FILSAFAT ARSITEKTUR
‘’PENERAPAN TEORI ARSITEKTUR PARA AHLI TERHADAP BANGUNAN’’
DISUSUN OLEH :
RAIHAN MUFIDA
(170160002)
TEKNIK ARSITEKTUR
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2018/2019
FILSAFAT ARSITEKTUR 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Raihan Mufida
FILSAFAT ARSITEKTUR 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 2
BAB 1 ..................................................................................................................................................... 4
1. Latar Belakang .......................................................................................................................... 4
2. Rumusan Masalah ..................................................................... Error! Bookmark not defined.
3. Tujuan dan Manfaat .................................................................. Error! Bookmark not defined.
BAB 2 ...................................................................................................... Error! Bookmark not defined.
1) Pengertian Ruang ...................................................................... Error! Bookmark not defined.
2) Teori Ruang menurut para Ahli/Filsuf .................................... Error! Bookmark not defined.
a) LAO TZU ............................................................................................................................... 7
b) PLATO ................................................................................................................................. 10
c) ARISTOTELES .................................................................................................................. 11
d) JOSEPH PRIJOTOMO ..................................................................................................... 12
BAB 3 ................................................................................................................................................... 13
1) Pengertian Fungsi .................................................................................................................. 13
2) Teori Fungsi menurut para Ahli............................................................................................ 14
a) GEOFFREY BROADBENT ................................................................................................ 7
b) PLATO ................................................................................................................................. 10
c) ARISTOTELES .................................................................................................................. 11
d) JOSEPH PRIJOTOMO ..................................................................................................... 12
BAB I
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih
luas, arsitektur mencakup merancang keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro
yaitu perancanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro
yaitu desain prabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses
perancangan tersebut. Menurut Vitruvius di dalam bukunya De Architectura (yang
merupakan sumber tertulis paling tua yang masih ada hingga sekarang), bangunan yang baik
haruslah memilik Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan /
Fungsi (Utilitas); arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan dan koordinasi antara
ketiga unsur tersebut, dan tidak ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya. Dalam definisi
modern, arsitektur harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis. Namun,
dapat dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri di dalamnya sudah mencakup baik unsur
estetika maupun psikologis.
Mengutip Vitruvius, "Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan
dilengkapi dengan proses belajar; dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai
karya seni". Ia pun menambahkan bahwa seorang arsitek harus fasih di dalam bidang musik,
astronomi, dsb. Arsitektur adalah bidang multi-dispilin, termasuk di dalamnya adalah
matematika, sains, seni, teknologi, humaniora, politik, sejarah, dan juga filsafat. Filsafat
sebagai salah satu ilmu yang memiliki peran penting di dalam pendekatan arsitektur. Filsafat
arsitektur mengandung beberapa arahan seperti Rasionalisme, empirisisme, fenomenologi
strukturalisme, post-strukturalisme, dan dekonstruktivisme yang mempengaruhi arsitektur itu
sendiri.
Ruang sebagai salah satu bagian penting dalam dalam arsitektur juga merupakan hal
yang menarik untuk dibahas dalam filsafat arsitektur. Beberapa ahli filsafat telah memberikan
sumbangan pemikirannya dalam memberikan pengertian dan pemahaman mengenai ruang
dalam arsitektur.
FILSAFAT ARSITEKTUR 5
1. Bagaimana teori-teori yang dipaparkan para ahli terkait ruang dalam Arsitektur?
2. Bagaimana teori yang dipaparkan para ahli terkait fungsi dalam Arsitektur?
3. Apa saja contoh bangunan terkait teori tersebut?
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
BAB II
1. PENGERTIAN RUANG DALAM ARSITEKTUR
Ruang merupakan elemen yang sangat penting dalam arsitektur. Secara harfiah, ruang
(space) berasal dari bahasa Latin, yaitu spatium yang berarti ruangan atau luas (extent).
Jika dilihat dalam bahasa Yunani dapat diartikan sebagai tempat (topos) atau lokasi
(choros) yaitu ruang yang memiliki ekspresi kualitas tiga dimensi. Menurut Aristoteles,
ruang adalah suatu yang terukur dan terlihat, dibatasi oleh kejelasan fisik, enclosure yang
terlihat sehingga dapat dipahami keberadaanya dengan jelas dan mudah.
Dalam arsitektur, ruang terbagi menjadi ruang dalam dan ruang luar. Salah satu ruang
yang ada dalam arsitektur adalah ruang terbuka publik. Ruang terbuka publik sendiri
terbagi menjadi ruang eksterior dan ruang interior. Untuk ruang eksterior (Alexander et
al, 1977), terdapat dua bagian tipe ruang, yaitu:
1. Positif: yaitu ruang yang mempunyai batas yang pasti dan jelas. Ruang ini dapat
dirasakan dan dapat diukur dengan seksama. Sebagai bayangan, ruangan ini dapat
diisi oleh air untuk menunjukan keberadaannya. Ruang ini dibentuk dari bangunan
yang berada disekitarnya.
2. Negatif: yaitu ruang yang tidak mempunyai bentuk yang jelas. Jenis ruang ini sulit
dibayangkan serta keberadaannya sulit dirasakan.
Di dalam buku Public Places – Urban Spaces, ruang positif dibagi menjadi dua jenis,
yaitu:
a. Streets (road, path, avenue, lanes, boulevard, alleys, malls)
Streets adalah tipe ruang terbuka publik yang bersifat dinamik dan mempunyai kuantitas
perpindahan yang lebih tinggi.
Kedua jenis ini dapat bersifat formal maupun informal. Sehingga keduanya dapat
ditempatkan sebagai ruang terbuka publik dimanapun berada. Namun untuk Negara
berkembang seperti Indonesia, tipe streets lebih sering dijadikan sebagai ruang terbuka
publik daripada squares.
FILSAFAT ARSITEKTUR 7
Teori yang berkembang dalam arsitektur berasal dari kritikan, penafsiran, dan
deskripsi dari hasil pekerjaan yang telah dihasilkan dan berhasil membangun opini
masyarakat sehingga tercipta sebuah pemahaman baru. Teori dalam arsitektur bermacam-
macam, beberapa di antaranya yaitu teori ruang, teori bentuk, teori tempat dan teori
cahaya. Sebagian dari beberapa teori tersebut terdapat contoh penerapannya pada
bangunan yang ada di Indonesia. Meskipun tidak benar-benar merupakan penerapannya,
namun pada bangunan-bangunan ini kita dapat lebih memahami teori-teori arsitektur
yang ada.
LAO TZU
Pada bab-bab awal bukunya Tao Teh Ching, dia menyatukan Being (Yang
Ada) dan Non-Being (Yang Tidak Ada) ke dalam satu konsep yang terus bergema dalam
seluruh perkembangan peradaban manusia.
Penyatuan dari dua kondisi yang berlawanan masih tetap menjadi struktur vital dalam
estetika kontemporer yang berkaitan dengan ruang. Lao Tzu menyatakan bahwa ruang
yang terkandung di dalam adalah lebih hakiki ketimbang materialnya, yakni massa.
Namun pada titik ini, Lao Tzu meletakkan tekanannya pada batas antara ruang internal
dan eksternal; yakni dinding pemisah.
Ia mau menjelaskan kekosongan yang terbingkaikan oleh pintu dan jendela, yang boleh
dianggap sebagai ruang transisi yang membatasi ruang fundamental tsb.
Karena ruang terdapatpada kedua sisi dinding, dan karena batas ini harus bisa ditembus
pada suatu tempat tertentu, akan terjadi pemisahan dan sekaligus penyambungan.
Boleh jadi dindingnyalah yang menjadi ekspresi sejati dan jujur dari fungsi internalnya,
atau dinding itulah yang berorientasi ganda; satu interior dan satunya eksterior.
Plaza d’Italia
Bangunan ini sesuai dengan ide ruang oleh Lao Tzu, di mana material (massa)
yang masif digabungkan atau terdapat rongga sehingga dapat membentuk suatu ruang
untuk manusia berkativitas di dalamnya.
PLATO
Plato (428 – 348 SM) adalah filsuf Yunani Kuno yang barangkali boleh dibilang
yang paling terkenal. Lewat karya besar beliau seperti Republik dan Dialog gagasannya
membentuk fondasi peradaban Barat. Di dalam arsitektur, Plato berpendapat sebagaimana
seperti ini, ruang adalah sesuatu yang dapat terlihat dan teraba, menjadi teraba karena
memiliki karakter yang jelas berbeda dengan semua unsur lainnya. Beliau menginginkan
segala sesuatunya harus berwadah, kasat mata, dan teraba. Karena menurut beliau ruang
memiliki karakteristik sebagai tempat melingkupi objek yang ada padanya, tempat bukan
bagian yang di wadahinya, tempat dari suatu objek yang tidak lebih besar atau lebih kecil
dari objek tersebut, tempat dapat ditinggalkan oleh ojbek dan dapat dipisahkan dari objek,
dan tempat selalu mengikuti objek walaupun objek terus bergerak.
Plato juga mengatakan apa yang dikatakan indah dan sumber dari segala
keindahan adalah yang paling sederhana, umpamanya nada yang sederhana, warna yang
sederhana. Yang dimaksud dengan ‘sederhana’ disini adalah bentuk dan ukuran yang
tidak dapat diberi batasan lebih lanjut berdasarkan sesuatu yang diberi batasan ‘lebih
sederhana’ lagi. Meskipun demikian, yang majemuk juga dapat dialami sebagai sesuatu
yang indah jika tersusun secara harmonis berdasarkan sesuatu yang benar – benar
sederhana.
Berdasarkan keindahan yang majemuk itu, dengan sendirinya kita bisa mendapat
kesan, bahwa pandangan Plato tentang yang indah sebagai sesuatu yang secara fisik
paling sederhana bergeser kepandangan, bahwa yang indah adalah yang paling ‘bersatu’.
Kesan sepintas itu adalah keliru. Ia setuju bahwa ‘kebersatuan’ atau ‘keterpaduan’ adalah
gejala yang ikut menandai keindahan. Keindahan, menurutnya dicapai dari hubungan
bentuk yang sederhana. Dalam teori menurut Plato, yang diutamakan dalam menilai
keindahan adalah bentuk (form), fisik (visual), dan warna luar dari objek desain tersebut.
Jika pendapat Plato tersebut dapat direfleksikan ke dalam satu karya arsitektur,
maka menurut pendapat saya Conrad Wedding
Chapel karya Anthony Liu, Ferry Ridwan, dan
Andra Matin di samping dapat menjelaskan
mengenai keindahan dan kenyataan yang mungkin
masih jauh dari bayangan manusia. Melalui konsep
filosofis bangunan dari segi bentuk, pemilihan
bahan, serta perletakan bangunan didasarkan pada
konsep – konsep filosofis mengenai kesakralan
pernikahan termasuk konsep mengenai laki – laki
dan perempuan, serta hubungan manusia dengan
Tuhan dan alam. Keindahan yang tercipta dari
warna bangunan yang berwarna putih dapat
berubah mengikuti keadaan sekitar, dapat dilihat
bahwa bangunan tersebut pada sore hari menjadi
FILSAFAT ARSITEKTUR 11
berwarna oranye, sedangkan pada malam dapat berubah mengikuti warna langit yang
biru.
ARISTOTELES
Aristoteles membangun konsepnya mengenai tempat ( topos ) sebagai suatu di
mana, atau suatu place of belonging, yang menjadi lokasi yang tepat di mana setiap
elemen fisik cenderung berada. Aristoteles mengatakan, ‘Wadaq-wadaq semata bergerak
ke atas dan ke bawah menuju tempatnya yang tepat’ dan ‘Setiap hal berada di suatu
tempat, yakni dalam sebuah tempat’. ‘Suatu tempat, atau ruang, tidak dapat memliki
suatu wadaq’. Akhirnya, Aristoteles merangkumkan karakteristik dari ruang menjadi lima
butir.
JOSEPH PRIJOTOMO
Hasil kajian pemikiran teori arsitektur Nusantara menurut Prijotomo sebagai berikut:
1. Ideologi
Arsitektur Nusantara menjadikan arsitektur Klasik Indonesia (percandian dan Tradisional) sebagai
akar kearsitekturan. Penempatan sebagai sumber dan akar sama sekali tak boleh harus kembali ke masa
lampau, tetapi arsitektur Klasik Indonesia itu saling dikawinkan (dikombinasikan).
Arsitektur Nusantara bukan sebagai pengetahuan yang mengklaim disiplin lain sebagai
disiplinnya sendiri. Misalnya saja di dalam arsitektur diberlakukan rumus yang mengatakan bahwa
pergerakan udara terjadi kalau terdapat selisih tekanan udara, tetapi rumus ini tetap saja tidak dikatakan
sebagai rumus arsitektur, melainkan rumus fisika.
Keberkelanjutan arsitektur Klasik Indonesia menuntut adanya pengkinian. Tujuan dari pengkinian
arsitektur Nusantara adalah menjaga kesinambungan dan keharmonisan antar arsitektur percandian
maupun etnik Nusantara, (Prijotomo 2004:115).
FILSAFAT ARSITEKTUR 13
Teknologi modern tetap dijadikan sebagai tamu (eksternal), untuk itu perlu distilir kedalam gagasan
arsitektur modifikasi) antara gagasan modern dengan gagasan arsitektur Klasik untuk mencapai suatu
karya arsitektur yang berciri Nusantara di sini, arsitektur Nusantara dapat diglobalkan (memodernkan
arsitektur Indonesia). Contoh dari pengkombinasian ini dapat dilihat pada hasil penelitian Maria I.
Hidayatun (2003) pada karya Gereja Puhsarang karya Mclaine Pont.
6. Arsitektur Pernaungan
Lingkungan masyarakat dua musim seperti Indonesia, bangunan diperlukan bukan untuk
melindungi diri dari ancaman iklim yang mematikan, melainkan sebagai penaung terhadap iklim yang
hanya menghadirkan kemarau yang terik dan penghujan yang lebat. Bagi sebuah pernaungan, atap adalah
penaung yang diperlukan, dan daerah bayangan yang terjadi oleh adanya penaung tadi menjadi ruang-
ruang dasar yang dimunculkan.
Bangunan Nusantara adalah adalah bangunan dengan sistem konstruksi (tektonika) sambungan
(pasak-lubang dan pen-lubang).Cara penyambungan pasak dan-lubang maupun pada pen-dan-lubang.
Keduanya tidak dilakukan dengan tingkat ketepatan (presisi) yang tinggi.
8. Kebaharian Nusantara
Nusantara menempatkan diri sebagai arsitektur yang dalam posisi generiknya menunjuk pada
arsitektur kelautan dan arsitektur kedaratan. Sementara ihwal arsitektur kedaratan telah berlimpah dengan
informasi kultural, tidaklah demikian halnya dengan arsitektur kelautan.
Masyarakat Nusantara adalah masyarakat dari tradisi lisan, bukan dari tradisi tulis. Di dalam
masyarakat lisan, ucapan dan benda menjadi medium yang digunakan untuk mencatat dan merekam
pengetahuannya.
Pada arsitektur klasik Indonesia dalam hal ornamen adalah kenyataan bahwa kita memiliki
khasanah yang sangat kaya dan beraneka ragam. Masing-masing anak bangsa ataupun daerah memiliki
kekhususan dalam ornamennya. Ornamen-ornamen diperlukan kehadirannya untuk menyempurnakan
FILSAFAT ARSITEKTUR 14
penampilan, memperkaya teknik penyelesaian, dan mempertinggi kesan estetik dart arsitektur itu
sendiri.
Praktis tak ada arsitektur klasik Indonesia yang tidak tampil dengan setangkup. Baik pada penataan
ruangan di dalam bangunan maupun pada penataan gugus bangunan dari suatu unit permukiman (seperti
misalnya Tanean Lanjang di Madura), kesetangkupan ini dengan nyata ditampilkan. Meski bila diamati
lebih seksama kesetangkupan ini sebenarnya adalah “asymmetrical-symmetry” (yakni setangkup yang tak
sepenuhnya) namun bukanlah ihwal setangkup itu yang ditonjolkan oleh arsitektur klasik Indonesia.
Museum Tsunami Aceh dirancang oleh arsitek asal Indonesia, Ridwan Kamil yang
sekarang menjadi Wali Kota Bandung periode 2013 -2018. Museum ini merupakan sebuah
struktur empat lantai yang dinding lengkungnya ditutupi relief geometris. Ketika masuk ke
dalam museum, pengunjung harus melalui lorong sempit dan gelap di antara dua dinding air
yang tinggi. Desain ruang tersebut bertujuan untuk mengingatkan kembali suasana dan
kepanikan saat terjadi tsunami. Dinding museum dihiasi gambar orang-orang menari Saman,
sebuah makna simbolis terhadap kekuatan, disiplin, dan kepercayaan religius masyarakat
Aceh. Dari atas, atapnya terbentuk gelombang laut. Lantai dasarnya dirancang mirip rumah
panggung tradisional khas Aceh yang selamat dari terjangan gelombang tsunami. Desain dari
museum ini mengutamakan secondary skin yang terbuat dari GRC dengan motif geometris.
Bangunan museum di lantai tiga diberi hiasan dekorasi bernuansa Islam. Bangunan ini dari
arah luar terlihat berbentuk seperti kapal, dengan sebuah mercusuar berdiri tegak di atasnya.
Tampilan eksterior yang luar biasa unik mengekspresikan keberagaman budaya Aceh yang
terlihat dari ornamen dekoratif unsur transparansi elemen kulit luar bangunan.
FILSAFAT ARSITEKTUR 15
BAB III
1. PENGERTIAN FUNGSI DALAM ARSITEKTUR
Pemahaman tentang fungsi dalam arsitektur bisa dibangun antara lain dengan mencari
referensi-referensi terkait definisi istilah ‘fungsi’ itu sendiri baik definisi secara umum
maupun definisi secara kearsitekturan. Setelah proses pemahaman yang saya jalani, saya
berhasil mendapatkan beberapa macam pengertian fungsi mulai dari pengertian secara umum
maupun khusus dalam bidang arsitektur.
Fungsi secara umum dapat didefinisikan sebagai sekelompok aktivitas yang tergolong
pada jenis yang sama berdasarkan sifat atau pelaksanaannya. (id.wikipedia.org). Fungsi
secara umum dapat pula diartikan sebagai kegunaan, serta cara untuk memenuhi keinginan
yang timbul dari adanya kebutuhan-kebutuhan dalam hidup; untuk bertahan hidup dan
berkembang.
Menurut beberapa praktisi arsitektur, fungsi adalah; “secara umum artinya kegunaan, fungsi
dalam dunia arsitektur, bentuk bangunan harus mengikuti aktivitas yang akan berlangsung.
contoh: apabila akan membangun sekolah atau rumah sakit, maka kita harus memperhatikan
aktivitas yang akan berlangsung dalam bangunan tersebut sehingga nantinya bentuk
bangunan akan menyesuaikan fungsi dari bangunan tersebut.” (Teddy Priyatna, S.T/arsitek).
“Fungsi dalam pengertian sederhana adalah kegunaan. Fungsi itu juga bisa dibilang suatu
cara untuk memenuhi keinginan. Fungsi adalah sekelompok aktifitas yang tergolong pada
jenis yang sama berdasarkan sifat atau pelaksanaannya. Dalam istilah matematika, fungsi
berarti pemetaan setiap anggota himpunan (dinamakan domain) kepada anggota himpunan
(dinamakan kodomain).. Kata ini tentu beda dengan istilah fungsi misalnya dalam kalimat
"Alat ini berfungsi dengan baik". Fungsi adalah suatu bagian dari program yang
dipergunakan untuk mengerjakan suatu tugas tertentu dan letaknya dipisahkan dari bagian
program yang menggunakannya.” (Ir. Joko Wibisono/arsitek).
FILSAFAT ARSITEKTUR 16
GEOFFREY BROADBENT
Geofrey Broadbent melontarkan enam fungsi yang dapat dilaksanakan oleh arsitektur untuk
menjawab pertanyaan : apa yang dituntut oleh bangunan ? Keenam fungsi tersebut adalah :
Bangunan bisa mengontrol iklim. Bangunan berperan sebagai saringan atau filter antara
lingkungan luar dengan aktivitas yang akan kita lakukan. Bangunan dapat membantu kita
untuk membuat kondisi-kondisi agar aktivitas-aktivitas dapat dilaksanakan dengan
menyenangkan dan dalam kenyamanan. Kita bisa menentukan ruang-ruang mana yang harus
dekat satu sama lain dan yang mana yang bisa dijauhkan.
Bangunan ini dirancang untuk beradaptasi dengan iklim sekitarnya. Bangunan ini memiliki
Fasad dinamis yang dapat membuka dan menutup sesuai kondisi iklim yang ada di
lingkungannya. Ketika suhu diluar bangunan dingin maka panel fasad ini akan menutup
sehingga angin tidak masuk ke bagian dalam bangunan dan sebaliknya, ketika suhu di dalam
ruangan dingin maka fasad akan membuka otomatis agar sinar matahari dapat masuk secara
optimal untuk menyinari dan menghangatkan ruangan
Dalam pengertian ini bangunan dapat memberikan nilai lebih pada tapak. Keduanya
dapat menjadi sumber investasi yang baik.Bangunan capital investment atau bangunan
komersial adalah bangunan yang mewadahi berbagai fungsi komersial seperti
perdagangan, ruang kantor sewa, hotel, dan lainlain. Sesuai jenisnya, bangunan
komersial merupakan bangunan yang direncanakan dan dirancang untuk mendatangkan
keuntungan bagi pemilik maupun penggunanya.
Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin merupakan contoh arsitektur Islam modern. Arsitektur
masjid itu merupakan perpaduan antara Mughal dan Italia. Selain ruang salat, acara-acara
resmi kenegaraan, Masjid ini juga dijadikan obyek wisata yang menarik.
Pada fungsi behavior modifier, bangunan dapat mengubah perilaku dan kebiasaan,
sesuai dengan suasana ruang.
Bangunan ini mengutamakan fungsi estetika dan terlihat unik karena menyerupai orang
menari serta paling menonjol dibandingkan dengan bangunan yang ada di sekitarnya.
Peranan dari physical control pada fungsi dan peran bangunan meliputi pengontrolan iklim
(udara, kelembaban, temperatur, angin, curah hujan, dll), cahaya, suara, bau, hal-hal lain
seperti debu, asap, serangga, hewan dan manusia serta radioaktif. Kebanyakan dari faktor-
faktor tersebut diatas bersifat geographis dan dapat dipahami bahwa semua aspek physical
control berkaitan dengan hubungan antara bangunan dan lingkungannya.
GOP 6 telah mengusung konsep bangunan hijau menyesuaikan dengan tropis mulai dari
desain atau perencanaan, pembangunan hingga pengoperasian. GOP 6 dibangun dengan konsep
efisiensi energi dengan memperhitungkan arah mata angin sehingga mampu mengurangi panas
matahari, memanfaatkan pencahayaan alami dan ventilasi sirkulasi udara. GOP 6 mampu
melakukan penghematan listrik hingga 19,5 persen, sedangkan penghematan air mencapai 58
persen dari baseline.
2. Functional frame
Pada functional frame akan banyak dibahas aspek-aspek fisik tingkah laku manusia. Pada
dasarnya manusia selalu melakukan kegiatan, sehingga membutuhkan wadah arsitektural
untuk menampung kegiatan tersebut.
Contoh bangunan : Exhibition Hall, Guangzhou, China
3. Social Millieu.
“Social millieu” bisa menjadi ekspresi statis, peranan, kelompok, perkumpulan, institusi dan
sekelompok bangunan yang dapat mempresentasikan system social sebagai suatu kesatuan,
dan untuk menunjukkan strata sosial.
FILSAFAT ARSITEKTUR 21
Contoh bangunan : Istana Raja Versailes Perancis dibuat lebih besar dari bangunan-
bangunan lain dengan tujuan untuk menunjukan status sosial. Secara umum dapat dikatakan
peran serta aturan-aturan dalam hubungan manusia membentuk sebagian dari peran
bangunan.
4. Cultural symbolization,
Arsitektur adalah obyek budaya dan juga merupakan hasil karya manusia yang melayani
aktivitas-aktivitas manusia secara umum. Kita telah sepakat bahwa seni mengekspresikan
nilai, sementara sains menerangkan fakta-fakta, dan seni adalah salah satu alat untuk
menyatakan nilai-nilai budaya untuk kemudian dimasyarakatkan. Seni juga melambangkan
obyek-obyek budaya. Bahwa arsitektur dapat melambangkan obyek-obyek budaya adalah
fakta empiris, karena sejarah arsitektur menunjukan bahwa aspek ini telah membentuk
sebuah bagian penting dari peranan bangunan.
LARRY L. LIGO
Ligo memunculkan lima fungsi yang dapat dijalankan oleh arsitektur untuk menjawab
fungsi sebagai konsep. Kelima fungsi bangunan menurut Ligo (dari Concept of Function of
the Twentieth Century Architecture) adalah :
FILSAFAT ARSITEKTUR 22
Menara ini memiliki pondasi segitiga, dimana pondasi ini merupakan pondasi yang
paling ideal digunakan untuk bangunan-bangunan pencakar langit. Menara yang mempunyai
berat 500.000 ton ini berdiri di atas pondasi berbentuk segitiga dengan ketebalan 3,7m.
Didukung oleh rangka-rangka baja yang mengelilingi dan mengisi pondasi dengan diameter
masing 1,5m. Pondasi ini menyebabkan terciptanya bentuk burj khalifa yang terdiri dari tiga
elemen atau sayap yang disusun mengelilingi satu pusat yang berada tepat di tengah. Struktur
yang berbentuk Y memberikan kestabilan pada masing-masing (ketiga) elemen/sayap,
dimana struktur tersebut merupakan landasan yang baik dan ideal untuk pembuatan residen.
Dengan struktur Y, memaksimalkan pemandangan ke arah Teluk Arab. Burj Khalifa bila
dilihat dari atas menyerupai kubah masjid seperti lazimnya bangunan-bangunan berarsitektur
Islam. Dengan demikian, struktur dari Burj Khalifa mempengaruhi bentuk dari Burj Khalifa.
Alan Dunlop datang dengan desain yang cerdik — dinding rel jalan berbalut gabus, yang
menyediakan penanda dan petunjuk sentuhan untuk membimbing siswa di sekitar sekolah.
Dibuat disepanjang gedung sekolah, dinding sensorik membantu siswa menguasai mobilitas
dan keterampilan orientasi mereka.
Borobudur adalah
sebuah candi Buddha yang
terletak
di Borobudur, Magelang, Jawa
Tengah, Indonesia. Candi
berbentuk stupa ini didirikan
oleh para
penganut agama Buddha
Mahayana sekitar tahun 800-an
Masehi. Borobudur adalah candi
atau kuil Buddha terbesar di
dunia sekaligus salah satu
monumen Buddha terbesar di
dunia.
Mengacu kepada konkritisasi dari nilai-nilai universal atau struktur sunconcious dari
spatial dan orientasi psikologis yang berhubungan lebih kepada essensi kemanusiaan
daripada kepada hidup manusia dalam satu waktu dan tempat tertentu.
Fungsi ini menempatkan manusia secara sentral sebagai pusat, pedoman dalam menciptakan
bentuk karya arsitektur. Mengikuti prinsip Form Follow Culture, dimana bentuk berasal dari
pola perilaku, tradisi, adat istiadat, kondisi sosial budaya pemakai, bentuk dijiwai oleh
kehidupan manusia, watak, kecenderungan dan nafsu serta cita-cita.
Masyarakat jawa tengah mempunyai tradisi mengagungkan Nyi Roro Kidul, mereka
membangun rumah menghadap selatan sebagai penghormatan terhadap Ratu Pantai Selatan,
ini menunjukkan bahwa factor tradisi masyarakat mempengaruhi arsitektur mereka.
Faktor geografis yang berpengaruh terhadap arsitektur bisa dilihat dari rumah panggung di
Minahasa misalnya, mereka menyesuaikan diri dengan alam sekitar dimana terdapat banyak
binatang buas dengan membuat rumah yang berbentuk panggung.
JAN MUKAROWSKY
FILSAFAT ARSITEKTUR 26
Jan Mukarowsky adalah orang yang berada diluar dunia arsitektur. Beliau memahami
fungsi sebagai segenap potensi arsitektur untuk memberikan makna terhadap lingkungan
binaan. Dengan titik tinjau ini, Mukarowsky melihat adanya lima fungsi bangunan. Kelima
fungsi tersebut adalah:
Didalam suatu teori arsitektural, fungsi perumpamaan ini didasarkan pada manifestasi
referensi sejarah, misalnya dengan menonjolkan sebagian atau beberapa bagian bangunan
bersejarah kedalam bentuk bangunan yang akan dibuat pada masa sekarang, seperti pada
kasus restoran di suatu kota Eropa yang beberapa bagian komponen bangunannya meniru
gaya pondok bangsa Polinesia.
Contoh Bangunan : Rumah Bapak Fernandus di Toraja Sulawesi Selatan
Rumah ini memasukkan/menerapkan elemen budaya dalam hal ini adalah bentuk
atap dari rumah tradisional Tangkonan Toraja ke dalam desain rumah yang modern.
Sebuah rumah di Korea Selatan memiliki bentuk yang unik dan menarik. Setiap orang
pasti akan dengan sangat mudah mengenali bantuk yang diadopsi oleh bangunan seluas 419
m2 ini. Bangunan bernama Haewooajae sengaja dibuat identik dengan bentuk kloset duduk,
agar sesuai dengan kegunaan dominan yang dimiliki bangunan tersebut. Kaitannya dengan
Toilet House, produk arsitektur ini menyajikan makna fungsi ekspresi. Toilet House yang
berbentuk kloset yang merupakan bagian dari toilet adalah bangunan yang mempunyai
fungsi utama untuk sanitasi. Sang pemilik, Sim Jae-duck yang merupakan salah satu orang
berpengaruh di Asosiasi Toilet Dunia (World Toilet Association) ingin mempertegas fungsi
dari bangunan ini dengan mengambil bentuk dari elemen toilet yang simbolik, yaitu kloset
duduk. Bagian luar bangunan ini dilapisi baja yang dicat putih mirip dengan permukaan
kloset keramik. Terdapat juga kaca-kaca tidak tembus pandang sebagai pelapis dinding luar.
Bukaan di atas bangunan yang serupa dengan lubang kloset, murupakan pintu masuk dari
Toilet House ini.
Toilet House terdiri dari dua lantai, berisi tiga kamar mandi mewah dan komplit, serta
2 kamar tidur. Dinding dalam bangunan dan jendela-jendela lengkung cantik juga mengikuti
permukaan bangunan. Nuansa yang ditampilkan adalah nuansa bersih, penggunaan cat
keramik putih sebagai pelapis dinding bagian dalam memperkuat citra kloset pada bangunan
ini. Banguan ini dilengkapi dengan tombol-tombol sensor otomatis. Seperti ketika seseorang
memasuki kamar mandi ini, tombol sensor otomatis akan memainkan musik-musik klasik
yang diharapkan membuat nyaman pengguna.
FILSAFAT ARSITEKTUR 29