai barang publik dengan
kata lain tidak ada persaingan dalam memperolehnya. Difusi
informasi ini kemudian menghasilkan manfaat bagi masing-masing
perusahaan. Dengan mengasumsikan bahwa masing-masing
perusahaan menghasilkan informasi yang berbeda-beda, manfaat
interaksi meningkat seiring dengan jumlah perusahaan. Karena
interaksi ini informal, perluasan pertukaran informasi menurun
dengan meningkatnya jarak. Hal ini memberikan insentif bagi
pengusaha untuk berlokasi dekat dengan perusahaan lain sehingga
menghasilkan aglomerasi.
1

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori lokasi menyelidiki tata ruang (spatial order) kegitan ekonomi,
alokasi geografis, serta pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha
atau kegiatan lain baik ekonomi maupun social. Salah satu unsur ruang adalah
jarak. Salah satu hal yang banyak dibahas dalam teori lokasi adalah pengaruh
jarak terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi kelokasi lainnya.
Secara empiris dapat diamati bahwa pusat-pusat pengadaan dan pelayanan
barang dan jasa yang umumnya adalah perkotaan (central places), terdapat
tingkat penyelidikan pelayanan yang berbeda-beda. Pelayanan masing-masing
kota untuk tingkat yang berbeda bersifat tumpang tindih, sedangkan untuk
yang setingkat walaupun tumpang tindih tetapi tidak begitu besar. Keadaan ini
bersifat universal dan dicoba dijelaskan oleh beberapa ahli ekonomi atau
geografi yang dirintis oleh Walter Christaller. Ahli ekonomi lainnya Von
Thunen melihat perbedaan penggunaan lahan dari sudut perbedaan jarak ke
pasar yang tercermin dalam sewa tanah. Weber secara khusus menganalisis
lokasi industri. Dan teori ini dikenal denga teori lokasi
B. Saran
Dengan adanya makalah ini mahasiswa diharapkan mampu dalam
memahami apa saja ukuran - ukuran ekonomi regional yang ada dalam
pembahasan makalah ini ,dan menghitung pendapatan regional.

16
17

DAFTAR PUSTAKA

Kuncoro, M., Nurfitria, S., & Bayuaji, A. (2007). Local Economic


DvelopmentmAfter the Earthquakes in Bantul.Yogyakarta: UNDP.
Abdurachmat, Idris dan Maryani, E.1997. Geografi Ekonomi. Institut Kerguruan
dan Ilmu Pendidikan Bandung.
Hadi, Ridha. 2010. “Dasar-dasar Teori Von Thunen,” dalam blogspot.
http://ridha-planologi.blogspot.com. Diunduh Jumat, 7 September 2012.

Anda mungkin juga menyukai