Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TIGA TIPE TEORI DALAM RUANG LINGKUP ARSITEKTUR

DOSEN : Suci Elvira S.T.,M.Ars

DISUSUN OLEH;

SUPRIYANTO H. RAHMAN

(07262111060)

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

UNIVERSITAS KHAIRUN 2024/2025


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat allah SWT. atas segala rahmat, hidayah, serta
karunia-Nya sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah
ini disusun sebagai bagian dari pemenuhan tugas dalam mata kuliah teori arsitektur
yang membahas tentang tiga tipe teori dalam ruang lingkup arsitektur beserta
contoh-contohnya.

Dalam penyusunan makalah ini, saya berusaha untuk menggali pemahaman yang
lebih mendalam tentang peran serta kontribusi tiga tipe teori utama dalam praktik
arsitektur, yakni teori fungsionalis, formalis, dan kontekstual. saya juga berusaha
untuk mengilustrasikan konsep-konsep tersebut melalui contoh-contoh dari tokoh-
tokoh terkemuka dalam dunia arsitektur.

saya menyadari bahwa pembahasan ini hanya sebagian kecil dari kompleksitas dan
kekayaan dunia arsitektur. Namun demikian, saya berharap bahwa makalah ini
dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi pembaca dalam memahami
berbagai pendekatan dan prinsip-prinsip yang mendasari perancangan bangunan.

saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam penyusunan makalah ini, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Semoga makalah ini dapat memberikan inspirasi dan wawasan baru
dalam menjelajahi dunia yang luas dan menarik dari arsitektur.

Akhir kata, dari saya mohon maaf jika terdapat kekurangan atau kesalahan dalam
makalah ini. Kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan untuk
perbaikan di masa yang akan datang.

Ternate, 26 Maret 2024

Supriyanto h. rahman
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar belakang .......................................................................................... 1

1.2 Rumusan masalah ..................................................................................... 2

1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

2.1 Tipe teori ruang lingkup dalam arsitektur ................................................ 3

1. Teori fungsionalisme ................................................................................ 3

2. Teori ekspresionisme ................................................................................ 4

3. Teori regionalisme .................................................................................... 6

BAB III PENUTUP ............................................................................................... 8

3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 8

3.2 Saran ......................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 10

ii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Arsitektur sebagai sebuah disiplin memiliki peran yang sangat penting dalam
membentuk lingkungan binaan manusia. Seiring dengan perkembangan zaman dan
perubahan kebutuhan manusia, praktik arsitektur telah mengalami transformasi
yang signifikan dari waktu ke waktu. Salah satu aspek yang terus berkembang
dalam arsitektur adalah teori-teori yang menjadi dasar pemikiran dalam
perancangan bangunan.
Terdapat berbagai tipe teori yang mempengaruhi praktik arsitektur, masing-
masing dengan pendekatan dan fokus yang berbeda. Tiga tipe teori utama yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah teori fungsionalis, formalis, dan kontekstual.
Ketiga tipe teori ini menekankan aspek-aspek yang berbeda dalam perancangan
bangunan, mulai dari fungsi dan efisiensi hingga estetika dan hubungan dengan
konteks lingkungan.
Memahami tiga tipe teori ini sangat penting bagi para arsitek dan profesional di
bidang arsitektur untuk mengembangkan pendekatan yang holistik dan beragam
dalam menciptakan lingkungan binaan yang berarti dan bermakna. Dengan
memahami karakteristik dan kontribusi masing-masing tipe teori, para arsitek dapat
menciptakan bangunan-bangunan yang tidak hanya memenuhi kebutuhan
fungsional penghuninya, tetapi juga memiliki nilai estetika yang tinggi dan
berintegrasi secara harmonis dengan lingkungannya.
Teori dalam arsitektur tidak hanya memandang bangunan sebagai sekadar
struktur fisik, tetapi juga mempertimbangkan aspek-aspek sosial, budaya, dan
ekonomi yang terkait. Terdapat berbagai tipe teori yang mempengaruhi praktik
arsitektur, masing-masing dengan pendekatan dan fokus yang berbeda. Dalam
makalah ini, kita akan membahas tiga tipe teori utama dalam ruang lingkup
arsitektur beserta contoh-contoh dan tokohnya.

1
1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana kontribusi tiga tipe teori utama dalam arsitektur (fungsionalis,


formalis, kontekstual) mempengaruhi praktik perancangan bangunan?
2. Apa saja karakteristik dan prinsip-prinsip dasar dari masing-masing tipe
teori tersebut?
3. Bagaimana contoh-contoh konkret dapat mengilustrasikan penerapan dari
setiap tipe teori dalam bangunan-bangunan nyata?
4. Siapa saja tokoh-tokoh terkemuka dalam dunia arsitektur yang mewakili
setiap tipe teori, dan bagaimana karya-karya mereka mencerminkan
konsep-konsep teori tersebut?
5. Bagaimana implikasi dari penggunaan tiga tipe teori ini terhadap praktik
arsitektur secara umum?

1.3 Tujuan

1. Menganalisis tiga tipe teori utama dalam arsitektur


2. Menyajikan contoh contoh yang relavan
3. Memperkenalkan tokoh tokoh terkemuka dalam arsitektur

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Tipe teori ruang lingkup dalam arsitektur

1. Teori fungsionalisme

Teori fungsionalisme adalah pendekatan dalam arsitektur yang menekankan


pada fungsi atau tujuan utama bangunan sebagai landasan utama dalam proses
perancangan. Teori ini berkembang pada awal abad ke-20 sebagai respons terhadap
perubahan sosial, teknologi, dan ekonomi yang mempengaruhi kebutuhan
masyarakat akan lingkungan bermukim yang lebih baik.
Teori Fungsionalisme menekankan pentingnya fungsi dalam desain
arsitektur. Arsitek yang menganut teori ini percaya bahwa desain harus melayani
tujuan fungsionalnya tanpa mengorbankan estetika. Contoh-contoh arsitektur yang
mewakili teori fungsionalisme adalah:
a. Villa Savoye (Le Corbusier)
Villa Savoye adalah manifestasi utama dari prinsip-prinsip
fungsionalisme. Dengan desain yang terbuka dan efisien, bangunan ini
mencerminkan ide-ide Le Corbusier tentang rumah sebagai "mesin
tinggal".
b. Fallingwater (Frank Lloyd Wright)
Terkenal sebagai karya ikonik Frank Lloyd Wright, Fallingwater adalah
perpaduan yang indah antara arsitektur organik dan fungsionalisme.
Bangunan ini secara harmonis berintegrasi dengan alam sekitarnya sambil
memenuhi kebutuhan fungsionalnya sebagai rumah tinggal.
c. Bauhaus School Building (Walter Gropius)
Bauhaus, yang didirikan oleh Walter Gropius, adalah sekolah seni yang
menekankan hubungan antara fungsi dan desain. Bangunan sekolah ini
mencerminkan prinsip-prinsip fungsionalisme dengan penggunaan bahan-
bahan modern dan ruang yang efisien.
d. Robie House (Frank Lloyd Wright)

3
Salah satu karya penting Wright, Robie House menampilkan desain yang
terbuka dan aliran yang lancar antara ruang interior dan eksterior,
memperkuat prinsip fungsionalisme.
e. Unité d'Habitation (Le Corbusier)
Unité d'Habitation, sebuah kompleks apartemen di Marseille, Prancis,
menampilkan prinsip-prinsip fungsionalisme dengan desain yang efisien
dan berfokus pada kebutuhan penghuninya.

2. Teori ekspresionisme

Teori ekspresionisme dalam arsitektur adalah pendekatan yang menekankan


ekspresi emosional dan artistik melalui desain bangunan. Lebih dari sekadar
memenuhi fungsi-fungsi praktis, arsitektur ekspresionis berusaha untuk
mengkomunikasikan ide, perasaan, dan konsep abstrak melalui bentuk, struktur,
dan material bangunan.
1) Pengaruh Seni Lukis dan Sastra
Teori ekspresionisme dalam arsitektur dipengaruhi oleh gerakan seni
ekspresionis yang muncul pada awal abad ke-20, terutama di Jerman.
Gerakan seni ini menekankan ekspresi emosional dan subjektif melalui
warna, bentuk, dan pengecatan yang dramatis. Para arsitek ekspresionis
terinspirasi oleh seni lukis, sastra, dan teater ekspresionis, yang
mempengaruhi pendekatan mereka dalam merancang bangunan.
2) Pentingnya Ekspresi Emosional
Dalam arsitektur ekspresionis, bangunan dianggap sebagai medium
untuk mengekspresikan emosi, ide, dan konsep abstrak. Desain bangunan
sering kali tidak hanya mempertimbangkan fungsi-fungsi praktis, tetapi juga
mencoba untuk menangkap dan mengkomunikasikan berbagai aspek
pengalaman manusia, seperti kegembiraan, ketakutan, kegelisahan, atau
spiritualitas.
3) Penggunaan Bentuk dan Struktur yang Dramatis
Arsitektur ekspresionis sering kali menampilkan bentuk-bentuk
yang dramatis dan tak konvensional. Bangunan-bangunan ini sering kali

4
memiliki bentuk organik atau geometris yang kompleks, dengan struktur
yang menarik dan mengesankan. Penggunaan material seperti beton
bertulang, baja, dan kaca sering digunakan untuk menciptakan efek dramatis
dan ekspresif.
4) Keterlibatan dengan Lingkungan Sekitar
Arsitek ekspresionis sering kali terlibat secara aktif dengan konteks
lingkungan sekitar dalam merancang bangunan mereka. Mereka
menggunakan desain bangunan sebagai cara untuk merespons atau
menginterpretasikan lingkungan fisik, sosial, dan budaya tempat bangunan
tersebut berdiri. Ini bisa mencakup penggunaan elemen-elemen alamiah
seperti lanskap, topografi, atau cahaya alami dalam desain bangunan.
Teori Ekspresionisme dalam arsitektur menekankan ekspresi emosional melalui
desain. Arsitek yang mengadopsi teori ini mencoba untuk mengekspresikan ide,
perasaan, dan konsep melalui bentuk, struktur, dan materi. Contoh-contoh arsitektur
yang mewakili teori ekspresionisme adalah:
a. Sydney Opera House (Jørn Utzon)
Dikenal karena desainnya yang ikonik, Sydney Opera House adalah
contoh utama dari ekspresionisme arsitektur. Struktur yang unik dan
organiknya mencerminkan keindahan alam dan kekuatan ekspresif.
b. Guggenheim Museum Bilbao (Frank Gehry)
Bangunan yang mengubah pemandangan kota Bilbao ini menampilkan
bentuk yang berani dan inovatif yang mengekspresikan dinamika dan
keanggunan.
c. Sagrada Família (Antoni Gaudí)
Katedral yang belum selesai ini adalah karya monumental dari Antoni
Gaudí yang memperlihatkan ekspresionisme melalui detail-detail organik
dan struktur yang beragam.
d. Walt Disney Concert Hall (Frank Gehry)
Gedung konser ini adalah contoh lain dari karya Frank Gehry yang
mengekspresikan keindahan melalui bentuk-bentuk yang dinamis dan
inovatif.

5
e. CCTV Headquarters (Rem Koolhaas)
Bangunan yang kontroversial ini mencerminkan ekspresionisme dalam
arsitektur modern dengan desain yang futuristik dan unik.

3. Teori regionalisme

Teori regionalisme dalam arsitektur adalah pendekatan yang menekankan


pentingnya konteks geografis, budaya, dan sejarah dalam desain bangunan.
Berbeda dengan pendekatan arsitektur modern yang sering kali bersifat universal
atau global, regionalisme mengakui keunikan dan kekhasan setiap tempat serta
berusaha untuk mencerminkan karakter lokal dalam desain bangunan.
1) Respek terhadap Identitas Lokal:
Salah satu prinsip utama dari teori regionalisme adalah penghargaan
terhadap identitas lokal. Arsitek yang mengadopsi pendekatan ini berusaha
untuk memahami dan menghormati karakteristik unik dari tempat tertentu,
termasuk kondisi geografis, budaya, dan sejarahnya.
2) Adaptasi dengan Lingkungan Fisik:
Arsitektur regionalis merespons kondisi fisik dan iklim setempat.
Desain bangunan dikembangkan dengan mempertimbangkan aspek-aspek
seperti topografi, iklim, material lokal, dan teknologi tradisional. Ini bisa
mencakup penggunaan material alami yang tersedia di daerah tersebut,
orientasi bangunan untuk memaksimalkan cahaya alami, atau penggunaan
strategi pasif untuk pendinginan atau pemanasan bangunan.
3) Pengakuan akan Warisan Budaya:
Teori regionalisme mengakui pentingnya warisan budaya dalam
desain arsitektur. Arsitek berusaha untuk memasukkan elemen-elemen
budaya tradisional, seperti motif, teknik konstruksi, atau pola-pola arsitektur
khas, ke dalam desain bangunan modern. Ini tidak hanya menghormati
sejarah dan tradisi lokal, tetapi juga dapat memberikan identitas yang kuat
bagi bangunan tersebut.
4) Interaksi dengan Komunitas:

6
Arsitektur regionalis sering kali melibatkan komunitas lokal dalam proses
perancangannya. Arsitek berinteraksi dengan pemangku kepentingan lokal,
seperti pemukim, pemilik tanah, atau pemerintah setempat, untuk
memahami kebutuhan dan aspirasi mereka. Dengan melibatkan komunitas,
desain bangunan dapat menjadi lebih relevan dan berkelanjutan bagi mereka
yang akan menggunakannya.
Teori Regionalisme menekankan pentingnya konteks geografis, budaya, dan
sejarah dalam desain arsitektur. Arsitek yang menganut teori ini mencoba untuk
menciptakan bangunan yang merespons lingkungan fisik dan sosial tempat mereka
berada. Contoh-contoh arsitektur yang mewakili teori regionalisme adalah:
a. The Salk Institute (Louis Kahn)
Terletak di La Jolla, California, The Salk Institute mencerminkan
pendekatan regionalis Kahn dengan penggunaan material lokal dan
integrasi dengan pemandangan alam sekitarnya.
b. Casa Malaparte (Adalberto Libera)
Bangunan yang terletak di pantai pulau Capri, Italia, Casa Malaparte
menyesuaikan diri dengan topografi alaminya sambil memperkuat
identitas budayanya.
c. The High Line (James Corner Field Operations)
Proyek revitalisasi ini di New York City mengintegrasikan taman kota
dengan struktur bekas rel kereta api, menciptakan ruang publik yang unik
dan berkesan.
d. Tjibaou Cultural Centre (Renzo Piano)
Terletak di Kaledonia Baru, bangunan ini mencerminkan budaya dan
tradisi lokal melalui penggunaan material alami dan desain yang berpadu
dengan alam.
e. Nk'Mip Desert Cultural Centre (Alfred Waugh)
Terletak di British Columbia, Kanada, pusat budaya ini menyesuaikan diri
dengan lingkungan gurun sekitarnya sambil mempromosikan pemahaman
tentang budaya dan ekologi local.

7
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam makalah ini, telah dieksplorasi tiga tipe teori dalam arsitektur:
fungsionalisme, ekspresionisme, dan regionalisme. Melalui pemahaman yang
mendalam terhadap prinsip-prinsip masing-masing teori serta melalui contoh-
contoh bangunan dan tokohnya, kita dapat melihat bagaimana pendekatan yang
berbeda dalam merancang bangunan mencerminkan filosofi dan nilai-nilai yang
beragam.
Teori fungsionalisme menekankan pentingnya fungsi dan efisiensi dalam
desain bangunan. Contoh-contoh seperti Villa Savoye (Le Corbusier) dan Bauhaus
School Building (Walter Gropius) mengilustrasikan bagaimana bangunan-
bangunan ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan fungsional dengan
menggunakan material dan teknologi modern.
Di sisi lain, teori ekspresionisme mengeksplorasi dimensi emosional dan
artistik dalam arsitektur. Melalui contoh-contoh seperti Sydney Opera House (Jørn
Utzon) dan Guggenheim Museum Bilbao (Frank Gehry), kita dapat melihat
bagaimana bangunan-bangunan ini menciptakan pengalaman visual dan sensorik
yang kuat, sambil mengekspresikan ide-ide dan perasaan yang mendalam.
Terakhir, teori regionalisme menekankan pentingnya konteks geografis,
budaya, dan sejarah dalam desain bangunan. Bangunan-bangunan seperti The Salk
Institute (Louis Kahn) dan Nk'Mip Desert Cultural Centre (Alfred Waugh)
menunjukkan bagaimana arsitek merespons lingkungan fisik dan budaya setempat
untuk menciptakan bangunan yang berakar kuat dalam identitas tempatnya.

3.2 Saran

Dari makalah ini, kita dapat menyimpulkan bahwa tidak ada satu pendekatan
tunggal dalam merancang bangunan yang sempurna. Setiap teori memiliki
kelebihan dan kelemahannya sendiri, dan keberhasilan suatu bangunan seringkali
bergantung pada kemampuan arsitek untuk menggabungkan berbagai pendekatan
ini dengan bijaksana.

8
Oleh karena itu, saran untuk praktisi arsitektur adalah untuk terus mempelajari
dan memahami berbagai teori dan pendekatan dalam arsitektur, serta untuk
merespons dengan bijaksana terhadap konteks dan kebutuhan unik setiap proyek.
Dengan demikian, mereka dapat menciptakan bangunan-bangunan yang tidak
hanya fungsional dan efisien, tetapi juga berarti secara artistik, dan terhubung
secara mendalam dengan lingkungan fisik dan budaya tempat mereka berdiri.

9
DAFTAR PUSTAKA

Teori Fungsionalisme Arsitektur (gravitarsi.com)


Allen, Stan. (2000). "Practice: Architecture after Deconstruction."
Assemblage, No. 41, pp. 28-37.
Harries, Karsten. (1997). "The Ethical Function of Architecture."
Perspecta, Vol. 28, pp. 22-31.
Frampton, Kenneth. (1992). Modern Architecture: A Critical History.
Thames & Hudson.
Jencks, Charles. (2002). The Language of Postmodern Architecture.
Rizzoli International Publications.
Choay, Françoise. (2001). The Modern City: Planning in the 19th Century.
George Braziller.
Pevsner, Nikolaus. (2014). An Outline of European Architecture. Penguin
Books.
Curtis, William J. R. (1987). Modern Architecture Since 1900. Phaidon
Press.

10

Anda mungkin juga menyukai