Oleh:
Desti Amelia
NPM : 5020129
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena berkat rahmat,
taufik, dan hidayahnya lah, saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat
waktu. Terimakasih saya ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu saya
dalam menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ESTETIKA DAN FUNGSI
PEMBELAJARAN SENI” ini dapat selesai, sebagaimana yang telah ditugaskan oleh
bapak R, Angga Bagus K, M.Pd
Saya berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi yang
membacanya. Namun sebelumnya saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi terciptanya makalah selanjutnya yang jauh lebih baik lagi. Baiklah, cukup sekian
dari saya, lebih dan kurangnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Manfaat Penulisan..........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................2
A. Estetika.............................................................................................................2
1. Pengertian Estetika....................................................................................3
2. Sejarah Estetika..........................................................................................3
3. Fungsi Estetika...........................................................................................7
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah Estetika baru muncul pada tahun 1750 oleh seorang filsuf minor yang
bernama Alexander G. Baumgarten (1714-1762). Istilah itu dipungut dari bahasa Yunani
kuno, aisthetika, yang berarti kemampuan melihat lewat penginderaan. Baumgarten
menamakan seni itu sebagai pengetahuan sensoris, yang dibedakan dengan logika yang
dinamakannya pengetahuan intelektual. Tujuan estetika adalah keindahan, sedangkan
tujuan logika adalah kebenaran (Sumardjo, 2000: 25), Estetika digunakan oleh
Alexander Baumgarten dalam arti cabang filsafat sistematis yang menempatkan
keindahan dan seni sebagai objek telaahnya. Sejak itu istilah estetika dipakai dalam
bahasan filsafat mengenai benda-benda seni.
Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni. Meskipun
awalnya sesuatu yang indah dinilai dari aspek teknis dalam membentuk suatu karya,
namun perubahan pola pikir dalam masyarakat akan turut mempengaruhi penilaian
terhadap keindahan. Misalnya pada masa romantisme di Perancis, keindahan berarti
kemampuan menyajikan sebuah keagungan. Pada masa realisme, keindahan berarti
kemampuan menyajikan sesuatu dalam keadaan apa adanya. Pada masa maraknya de
Stijl di Belanda. keindahan berarti kemampuan mengkomposisikan warna dan ruang dan
kemampuan mengabstraksi benda. Perkembangan lebih lanjut menyadarkan bahwa
keindahan tidak selalu memiliki rumusan tertentu.
1
seni pertama kali dibuat. Filsuf Plato menentukan keindahan dari proporsi,
keharmonisan, dan kesatuan. Sementara Aristoteles menilai keindahan datang dari
aturan-aturan, kesimetrisan, dan keberadaan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari estetika?
2. Bagaimana sejarah dan fingsi dari estetika?
3. Apa itu fungsi pembelajaran seni?
C. Manfaat Masalah
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar Filsafat.
2. Untuk membahas materi kuliah "Estetika".
3. Untuk menambah pengetahuan tentang estetik
4. Untuk mengetahui fungsi pembelajaran seni?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Estetika
1. Pengertian Estetika
Berdasarkan pendapat umum, estetika diartikan sebagai suatu cabang filsafat yang
memperhatikan atau berhubungan dengan gejala yang indah pada alam dan seni.
Estetika yang berasal dari bahasa Yunani “aisthetika” berarti hal-hal yang dapat
diserap oleh pancaindera. Oleh karena itu, estetika sering diartikan sebagai persepsi
indera (sense of perception) (Dharsono, 2004: 5).
Estetika adalah suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan
keindahan, mempelajari semua aspek yang disebut keindahan (AAM Djelantik,
1999:7).
Estetika mempersoalkan hakikat keindahan alam dan karya seni, sedangkan filsafat
seni mempersoalkan hanya karya seni atau benda seni, atau artifak yang disebut seni
(Jakob sumardjo, 2000: 25).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Estetika adalah ilmu yang
mempelajari tentang keindahan. Namun pada perkembangan saat ini, akibat pergeseran
waktu, pandangan dan pendapat tentang estetika semakin meluas dengan munculnya
karya-karya seni baru yang tidak melulu tentang keindahan. Namun lebih kepada
simbol-simbol maupun makna yang ingin disampaikan melalui gambaran karya seni
tersebut
2
2. Sejarah Estetika
Pengertian estetika dari suatu masa ke masa yang lain selalu mengalami
perubahan. Beberapa pemikir estetika yang terkenal antara lain adalah Aristoteles dan
Immanuel Kant. Aristoteles dalam Poetics menyatakan bahwa sesuatu dinyatakan
indah karena mengikuti aturan-aturan (order), dan memiliki magnitude atau memiliki
daya tarik.
Immanuel Kant dalam The Critique of Judgement (1790) yang dikutip oleh
Porphyrios (1991) menyatakan bahwa suatu ide estetik adalah representasi dari
imajinasi yang digabungkan dengan konsep-konsep tertentu. Kant menyatakan adanya
dua jenis keindahan yaitu keindahan natural dan keindahan dependen.
Keindahan natural adalah keindahan alam, yang indah dalam dirinya sendiri,
sementara keindahan dependen merupakan keindahan dari objek-objek ciptaan
manusia yang dinilai berdasarkan konsep atau kegunaan tertentu. Kedua pendapat
tersebut di atas menunjukkan perhatian yang besar pada objek, di mana keindahan
didapatkan karena suatu objek memiliki karakter tertentu sehingga layak untuk
dinyatakan sebagai indah.
Perhatian yang besar terhadap objek dalam pemikiran tentang estetika tersebut
memberikan pengaruh pada arsitektur. Pengaruh tersebut mengakibatkan munculnya
aturan-aturan sebagai patokan untuk menyatakan keindahan suatu bangunan.
Alberti yang hidup pada masa Renaissance, dalam Ten Books on Architecture
menyatakan bahwa keindahan suatu bangunan ditentukan oleh beberapa faktor
(Porphyrios, 1991) seperti jumlah komponen (number) misalnya jumlah kolom,
pelubangan dan sebagainya yang dinyatakan harus meniru alam, congruity, yaitu
bagaimana menempatkan suatu komponen untuk membentuk keindahan secara
keseluruhan, finishing dan collocation.
Pada intinya Alberti menyatakan sesuatu disebut indah karena meniru alam, dalam
hal ini bukan hanya alam secara fisik, tetapi juga hukum-hukum alam. Hal ini dapat
3
dilihat pada kolom-kolom Yunani yang berbentuk mengecil ke atas, yang dianggap
sesuai dengan hukum alam. Alberti bukanlah satu-satunya orang yang mencetuskan
standar dalam estetika arsitektur.
Andrea Palladio dan Brunelleschi juga banyak memberikan kontribusi bagi standar
estetika dalam arsitektur masa Renaissance. Kebanyakan aturan-aturan yang berlaku
pada masa tersebut menyebutkan aturan proporsi dalam angka-angka. Golden section
merupakan salah satu aturan proporsi dalam angka yang banyak digunakan dan
dianggap sebagai representasi dari alam pada sekitar abad ke-18.
Aturan-aturan yang populer pada masa setelah Renaissance dijiwai oleh semangat
akan perkembangan sains. Perez-Gomez dalam Architecture and The Crisis of Modern
Science (1990) menyatakan bahwa terdapat dua transformasi yang menjadi penyebab
hal tersebut di atas, yaitu revolusi Galileo yang menggantikan kosmologi Renaissance
dengan sains yang bersifat universal, serta transformasi kedua yang berlangsung pada
tahun 1800 yang semakin memantapkan sains sebagai satu-satunya cara melakukan
interpretasi terhadap realitas. Karena itu estetika yang digunakan dalam arsitektur
menjadi estetika yang bersifat matematis. Proporsi yang matematis dan geometri
mendominasi konsep estetika pada masa tersebut.
Penggunaan geometri dan angka dalam arsitektur terus berlangsung hingga awal
abad ke-20 saat berkembangnya Arsitektur Modern. Pada masa Arsitektur Modern,
proporsi golden section diadaptasi oleh Le Corbusier dalam teori Modulornya.
Perbedaannya dengan penggunaan geometri dan angka pada masa sebelumnya adalah
bahwa dalam Arsitektur Modern, pengaruh geometri dan angka berakibat pada tujuan
penataan ruang yang semata-mata untuk alasan efisiensi dan ekonomi. Perez-Gomez
(1990) menyatakan bahwa paradigma efisiensi dan ekonomi dalam Arsitektur Modern
merupakan akibat dari pendekatan rasional absolut sehingga arsitektur direduksi hanya
sebagai teori yang rasional dengan menolak keterhubungannya dengan filosofi dan
kosmologi.identitas pemilik ataupun identitas si arsitek. Akibat dari kecenderungan ini,
terjadilah fenomena berlomba-lomba untuk membuat monumen-monumen yang
4
dipergunakan untuk menunjukkan jati diri. Pada titik ini terjadi tumpang- tindih antara
estetika dengan simbolisme, karena estetika dipergunakan sebagai sarana untuk
menunjukkan identitas. Ide ini bukanlah ide baru, karena arsitektur pada masa sebelum
masa Arsitektur Modern juga telah banyak menggunakannya, akan tetapi yang terjadi
pada postmodernisme adalah pluralisme yang berlebihan karena setiap individu
berusaha untuk memiliki jati diri sendiri (Piliang, 1998).
Indonesia, yaitu pertama, semuanya sarat dengan makna simbolik, kedua, rumah
menjadi simpul generasi masa lalu dengan generasi masa datang, ketiga pemenuhan
kebutuhan spiritual lebih diutamakan dari pada kebutuhan badani, keempat, dikenalnya
Ciri pertama dan kedua menunjukkan adanya kosmologi dan orientasi non
cenderung akan dikorbankan demi kepentingan spiritual. Dalam hal ini manusia
merupakan pihak yang harus melakukan penyesuaian diri terhadap bentukan arsitektur
Hal ini bukan berarti bahwa semua arsitektur di Indonesia berorientasi pada
5
universalitas dan objektivitas Arsitektur Modern juga melanda arsitektur Indonesia.
Seperti juga di Barat, fenomena arsitektur yang polos, tanpa omamen dan tanpa
Sebagai akibatnya, terjadi kesadaran akan konteks dan perlunya identitas. Hadimya
Dalam arsitektur, estetika adalah sebuah bahasa visual, yang tidak sama dengan
beberapa bahasa estetika yang tidak visual, seperti bahasa itu sendiri. Estetika dalam
arsitektur memiliki banyak sangkut paut dengan segala yang visual seperti permukaan,
volume, massa, elemen garis,dan sebagainya, termasuk berbagai order harmoni, seperti
komposisi. Teori Estetika Subyektif Menurut Herbert Read teori subyektif menyatakan
tidak ada. Yang ada hanyalah tanggapan persaaan dalam diri seseorang dalam
mengamati sesuatu benda. Keindahan memang subyektif, dalam diri setiap orang
pendapat tentang nilai estetika sebuah bangunan dipengaruhi oleh berbagai hal, antara
lain subyektifitas diri sendiri. Sensasi hanya dimungkinkan bila fungsi biologis tubuh
yang berkaitan dengan fungsi sensasi dan persepsi dalam keadaan normal; misalnya
mata bisa melihat, hidung bisa mencium, pikiran dalam keadaan normal/perseptif.
6
Mampukah suatu obyek menggairahkan limbic dalam otak sehingga merasa adanya
3. Fungsi Estetika
kehidupan manusia. Pada seni yang berdaya guna dalam kehidupan mereka, bahkan seni
menduduki fungsi-fungsi tertentu dalam kehidupan manusia. Nilai dapat di bedakan atas
dua macam yaitu nilai ekstrinsik dan nilai intrinsik. Nilai ekstrinsik ialah nilai yang di
kejar manusia demi sesuatu tujuan yang ada di luar kegiatananya, sedangakan nilai
instrinsik yaitu nilai yang di kejar manusia dari nilai itu sendiri karena keberhargaan,
sebagai media bagi manusia untuk mendekatkan diri denagn sang pencipta. Fungsi ini
tampaknya yang tertua dan pokok dari seni yang bercorak spiritual. Misalnya seperti
membaca Al-Quran, kaligrafi, nyanyian rohani, arsitektur Masjid dll. Karl Barth
berpendapat bahwa sumber keindahan adalah Tuhan. Agama sering dijadikan juga
sebagai salah satu sumber inspirasi seni yang berfungsi untuk kepentingan keagamaan.
Banyak media yang mereka pergunakan. Ada yang memakai suara, gerak, visual dsb.
7
b) Fungsi Kesenangan
Seni di pandang memiliki fungsi kesenangan hanya untuk kesenangan yaitu hiburan
(peluapan emosi yang menyenangkan). Seorang senaman akan akan terhibur ketika
berkarya dan akan lebih merasa terhibur jika karyanya dinyatakan berhasil. Demikian
seseorang akan merasa terhibur jika mendengarkan musik, film yang bagus, lukisan
yang menyentuh perasaan. Dan semuanya kembali kepada sejaauh mana apresiasi
c) Funsi Pendidikan
penglihatan, daya khayal sehingga menjadi lebih kreatif. Peningkatan karya seni dapat
meningkat, serta penyerapan panca inderanya lebih lengkap, upaya pendidikan yang
sudah umum di lakukan agar menyenangkan dalam seni contohnya seperti drama yang
pendidikan nonformal dapat dilakukan oleh pemerintah melalui film, lagu, atau
wayang.
Pendidikan dalam arti luas dimengerti sebagai suatu kondisi tertentu yang
seseorang mengalami suatu kondisi tertentu yang lebih maju. Dalam sebuah
8
pertunjukan seni orang sering mendapatkan pendidikan secara tidak langsung karena di
dalam setiap karya seni pasti ada pesan/makna yang sampaikan. Disadari atau tidak
rangsangan- rangsangan yang ditimbulkan oleh seni merupakan alat pendidikan bagi
seseorang. Seni bermanfaat untuk membimbing dan mendidik mental dan tingkah laku
seseorang supaya berubah kepada kondisi yang lebih baik- maju dari sebelumnya.
d) Fungsi Komunikatif
seseorang dengan orang lain. Orang usia lanjut dan orang muda dapat bertemu melalui
seni. Pria dan wanita dapat berhubungan pada landasan yang sama berupa karya seni
bahkan orang- orang (seniman) yang hidup berabad-abad yang lampau dan di tempat
Pendidikan seni musik lebih menekankan pada pemberian pengalaman seni musik,
yang nantinya akan melahirkan kemampuan untuk memanfaatkan seni musik pada
kehidupan sehari-hari.
9
Pendekatan ini menekankan pada proses pemerolehan dan pemahaman
pengetahuan yang didapatkan dengan kegiatan seni musik misalnya siswa belajar
menyanyikan lagu Indonesia Raya, maka dengan mempelajari lagu tersebut siswa dapat
mengetahui dan memahami sikap apa yang terdapat pada lagu. Siswa seharusnya tahu
tentang apa yang diceritakan lagu, dan dari pengetahuan tersebut mereka bisa
mengambil suatu kesimpulan bahwa lagu Indonesia Raya mengingikan terwujudnya
sikap cinta tanah air, kebanggaa terhadap tanah air, dan sikap mempertahankan tanah air,
serta menanamkan jiwa patriotis.
Penekanan ini lebih menekankan pada pembelajaran tentang penguasaan materi seni
musik yang tergambar pada unsur-unsurnya seperti irama, birama, notasi, melodi, tangga
nada, bentuk/struktur lagu, ekspresi (tempo, dinamik, dan warna).
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Estetika membahas hal yang berkaitan dengan refleksi kritis terhadap nilai-nilai atas
sesuatu yang disebut indah atau tidak indah. Dan keindahan meliputi: keindahan seni,
keindahan alam, keindahan moral, dan keindahan intelektual. Fungsi seni terhadap
kehidupan ada 4 yaitu: fungsi kerohanian (spiritual). kesenagan, pendidikan dan
komunikatif.
B. Saran
Makalah ini jauh dari taraf sempurna, semoga pembaca dapat memperbaikinya agar
lebih baik lagi. Dan semoga makalah ini dapat menjadi salah satu referensi bagi
pembaca yang sedang mencari referensi tenteng estetika dan fungsi dan pembelajaran
seni
11
DAFTAR PUSTAKA
Abadi Wahyu T. 2016. Antara Etika, Moral dan Estetika. Jurnal Ilmu Komunikasi.4 (2).
187-204.
https://www.sariksa.com/2021/09/pengertian-estetika-menurut-para-ahli.html
12