Anda di halaman 1dari 19

CRITICAL BOOK REPORT MK

ETIKA PROFESI DAN ESTETIKA


PRODI S1 TATA BOGA-FT

Skor Nilai :

NAMA MAHASISWA : LIWA USHIDQI


NIM : 5223342021
DOSEN PENGAMPU : Dra.LELLY FRIDIATY M.Pd
MATA KULIAH : ETIKA PROFESI DAN ESTETIKA

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TATA BOGA


FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat Nya,
sehingga saya masih bisa diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan Critical Book Report
ini dengan judul “ Estetika“ dan “ Estetika Filosofis” Critical book report ini saya buat guna
penyelesaian tugas mata kuliah Etika Profesi dan Estetika, semoga critical book report ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca.

Dalam penulisan critical book report ini, saya tentu saja tidak dapat menyelesaikan nya
dengan sendiri tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih
kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kelancaran dalam penulisan tugas ini dan
kepada dosen pengampu, ibu Dra.lelly Fridiaty M.Pd yang telah memberikan arahan dalam
penyelesaian tugas ini.

Saya juga menyadari bahwa critical book report ini masih jauh dari kata sempurna karena
masih banyak kekurangan, baik dari segi teknik penulisan maupun penggunaan bahasa yang
tidak tepat. Oleh karena itu, saya dengan segala kerendahan hati meminta maaf dan
mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan
kedepannya.

Akhir kata saya mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada dalaam critical
book report yang berbentuk makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi para
pembaca.

Medan, Oktober 2022

LIWA USHIDQI

5223342021
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4

1.1 Rasionalisasi Pentingnya Isi Buku..........................................................4

1.2 Tujuan Penulisan CBR..........................................................................4

1.3 Manfaat Penulisan CBR.........................................................................4

1.4 Identitas Buku.......................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Ringkasan Buku Utama.........................................................................6

2.2 Ringkasan Buku Pembandin.................................................................13

BAB III PEMBAHASAN CRITICAL BOOK REVIEW

3.1 Kelebihan Buku…...............................................................................17

3.2 Kekurangan Buku................................................................................17

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan......................................................................................................18

4..2 Saran................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

A. RASIONALISASI PENTINGNYA CBR

Sering kali kita memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami. Terkadang kita memilih
satu buku, namun kurang memuasakan hati kita. Misalnya dari segi analisis bahasa, pembahasan
tentang etika profesi dan estetika. Oleh karena itu, penulis membuat critical book report ini untuk
mempermudah pembaca dalam memilih referensi, terkhusus pada pokok bahasan tentang
estetika dan estetika filosofis.

B. TUJUAN PENULISAN CBR


1. Mengulas isi sebuah buku
2. Mengetahui dan mencari informasi yang ada dalam sebuah buku
3. Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh setiap bab
dari buku pertama dan buku kedua,
4. Membandingkan isi buku pertama dan buku kedua
5. Mengkritisi satu topik materi estetika dalam dua buku yang berbeda.

C. MANFAAT CBR

1. Untuk menambah wawasan tentang dasar-dasar estetika


2. Untuk mengetahui struktur estetika
3. Untuk mengetahui nilai-nilai dalam estetika
4. Untuk memahami dan menikmati estetika
D. IDENTITAS BUKU

Buku Utama
Judul : Estetika
Pengarang : Lingga Agung
Kota terbit : Yogyakarta
Penerbit : PT Kanisius
Tahun Terbit : 2017
Tebal Buku : 230 halaman
ISBN : 978-979-21-5341-5 (pdf)
978-979-21-5340-8 (cetak)

BukuPembanding
Judul : Estetika Filosofis
Pengarang : Sunarto
Kota terbit : Yogyakarta
Penerbit : Lontar Mediatama Yogyakarta
Tahun terbit : 2018
Tebal buku : 162 halaman
ISBN :-
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

BUKU UTAMA

DASAR- DASAR ESTETIKA

A. Apa Itu Estetika


1. Defenisi Estetika
Seni berasal dari bahasa Melayu yang berarti halus, tipis dan lembut. Dalam tradisi
estetika Barat, seni memang selalu dimengerti sebagai ars (keterampilan), tekhne
(keahlian), dan berkaitan erat dengan keindahan (kalon). Yang sering terabaikan adlah
bahwa seni terutama berkaitan dengan “penciptaan”, poein, dan akar kata “Estetika
adalah aisthenasthai, yang artinya adalah “persepsi”. Maka seni adalah soal “menciptakan
persepsi baru”.
Keindahan adalah keberadaaan yang di dalamnya kita melihat kehidupan sebgaimana ia
seharusnya menurut konsepsi-konsepsi kita. Indah adalah objek yang mengungkapkan
kehidupan, atau yang mengingatkan diri kita pada kehidupan .
Estetika pada dasarnya adalah ilmu yang berusaha untuk memahammi keindahan. Atau
bisa didefenisikan sebagai filsafat keindahan atau filsafat seni. Secara etimologis, estetika
berasal dari kata sifat dalam bahasa Yunani, aesthetikkos, yang artinya “persepsi
indrawi”.

2. Tujuan, Permasalahan, dan Ruang Lingkup Estetis


a. Tujuan Estetika

Abdul Hawi H.W (2016) merumuskan tujuan estetika mengikuti perumusan Harold Titus namun
dengan mengaitkanya dengan permasalahan keindahan. Adapun tujuan estetika mennurutnya :

 Menentukan sikap terhadap keindahan yang terdapat dalam alam, keindahan manusia dan
karya seni.
 Mencari pendekatan-pendekatan yang memadai dalam menjawab masalah objek
pengamatan indra, khususnya karya seni, yang menimbulkan pengaruh terhadap jiwa
manusia, khususnya perenungan dan pemikiran, serta perilaku dan perbuatan manusia.
 Mencari pandangan yang menyeluruh tentang keindahan dan objek-objek yang
mmperlihatkan rasa keindahan.
 Mengkaji masalah-masalah yang berhubungan dengan bahasa dan penuturanya yang
baik, sesuai keperluan, misalnya dalam karya sastra, serta mengkaji penjelasan tentang
istilah dan konsep tentang keindahan.
 Mencari teori untuk menentukan dan menjawab persoalan di sekitar karya seni dan objek-
objek yang menerbitkan pengalaman indah.

b. Permasalahan Estetika

Dickie dalam Aesthetica mengajukan tiga pertanyaan untuk mengisolir masalah-masalah di


dalam estetika , yaitu :

 Pernyataan kritis yang menggambarkan, menafsirkan, atau menilai karya-karya seni yang
khas.
 Pernyataan yang bersifat umum oleh para ahli sastra, musik atau seni untuk memberikan
ciri khas genre-genre artistik (misalnya tragedi, bentuk sonata, lukisan abstrak)
 Ada pertanyaan tentang keindahan, seni imitasi dan lain-lain.

Louis Kattsof berpendapat bahwa estetika adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan batas
rakitan (structure) dan peranan (role) dari keindahan khususnya dalam seni. Dari struktur dan
peranan tersebut lahirlah pertanyaan. Apakah itu seni ? apakah teori tentang seni ?, apa
keindahan itu objketif atau subjektif? Apakah keindahan itu berperan dalam kehidupan manusia?
Hal ini menimbulkan pendapat tentang empat permasalahan pokok perihal permasalahan
estetika, yakni :

 Nilai estetika
 Pengalaman estetis
 Perilaku orang yang mencipta (seniman)
 Seni

c. Ruang Lingkup Estetis

Wilayah estetika menurut Matius Ali meliputi 3 bidang, yakni :

 Bidang filosofis, kajian mengenai karakter dasar seni, norma, serta nilai seni
 Bidang psikologis, kajian mengenai pengamatan dan tanggapan, aktivitas penciptaan,
serta seni pertunjukan
 Bidang sosiologis, kajian mengenai pengamatan atau publik, karya seni, sarana dan
lingkungan

B. Struktur Estetika
1. Unsur-unsur Rupa
a. Unsur Garis
Garis merupakan dua titik yang dihubungkan. Garis menjadi salah satu unsur yang membangun
keindahan. Intensitas garis yang terdapat dalam sebuah karya seni adalah ekspresi dari seorang
seniman. Garis yang tertoreh didalam sebuah lukisan, misalnya dapat memberikan kesan
psikologis terhadap yang melihatnya. Garis yang bersifat formal cenderung memiliki keteraturan
geometris resmi, tegas, jelas, dan rapi. Sementara yang bersifat nonformal bersifat lebih luwes,
lentur, dan terkadang tidak keruan. Keduanya bisa melebur bisa juga terpisah dan memberikan
kesan tersendiri bagi yang melihatnya.

b. Unsur Bangun (shape)

Adalah : suatu bidang kecil yang terjadi karena dibatasi oleh sebuah kontur (garis) dan atau
dibatasi oleh adanya warna yang berbeda atau oleh gelap terang pada arsiran atau karena adanya
tekstur .

Menurut Dharsono, ada 4 perubahan unsur bangun yang terjadi karena latar sosial budaya, yakni
stilisasi, distorsi, transformasi, dan disformasi.

 Stilisasi adalah pengayakan kontur pada sebuah objek, contohnya motif batik, tatah
sungging kulit, lukisan tradisional Bali, dan lainya
 Distori adalah penggambaran bentuk yang menekankan pada pencapaian karakter
 Transformasi adalah perubahan bentuk unsur bangun akibat unsur bangun yang
dipindahkan kepada unsur bangun lainya
 Disformasi adalah perubahan unsur bangun yang dilakukan untuk merepresentasikan sifat
keseluruhan dari suatu objek. Disformasi biasanya menghasilkan unsur bangun yang
berbentuk simbolis seperti bentuk simbolis didalam seni rupa modern, misalnya beberapa
lukisan Salvador Dali.

c. Unsur Rasa Permukaan Bahan (Texture)

Adalah unsur yang sengaja dibuat untuk menunjukkan rasa permukaan bahan secara nyata yang
bertujuan memberikan rasa tertentu pada sebuah karya. Misalnya tekstur lukisan Leonardo da
Vinci yang memiliki kekhasnya tersendiri.

d. Unsur Warna

Warna memiliki posisi yang sangat penting didalam semesta kesenian, begitu juga didalam
kehidupan umat manusia sejak zaman dulu. Menurut Dharsono, peran penting warna didalam
semesta kesenian dapat diagi menjadi 3, yaitu :
 Warna sebagai warna, warna yang hanya sekedar warna.
 Warna sebagai representasi alam. Warna yang menggambarkan sifat objek secara nyata,
seperti warna merah untuk menggambarkan api, hijau untuk daun, pepohonan, tumbuhan
dan biru untuk laut atau langit. Warna sebagai representasi alam tidak bermaksud lain
atau menyimbolkan sesuatu yang lain karena warna sebagai representasi alam hanya
memberikan ilustrasi dari apa yang dilihat di lingkungan sekitar.
 Warna sebagai tanda/lambang/simbol: warna yang menyimbolkan sesuatu. Menurt
Dharsono, kehadiran warna disini untuk memberikan tanda tertentu yang sudah
merupakan kebiasaan umum atau pola umum.
Contohnya : merah untuk menyimbolkan keberanian, darah, gairah, semangat, dan lainya.
Warna putih menyimbolkan kesucian, alim, setia, kebersihan, dan warna hitam untuk
menyimbolkan dukacita, dendam, kemurungan, dan lainya.

e. Unsur Ruang dan Waktu

Ruang dan waktu dalam unsur rupa merupakan wujud trimatra yang mempunyai panjang, lebar,
dan tinggi (punya volume). Untuk meningkatkan matra ke matra yang lebih tinggi dibutuhkan
waktu. Artinya ruang dan waktu memiliki posisi yang penting di dalam sebuah objek seni karena
sebuah bentuk seni yang terdiri atas ruang dapat dipahami dalam waktu yang bertahap. Dharsono
mengatakan bahwa ruang dapat dibagi menjadi 2, yaitu :

 Ruang nyata adalah ruang yang kita lihat dan rasakan dengan pancaindra secara langsung
 Ruang semu adalah ruang yang terlihat sebagai gambaran nyata atau tiruan dari tiruan
seperti lukisan, film dan lainya.

2. Prinsip- prinsip Estetika


a. Paduan Harmoni (Keselarasan)

Merupakan panduan unsur-unsur yang berbeda dekat.

Harmoni adalah keselarasan yang tersusun secara sistematik yang membuat kita menikmati
ketersusunan tersebut.

b. Paduan Kontras

Kontras merangsang minat, kontras menghidupkan desain, kontras merupakan bumbu komposisi
dalam pencapaian bentuk. Kontras adalah dua hal yang dipadukan, tetapi memiliki perbedaaan
yang sangat tajam sehingga jika terlalu berlebihan akan merusak komposisi yang tercipta.
c. Paduan Irama (Repetisi)

Adalah pengulangan dan di dalam objek seni, repetisi merupakan pengulangan unsur-unsur
estetikanya.

d. Paduan Gradasi

Adalah paduan dari interval kecil ke interval besar, yang dilakukan denngan penambahan atau
pengurangan secara laras dan bertahap. Dengan kata lain, gradasi adalah perubahan bentuk yang
kaku ke dalam dinamika yang luwes dan menarik.

3. Hukum Penyusunan atau Asas-asas Rupa


a. Asas Kesatuan

Kesatuan adalah sebuah kohesi, konsistensi, ketunggalan, atau keutuhan yang merupakan isi
pokok dari komposisi. Kesatuan merupakan efek yang dicapai dalam suatu susunan komposisi
diantara hubungan unsur pendukung karya sehingga menampilkan kesan tanggapan secara utuh.

b. Keseimbangan

Adalah keadaan atau kekuatan yang saling berhadapan dan menimbulkan adanya kesan
seimbang secara visual atau secara intensitas kekaryaan.

Keseimbangan menurut Dharsono dibagi menjadi 2, yaitu :

 Keseimbangan Formal

Adalah keseimbangan pada dua pihak berlawanan dari satu poros. Memiliki sifat yang statis,
tetapi tidak terlihat membosankan karena kesimetrian yang terjaga.

 Keseimbangan Nonformal

Adalah keseimbangan sebelah menyebelah dari susunan unsur yang menggunakan prinsip
susunan ketidaksamaan atau kontras dan selalu asimetris.

c. Kesederhanaan

Adalah kesederhanaan selektif dan kecermatan pengelompokan unsur-unsur artistik dalam


desain.
Ada 3 aspek kesederhanaan, yaitu kesederhanaan unsur, kesederhanaan struktur, dan
kesederhanaan teknik.

d. Aktuensi

Adalah penekanan pada suatu titik didalam sebuah karya seni. Misalnya, didalam sebuah foto
yang hitam putih terdapat setitik warna merah darah. Hal tersebut akan menimbulkan kesan
estetik tersendiri.

e. Proporsi

Berarti sebanding / kesebandingan. Dengan demikian didalam konteks seni proporsi dan skala
mengacu pada hubungan antara bagian dan keseluruhan.

C. Nilai dan Estetika

Menurut Dharsono ada 3 tingkatan basis aktivitas estetik/artistika :

 Pengamatan terhadap kualitas material, warna, suara, gerak, sikap, dan banyak lagi sesuai
dengan jenis karya seni serta reaksi fisik yang lain.
 Penyusunan dan pengorganisasian hasil pengamatan, pengorganisasian tersebut
merupakan konfigurasi dari struktur bentuk –bentuk pada yang menyenangkan, dengan
pertimbangan harmoni, kontras, balance, unity yang selaras atau merupakan kesatuan
yang utuh. Tingkat ini sudah dapat dikatakan dapat terpenuhi.
 Susunan hasil persepsi (pengamatan). Pengamatan jjuga dihubungkan dengan perasaan
atau emosi yang merupakan hasil interaksi antara persepsi memori dengan persepsi
visual.

Nilai estetis adalah proses memberikan takaran keindahan pada sebuah objek. Kant, membagi
nilai estetis menjadi dua, yaitu :

 Nilai murni terdapat pada garis, bentuk, warna dalam seni rupa. Gerak, tempo, irama,
dalam seni tari. Suara, netrum, irama dalam seni musik. Dialog, ruang gerak dalam seni
drama, dan lainya. Nilai murni adalah keindahan murni.
 Nilai tambahan adalah yang ditambahkan pada bentuk-bentuk manusia, alam, binatang.
Gerak lambaian, sembahan, suara tangisan, dan lain-lain.

Menurut Lauire Schneider Adams estetika memiliki 6 nilai, yaitu :

 Nilai material, adalah nilai yang ada di dalam sebuah karya seni.
 Nilai intrinsik, tergantung dari gaya estetik dan keseluruhan karya-karya dari seorang
seniman.
 Nilai religius ( keagamaan ), bertujuan untuk mendekatkan yang ilahiah dengan manusia,
pemujanya.
 Nilai nasionalisme, terkadang berhubungan dengan nilai keagamaan karena pada
dasarnya sama-sama mengekspresikan kedekatan, rasa bangga, atau keberhasilan
masyarakat tersebut dalam membangun peradaban.
 Nilai psikologi, sebuah karya seni yang memiliki nilai psikologis yang membuat kita
bereaksi seperti merasa senang, gembira,, bahagia, terharu, taakut, jijik, kegirangan,
kemarahan, ketenangan, dan sebagainya.

Teori-teori tentang estetika, yaitu :

 Teori intrinsik, berpendapat bahwa nilai seni terdapat pada bentuknya. Bentuk adalah
medium indrawi sebuah karya seni.
 Teori ekstrinsik, berpendapat bahwa susunan dari arti-arti didalam dan susunan medium
indrawi yang menampung proyeksi dari makna dalam harus dilebur.
 Tujuan serba intelektual, didasari filsafat Aristoteles yang menyatakan bahwa keindahan
adalah kebenaran, keindahan yang benar atau kejujuran. Kebenaran yang dimaksud
adalah manifestasi prinsip universal dalam kehidupan yang nyata ataupun khayal.
 Teori kataris, seni adalah representasi bukan realitas sehingga seniman dpat mengatasi
pelbagai masalah dengan karyanya tersebut.

D. Memahami dan Menikmati Estetika


1. Pemahaman

Pemahaman estetika pada sebuah objek seni pada kenyataanya adalah apresiasi terhadap objek
seni tersebut. Apresiasi seni merupakan proses sadar yang dilakukan penghayat dalam
menghadapi dan memahami karya seni. Apresiasi tidak sama dengan penikmatan, mengapresiasi
adalah proses untuk menafsirkan sebuah makna yang terkandung didalam karya seni.

Untuk dapat memahami estetika didalam sebuah objek seni, terdapat beberapa teori yaitu :

 Teori Empathy, merupakan suatu teori tentang pemancaran perasaan diri sendiri kedalam
benda estetis.
 Teori Phisical Distance, tingkat keterlibatan pribadi atau self involvement

2. Penikmatan

Proses dimensi psikologis, proses interaksi antara aspek intrinsik seseorang terhadap sebuah
karya estetik.
Ada 4 tingkat penikmatan, menurut Steppen C.Pepper dalam The Principles of Appreciation,
yaitu :

 Tingkat subjektif relativitas, dimana seseorang dalam memberikan ultimatum senang dan
tidak senang karena adanya keputusan subjektivitas, misalnya “saya senang karena film
itu diperankan oleh.......”
 Tingkat culture relativites tingkat relativitas ini merupakan ultimatum senang atau tidak
senang atas keputusan sikap psikologis karena ikatan latar belakang budaya, misalnya
“saya senang karena seni yang disajikan merupakan kebudayaan daerah....”
 Tingkat biological relativities, dimana ultimatum senang dan tidak senang didiasari atas
keputusan yang didasarkan atas intrinsik yang muncul setelah menikmati karya tersebut.
 Tingkatan relativities yang disebut absolut, artinya ultimatum senang atau tidak senang
bukan dari intrinsik, tetapi cenderung kepada sikap ekstrinsik.

Martin Suryajaya, mengemukakan bahwa ada empat makna estetika yang dapat kita gunakan
didalam konteksnya masing-masing. Keempat makna tersebut, yakni :

 Estetika sebagai prinsip-prinsip soal keindahan


 Estetika sebagai disiplin perawatan kecantikan
 Estetika sebagai penerapan indrawi
 Estetika sebagai filsafat seni

BUKU PEMBANDING

A. ESTETIKA FILOSOFIS

Istilah estetika diturunkan secara linguistik dari istilah Yunani, yang berarti sensitif atau hidup.
Ini pertamakali digunakan untuk menunjuk area tertentu penyelidikan filosofis pada pertengahan
abad ke-17 di Jerman, meskipun asal muasal intelektual dari jejak disiplin untuk penulis Prancis
dan Inggris sebelumnya, dengan yang terakhir menyediakan banyak teks pendiri daerah studi
yang muncul.

B. ALAM DAN RUANG LINGKUP ESTETIKA


1. Pendahuluan

Estetika studi filosofis tentang keindahan dan rasa. Hal ini erat kaitanya dengan filsafat seni,
yang berkaitan dengan sifat seni dan konsep-konsep dalam artian karya seni individual mana
yang ditafsirkan dan dievaluasi.

Estetika lebih luas cakupanya dari pada filsafat seni, yang teridir dari salah satu cabangnya. Ini
tidak hanya berkaitan dengan sifat dan nilai seni tetapi juga dengan tanggapan-tanggapan
terhadap benda-benda alam yang menemukan ekspresi dalam bahasa yang indah (beautiful) dan
jelek (ugly).

2. Pendekatan Estetika

Tiga pendekatan luas telah diajukan untuk menjawab pertanyaan itu, masing-masing secara
intuitif rasional (intuitively reasonable).

 Studi tentang konsep-konsep estetika, atau lebih khusus lagi, analisis “bahasa kritik”,
(language of criticism), dimana penilaian tertentu dipilih dan logika dan pembenaran
mereka ditampilkan.
 Sebuah studi filosofis tentang keadaan pikiran tertentu, respon, sikap, emosi, yang
dianggap terlibat dalam pengalaman estetika.
 Studi filosofis tentang objek estetika. Pendekatan ini merefleksikan pandangan bahwa
masalah estetika ada terutama karena dunia mengandung kelas objek-objek khusus
dimana kita bereaksi secara selektif dan yang kita gambarkan secara estetika.

C. OBJEK ESTETIKA

Istilah objek estetika adalah ambigu, dan tergantung pada penafsirannya, mungkin menyarankan
dua program terpisah estetika filosofis. Ekspresi dapat menunjukkan objek pengalaman estetika
yang disengaja. Kepentingan terbesar filosofis hadir tidak hanya pada kemiripan antara bentuk
seni tetapi juga perbedaan mereka. Hampir semua hal dapat dilihat dari beberapa sudut pandang
sebagai indah. Namun, pada saat yang sama pengalaman kita tentang kecantikan sangat
bergantung pada pengetahuan tentang objek dimana keindahan terlihat.

D. KONSEP ESTETIKA

Konsep estetis dihargai dengan dihubungkannya terhadap sublim, yang dimana sublim ini
dihubungkan lebih dengan kesakitan daripada kesenangan murni, menurut Burke, karena
ancaman terhadap pemeliharaan diri dilibatkan, seperti diatas langit tinggi, dan digeladak yang
kesepian, dengan manusia-manusia jahat serta nafsu-nafsu dramatis para seniman dan penulis
yang akan digambarkan. Tetapi, pada situasi ini, tentu saja masih tetap merupakan “horor
menyenangkan”, seperti yang dihargai Burke, karena orang dipisahkan dari fiksionalitas karya
yang dipertanyakan dari setiap bahaya nyata.

Sublim, perasaan yang dibawa oleh benda-benda itu tak terhingga besar atau luas (surga atau
lautan), atau sangat kuat (sebagai torrent yang mengamuk gunung besar atau tebing curam).
Yang pertama (terminologi Kant) adalah yang secara matematis sublim dan yang terakhir
dinamis sublim.
E. NILAI ESTETIS

Telah mencatat pandangan-pandangan Kant tentang objektivitas dan universalitas penilaian-


penilaian keindahan murni, dan ada beberapa cara dimana gagasan-gagasan ini selanjutnya telah
dipertahankan. Ada kurva terkenal, misalnya yang didapat oleh psikolog abad ke -19, Wilhem
Wundt, yang ,menunjukkan bagaimana pembangkitan perasaan manusa umumnya cukup
berhubungan dengan kompleksitas stimulus.

Dimensi komplesitas merupakan satu-satunya ukuran harga objektif yang telah diajukan dengan
cara ini, jadi, sekarang dikenal bahwa penilaian-penilaian keindahan wajah pada manusai
merupakan masalah kemerataan dan simetri. Secara tradisional, kesatuan dianggap paling pokok,
terutama oleh Aristoteles dalam hubunganya dengan drama, dan jika ditambahkan dengan
kompleksitas, membentuk cerita umum , tentang nilai estetika.

F. SIKAP ESTETIKA

Jerome Bullough , yang menulis di tahun 1912, menyebut “atensi tidak berkepentingan” sebagai
sikap “menjauh”, tetapi ia menggunakan istilah kedua ini untuk menghasilkan apresiasi lebih
utuh dan lebih detil atas seluruh spektrum sikap yang bisa diangkat kedalam karya seni.

George Dickie kemudian menyatakan melawan “sikap tidak berkepentingan” dan “menjauh”
dalam sebuah makalah terkenal tahun 1964, “ Mitos Sikap Estetika”. Ia menyatakan bahwa kita
seharusnya bisa menikmati semua objek kesadaran, apakah itu “estetika” bisa digunakan dalam
segala hal, dengan menolak ide bahwa ada satu cara terotorisasi dalam menggunakan kata hanya
untuk menerapkan ke permukaan atau ciri-ciri formal karya seni sebagai hal di dalam dirinya
sendiri.

G. PENERIMA ESTETIKA

Hanya mahluk dengan jenis tertentu yang memiliki minat estetika dan pengalaman estetik,
menghasilkan dan menghargai seni, menggunakan konsep-konsep seperti keindahan, ekspresi,
dan bentuk.

Plato menerima eksposisi modern terpenting dalam filsafat Kant, yang berpendapat bahwa :

 Hanya mahluk rasional yang dapat melakukan penilaian kemampuan estetika


 Dilaksanakan dalam rasionalitas penilaian estetika tidak lengkap.

Mahluk rasional adalah mereka, seperti kita, yang pikiran dan perilakunya dipandu oleh akal,
siapa yang disengaja tentang apa yang harus dipercaya dan apa yang harus dilakukan , dan siapa
yang mempengaruhi keyakinan dan tindakan masing-masing melalui argumen dan persuasi. Kant
berpendapat bahwa akal memiliki pekerjaan teoritis dan praktis, dan bahwa mahluk rasional
menemukan baik perilakunya maupun pikiranya diilhami dan dibatasi oleh akal. Hukum
penuntun perilaku rasional adalah moralitas, yang diabadikan dalam imperati kategoris, yang
memerintahkan kita untuk bertindak hanya pada pepatah itu yang sama akan kita lalkukan
sebagai hukum universal.

H. PENGALAMAN ESTETIKA

Pengalaman estetik sebagai yang paling mungkin untuk menangkap berbagai macam fenomena
estetika tanpa memohon pertanyaan filosofis yang penting tentang sifat mereka.

Mengambil isyarat dari Kant, banyak filsuf yang membela gagasan sikap estetika sebagai orang
yang bercerai dari masalah praktis, semacam “menjauhkan” atau berdiri kembali, seolah-olah
dari keterlibatan biasa. Penyataan klasik dari posisi ini adalah “jangkauan psikis” Edward
Bullough sebagai faktor dalam seni dan prinsip estetis, “sebuah esai yang diterbitkan dalam
British Journal of Psychology pada tahun 1912.

Cara yang paling sederhana untuk meringkas pendekatan ini pada estetika adalah dalam hal dua
proposisi mendasar :

 Objek estetika adalah objek ppengalaman indrawi dan dinikmati seperti: ia di dengar,
dilihat yang dibayangkan dalam bentuk sensorik.
 Objek estetika pada saat yang sama direnungkan: penampilanya adalah masalah minat
intrinsik dan dipelajari bukan hanya sebagai objek kesenangan indera tetapi juga sebagai
repositori makna dan nilai.

I. EMOSI, RESPON, DAN KENIKMATAN

Emosi memainkan peran penting dalam menikmati seni dan dalam menetapkan nilai seni. Selain
itu, tidak hanya seni yang membangkitkan emosi kita dalam tindakan perhatian estetika, yang
sama atau mungkin benar dari keindahan alam,baik itu wajah atau lanskap.

Aristoteles menjelaskan bahawa dengan membangkitkan rasa iba dan takut tragedi juga
membersihkan emosi-emosi dan ini adalah cara kita menikmati dan menghargai sebuah hasil.
BAB III
PEMBAHASAN

Kelebihan dan Kekurangan Buku


a. Buku Utama
Kelebihan :

Berdasarkan tampilan buku, cover yang dipakai penulis cukup bagus dan menarik saat
dipandang. Penyampaian teori yang digunakan pada buku ini juga cukup sederhana, sehingga
tidak menyulitkan pembaca dalam pemahamannya.Tata letak penulisan dan sistematikanya
cukup rapi, sehingga enak untuk dibaca dan memampukan pembaca dalam memahaminya.
Kemudian buku ini juga dilengkapi dengan evaluasi akhir yaitu dengan dicantumkannya soal
soal pada setiap bab dan membuktikan pemahaman.

Kelemahan :
Penulis kurang memperhatikan garis-garis besar yang mampu memudahkan pembaca dalam
menemukan sebuah inti sari yang terkandung didalamnya.

b. Buku Pembanding
Kelebihan :
Penggunaan bahasa tidak terlalu rumit sehingga mudah untuk dipahami. Kemudian dilengkapi
dengan gambar sehingga lebih mudah untuk dimengerti.
Kelemahan :
Terkadang ada kata-kata yang menggunakan istilah yang sulit untuk dipahami dan terlalu
banyak menggunakan kata pengantar.
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN


a. Kesimpulan :
Estetika adalah aisthenasthai, yang artinya adalah “persepsi”. Maka seni adalah soal
“menciptakan persepsi baru”.
Keindahan adalah keberadaaan yang di dalamnya kita melihat kehidupan sebgaimana ia
seharusnya menurut konsepsi-konsepsi kita. Indah adalah objek yang mengungkapkan
kehidupan, atau yang mengingatkan diri kita pada kehidupan .

Estetika pada dasarnya adalah ilmu yang berusaha untuk memahammi keindahan. Atau bisa
didefenisikan sebagai filsafat keindahan atau filsafat seni. Secara etimologis, estetika berasal dari
kata sifat dalam bahasa Yunani, aesthetikkos, yang artinya “persepsi indrawi”

Tujuan estetika adalah :

 Menentukan sikap terhadap keindahan yang terdapat dalam alam, keindahan manusia dan
karya seni.
 Mencari pendekatan-pendekatan yang memadai dalam menjawab masalah objek
pengamatan indra, khususnya karya seni, yang menimbulkan pengaruh terhadap jiwa
manusia, khususnya perenungan dan pemikiran, serta perilaku dan perbuatan manusia.
 Mencari pandangan yang menyeluruh tentang keindahan dan objek-objek yang
mmperlihatkan rasa keindahan.

Pemahaman estetika pada sebuah objek seni pada kenyataanya adalah apresiasi terhadap objek
seni tersebut. Apresiasi seni merupakan proses sadar yang dilakukan penghayat dalam
menghadapi dan memahami karya seni. Apresiasi tidak sama dengan penikmatan, mengapresiasi
adalah proses untuk menafsirkan sebuah makna yang terkandung didalam karya seni.

Estetika studi filosofis tentang keindahan dan rasa. Hal ini erat kaitanya dengan filsafat seni,
yang berkaitan dengan sifat seni dan konsep-konsep dalam artian karya seni individual mana
yang ditafsirkan dan dievaluasi.

Istilah objek estetika adalah ambigu, dan tergantung pada penafsirannya, mungkin menyarankan
dua program terpisah estetika filosofis. Ekspresi dapat menunjukkan objek pengalaman estetika
yang disengaja. Kepentingan terbesar filosofis hadir tidak hanya pada kemiripan antara bentuk
seni tetapi juga perbedaan mereka.
b. Saran :

Ada baiknya kualitas cetak buku ini di perbaiki lagi kedepannya, dengan membubuhi bahan isi
buku seperti kertas dan tinta yang lebih baik agar tampilannya bisa lebih berkesan ketika
pembaca membaca buku tersebut.

Dalam penyusunan critical book report ini, penyusun sadar cbr ini masih memiliki bayak
kekurangan, sehingga penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pada pembaca agar cbr ini
bias menjadi lebih baik lagi dan mampu membantu mahasiswa dalam mata kuliah perkembangan
peserta didik.

Daftar Pustaka :

Agung, Lingga. 2017. Pengantar Sejarah Dan Konsep Estetika. DI Yogyakarta : PT. Kanisius

Sunarto. 2020. Estetika Filosofis. Yogyakarta : Lontar Mediatama Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai