Anda di halaman 1dari 14

Makalah

Pengantar arsitektur

Judul: EKSPLORASI BENTUK DALAM PERANCANGAN

Dosen:Dr.Ir. ANTHONIUS FREDERIK RAFFEL ST.

OLEH:

NAMA: RIFALDI M.ALHADDAD(07262111024)

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang “arsitektur tradisional dan modern”.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak dan ibu (:Dr.Ir. ANTHONIUS
FREDERIK RAFFEL ST.) sebagai salah satu dosen pengampu mata kuliah pengantar arsitektur yang
telah memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati
menerima saran dan kritik dari dosen pengampu agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat.
DAFTAR ISI

Cover.........................................

Kata pengantar.........................

Daftar isi....................................

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar belakang


1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 EKSPLORASI BENTUK DALAM PERANCANGAN

BAB III PENUTUP

3.1 metode penelitian

3.2 penutup

3.3 daftar pustaka


Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Pengembangan berkelanjutan(sustainable development) dewasa ini tidak hanya


merupakan pilihan, melainkan aspek yang perlu diperhatikan dalam setiap perancangan
arsitektur, selayaknya mempertimbangkan struktur, aktivitas, dan semacamnya.
Sebagai isu dalam dunia praktisi, pendidikan arsitektur dituntut untuk dapat
mengembangkan kurikulum yang mampu menunjang kemampuan mahasiswa di bidang
keberlanjutan ini (Kanters & Horvat, 2012). Tidak hanya pengetahuan tentang konstruksi,
dalam pengembangan berkelanjutan, tahap perancangan atau bahkan sebelumnya
sebaiknya sudah menjadikannya sebagai pertimbangan utama dalam mengambil
setiap langkah. Hal ini mendorong pendidikan arsitektur mengeksplorasi berbagai
kemungkinan yang bisa dilakukan untuk mendukung pengembangan berkelanjutan
dalam proses perancangan.Perancangan struktur dan konstruksi bangunan merupakan salah
satu aspek yang cukup signifikan berpengaruh dalam proyek yang mengangkat isu
berkelanjutan. Dixit (2020)menyampaikan bahwa integrasi antara struktur dan arsitektur
sejak tahap awal perancangan mampu mengoptimalkanrancangan bangunan, hingga
kebutuhan konsumsi materialbangunan. Penghematan material merupakan salah satu
prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengembangan berkelanjutan.

1.2 rumusan masalah

Akan di bahas dalam paper ini adalah sebagai berikut:

a.EKSPLORASI BENTUK DALAM PERANCANGAN

1.2 tujuan

mendukung kompatibilitas integrasi sistem struktur dan konstruksi dalam perancangan


bentuk arsitektural untuk mendukung pengembangan berkelanjutan melalui efektivitas dan
efisiensi. Oleh karena itu, studi ini dilakukan bertujuan untuk menggambarkan beberapa
pendekatanrancang yang dapat digunakan untuk melakukan integrasi tersebut serta strategi
pembelajaran yang baik untuk merangsang penggunaan pendekatan struktural tersebut.
Metode kualitatif yang menggabungkan studi kepustakaan dan lapangan, dimanfaatkan untuk
menganalisis data hingga diperoleh kesimpulan. Hasil yang diperoleh adalah bahwa integrasi ini
dapat berhasil dalam perancangan melaluimengadobsi dan memodifikasi sistem
struktursertamengekspos danmemanfaatkannya untuk simbolisasiarsitektural.
Pembahasan

Bentuk adalah karakteristik pengenal volume utama. Bentuk juga merupakan cirri utama yang
menunjukkan suatu volume, hal ini ditentukan oleh volume, wujud, dan hubungan antara bidang-
bidang yang menggambarkan batas-batas.

Adapun ciri-ciri visual bentuk yaitu sebagai berikut:

Memiliki Dimensi/ Ukuran yaitu Ukuran fisik suatu bentuk berupa panjang, lebar dan tebal.

Memiliki Warna

Memiliki Tekstur yaitu Kualitas yang dapat diraba pada permukaan dari sebuah bentuk

Sifat bentuk:

Memiliki Posisi yaitu Letak relatif terhadap lingkungannya

Memiliki Orientasi yaitu Posisi relative suatu bentuk terhadap bidang dasar, dan terhadap
pandangannya.

Memiliki Inersia Visual yaitu Derajat konsentrasi dan stabilitas bentuk.

Bentuk terbagi atas 2 yaitu:

1. Bentuk Beraturan

Pada umumnya bentuk tersebut bersifat stabil dan simetris terhadap sumbunya. Contohnya seperti
bola, silinder, kerucut, kubus, dan lain-lain.

2. Bentuk tidak Beraturan

Pada umumnya bentuk ini tidak simetris tetapi lebih dinamis dibandingkan dengan bentuk
beraturan.

Pengertian bentuk dalam arsitektur

Suatu perwujudan dari organisasi ruang yang merupakan hasil dari suatu proses pemikiran. Proses
ini didasarkan atas pertimbangan fungsi dan usaha pernyataan diri/ekspresi (HugoHaring).

Wujud dari penyelesaian akhir dari konstruksi yang pengertiannya sama (Mies van der Rohe).

Suatu keseluruhan dari fungsi-fungsi yang bekerja secara bersamaan, yang hasilnya merupakan
susunan benda (Benyamin Handler).
Hasil dipenuhinya syarat-syarat kokoh, guna, dan indah (Vitruvius). Menurut Vitruvius, tidak ada
istilah bentuk. Bentuk, bagi Vitruvius, bila mau dikaitkan dengan fungsi/utilitas tentunya merupakan
gabungan antara firmistas (technic) dengan venustas (beauty/delight) (Saliya, 1999).Obyek-obyek
dalam persepsi kita memiliki wujud/ujud (shape) (Abecrombie, 1984;37)Wujud/ujud merupakan
hasil konfigurasi tertentu dari permukaan- permukaandan sisi-sisi bentuk (Ching, 1979;50)

Ciri-ciri Visual Bentuk

Ciri-ciri pokok yang menunjukan bentuk, dimana ciri-ciri tersebut pada kenyataanya dipengaruhi
oleh oleh keadaan bagaimana cara kita memandangnya.Juga merupakan sarana pokok yang
memungkinkan kita mengenal dan melihat serta meninjau latar belakang, persepsi kita terhadap
satu dan yang lain, sangattergantung dari derajat ketajaman visual dalam arsitektur. Bentuk dapat
dikenali karena ia memiliki ciri-ciri visual, yaitu (Ching, 1979):

Wujud adalah hasil konfigurasi tertentu dari permukaan-permukaan dan sisi-sisi bentuk. Dimensi
dimensi suatu bentuk adalah panjang, lebar dan tinggi. Dimensi-dimensi ini menentukan
proporsinya. Adapun skalanya ditentukan oleh perbandingan ukuran relatifnya terhadap bentuk-
bentuk lain disekelilingnya.

Warna adalah corak, intensitas dan nada pada permukaan suatu bentuk. Warna adalah atribut yang
paling mencolok yang membedakan suatu bentukterhadap lingkungannya. Warna juga
mempengaruhi bobot visual suatu bentuk.

Tekstur adalah karakter permukaan suatu bentuk. Tekstur mempengaruhiperasaan kita pada waktu
menyentuh, juga pada saat kualitas pemantulan cahayamenimpa permukaan bentuk tersebut.

Posisi adalah letak relatif suatu bentuk terhadap suatu lingkungan ataumedan visual.

Orientasi adalah posisi relatif suatu bentuk terhadap bidang dasar, arah mataangin atau terhadap
pandangan seseorang yang melihatnya.

Inersia Visual adalah derajad konsentrasi dan stabilitas suatu bentuk. Inersiasuatu bentuk
tergantung pada geometri dan orientasi relatifnya terhadap bidangdasar dan garis pandangan kita.
Dengan penghayatan terhadap wujud kita bisa mendapatkan kepuasan.Wujud dapat menawan
perhatian kita, mengundang keingintahuan, memberikansensasi yang menyenangkan ataupun tidak
menyenangkan dalam berbagai cara.
Mempunyai suatu kekuatan. Tentunya, effektifitasnya diperkaya oleh pengulangan melalui sejarah
dan oleh kekayaan akan asosiasi-asosiasinya yang terakumulasi (terkumpul). Bagi masyarakat Mesir,
yang mengenalnya sebagai transformasi ideal dan agung dari gundukan makam biasa, yang
mempercayainya sebagai jaminan keabadian pharaoh dan yang melihat lapaisan atapnya yang
berkilat memantulkan cahaya langsung pertama dari matahari terbit, sebagai imaji
kedewaan/ketuhanan bagi mereka jelas, piramid memiliki arti yang tidak akan pernah kita peroleh
kembali bagi kita saat ini. Sekalipun demikian, piramid masih mempunyai pengaruh terhadap kita,
walaupun masyarakat yang mengenal asal usulnya dan mempunyai keyakinan terhadap pendirinya
(masyarakat Mesir terhadap Pharaoh) sudah tidak ada (musnah), wujudnya tetap ada dan tetap
mempunyai kekuatan (dalam tingkat yang berbeda). Piramid mempunyai kekuatan yang hakiki.

Dome merupakan salah satu bentuk arsitektur yang mendasar. Dome berbeda dengan piramid dan
obelisk, memiliki tingkat bentuk yang berbeda dimana piramid dan obelisk dapat dikategorikan
sebagai obyek seni (sculpture). Dome dapat disebut sebagai sebuak,,bentuk“ bangunan (building
form), dalam arti sebuah bentuk yang tidak hanya memiliki permukaan luar tetapi juga ruang dalam
dan organisasi (internal space). Dengan pengertian lain, secara umum, bentuk (form)lebih tinggi
(superior) dari wujud (shape), bahwa arsitketur berada pada potensinya yang paling tinggi ketika
eksterior dan interior dapat dipahami sebagai suatu kesatuan.

Bentuk dapat diperkuat atau dilemahkan oleh bentuk

Lain. Untuk program-program fungsional pada bangunan

Biasanya membutuhkan gabungan beberapa elemen. Hal ini tidak berarti menjadi keterbatasan
estetika. Arsitek dapat menghasilkan efek yang impresif dengan menggabungkan bentuk-bentuk.
Misalnya dengan menggunakan pengulangan bentuk-bentuk yang sama, atau mengejutkan dengan
mensejajarkan dua bentuk yang sama sekali berbeda, yang kemudian dapat menimbulkan
penghargaan bahwa perbedaan-perbedaan dapat digabungkan menjadi satu komposisi tunggal.

Bentuk dapat bergabung untuk menghasilkan komposisi yang koheren dengan cara persamaan,
pengulangan ataupun proporsi.

Secara psikologis manusia secara naluriah akan manyederhanakan lingkungan visualnya untuk
memudahkan pemahaman. Dalam setiap komposisi bentuk, kita cenderung mengurangi subyek
utama dalam daerah pandangan kita ke bentuk- bentuk yang paling sederhana dan teratur. Semakin
sederhana dan teraturnya suatu wujud, semakin mudah untuk diterima dan dimengerti.

Secara geometri kita ketahui wujud-wujud beraturan seperti lingkaran dan sederetan segi banyak
beraturan (yang memiliki sisi-sisi dan sudut-sudut yang sama) yang tak terhingga banyaknya dapat
dilukiskan di dalam lingkaran, segitiga, dan bujur sangkar.
Lingkaran merupakan sederetan titik-titik yan disusun dengan jarak yang sama dan seimbang
terhadap sebuah titik tertentu di dalam lingkungan.

Segitiga merupakan sebuah bidang datar yang dibatasi oleh tiga sisi dan tiga buah sudut.

Bujur sangkar merupakan sebuah bidang datar yang mempunyai empat buah sisi yang sama panjang
dan empat buah sudut siku-siku.

Lingkaran adalah suatu yang terpusat, berarah ke dalam dan pada umumnya bersifat stabil dan
dengan sendirinya menjadi pusat dari lingkungannya. Penempatan sebuah lingkaran pada pusat
suatu bidang akan memperkuat sifat dasarnya sebagai poros. Menempatkan garis lurus atau bentuk-
bentuk bersudut lainnya disekitar bentuk lingkaran atau menempatkan suatu unsur menurut arah

Komposisi dari lingkaran bisa mencapai titik.

Bangunan ini memiliki desain yang unik karena berbentuk seperti koin. Desain ini merupaka
Bangunan Sirkular Pertama di Dunia dan Termasuk Dalam Desain Bangunan Futuristik Terbaik tahun
2008

Segitiga

Segitiga menunjukkan stabilitas. Apabila terletak pada salah satu sisinya, segitiga merupakan bentuk
yang sangat stabil. Jika diletakkan berdiri pada salah satu sudutnya, dapat menjadi seimbang bila
terletak dalam posisi yang tepat pada suatu keseimbangan, atau menjadi tidak stabil dan cederung
jatuh ke salah satu sisinya

Bujur sangkar menunjukkan sesuatu yang murni dan rasional. Bentuk ini merupakan bentuk yang
statis dan netral serta tidak memiliki arah tertentu. Bentuk-bentuk segi empat lainnya dapat
dianggap sebagai variasi dari bentuk bujur sangkar-yang berubah dengan penambahan tinggi atau
lebarnya. Seperti juga segitiga, bujur sangkar tampak stabil jika berdiri pada salah satu sisinya dan
dinamis jika berdiri pada salah satu sudutnya.
Bujur sangkar

Masjid Al-Irsyad, Bandung, Jawa Barat

Masjid yang diarsiteki oleh Ridwan Kamil memiliki bentuk seperti kubus besar laiknya bentuk
bangunan Ka’bah di Arab Saudi.

“....Kubus, kerucut, bola, silinder dan peramida adalah bentuk-bentuk dasar utama dimana peran
cahaya sangat penting: kesan bentuk-bentuk ini tampak berbeda dan jelas bagi kita serta tanpa
keraguan. Inilah alasan mengapa bentuk- bentuk yang indah, bahkan bentuk-bentuk yang paling
indah” Le-Corbusier

Wujud dasar dapat dikembangkan atau diputar untuk mengahasilkan bentuk ruang atau bentuk
pejal yang berbeda, teratur dan mudah dikenali. Lingkaran membentuk bola dan silinder, segitiga
membentuk kerucut dan piramida, bujur sangkar membentuk kubus. Dalam konteks ini, istilah pejal
(solid) bukan menjelaskan suatu benda yang padat dan keras tetapi lebih pada suatu bentuk atau
gambar geometric tiga dimensi

Bentuk benda pejal yang dihasilkan oleh perputaran sebuah setengah lingkaran pada garis
tengahnya, di mana jarak semua titik pada permukaan terhadap pusatnya adalah sama. Bola adalah
bentuk yang terpusat dan memiliki konsentrasi (pemusatan) yang tinggi. Seperti halnya lingaran
yang merupakan bentuk dasarnya, bola mempunyai titik pusat dan pada umumnya stabil dalam
lingkungannya. Bola cenderung menggelinding jika diletakkan pada suatu bidang miring. Dilihat dari
sudut manapun juga, wujud bola selalu tampak sama.

Silinder:

Bentuk benda pejal yang dihasilkan olah perputaran sebuah segi empat pada salah satu sisinya.
Silinder terpusat pada sumbu yang berbentuk garis yang menghubungkan pusat-pusat kedua
permukaan lingkaran yang ada. Silinder dapat diperpanjang dengan mudah menurut arah sumbunya.
Silinder merupakan bentuk yang stabil jika diletakkan pada permukaan lingkarannya; berubah
menjadi labil jika sumbunya dicondongkan.

Kerucut:

Bentuk benda pejal yang dihasilkan oleh perputaran sebuah segitiga pada salah satu sisinya. Seperti
halnya silinder, kerucut merupakan bentuk yang sangt stabil jika berdiri di atas permukaan lingaran
dasarnya dan berubah menjadi tidak stabil jika sumbu vertikalnya dimiringkan atau dibalik. Bentuk
ini masih dapat diletakkan berdiri pada ujungya dalam suatu keadaan seimbang yang kritis.

Bentuk beraturan dan tidak beraturan

Bentuk beraturan adalah bentuk-bentuk yang berbubungan satu sama lain dan tersusun secara rapid
an konsisten. Pada umumnya bentuk-bentuk tersebut bersifat stabil dan simetris terhadap satu
sumbu atau lebih. Bola, silinder, kerucut, kubus, dan piramida merupakan contoh utama bentuk-
bentuk beraturan

Bentuk-bentuk dapat mempertahankan keteraturannya meskipun dimensi-dimensinya diubah,


ataupun unsure-unsurnya ditambah atau dikurangi. Berdasarkan pengalaman dalam membangun
bentuk-bentuk serupa, kita dapat membangun suatu bentuk teratur yang baru berdasarkan bentuk
dasar meskipun dengan menghilangkan atau menambahkan beberapa bagiannya.

Bentuk tak teratur adalah bentuk yang bagian-bagiannya tidak serupa dan hubungan antar
bagiannya tidak konsisten. Pada umumnya bentuk ini tidak simetris dan lebih dinamis dibandingkan
bentuk beraturan. Bentuk tak beraturan bisa berasal dari bentuk beraturan yang dikurangi oleh
suatu bentuk tak beraturan ataupun hasil dari komposisi tak beraturan dari bentuk-bentuk
beraturan.

Selama kita berkecimpung baik dengan massa padat maupun ruang kosong di dalam arsitektur,
bentuk- bentuk beraturan bisa berada dalam bentuk-bentuk tak beraturan. Demikian juga bentuk-
bentuk tak beraturan bisa berada dalam bentuk-bentuk beraturan

Perubahan bentuk

Semua bentuk dapat dipahami sebagai hasil dari perubahan benda pejal utama, melalui variasi-
variasi yang timbul akibat manipulasi dimensinya, atau akibat penambahan maupun pengurangan
elemen-elemennya.

Perubahan Dimensi

Suatu bentuk dapat diubah dengan menggai salah satu atau beberapa dimensi- dimensinya dan
tetap mempertahankan identitasnya sebagai anggota bagain dari suatu bentuk. Sebuah kubus
misalnya, dapat diubah menjadi bentuk- bentuk prisma serupa dengan mengubah ukuran tinggi,
lebar atau panjangnya. Bentuk tersebut dapat dipadatkan menjadi bentuk bidang pipih atau
direntangkan menjadi suatu bentuk linier.

Perubahan dengan Pengurangan

Suatu bentuk dapat diubah dengan mengurangi sebagian dari volumnya. Tergantung dari banyaknya
pengurangan, suatu bentuk mampu mempertahankan identitas asalnya atau diubah menjadi suatu
bentuk yang lain sama sekali. Sebagai contoh, sebuah kubus dapat mempertahankan identitasnya
sebagai kubus walaupun sebagian dari kubus tersebut dihilangkan atau diubah menjadi serangkaian
bentuk polyhedron teratur yang menggambarkan suatu bola.

Perubahan dengan Penambahan:

Suatu bentuk dapat diubah dengan menambah unsure- unsur tertentu kepada volume bendanya.
Sifat proses penambahan serta jumlah dan ukuran relative unsure yang ditambahkan akan
menentukan apakah identitas bentuk asal dapat dipertahankan atau berubah.

Bentuk yang ditambah

Apabila sebuah bentuk terpotong diperoleh dengan menghilangkan sebagian dari volume asalnya,
maka suatu bentuk dengan penambahan dihasilkan dengan menghubungkan satu atau beberapa
bentuk tambahan lain terhadap volume yang sudah ada.

Kemungkinan-kemungkinan dasar untuk penggabungan dua bentuk atau lebih adalah:

Gaya tarik ruang

Tipe hubungan ini terjadi karena kedua bentuk relative berdekatan satu dengan yang lain, atau
saling membagi/ memberikan sifat visual umumnya seperti wujud, warna, atau material

Hubungan antar sisi

Pada tipe dengan pertemuan antar sisi ini, maka bentuk-bentuk itu akan memiliki satu sisi bersama-
sama dan dapat berporos pada sisi tersebut.
Hubungan antar permukaan bidang

Pada tipe pertemuan permukaan bidang ini, kedua bentuk memiliki bidang-bidang datar yang
berhubungan dan terletak sejajar satu sama lain

Ruang-ruang yang saling terkait

Pada tipe dengan volume-volume ruang yang saling berkaitan ini, bentuk-bentuk ruang tersebut
saling menembus ke dalam masing-masing ruangnya. Bentuk-bentuk ini tidak perlu memilik
kesamaan visual

Perubahan dengan penambahan

Suatu bentuk dapat diubah dengan menambah unsure-unsur tertentu kepada volume bendanya.
Sifat proses penambahan serta jumlah dan ukuran relative unsure yang ditambahkan akan
menentukan apakah identitas bentuk asal dapat dipertahankan atau berubah.

3.1 metode penelitian

Sesuai latar belakang, studi ini memiliki dua tujuan utama, yakni mengeksplorasi ragam
pendekatan yang digunakan untuk mengintegrasikan bidang struktur dan konstruksi ke dalam
tahap perancangan bentuk arsitektural, serta memperolah gambaran kekuatan dan kelemahan
strategi pembelajaran yang digunakan untuk merangsang peserta studio perancangan
arsitektur untuk pengintegrasian tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut, metode
penelitian arsitektur kualitatif dianggap cocok berdasarkan kesesuaian karakteristiknya,
yakni menekankan pada kondisi ilmiah yang alami, berfokus pada intepretasi dan makna,
berfokus pada bagaimana responden memahami keadaan mereka sendiri, menggunakan
multitaktik, dan penalaran induktif(Groat & Wang, 2013).Secara spesifik, subjekyang distudi
adalah peserta studio perancangan arsitektur Tahun Akademik 2020/2021 di Program
Studi Arsitektur Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Peserta studio terdiri
dari 16mahasiswa yang duduk di Semester II. Pembelajaran dilaksanakan secara jarak jauh
(daring) karena masih dalam situasi pandemi. Subjek dipilih berdasarkan kemudahan dan potensi
dalamnya pengamatan apabila merupakan peserta didik penulis, serta pengaturan situasi dan
kontrol ilmiah.Beberapa variabel yang diperhitungkan dalam studi ini adalah:1.Pendekatan
Perancangan: yakni proses dan cara atau metode yang digunakan mahasiswa untuk
mengintegrasikan struktur dalam perancangan bentuk arsitektural. Data yang berkaitan
dengan variabel ini diperoleh dari observasiproses perancangan, arsip (laporan
tugas), dan wawancara, serta literatur untuk dasar pengkategorian. Variabel ini
diukur dengan pengkategorian secara kualitatif serta jumlah mahasiswa dalam masing-masing
kategori; 2.Motivasi: yakni tingkat minat mahasiswadalam pengintegrasian struktur dalam
perancangan bentuk arsitektur, berkaitan pula dengan strategi pembelajaran. Data diambil
sejak tahap studi preseden hingga produk rancangan dihasilkan, serta diukur dengan
jumlah mahasiswa yang termotivasi dan jenis pendekatan rancang yang digunakan; 3.Tema
Rancangan: sebagai sebuah kontrol untuk objektivitas pengukuran.Tema rancangan dibatasi
dalam lingkup regionalisme, serta besar dan luas bangunan dibatasi dan diseragamkan. Selain
itu, strategi pembelajaran diusahakan sama dan adil bagi setiap peserta studio.Untuk
memperoleh hasil yang baik dalam strategi kualitatif, proses pengumpulan dan pengolahan data
dilakukan melalui beberapa tahap yang bersifat interaktif di antaranya, tidak selalu linier.
(Groat & Wang, 2013). Berikut adalah tahapan kegiatan yang dilakukan dalam studi
ini:1.Pengumpulan Data. Data primer studi ini adalah laporan tugas dan dokumen
konsultasi/diskusi peserta studio

3.2 Penutup

KESIMPULAN

Integrasi antara struktur dan konstruksi dengan bentuk arsitektural ini dirasa penting dan
mampu mendukung pengembangan berkelanjutan yang semakin harus menjadi
pertimbangan dalam arsitektur. Selain itu, pendekatan struktural ini berpotensi
menjadi arah pengembangan berkelanjutan melalui bidang perancangan
arsitektur.Beberapa karya peserta studio perancangan arsitektur yang distudi juga menunjukkan
bahwa sistem struktur yang terintegrasi dan terekspos bersama bentuk arsitektural juga
dapat menghasilkan karakter yang kuat dan menarik serta efisien, tanpa
banyak“menempelkan” ornamentasi pada bangunan. Pendekatan perancangan yang
menghasilkan karya cukup menarik dalam studio ini adalah:1.Mengadopsi sistem struktur bangunan
bertingkat tinggi atau bentang lebar pada rancangan bangunan yang lebih
sederhana untuk

3.3 daftar pustaka

Struktur Dan Konstruksi Sebagai Gagasan Eksplorasi Bentuk Bangunan Dalam Studio Perancangan
Arsitektur58|SINEKTIKAJurnal Arsitektur, Vol. 19 No.1,Januari 2022Azizi, M., & Torabi, Z. (2015). The
Role of Structure in Creating Architectural Space. Current World Environment, 10(Special-Issue1),
131–137. https://doi.org/10.12944/cwe.10.special-issue1.18Charleson, A. W. (2005). Structure as
Architecture. Architectural Press.Dixit, S., Stefańska, A., & Musiuk, A. (2020). Architectural form
finding in arboreal supporting structure optimisation. Ain Shams Engineering Journal, 12,
2321–2329. https://doi.org/10.1016/j.asej.2020.08.022Garip, E., & Garip, B. (2012). Aesthetic
Evaluation Differences between two Interrelated Disciplines: A Comparative
Study on Architecture and Civil Engineering Students. Procedia -Social and Behavioral
Sciences, 51, 533–540. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.08.202Groat, L. N., & Wang, D. (2013).
Architectural Research Methods(Second). John Wiley & Sons.Juniwati, A., & Widigdo, W.
(2003). Perlunya Pengetahuan Tektonika pada Pengajaran Struktur Di Arsitektur. DIMENSI
(Jurnal Teknik Arsitektur), 31(2), 120–123.
https://doi.org/https://doi.org/10.9744/dimensi.31.2.Kanters, J., & Horvat, M. (2012). The
design process known as IDP: A discussion. Energy Procedia, 30, 1153–1162.
https://doi.org/10.1016/j.egypro.2012.11.128MacDonald, A. J. (2001). Structure and
Architecture(Second). Architectural Press.Maurina, A., NUGROHO, N. Y., Kurniadi, R., & Tanaka, B.
(2011). Korelasi Bentuk, Struktur, dan

Anda mungkin juga menyukai