Anda di halaman 1dari 29

FILSAFAT ARSITEKTUR 1

FILSAFAT ARSITEKTUR
‘’PENERAPAN TEORI ARSITEKTUR PARA AHLI TERHADAP BANGUNAN’’

DOSEN PEMBIMBING : YENY NOVIANTI.,ST.,MT

DISUSUN OLEH :
RAIHAN MUFIDA
(170160002)

TEKNIK ARSITEKTUR
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2018/2019
FILSAFAT ARSITEKTUR 2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Lhokseumawe, 25 April 2019

Raihan Mufida
FILSAFAT ARSITEKTUR 3

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 2
BAB 1 ..................................................................................................................................................... 4
1. Latar Belakang .......................................................................................................................... 4
2. Rumusan Masalah ..................................................................... Error! Bookmark not defined.
3. Tujuan dan Manfaat .................................................................. Error! Bookmark not defined.
BAB 2 ...................................................................................................... Error! Bookmark not defined.
1) Pengertian Ruang ...................................................................... Error! Bookmark not defined.
2) Teori Ruang menurut para Ahli/Filsuf .................................... Error! Bookmark not defined.
a) LAO TZU ............................................................................................................................... 7
b) PLATO ................................................................................................................................. 10
c) ARISTOTELES .................................................................................................................. 11
d) JOSEPH PRIJOTOMO ..................................................................................................... 12
BAB 3 ................................................................................................................................................... 13
1) Pengertian Fungsi .................................................................................................................. 13
2) Teori Fungsi menurut para Ahli............................................................................................ 14
a) GEOFFREY BROADBENT ................................................................................................ 7
b) PLATO ................................................................................................................................. 10
c) ARISTOTELES .................................................................................................................. 11
d) JOSEPH PRIJOTOMO ..................................................................................................... 12

BAB 3 ...................................................................................................... Error! Bookmark not defined.


PENUTUP............................................................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. Error! Bookmark not defined.
FILSAFAT ARSITEKTUR 4

BAB I

1.1. Latar Belakang Masalah

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih
luas, arsitektur mencakup merancang keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro
yaitu perancanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro
yaitu desain prabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses
perancangan tersebut. Menurut Vitruvius di dalam bukunya De Architectura (yang
merupakan sumber tertulis paling tua yang masih ada hingga sekarang), bangunan yang baik
haruslah memilik Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan /
Fungsi (Utilitas); arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan dan koordinasi antara
ketiga unsur tersebut, dan tidak ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya. Dalam definisi
modern, arsitektur harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis. Namun,
dapat dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri di dalamnya sudah mencakup baik unsur
estetika maupun psikologis.

Mengutip Vitruvius, "Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan
dilengkapi dengan proses belajar; dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai
karya seni". Ia pun menambahkan bahwa seorang arsitek harus fasih di dalam bidang musik,
astronomi, dsb. Arsitektur adalah bidang multi-dispilin, termasuk di dalamnya adalah
matematika, sains, seni, teknologi, humaniora, politik, sejarah, dan juga filsafat. Filsafat
sebagai salah satu ilmu yang memiliki peran penting di dalam pendekatan arsitektur. Filsafat
arsitektur mengandung beberapa arahan seperti Rasionalisme, empirisisme, fenomenologi
strukturalisme, post-strukturalisme, dan dekonstruktivisme yang mempengaruhi arsitektur itu
sendiri.

Ruang sebagai salah satu bagian penting dalam dalam arsitektur juga merupakan hal
yang menarik untuk dibahas dalam filsafat arsitektur. Beberapa ahli filsafat telah memberikan
sumbangan pemikirannya dalam memberikan pengertian dan pemahaman mengenai ruang
dalam arsitektur.
FILSAFAT ARSITEKTUR 5

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana teori-teori yang dipaparkan para ahli terkait ruang dalam Arsitektur?
2. Bagaimana teori yang dipaparkan para ahli terkait fungsi dalam Arsitektur?
3. Apa saja contoh bangunan terkait teori tersebut?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui teori-teori para ahli terkait ruang dalam Arsitektur.


2. Untuk mengetahui teori para ahli terkait fungsi dalam Arsitektur.
3. Untuk mengetahui penerapan teori tersebut pada bangunan.

1.4. Manfaat

1. Mahasiswa dapat mengetahui filsafat –filsafat mengenai ruang dalam arsitektur.


2. Agar mahasiswa dapat menerapkan konsep-konsep filsafat dalam perancangan.
FILSAFAT ARSITEKTUR 6

BAB II
1. PENGERTIAN RUANG DALAM ARSITEKTUR

Ruang merupakan elemen yang sangat penting dalam arsitektur. Secara harfiah, ruang
(space) berasal dari bahasa Latin, yaitu spatium yang berarti ruangan atau luas (extent).
Jika dilihat dalam bahasa Yunani dapat diartikan sebagai tempat (topos) atau lokasi
(choros) yaitu ruang yang memiliki ekspresi kualitas tiga dimensi. Menurut Aristoteles,
ruang adalah suatu yang terukur dan terlihat, dibatasi oleh kejelasan fisik, enclosure yang
terlihat sehingga dapat dipahami keberadaanya dengan jelas dan mudah.
Dalam arsitektur, ruang terbagi menjadi ruang dalam dan ruang luar. Salah satu ruang
yang ada dalam arsitektur adalah ruang terbuka publik. Ruang terbuka publik sendiri
terbagi menjadi ruang eksterior dan ruang interior. Untuk ruang eksterior (Alexander et
al, 1977), terdapat dua bagian tipe ruang, yaitu:
1. Positif: yaitu ruang yang mempunyai batas yang pasti dan jelas. Ruang ini dapat
dirasakan dan dapat diukur dengan seksama. Sebagai bayangan, ruangan ini dapat
diisi oleh air untuk menunjukan keberadaannya. Ruang ini dibentuk dari bangunan
yang berada disekitarnya.
2. Negatif: yaitu ruang yang tidak mempunyai bentuk yang jelas. Jenis ruang ini sulit
dibayangkan serta keberadaannya sulit dirasakan.
Di dalam buku Public Places – Urban Spaces, ruang positif dibagi menjadi dua jenis,
yaitu:
a. Streets (road, path, avenue, lanes, boulevard, alleys, malls)
Streets adalah tipe ruang terbuka publik yang bersifat dinamik dan mempunyai kuantitas
perpindahan yang lebih tinggi.

b. Squares (plazas, circuses, piazzas, places, courts)


Squares adalah tipe statis dimana orang lebih sering untuk berdiam diri dalam waktu lama
di ruang terbuka publik ini.

Kedua jenis ini dapat bersifat formal maupun informal. Sehingga keduanya dapat
ditempatkan sebagai ruang terbuka publik dimanapun berada. Namun untuk Negara
berkembang seperti Indonesia, tipe streets lebih sering dijadikan sebagai ruang terbuka
publik daripada squares.
FILSAFAT ARSITEKTUR 7

2.TEORI RUANG MENURUT PARA AHLI / FILSUF

Teori yang berkembang dalam arsitektur berasal dari kritikan, penafsiran, dan
deskripsi dari hasil pekerjaan yang telah dihasilkan dan berhasil membangun opini
masyarakat sehingga tercipta sebuah pemahaman baru. Teori dalam arsitektur bermacam-
macam, beberapa di antaranya yaitu teori ruang, teori bentuk, teori tempat dan teori
cahaya. Sebagian dari beberapa teori tersebut terdapat contoh penerapannya pada
bangunan yang ada di Indonesia. Meskipun tidak benar-benar merupakan penerapannya,
namun pada bangunan-bangunan ini kita dapat lebih memahami teori-teori arsitektur
yang ada.

LAO TZU
Pada bab-bab awal bukunya Tao Teh Ching, dia menyatukan Being (Yang
Ada) dan Non-Being (Yang Tidak Ada) ke dalam satu konsep yang terus bergema dalam
seluruh perkembangan peradaban manusia.

Penyatuan dari dua kondisi yang berlawanan masih tetap menjadi struktur vital dalam
estetika kontemporer yang berkaitan dengan ruang. Lao Tzu menyatakan bahwa ruang
yang terkandung di dalam adalah lebih hakiki ketimbang materialnya, yakni massa.
Namun pada titik ini, Lao Tzu meletakkan tekanannya pada batas antara ruang internal
dan eksternal; yakni dinding pemisah.

Ia mau menjelaskan kekosongan yang terbingkaikan oleh pintu dan jendela, yang boleh
dianggap sebagai ruang transisi yang membatasi ruang fundamental tsb.

Karena ruang terdapatpada kedua sisi dinding, dan karena batas ini harus bisa ditembus
pada suatu tempat tertentu, akan terjadi pemisahan dan sekaligus penyambungan.

Boleh jadi dindingnyalah yang menjadi ekspresi sejati dan jujur dari fungsi internalnya,
atau dinding itulah yang berorientasi ganda; satu interior dan satunya eksterior.

Dengan demikian, Lao Tzu sampai 3 tahapan hirarki ruang.

a. Pertama, ruang sebagai hasil dari perangkaian secara tektonik.


b. Kedua,ruang yang dilingkupi bentuk stereotomik.
c. Ketiga, ruang peralihan yang membentuk suatu hubungan antara dunia di
dalam dengan dunia di luar.
FILSAFAT ARSITEKTUR 8

Contoh bangunan yang menerapkan teori Lao Tzu

Plaza d’Italia

Merupakan sebuah alun-alun yang terbentuk dari objek-objek arsitekturalnya di


sekitarnya. Dimana objek-objek sekitarnya menciptakan sebuah ruang ditengah, selain itu
pola-pola garis di dalamnya juga memberikan kesan ruang secara abstrak. Kedua objek di
dalamnya dibuat kontras dalam hal warna dengan tujuan membentuk ruang diantaranya.

Peter Eisenman’s House III

Bangunan ini menggunakan kolom sebagai elemen pembatas ruangnya. Selain


sebagai pembatas, kolom juga berfunngsi sebagai elemen dekoratif. Pada bangunan ini
tersdapat sebuah kolom yang menembus lantai dan langit-langit. Pada ruang tidur atas,
kolom yang tembus ini seolah-olah memberikan kesan dua ruang maya yang
memisahkan dua buah tempat tidur. Dinding-dinding yang ada selain sebagai pemisah
juga berfungsi sebagai penghubung antara ruang luar dan ruang dalam.
FILSAFAT ARSITEKTUR 9

Bina Nusantara University, Alam Sutera

Bangunan ini sesuai dengan ide ruang oleh Lao Tzu, di mana material (massa)
yang masif digabungkan atau terdapat rongga sehingga dapat membentuk suatu ruang
untuk manusia berkativitas di dalamnya.

Ananta Legian Hotel, Bali

Atap yang terbentuk dengan penyatuan


rangka ini menciptakan ruang di
bawahnya, konsep ini sesuai dengan ide
ruang oleh Lao Tzu.
FILSAFAT ARSITEKTUR 10

PLATO
Plato (428 – 348 SM) adalah filsuf Yunani Kuno yang barangkali boleh dibilang
yang paling terkenal. Lewat karya besar beliau seperti Republik dan Dialog gagasannya
membentuk fondasi peradaban Barat. Di dalam arsitektur, Plato berpendapat sebagaimana
seperti ini, ruang adalah sesuatu yang dapat terlihat dan teraba, menjadi teraba karena
memiliki karakter yang jelas berbeda dengan semua unsur lainnya. Beliau menginginkan
segala sesuatunya harus berwadah, kasat mata, dan teraba. Karena menurut beliau ruang
memiliki karakteristik sebagai tempat melingkupi objek yang ada padanya, tempat bukan
bagian yang di wadahinya, tempat dari suatu objek yang tidak lebih besar atau lebih kecil
dari objek tersebut, tempat dapat ditinggalkan oleh ojbek dan dapat dipisahkan dari objek,
dan tempat selalu mengikuti objek walaupun objek terus bergerak.

Plato juga mengatakan apa yang dikatakan indah dan sumber dari segala
keindahan adalah yang paling sederhana, umpamanya nada yang sederhana, warna yang
sederhana. Yang dimaksud dengan ‘sederhana’ disini adalah bentuk dan ukuran yang
tidak dapat diberi batasan lebih lanjut berdasarkan sesuatu yang diberi batasan ‘lebih
sederhana’ lagi. Meskipun demikian, yang majemuk juga dapat dialami sebagai sesuatu
yang indah jika tersusun secara harmonis berdasarkan sesuatu yang benar – benar
sederhana.

Berdasarkan keindahan yang majemuk itu, dengan sendirinya kita bisa mendapat
kesan, bahwa pandangan Plato tentang yang indah sebagai sesuatu yang secara fisik
paling sederhana bergeser kepandangan, bahwa yang indah adalah yang paling ‘bersatu’.
Kesan sepintas itu adalah keliru. Ia setuju bahwa ‘kebersatuan’ atau ‘keterpaduan’ adalah
gejala yang ikut menandai keindahan. Keindahan, menurutnya dicapai dari hubungan
bentuk yang sederhana. Dalam teori menurut Plato, yang diutamakan dalam menilai
keindahan adalah bentuk (form), fisik (visual), dan warna luar dari objek desain tersebut.

Jika pendapat Plato tersebut dapat direfleksikan ke dalam satu karya arsitektur,
maka menurut pendapat saya Conrad Wedding
Chapel karya Anthony Liu, Ferry Ridwan, dan
Andra Matin di samping dapat menjelaskan
mengenai keindahan dan kenyataan yang mungkin
masih jauh dari bayangan manusia. Melalui konsep
filosofis bangunan dari segi bentuk, pemilihan
bahan, serta perletakan bangunan didasarkan pada
konsep – konsep filosofis mengenai kesakralan
pernikahan termasuk konsep mengenai laki – laki
dan perempuan, serta hubungan manusia dengan
Tuhan dan alam. Keindahan yang tercipta dari
warna bangunan yang berwarna putih dapat
berubah mengikuti keadaan sekitar, dapat dilihat
bahwa bangunan tersebut pada sore hari menjadi
FILSAFAT ARSITEKTUR 11

berwarna oranye, sedangkan pada malam dapat berubah mengikuti warna langit yang
biru.

ARISTOTELES
Aristoteles membangun konsepnya mengenai tempat ( topos ) sebagai suatu di
mana, atau suatu place of belonging, yang menjadi lokasi yang tepat di mana setiap
elemen fisik cenderung berada. Aristoteles mengatakan, ‘Wadaq-wadaq semata bergerak
ke atas dan ke bawah menuju tempatnya yang tepat’ dan ‘Setiap hal berada di suatu
tempat, yakni dalam sebuah tempat’. ‘Suatu tempat, atau ruang, tidak dapat memliki
suatu wadaq’. Akhirnya, Aristoteles merangkumkan karakteristik dari ruang menjadi lima
butir.

 Tempat melingkungi objek yang ada


 Tempat bukan bagian dari yang dilingkunginya.
 Tempat dari sesuatu objek tidak lebih besar dan tidak lebih kecil dari objek
tersebut.
 Tempat dapat ditinggalkan oleh objek serta dapat dipisahkan pula dari objek
tersebut.
 Tempat selalu mengikuti objek, meskipun objek tersebut berpindah sampai
berhenti pada posisinya.

Contoh Bangunan yang menerapkan teori Aristoteles

Shizouka Radio Newspaper Tower, Tokyo


FILSAFAT ARSITEKTUR 12

JOSEPH PRIJOTOMO

Prof.Dr.Ir.Josef Prijotomo, M.Arch. adalah guru besar yang membangun pengetahuan


budaya Nusantara menjadi referensi para arsitek dalam mendesain rumah. Ia melakukan
kajian lapangan arsitektur Nusantara di berbagai provinsi. Kecintaanya pada arsitektur
Nusantara ia tuangkan ke dalam 9 buku. Menurutnya arsitektur Nusantara harus duduk setara
dengan arsitektur Barat yang selama ini menjadi kiblat; era globalisasi adalah peluang
mengolah arsitektur Nusantara kekinian untuk disumbangkan pada dunia.

A. Hasil Kajian Teori Arsitektur Nusantara Menurut Prijotomo

Hasil kajian pemikiran teori arsitektur Nusantara menurut Prijotomo sebagai berikut:

1. Ideologi

Arsitektur Nusantara berpedoman pada semboyang ke-Bhineka-an. Bhinneka Tunggal Ika


melihat Toraja adalah Indonesia, Jawa adalah Indonesia. (Prijotomo, 1988:41).

2. Menghargai Sejarah Masa Lampau

Arsitektur Nusantara menjadikan arsitektur Klasik Indonesia (percandian dan Tradisional) sebagai
akar kearsitekturan. Penempatan sebagai sumber dan akar sama sekali tak boleh harus kembali ke masa
lampau, tetapi arsitektur Klasik Indonesia itu saling dikawinkan (dikombinasikan).

3. Arsitektur Nusantara Sebuah Pengetahuan dari Disiplin Arsitektur

Arsitektur Nusantara bukan sebagai pengetahuan yang mengklaim disiplin lain sebagai
disiplinnya sendiri. Misalnya saja di dalam arsitektur diberlakukan rumus yang mengatakan bahwa
pergerakan udara terjadi kalau terdapat selisih tekanan udara, tetapi rumus ini tetap saja tidak dikatakan
sebagai rumus arsitektur, melainkan rumus fisika.

4. Arsitektur yang Berkelanjutan (Continuation)

Keberkelanjutan arsitektur Klasik Indonesia menuntut adanya pengkinian. Tujuan dari pengkinian
arsitektur Nusantara adalah menjaga kesinambungan dan keharmonisan antar arsitektur percandian
maupun etnik Nusantara, (Prijotomo 2004:115).
FILSAFAT ARSITEKTUR 13

5. Arsitektur Nusantara Menerima Teknologi Modern

Teknologi modern tetap dijadikan sebagai tamu (eksternal), untuk itu perlu distilir kedalam gagasan
arsitektur modifikasi) antara gagasan modern dengan gagasan arsitektur Klasik untuk mencapai suatu
karya arsitektur yang berciri Nusantara di sini, arsitektur Nusantara dapat diglobalkan (memodernkan
arsitektur Indonesia). Contoh dari pengkombinasian ini dapat dilihat pada hasil penelitian Maria I.
Hidayatun (2003) pada karya Gereja Puhsarang karya Mclaine Pont.

6. Arsitektur Pernaungan

Lingkungan masyarakat dua musim seperti Indonesia, bangunan diperlukan bukan untuk
melindungi diri dari ancaman iklim yang mematikan, melainkan sebagai penaung terhadap iklim yang
hanya menghadirkan kemarau yang terik dan penghujan yang lebat. Bagi sebuah pernaungan, atap adalah
penaung yang diperlukan, dan daerah bayangan yang terjadi oleh adanya penaung tadi menjadi ruang-
ruang dasar yang dimunculkan.

7. Arsitektur Tanpa Paku, Tanggap Gempa dan Konservasi

Bangunan Nusantara adalah adalah bangunan dengan sistem konstruksi (tektonika) sambungan
(pasak-lubang dan pen-lubang).Cara penyambungan pasak dan-lubang maupun pada pen-dan-lubang.
Keduanya tidak dilakukan dengan tingkat ketepatan (presisi) yang tinggi.

8. Kebaharian Nusantara

Nusantara menempatkan diri sebagai arsitektur yang dalam posisi generiknya menunjuk pada
arsitektur kelautan dan arsitektur kedaratan. Sementara ihwal arsitektur kedaratan telah berlimpah dengan
informasi kultural, tidaklah demikian halnya dengan arsitektur kelautan.

9. Tradisi Tanpa Tulisan

Masyarakat Nusantara adalah masyarakat dari tradisi lisan, bukan dari tradisi tulis. Di dalam
masyarakat lisan, ucapan dan benda menjadi medium yang digunakan untuk mencatat dan merekam
pengetahuannya.

10. Menggunakan Ornamen dan Dekorasi

Pada arsitektur klasik Indonesia dalam hal ornamen adalah kenyataan bahwa kita memiliki
khasanah yang sangat kaya dan beraneka ragam. Masing-masing anak bangsa ataupun daerah memiliki
kekhususan dalam ornamennya. Ornamen-ornamen diperlukan kehadirannya untuk menyempurnakan
FILSAFAT ARSITEKTUR 14

penampilan, memperkaya teknik penyelesaian, dan mempertinggi kesan estetik dart arsitektur itu
sendiri.

11. Ruang Asymmetrical-Symmetry (Unity)

Praktis tak ada arsitektur klasik Indonesia yang tidak tampil dengan setangkup. Baik pada penataan
ruangan di dalam bangunan maupun pada penataan gugus bangunan dari suatu unit permukiman (seperti
misalnya Tanean Lanjang di Madura), kesetangkupan ini dengan nyata ditampilkan. Meski bila diamati
lebih seksama kesetangkupan ini sebenarnya adalah “asymmetrical-symmetry” (yakni setangkup yang tak
sepenuhnya) namun bukanlah ihwal setangkup itu yang ditonjolkan oleh arsitektur klasik Indonesia.

Contoh bangunan yang sesuai dengan teori Josef Prijotomo

Museum Tsunami Aceh dirancang oleh arsitek asal Indonesia, Ridwan Kamil yang
sekarang menjadi Wali Kota Bandung periode 2013 -2018. Museum ini merupakan sebuah
struktur empat lantai yang dinding lengkungnya ditutupi relief geometris. Ketika masuk ke
dalam museum, pengunjung harus melalui lorong sempit dan gelap di antara dua dinding air
yang tinggi. Desain ruang tersebut bertujuan untuk mengingatkan kembali suasana dan
kepanikan saat terjadi tsunami. Dinding museum dihiasi gambar orang-orang menari Saman,
sebuah makna simbolis terhadap kekuatan, disiplin, dan kepercayaan religius masyarakat
Aceh. Dari atas, atapnya terbentuk gelombang laut. Lantai dasarnya dirancang mirip rumah
panggung tradisional khas Aceh yang selamat dari terjangan gelombang tsunami. Desain dari
museum ini mengutamakan secondary skin yang terbuat dari GRC dengan motif geometris.
Bangunan museum di lantai tiga diberi hiasan dekorasi bernuansa Islam. Bangunan ini dari
arah luar terlihat berbentuk seperti kapal, dengan sebuah mercusuar berdiri tegak di atasnya.
Tampilan eksterior yang luar biasa unik mengekspresikan keberagaman budaya Aceh yang
terlihat dari ornamen dekoratif unsur transparansi elemen kulit luar bangunan.
FILSAFAT ARSITEKTUR 15

BAB III
1. PENGERTIAN FUNGSI DALAM ARSITEKTUR

Pemahaman tentang fungsi dalam arsitektur bisa dibangun antara lain dengan mencari
referensi-referensi terkait definisi istilah ‘fungsi’ itu sendiri baik definisi secara umum
maupun definisi secara kearsitekturan. Setelah proses pemahaman yang saya jalani, saya
berhasil mendapatkan beberapa macam pengertian fungsi mulai dari pengertian secara umum
maupun khusus dalam bidang arsitektur.
Fungsi secara umum dapat didefinisikan sebagai sekelompok aktivitas yang tergolong
pada jenis yang sama berdasarkan sifat atau pelaksanaannya. (id.wikipedia.org). Fungsi
secara umum dapat pula diartikan sebagai kegunaan, serta cara untuk memenuhi keinginan
yang timbul dari adanya kebutuhan-kebutuhan dalam hidup; untuk bertahan hidup dan
berkembang.
Menurut beberapa praktisi arsitektur, fungsi adalah; “secara umum artinya kegunaan, fungsi
dalam dunia arsitektur, bentuk bangunan harus mengikuti aktivitas yang akan berlangsung.
contoh: apabila akan membangun sekolah atau rumah sakit, maka kita harus memperhatikan
aktivitas yang akan berlangsung dalam bangunan tersebut sehingga nantinya bentuk
bangunan akan menyesuaikan fungsi dari bangunan tersebut.” (Teddy Priyatna, S.T/arsitek).
“Fungsi dalam pengertian sederhana adalah kegunaan. Fungsi itu juga bisa dibilang suatu
cara untuk memenuhi keinginan. Fungsi adalah sekelompok aktifitas yang tergolong pada
jenis yang sama berdasarkan sifat atau pelaksanaannya. Dalam istilah matematika, fungsi
berarti pemetaan setiap anggota himpunan (dinamakan domain) kepada anggota himpunan
(dinamakan kodomain).. Kata ini tentu beda dengan istilah fungsi misalnya dalam kalimat
"Alat ini berfungsi dengan baik". Fungsi adalah suatu bagian dari program yang
dipergunakan untuk mengerjakan suatu tugas tertentu dan letaknya dipisahkan dari bagian
program yang menggunakannya.” (Ir. Joko Wibisono/arsitek).
FILSAFAT ARSITEKTUR 16

2. FUNGSI ARSITEKTUR MENURUT PARA AHLI

GEOFFREY BROADBENT
Geofrey Broadbent melontarkan enam fungsi yang dapat dilaksanakan oleh arsitektur untuk
menjawab pertanyaan : apa yang dituntut oleh bangunan ? Keenam fungsi tersebut adalah :

1. Environmental Filter (penangkal factor lingkungan)

Bangunan bisa mengontrol iklim. Bangunan berperan sebagai saringan atau filter antara
lingkungan luar dengan aktivitas yang akan kita lakukan. Bangunan dapat membantu kita
untuk membuat kondisi-kondisi agar aktivitas-aktivitas dapat dilaksanakan dengan
menyenangkan dan dalam kenyamanan. Kita bisa menentukan ruang-ruang mana yang harus
dekat satu sama lain dan yang mana yang bisa dijauhkan.

Contoh Bangunan : Kiefer Technic Showroom, Austria.

Bangunan ini dirancang untuk beradaptasi dengan iklim sekitarnya. Bangunan ini memiliki
Fasad dinamis yang dapat membuka dan menutup sesuai kondisi iklim yang ada di
lingkungannya. Ketika suhu diluar bangunan dingin maka panel fasad ini akan menutup
sehingga angin tidak masuk ke bagian dalam bangunan dan sebaliknya, ketika suhu di dalam
ruangan dingin maka fasad akan membuka otomatis agar sinar matahari dapat masuk secara
optimal untuk menyinari dan menghangatkan ruangan

2. Container of Activities (wadah kegiatan)

Bangunan sebagai wadah kegiatan-kegiatan yang menempatkannya pada tempat yang


khusus dan tertentu.
Contoh : Beijing Bird Nest Stadium
Stadion nasional yang menjadi wadah kegiatan olahraga di Beijing
FILSAFAT ARSITEKTUR 17

3. Capital Investment (investasi atau penanaman modal)

Dalam pengertian ini bangunan dapat memberikan nilai lebih pada tapak. Keduanya
dapat menjadi sumber investasi yang baik.Bangunan capital investment atau bangunan
komersial adalah bangunan yang mewadahi berbagai fungsi komersial seperti
perdagangan, ruang kantor sewa, hotel, dan lainlain. Sesuai jenisnya, bangunan
komersial merupakan bangunan yang direncanakan dan dirancang untuk mendatangkan
keuntungan bagi pemilik maupun penggunanya.

Contoh bangunan : Regatta, Jakarta.

Regatta merupakan proyek multifungsi yang terdiri dari 10 menara apartemen,


hotel, aqua park, shopping center dan serviced apartment yang dibangun diatas lahan
seluas kurang lebih 11 hektar.

4. Symbolic Function (fungsi simbolik)

Fungsi simbolik, bangunan dapat memberikan nilai-nilai simbolik terutama pada


kegiatan-kegiatan yang bersifat keagamaan atau berhubungan erat dengan kebudayaan.

Contoh bangunan : Masjid Sultan Omar Ali Saefuddin, Brunei Darussalam


FILSAFAT ARSITEKTUR 18

Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin merupakan contoh arsitektur Islam modern. Arsitektur
masjid itu merupakan perpaduan antara Mughal dan Italia. Selain ruang salat, acara-acara
resmi kenegaraan, Masjid ini juga dijadikan obyek wisata yang menarik.

5. Behavior Modifier (pengaruh perilaku)

Pada fungsi behavior modifier, bangunan dapat mengubah perilaku dan kebiasaan,
sesuai dengan suasana ruang.

Contoh : Interior ruangan

interior ruangan dirancang dengan menggunakan perpaduan warna cerah sehingga


menimbulkan kesan yang ceria pada ruangan.

6. Aesthetic Function (pursuit of delight).


FILSAFAT ARSITEKTUR 19

Pada pengertian ini bangunan-bangunan akan menyenangkan bila bangunan tampak


bagus/cantik, sesuai dengan imajinasi yang fashionable saat ini, sesuai dengan asas-asas
tertentu dari order visual dan lain-lain. Jadi Broadbent memahami fungsi sebagai apa saja
yang dipancarkan dan diinformasikan oleh arsitektur melalui panca indera kita.

Contoh bangunan : Dancing House, Praha

Bangunan ini mengutamakan fungsi estetika dan terlihat unik karena menyerupai orang
menari serta paling menonjol dibandingkan dengan bangunan yang ada di sekitarnya.

CHRISTIAN NOBERG SCHLUTZ


1. Physical control
FILSAFAT ARSITEKTUR 20

Peranan dari physical control pada fungsi dan peran bangunan meliputi pengontrolan iklim
(udara, kelembaban, temperatur, angin, curah hujan, dll), cahaya, suara, bau, hal-hal lain
seperti debu, asap, serangga, hewan dan manusia serta radioaktif. Kebanyakan dari faktor-
faktor tersebut diatas bersifat geographis dan dapat dipahami bahwa semua aspek physical
control berkaitan dengan hubungan antara bangunan dan lingkungannya.

Contoh bangunan : Green Office Park 6

GOP 6 telah mengusung konsep bangunan hijau menyesuaikan dengan tropis mulai dari
desain atau perencanaan, pembangunan hingga pengoperasian. GOP 6 dibangun dengan konsep
efisiensi energi dengan memperhitungkan arah mata angin sehingga mampu mengurangi panas
matahari, memanfaatkan pencahayaan alami dan ventilasi sirkulasi udara. GOP 6 mampu
melakukan penghematan listrik hingga 19,5 persen, sedangkan penghematan air mencapai 58
persen dari baseline.

2. Functional frame
Pada functional frame akan banyak dibahas aspek-aspek fisik tingkah laku manusia. Pada
dasarnya manusia selalu melakukan kegiatan, sehingga membutuhkan wadah arsitektural
untuk menampung kegiatan tersebut.
Contoh bangunan : Exhibition Hall, Guangzhou, China

3. Social Millieu.
“Social millieu” bisa menjadi ekspresi statis, peranan, kelompok, perkumpulan, institusi dan
sekelompok bangunan yang dapat mempresentasikan system social sebagai suatu kesatuan,
dan untuk menunjukkan strata sosial.
FILSAFAT ARSITEKTUR 21

Contoh bangunan : Istana Raja Versailes Perancis dibuat lebih besar dari bangunan-
bangunan lain dengan tujuan untuk menunjukan status sosial. Secara umum dapat dikatakan
peran serta aturan-aturan dalam hubungan manusia membentuk sebagian dari peran
bangunan.

4. Cultural symbolization,
Arsitektur adalah obyek budaya dan juga merupakan hasil karya manusia yang melayani
aktivitas-aktivitas manusia secara umum. Kita telah sepakat bahwa seni mengekspresikan
nilai, sementara sains menerangkan fakta-fakta, dan seni adalah salah satu alat untuk
menyatakan nilai-nilai budaya untuk kemudian dimasyarakatkan. Seni juga melambangkan
obyek-obyek budaya. Bahwa arsitektur dapat melambangkan obyek-obyek budaya adalah
fakta empiris, karena sejarah arsitektur menunjukan bahwa aspek ini telah membentuk
sebuah bagian penting dari peranan bangunan.

Contoh bangunan : Rumah Tradisional Aceh dan Rumah Gadang

LARRY L. LIGO
Ligo memunculkan lima fungsi yang dapat dijalankan oleh arsitektur untuk menjawab
fungsi sebagai konsep. Kelima fungsi bangunan menurut Ligo (dari Concept of Function of
the Twentieth Century Architecture) adalah :
FILSAFAT ARSITEKTUR 22

1. Structural articulation (artikulasi struktural).


menunjuk pada pengupasan dalam design, dari material struktur dan metode sebuah
bangunan ( misalnya “ fungsi “ material dan metode maupun pada artikulasi exterior
bangunan dengan variasi kegiatan yang terkandung di dalamnya.

Contoh Bangunan : Burj Khalifa, Dubai

Menara ini memiliki pondasi segitiga, dimana pondasi ini merupakan pondasi yang
paling ideal digunakan untuk bangunan-bangunan pencakar langit. Menara yang mempunyai
berat 500.000 ton ini berdiri di atas pondasi berbentuk segitiga dengan ketebalan 3,7m.
Didukung oleh rangka-rangka baja yang mengelilingi dan mengisi pondasi dengan diameter
masing 1,5m. Pondasi ini menyebabkan terciptanya bentuk burj khalifa yang terdiri dari tiga
elemen atau sayap yang disusun mengelilingi satu pusat yang berada tepat di tengah. Struktur
yang berbentuk Y memberikan kestabilan pada masing-masing (ketiga) elemen/sayap,
dimana struktur tersebut merupakan landasan yang baik dan ideal untuk pembuatan residen.
Dengan struktur Y, memaksimalkan pemandangan ke arah Teluk Arab. Burj Khalifa bila
dilihat dari atas menyerupai kubah masjid seperti lazimnya bangunan-bangunan berarsitektur
Islam. Dengan demikian, struktur dari Burj Khalifa mempengaruhi bentuk dari Burj Khalifa.

2. Physical function (fungsi fisik)


Meliputi kontrol dari faktor lingkungan (environmental factors) dan akomodasi
bangunan terhadap aspek-aspek fisik dari tujuan yang diinginkan, aspek-aspek seperti pola-
pola jalan dan fleksibilitas dari pengaturan ruang. Bangunan yang memiliki konsep lebih
mengutamakan tempat perlindungan dengan tetap memperhatikan lingkungan sekitar.
FILSAFAT ARSITEKTUR 23

Contoh bangunan : Falling Water karya Frank Llyoid Wright

Arsitektur karya Wright ditandai dengan bentuk-bentuk abstrak dan geometrik


dipadukan dengan elemen-elemen alami, seperti batu, bunga, dan air. Bangunan itu juga
ditandai dengan ciri khas ruang-ruang terbuka, yang cerah dan udara segar. bentuk dari
bangunan diselaraskan dengan tebing-tebing dan air terjun.

3. Psychological function (fungsi psikologi).


Mengacu pada “feelings” (perasaan/rasa) dimana bangunan-bangunan itu berbaur dengan
pengamat-pengamatnya, penghuni/pemakai dan pengkritiknya, termasuk penyakit-penyakit
psikologis seperti vertigo, claustrophobia, kebingungan arah (direction), kenyamanan fisik
atau kurangnya rasa dan emosi yang spesifik/khas.
Contoh bangunan : Hazelwood School
Sekolah Hazelwood Glasgow dirancang untuk memberikan siswa dengan sumber daya
pendidikan yang sama dengan siswa tunanetra dan tuli.

Alan Dunlop datang dengan desain yang cerdik — dinding rel jalan berbalut gabus, yang
menyediakan penanda dan petunjuk sentuhan untuk membimbing siswa di sekitar sekolah.

Dibuat disepanjang gedung sekolah, dinding sensorik membantu siswa menguasai mobilitas
dan keterampilan orientasi mereka.

Hazelwood School, sekolah untuk penyandang tunanetra dan tunarungu.


FILSAFAT ARSITEKTUR 24

4. Social function (fungsi sosial)


Mengacu pada konkritisasi dari institusi sosial dan karakteristik yang bernilai dari budaya
atau masa tertentu.
Contoh Bangunan : Candi Borobudur, Indonesia

Borobudur adalah
sebuah candi Buddha yang
terletak
di Borobudur, Magelang, Jawa
Tengah, Indonesia. Candi
berbentuk stupa ini didirikan
oleh para
penganut agama Buddha
Mahayana sekitar tahun 800-an
Masehi. Borobudur adalah candi
atau kuil Buddha terbesar di
dunia sekaligus salah satu
monumen Buddha terbesar di
dunia.

5. Cultural/Existential function (fungsi budaya/keberadaan)


FILSAFAT ARSITEKTUR 25

Mengacu kepada konkritisasi dari nilai-nilai universal atau struktur sunconcious dari
spatial dan orientasi psikologis yang berhubungan lebih kepada essensi kemanusiaan
daripada kepada hidup manusia dalam satu waktu dan tempat tertentu.
Fungsi ini menempatkan manusia secara sentral sebagai pusat, pedoman dalam menciptakan
bentuk karya arsitektur. Mengikuti prinsip Form Follow Culture, dimana bentuk berasal dari
pola perilaku, tradisi, adat istiadat, kondisi sosial budaya pemakai, bentuk dijiwai oleh
kehidupan manusia, watak, kecenderungan dan nafsu serta cita-cita.

Manusia dalam berarsitektur hendaknya memahami bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi


bahkan penentu produk arsitekturnya berkaitan erat dengan alam dan seisinya, diantaranya;
tradisi masyarakatnya sendiri, pola kegiatan masyarakat dan tentunya faktor alam, seperti
Keadaan geografis suatu wilayah -perlu kita ketahui ciri-sifatnya (karakternya)- untuk
mengetahui bagaimana teknologi (bahan,alat dan metode) yang dipilihnya melahirkan bentuk
arsitektur tertentu, dan iklim dari lokasi produk arsitektur.

Contoh Bangunan : Rumah masyarakat Jawa Tengah dan Rumah Minahasa

Masyarakat jawa tengah mempunyai tradisi mengagungkan Nyi Roro Kidul, mereka
membangun rumah menghadap selatan sebagai penghormatan terhadap Ratu Pantai Selatan,
ini menunjukkan bahwa factor tradisi masyarakat mempengaruhi arsitektur mereka.
Faktor geografis yang berpengaruh terhadap arsitektur bisa dilihat dari rumah panggung di
Minahasa misalnya, mereka menyesuaikan diri dengan alam sekitar dimana terdapat banyak
binatang buas dengan membuat rumah yang berbentuk panggung.

JAN MUKAROWSKY
FILSAFAT ARSITEKTUR 26

Jan Mukarowsky adalah orang yang berada diluar dunia arsitektur. Beliau memahami
fungsi sebagai segenap potensi arsitektur untuk memberikan makna terhadap lingkungan
binaan. Dengan titik tinjau ini, Mukarowsky melihat adanya lima fungsi bangunan. Kelima
fungsi tersebut adalah:

1. Referential function (fungsi referensi).


Fungsi referensi ini mengacu pada sentuhan-sentuhan tradisional, dimana variasi
kebiasaan hidup berbeda antara bangunan yang satu dengan yang lain dengan komposisi-
komposisi bagiannya.
Contoh Bangunan : Monas, Jakarta

2. Aesthetic function (fungsi estetika).


Fungsi estetika merupakan sesuatu yang potensial untuk bisa ditonjolkan dari suatu
tipe bangunan dan tidak ada pula batasan yang tegas antara struktur dan fungsi estetika
yang dominan. Ruang lingkup fungsi estetika ini meliputi keharmonisan antara warna,
texture, media, wujud geometri dan kesesuaian pengaturan komposisi pada lingkungannya.
Contoh bangunan : Guangzhou Opera House dan Sidney Opera House

3. Allusory function (fungsi perumpamaan).


FILSAFAT ARSITEKTUR 27

Didalam suatu teori arsitektural, fungsi perumpamaan ini didasarkan pada manifestasi
referensi sejarah, misalnya dengan menonjolkan sebagian atau beberapa bagian bangunan
bersejarah kedalam bentuk bangunan yang akan dibuat pada masa sekarang, seperti pada
kasus restoran di suatu kota Eropa yang beberapa bagian komponen bangunannya meniru
gaya pondok bangsa Polinesia.
Contoh Bangunan : Rumah Bapak Fernandus di Toraja Sulawesi Selatan
Rumah ini memasukkan/menerapkan elemen budaya dalam hal ini adalah bentuk
atap dari rumah tradisional Tangkonan Toraja ke dalam desain rumah yang modern.

4. Territorial function (fungsi teritorial).


Instruksi-instruksi yang digunakan untuk membedakan fungsi ruang yang ada pada
suatu bangunan dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti menggunakan alat-alat
tertentu, tanda-tanda penulisan dan alat-alat grafis. Misalnya membuat tulisan “EXIT” untuk
menunjukan pintu keluar bangunan. “DONT GO DOWN THE UP STAIRCASE” untuk
menunjukan bahwa kita tidak boleh menggunakan tangga untuk turun tetapi tangga tersebut
digunakan untuk naik, dan sebagainya.
Contoh :

5. Expressive function (fungsi ekspresif).


FILSAFAT ARSITEKTUR 28

Fungsi ekspresif adalah suatu bentuk penekanan terhadap bermacam-macam aspek


identitas, yang juga merupakan pengejawantahan dari aspek-aspek identitas itu sendiri.
Melalui isyarat-isyarat atau penanda yang diberikan pada bangunannya. Isyarat atau
penanda itu diterjemahkan pula kedalam seni arsitektur sebagai pembedaan fungsi serta
untuk siapa ruangan yang ada pada bangunan tersebut ditujukan. Isyarat-isyarat seperti ini
akan melibatkan detail-detail geometri atau bentuk-bentuk spatial, penggunaan material
yang khas, warna, tekstur, norma-norma pemakaian dan ketepatan.
Contoh Bangunan : Haewoajae / Toilet House di Korea Selatan

Sebuah rumah di Korea Selatan memiliki bentuk yang unik dan menarik. Setiap orang
pasti akan dengan sangat mudah mengenali bantuk yang diadopsi oleh bangunan seluas 419
m2 ini. Bangunan bernama Haewooajae sengaja dibuat identik dengan bentuk kloset duduk,
agar sesuai dengan kegunaan dominan yang dimiliki bangunan tersebut. Kaitannya dengan
Toilet House, produk arsitektur ini menyajikan makna fungsi ekspresi. Toilet House yang
berbentuk kloset yang merupakan bagian dari toilet adalah bangunan yang mempunyai
fungsi utama untuk sanitasi. Sang pemilik, Sim Jae-duck yang merupakan salah satu orang
berpengaruh di Asosiasi Toilet Dunia (World Toilet Association) ingin mempertegas fungsi
dari bangunan ini dengan mengambil bentuk dari elemen toilet yang simbolik, yaitu kloset
duduk. Bagian luar bangunan ini dilapisi baja yang dicat putih mirip dengan permukaan
kloset keramik. Terdapat juga kaca-kaca tidak tembus pandang sebagai pelapis dinding luar.
Bukaan di atas bangunan yang serupa dengan lubang kloset, murupakan pintu masuk dari
Toilet House ini.
Toilet House terdiri dari dua lantai, berisi tiga kamar mandi mewah dan komplit, serta
2 kamar tidur. Dinding dalam bangunan dan jendela-jendela lengkung cantik juga mengikuti
permukaan bangunan. Nuansa yang ditampilkan adalah nuansa bersih, penggunaan cat
keramik putih sebagai pelapis dinding bagian dalam memperkuat citra kloset pada bangunan
ini. Banguan ini dilengkapi dengan tombol-tombol sensor otomatis. Seperti ketika seseorang
memasuki kamar mandi ini, tombol sensor otomatis akan memainkan musik-musik klasik
yang diharapkan membuat nyaman pengguna.
FILSAFAT ARSITEKTUR 29

Anda mungkin juga menyukai