Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

RUANG DALAM ARSITEKTUR

Di Kerjakan Oleh :

NAMA : ICAND RAHMAN M NOMPO


NIM : 202002003

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BINA TARUNAN GORONTALO

KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami dapat
menyelesaikan Makalah ini. Penyusunan Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Teori
Arsitektur I tentang Pondasi Ruang dalam Arsitektur.

Kami menyadari dalam penulisan Makalah ini masih bayak kekurangan dalam penulisan
maupun penyusunan. Oleh karna itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
guna memperbaiki kesalahan dimasa yang akan datang.

Gorontalo, juli 2021

Icand Rahman M. Nompo


NPM : 202002003
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

a. Latar belakang 4
b. Rumusan masalah 5

BAB II PEMBAHASAN

a. Pengertian Ruang 6
b. Jenis-jenis Ruang 8
c. Contoh Visual Ruang 12
d. Pengertian Lingkungan Binaan 16
e. Contoh visual Lingkungan Binaan 17

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan 16
b. Saran 16

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Arsitektur adalah ilmu dan seni dalam perencanaan dan perancangan lingkungan
binaan, mulai dari lingkup makro hingga lingkup mikro. Dalam arti yang lebih sempit,
arsitektur dapat diartikan sebagai ilmu dan seni dalam perencanaan dan perancangan
bangunan.

Francis D. K. Ching (2008) mengatakan bahwa arsitektur membentuk suatu tautan


yang mempersatukan ruang, bentuk, teknik, dan fungsi. Fungsi utama arsitektur adalah
untuk memfasilitasi segala bentuk aktivitas manusia (pengguna), baik itu di dalam
maupun di luar ruangan. Oleh karena itu, dalam proses perencanaan dan
perancangannya, sebuah lingkungan binaan (ruangan, bangunan, ataupun kawasan) harus
memiliki sistem sirkulasi yang baik dan memadahi, agar aktivitas penggunanya dapat
berlangsung dengan baik, lancar, dan nyaman.
Francis D. K. Ching (2008) menyatakan bahwa jalur pergerakan (sirkulasi) dapat
dianggap sebagai elemen penyambung yang menghubungkan ruangan- ruangan di dalam
sebuah bangunan, atau yang menghubungkan serangkaian ruang luar dengan ruang dalam
pada sebuah bangunan secara bersamaan.

Komponen pokok sistem sirkulasi pada sebuah bangunan dapat mempengaruhi


persepsi seseorang (pengguna) terhadap bentuk dan ruang pada sebuah bangunan.
Komponen pokok tersebut meliputi pencapaian, pintu masuk, konfigurasi jalur, hubungan
jalur dengan ruang, dan bentuk ruang sirkulasi. Apabila kelima komponen tersebut benar-
benar diperhatikan dan diperhitungkan ketika merancang sebuah bangunan, maka,
bangunan tersebut dapat berfungsi dengan baik, begitu juga dengan ruangan-ruangan yang
ada di dalamnya. Hal ini dikarenakan sirkulasi merupakan salah satu faktor penting dalam
perancangan bangunan, dan menjadi faktor kunci dalam menunjang fungsi sebuah
bangunan.
B. Rumusan masalah.
Dalam pembahasan ini masalah yang akan dibahas adalah :
 Pengertian dan Jenis Ruang dalam ilmu arsitektur
 Pengertian Lingkungan Binaan

C. TUJUAN
 Untuk mengetahui pengertian dan fungsi ruang dalam ilmu arsitektur
 Untuk mengetahui pengertian Lingkungan Binaan dalam ilmu arsitektur
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ruang


Pengertian “ruang“ (space) sangatlah luas dan beragam. Ruang atau space dan
berdasarkan terminologinya berasal dari istilah latin yaitu spatium. Sedangkan dari istilah
space itu sendiri berarti suatu bentuk tiga demensi, permukaan luas yang menerus memanjang
ke segala arah dan berisikan segala sesuatu: dengan berbagai cara dipikirkan sebagai sesuatu
yang tak terbatasi. Atau juga dapat berarti berjarak, bidang yang luas, atau area di antara, di
atas atau didalamnya (Webster’s New World College Dictionary. NY: Macmillan. 1996:1284).
Dari segi Arsitektur, ruang merupakan bagian tiga dimensi ( memilki panjang, lebar
dan tinggi) dibatasi oleh elemen penyusun bawah sampinh dan atas sebagai pembatas
keluar/masuk ruangan tersebut.
Ruang berbeda dengan ruangan, ruangan hanyalah dalam konteks ruang dalam,
sedangkan ruang meliputi interior dan eksteriornya.
2.1.1. Organisasi Ruang
Penataan ruang dalam suatu wilayah atau dalam suatu bangunan sendiri memilki
beberapa metode organisasi, diantaranya :
a. Organisasi Linier
Suatu urutan dalam satu garis dan ruang-ruang yang berulang. Linier artinya
garis lurus yang menata ruang berjejr mengikuti arah garis tersebut. Pada
organisasi ruang linier, ruang atau masa selalu mengacu pada garis linier yang
menjadi patokannya.
Dalam organisasi linier yang biasanya menjadi patokan adalah jalan lurus
yang membagi dan menata ruang. Contoh organisasi linier adalah pola
bangunan yang ada di inggir sebuah jalan lurus yang memilki pola masa linier.
b. Organisasi Axial
Organisasi ruang yang berbentuk berdasrkan garis axial tertentu yang
menghubungkan antara ruang dan membuat sebuah pola. Pola axial berasal
dari garis axial atau sumbuh tertentu yang membentuk pola ruangan.
Contoh organisasi axial adalah pola permukiman di sebuah desa, dimana
rumah-rumah penduduk akan terbangun di sepanjang tepi jalan, sementara
area yang dilalui oleh jalan biasanya merupakan sawah atau tegalan.
c. Organisasi Grid
Organisasi ruang-ruang dalam daerah struktural grid atau struktur tiga
dimensi. Grid dapat di tentukan oleh beberapa faktor, seperti letak massa atau
ruang, posisi struktur, posisi jalan dan sebagainya.
Contoh organisasi grid misalnya dalam sebuah bangunan hotel, maka pola
ruangan sitentukan oleh grid struktur yang berupa jarak antar kolom struktur.
Penggunaan grid struktur dalam bangunan memudahkan kontraktor
meletakkan kolom dalam kenyataannya.
d. Organisasi Terpusat (Central)
Sebuah ruang dominan terpusat dengan pengelompokan sejumlah ruang
sekunder. Ruang pusat biasanya merupakan ruang dengan hierarki yang tinggi
dan sering dianggap penting atau utama. Organisasi terpusat bisa dengan
bentuk persegi atau radial.
Contoh organisasi terpusat misalnya pada desain sekolah, dimana terdapat
banyak gedung-gedung kelas yang semuanya menghadap ke bagian tengah
yang berupa lapangan upacara. Posisi tengah tidak harus merupakan
bangunan, bisa saja ruang terbuka yang memiliki nilai penting yang bisa
mengikat semua masa di skitarnya.
e. Organisasi Radial
Sebuah ruang pusat yang menjadi acuan organisasi ruang-ruang linier yang
berkembang menurut arah jari-jari. Organisasi radial memilki kemiripan
dengan sistem organisasi central, hanya saja perletakannya adalah lingkaran.
Contoh sederhana organisasi radial bisa di lihat pada beberapa stadion sepak
bola yang menggunakan tribun melingkar. Pada tribun ini, letak semua
pandanga adalah ketengah, berorientasi pada lapangan yang dianggap bernilai.
f. Organisasi Cluster
Kelompok ruangan berdasrkan kedekatan hubungan atau bersama-sama
memanfaatkan satu ciri atau hubungan visual. Organisasi cluster disebut juga
organisasi kelompok ruang homogen yang artinya memanfaatkan cic fisik
yang sama misalnya bentuk, ukuran atau fungsi.
Contoh oragnisasi cluster adalah pada desain kompleks perumahan dimana
rumah-rumah dengan tipe dan ukuran yang sama dikelompokkan dalam satu
cluster dan dipisahkan dengan rumah lain yang berbeda type dan ukurannya.

2.1.2. Korelasi/Hubungan Ruang

Suatu bangunan yang memiliki ruang, apabila ditempati atau di huni aka akan terjadi
sesuatu hubungan timbal balik antara ruang dengan penghuni tersebut. Dalam konteks ini tidak
hanya manusia saja yang disebut peghuni ruang, tetapi juga mahluk hidup lainya yang
menempati ruang tersebut. Karena selain rumah manusia juga ada rumah anjing, kandang saoi,
kandang ayam, sampai rumah semut.

2.2. Jenis-jenis Ruang


2.2.1. Ruang Luar
2.2.1.1. Definisi dan Batasan Ruang Luar
Imanuel Kant, berpendapat bahwa ruang bukanlah sesuatu yang obyektif
atau nyata, tetapi merupakan sesuatu yang subyektif sebagai hasil pikiran dan
perasaan manusia. Sedangkan Plato berpendapat bahwa ruang adalah suatu
kerangka atau wadah dimana obyek dan kejadian tertentu berada (Hakim, 1987).
Pengertian ruang berkaitan dengan disiplin ilmu.
Yoshinobu Ashihara (1974) dalam buku Dyan Surya Merancang Ruang
Luar (terjemahan) menyatakan ruang luar ialah ruang yang terjadi dengan
membatasi alam. Ruang luar dipisahkan dari alam dengan memberi frame, atau
batasan tertentu, bukanlah alam itu sendiri yang meluas sampai tak terhingga.
Ruang luar juga berarti sebagai lingkungan luar buatan manusia dengan maksud
tertentu. Pada ruang luar elemen atap dianggap tidak ada, karena mempunyai
batas yang tak terhingga, maka perencanaan dan perancangan ruang luar biasa
disebut dengan arsitektur tanpa atap
Prabawasari dan Suparman dalam bukunya “Tata Ruang Luar 1”
menyatakan ruang luar adalah:
 Ruang yang terjadi dengan membatasi alam hanya pada bidang alas dan
dindingnya, sedangkan atapnya dapat dikatakan tidak terbatas.
 Sebagai lingkungan luar buatan manusia, yang mempunyai arti dan
maksud tertentu dan sebagai bagian dari alam.
 Arsitektur tanpa atap, tetapi dibatasi oleh dua bidang: lantai dan
dinding atau ruang yang terjadi dengan menggunakan dua elemen pembatas. Hal
ini menyebabkan bahwa lantai dan dinding menjadi elemen penting di dalam
merencanakan ruang luar

Gambar 3.1 Ruang yang di batasi oleh elemen alam


3.1.1.1 Elemen Pembatas Ruang Luar

Elemen pembatas ruang luar adalah batasan area site dengan area luar
site. Pembatas dapat beruapa ruang hidup atau ruang mati. Ruang hidup adalah
ruang yang terstruktur dan mempunyai fungsi serta hubungan yang jelas dengan
ruang di sekitarnya. Sedangkan ruang mati adalah ruang yang tercipta tanpa di
rencanakan.

Gambar 3.2 Elemen Pembatas Ruang Luar

3.1.1.2 Elemen Pengisi Ruang Luar

Gambar 3.3 Ruang yang dibatasi oleh elemen bangunan dan taman buatan manusia
3.1.2 Ruang Dalam

3.1.2.1 Definisi dan Batasan Ruang Dalam

Ruang dalam merupakan wadah yang digunakan manusia untuk beraktivitas. Ruang
dalam terbentuk dari pembatas-pembatas yang ada di dalam bangunan. Terbentuknya ruang
dalam melalui elemen-elemen pembatasnya, sedangkan ruang-ruang pergerakan atau sirkulasi
dalam ruang dalam terbentuk melalui elemen pengisinya. Dalam mencapai kualitas ruang
dalam yang baik, diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang terbentuk melalui pembatas,
pengisi, dan pelengkap ruang yang mencakup ukuran ruang, bentuk ruang, kualitas lingkungan
ruang, dan isi ruang.

3.1.2.2 Elemen Pembatas Ruang Dalam

Elemen pembatas ruang dalam merupakan semua elemen yang dapat membentuk
pelingkup ruang. Pembatas utama ruang dalam meliputi: struktur, dinding pembatas, sudut-
sudut dinding, pintu, jendela, atap, plafond, partisi, dan permukaan lantai. Elemen pembatas
ruang mempunyai dua fungsi, fungsi utamanya, yaitu:

• Pencegahan penetrasi polusi udara, suara, cahaya, penghawaan, dan debu


• Seleksi transmisi faktor lingkungan (cahaya, pemandangan, suara)
• Mendefinisikan wilayah
• Keamanan (kebakaran, binatang buas, bahaya alam, manusia, dan mesin)
Fungsi ke dua dari elemen pembatas0 ruang, yaitu:

• Pendukung struktur bangunan


• Tempat memasang elemen pelengkap
• Tempat meletakkan elemen pengisi

Karakter penentu bentuk elemen pembatas ruang meliputi: pengaliran udara, biaya,
umur pemakaian, ketahanan terhadap api, fleksibilitas, tingkat kesulitan perawatan, kualitas
optis, tingkat penetrasi manusia, kemampuan membawa elemen pelengkap, bentuk, kualitas
suara, kekuatan konstruksi, kualitas permukaan, konduktivitas termal, ketahanan terhadap air,
berat massa material. Secara visual (Ching, Francis D.K. Architecture: Form, Space and Order.
Van Nostrand Reinhold Co. 1979) ruang dimulai dari titik kemudian dari titik tersebut
membentuk garis dan dari garis membentuk bidang. Dari bidang ini kemudian dikembangkan
menjadi bentuk ruang. Dengan demikian pengertian ruang di sini mengandung suatu dimensi
yaitu panjang, lebar dan tinggi.
3.1.2.3 Elemen Pengisi Ruang Dalam

Elemen pengisi ruang dalam dapat berupa perabot-perabot, peralatan atau mesin, dan
tanaman. Elemen pengisi ruang dalam menunjang aktivitas yang diwadahi dalam ruang. Untuk
menentukan jenis elemen pengisi ruang dalam dipengaruhi oleh beberapa karakter. Karakter
penentu elemen pengisi ruang dalam antara lain:

• Karakter pengguna
• Karakter aktivitas
• Karakter elemen pelingkup ruang

2.3. Contoh Visual

1. Tangible Metaphors ( Metafora Nyata)


Metafora yang berangkat dari hal-hal yang visual serta spesifikasi atau karakter tertentu
dari suatu benda seperti rumah sebagai puri. Rancangan yang menggunakan metafora ini
adalah Stasiun TGV karya Calatrava yang menerjemahkan bentuk burung terbang kedalam
bangunan.

Gambar 3.11 Stasiun TGV karya Calatrava


Sumber : http://abarchitects.blogspot.co.id/2013/10/metafora-dalam-arsitektur.html
2. Combined Metaphors
Merupakan gabungan Intangible Metaphors dan Tangible Metaphors dengan
membandingkan objek visual dengan yang lain mempunyai persamaan nilai atau konsep,
dimana bentuk visualnya dapat dipakai sebagai acuan kreatifitas perancangnya. Keberhasilan
penerapan Metafora pada Arsitektur dinilai dari tingkat kesamaran dalam menggali sumber
inspirasi suatu bangunan, semakin tersamar, dan menimbulkan perseppsi yang lain maka
semakin berhasil metaforanya.
Rancangan arsitektur yang menggunakan metafora ini adalah EX Plaza Indonesia karya
Budiman Hendropurnomo yang menjadikan gaya kinetik pada sebuah mobil sebagai
konsepnya, yang diterjemahkan menjadi gubahan masa lima kotak yang miring sebagai
ekspresi gaya kinetik mobil, kolom-kolom penyangganya sebagai ban mobil.

Gambar 3.12 Ex Plaza Indonesia


Sumber : http://abarchitects.blogspot.co.id/2013/10/metafora-dalam-
arsitektur.html

3. Metafora Gender dalam Arsitektur

Arsitektur dapat menjadi suatu media komunikasi massal, pesan-pesan yang disampaikan
ini juga banyak menyampaikan masalah sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu
masalah sosial yang diangkat dalam arsitektur yaitu gender. Selain makhluk hidup biasa,
arsitektur juga terbagi atas dua gender, yaitu gender pria dan wanita .

a. Gender Pria
Gender ini diwakili oleh bangunan berbentuk kotak-kotak, yang memiliki kesan
solid, kuat, dan kaku.Rancangan House X (Peter Eisenman) Mewakili Gender Pria.
Gambar 3.13 House X (Peter Eisenman)
Sumber : http://abarchitects.blogspot.co.id/2013/10/metafora-dalam-
arsitektur.html
b. Gender Wanita
Gender ini diwakili oleh bangunan berbentuk kurva atau lengkung, yang memiliki
kesan dinamis, indah, dan eksotis. Bangunan Court For Madrid (Zaha Hadid) mewakili Gender
Wanita.

Gambar 3.14 Court For Madrid (Zaha Hadid)


Sumber : http://abarchitects.blogspot.co.id/2013/10/metafora-dalam-
arsitektur.html
© Courtesy of Santiago Calatrava

Gambar 3.15 Konsep Desain Metafora (Santiago Calatrava)


Sumber : http://www.thegroundmag.com/santiago-calatrava-an-interview-with/

© Courtesy of Santiago Calatrava

Gambar 3.16 Konsep Desain Metafora (Santiago Calatrava)


Sumber : http://www.thegroundmag.com/santiago-calatrava-an-interview-with
2.4. Lingkungan Binaan

Lingkungan Binaan atau Lingkungan Terbangun adalah suatu lingkungan yang ditandai
domisili struktur buatan manusia. Sistem lingkungan binaan bergantung pada asupan energi,
sumberdaya, dan rekayasa manusia untuk dapat bertahan.
Dalam perencanaan kota, istila ini memberikan kesimpulan bahwa sebagai besar
lingkungan yang dipakai manusia adalah lingkungan buatan, dan lingkungan buatan ini harus
diatur agar dapat mempertahankan hidup manusia dengan baik.
Lingkungan-binaan (“built-environment”)1 adalah sebutan/istilah untuk kondisi suatu
area atau daerah yang telah ada sekelompok manusia yang tinggal dengan membangun tempat
tinggal berupa sosok bangunan/gedung dan infrastruktur pelengkapnya, sekalipun sederhana.
Sementara pemahaman mengenai desain (“design”), terkait erat dengan faktor perencanaan
(“planning”) sebagai tahap yang mendahuluinya dalam satu kesatuan proses pengembangan
(“development”). Oleh karena itu, pengertian desain lingkungan-binaan meliputi berbagai sektor
pembangunan yang didominasi pada perkara rancang-bangun pada aspek fisik-spasial,
walaupun eksistensi ragam artefak fisik itu tetap akan dipengaruhi oleh adanya kebijaksanaan,
kesepakatan publik (“consensus”), perilaku dan kebiasaan hidup manusianya.
Secara umum lingkungan binaan tersebut mewujud fisik berupa sebidang tapak rumah,
atau sekumpulan tapak rumah, area pedesaan, dan area perkotaan; yang secara
spasial/keruangan dapat berupa ruang-terbuka (“open-space”) dan ruang tertutup
bangunan/gedung (“built-up area / building coverage”). Ruang Terbuka secara desainatif
(“designative”)2 merupakan rekayasa perpaduan antara faktor natural dan faktor buatan-
manusia, dapat berupa ruang jalan dengan ragam bentuk persimpangannya, sungai, kolam,
telaga, pertamanan, halaman-rumah/gedung, lapangan, alun-alun, dsb. Sementara Ruang
Tertutup merupakan sosok rekayasa teknologis, dapat berupa sosok Rumah-rumah dengan
keragaman tipe masing-masing, dan Gedung-gedung dengan keragaman
tampilan dan fungsi masing-masing.
Apabila ditengok ke belakang pada jaman pra kemerdekaan, di kepulauan Nusantara ini
telah ada fakta desain lingkungan-binaan, yang mulai ditata sekitar tahun 1293 Masehi, yaitu
saat Baginda “Sri Kertaradjasa Djajawardhana” (Raden Widjaja) pendiri Kerajaan Majapahit
membuka hutan Terik, tepatnya di area situs kota Trowulan saat ini.3 Desain lingkungan
tersebut tampil dalam sejumlah obyek, yaitu : Kanal, Waduk, Kolam, Sumur, Candi, dan
Gapura.
2.5. Contoh Visual Lingkungan Binaan

Dari contoh fakta pertama ini dapat disimak, bahwa inilah sesungguhnya penerapan
prinsip dasar Desain Lingkungan-binaan yang patuh/disiplin dalam mengamalkan
keseimbangan antara potensi alami/natural (tanah, air dan vegetasi), potensi manusia dan
aktivitasnya dalam bingkai pola berkebudayaan, serta potensi kreasi buatan manusia (rumah dan
infrastrukturnya). Eksistensi teknologi yang saat ini semakin berkembang, telah tidak
menggoyahkan kultur kehidupannya dalam menata dan mendesain lingkungan-binaannya.
Kampung Naga, menjadi sebuah artefak fisik dan sosial-budaya yang “fenomenal” sepanjang
waktu, yang akan selalu mengingatkan kepada semua manusia penghuni jagad-raya ini, atas
perlunya keseimbangan tiga perkara aspek desain lingkungan-binaan. Kelestarian lingkungan-
binaan tersebut membutuhkan keteguhan sikap manusianya atas kemajuan cara berpikir dan
bertindak, yang tidak cepat tergiur dengan tawaran kenikmatan ragawi. Upaya memelihara
lingkungan-binaannya ternyata dikendalikan oleh pola pikir, bahwa manusia merupakan bagian
kecil yang harus cerdas berkesinambungan dengan alam sekitarnya.
b. Fakta kedua dari contoh yang telah dianggap berhasil mendayagunakan dan memelihara
penataannya dengan prinsip dasar desain lingkungan-binaan. Serupa dengan fakta pertama, ada
perkara yang harus dipegang teguh, yaitu sikap budaya masyarakatnya yang tetap menjunjung
tinggi nilai-nilai kultural, tidak mudah tergiur dengan produk kemajuan teknologi. Pemanfaatan
potensi sumber daya alam diperlakukan dengan sangat arif bijaksana, sesuai dengan kebutuhan
dasar kehidupan masyarakatnya. Perbedaan antara kedua contoh faktual tersebut adalah, secara
fisik, desain lingkungan-binaan fakta pertama ditata dengan kombinasi pola organik dan
geometrik; sedangkan fakta kedua diatur dengan kejelasan pola geometrik yang disesuaikan
dengan potensi geografis alamnya. Fenomena faktual tersebut, tentu masih banyak tersebar di
kepulauan Nusantara ini, yang sejak sekitar abad XV tetap lestari sampai saat ini di awal abad
XXI dalam memelihara keseimbangan ketiga aspek sebagai prinsip dasar desain lingkungan-
binaan. Ciri yang sangat mendasar dari kelestarian ini adalah bahwa masyarakat yang
menempatinya “diikat” dalam pola budaya yang “homogen”, bila ditinjau dari faktor etnisitas,
pandangan-hidup, spiritualitas atau agamanya.
BAB III

PENUTUP

Dalam penutup dari makalah yang ringkas ini, kami selaku penulis hanya dapat
melampirkan kesimpulan dan saran-saran sebagai pelengkap dari isi makalah kami ini.

 Kesimpulan
Namun dalam konteks manusia dan arsitektur manusialah yang memilki paling banyak
macam korelasi dengan ruangan karena memilki cipta rasa dan karsa. Hubungan
tersebut di bagi menjadi hubungan fisik maupun non fisik ruang.

Dalam hal ini arsitek memilki peran untuk menjebatangani antara ruang dengan
penguninya agar terjadi hubungan timbal balik yang harmonis.

Untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh pada desain lingkungan-binaan


terhadap desain arsitektural, dapat di dekati melalui aspek spasial dan fungsional yang
secara aktual eksis serta memiliki potensi baik untuk di kembangkan.

 Saran-saran

Adapun saran-saran yang akan kami sampaikan selaku penulis antara lain :

a. Dalam pembuatan sebuah makalah, sebaiknya dipersentasekan agar kami selaku


mahasiswa sekaligus penulis makalah mampu memahami lebih dalam tentang isi
dari makalah tersebut dan dibimbing langsung oleh dosen yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/tata_ruang_luar_1/bab2konsep_dasar_ru
ang_luar.pdf

https://www.arsitur.com/2017/11/pengertian-dan-organisasi-ruang-dalam.html?m=1

http://abarchitects.blogspot.co.id/2013/10/metafora-dalam-arsitektur.html

http://www.thegroundmag.com/santiago-calatrava-an-interview-with/
http://www.maphill.com/http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest
det.php?id=29&lang=id

https://aristastar21.wordpress.com/makalah-kebudayaan-masyarakat-kampung-naga-2/
http://travel.kompas.com/read/2013/09/18/0812396/Mengunjungi.dan.Mempelajari.Buda
ya.Kampung.Naga.

http://www.maphill.com/
http://disbudpar.banglikab.go.id/index.php/baca-artikel/156/www.disbud.baliprov.go.id
http://majalahasri.com/

MAKALAH RUANG DALAM ARSITEKTUR 76 | Page

Anda mungkin juga menyukai