Ilustrator
Tim Redaksi
Desain Cover
Penerbit & Percetakan
buku ini. Terakhir kepada semua pihak yang secara langsung atau tidak telah
membantu lahirnya buku ini, penulis sampaikan beribu terima kasih.
Surakarta, 20-08-2010
Penulis.
DAFTAR ISI
Halaman Judul
i
Kata Pengantar
2
Daftar
Isi
3
Tinjauan mata
kuliah
32
KOMPETENSI DASAR
Mengindentifikasi proses
apresiasi dan proses
penciptaan
INDIKATOR
Mengenali proses apresiasi sebagai proses
penghayatan dan apresiasi sekaligus proses
penciptaan
B. Deskripsi Singkat
Bab ini menguraikan bagaimana suatu proses psikologis berlangsung dalam diri
seseorang pada saat menghadapi suatu objek artistik, yang disebut dengan proses
penghayatan. Proses yang sama berlangsung ketika seseorang sedang melakukan
proses kreatif penciptaan, atau disebut aktifitas perancangan, karena dalam kedua
proses psikologis tersebut individu yang terlibat sedang bertindak secara kreatif,
baik pada saat ia mengapresiasi maupun sedang berkreasi. Selanjutnya pembaca
diajak untuk mengenali bagaimana sebuah komposisi hadir pada sebuah
permukaan yang dibatasi oleh bidang gambar dan bingkai gambar, sebagai
sebuah hasil rancangan nirmana datar atau dua dimensi. Dengan memahami bab
ini, pembaca akan mengenali sekaligus memahami, bagaimana sebuah rancangan
hadir sebagai kesatuan yang utuh dan tak dapat dilepaskan kaitannya dengan
bidang dan bingkai yang melingkupinya.
C. Materi
1. A. Pendahuluan
Dalam setiap produk perancangan, selalu tak bisa ditinggalkan apa yang disebut
sebagai kaidah perancangan. Kaidah perancangan atau dikenal dengan prinsipprinsip perancangan, merupakan semacam bentuk tata aturan, bagaimana suatu
proses perancangan bisa diselesaikan. Dalam proses rancang rupa khususnya, apa
yang disebut dengan prinsip perancangan, atau lebih sering disebut dengan prinsip
desain, adalah suatu sistem organisasi dari elemen-elemen (unsur-unsur) dasar
perancangan. Karena pada dasarnya, merancang adalah mengorganisasikan unsurunsur rancangan, sehingga membentuk suatu kesatuan yang utuh dan total.
Dengan memahami dan menghayati kaidah perancangan atau prinsip desain,
seorang perancang akan leluasa dalam menghasilkan produk rancangnya.
Pada dasarnya, setiap orang adalah perancang. Nyaris semua aktifitas yang
dilakukan oleh manusia, setiap hari, tidak bisa lepas dari aktifitas perancangan.
Pada saat seseorang mereka-reka busana yang hendak dikenakannya hari itu;
ketika seseorang merangkai sejumlah kata dalam menyusun kalimat; atau sewaktu
seseorang memilah-milah sayuran, dan kemudian memilih beberapa di antaranya
sebelum ia memasaknya, pada saat itulah seseorang sedang terlibat dengan
aktifitas merancang.
Merancang adalah menyusun sejumlah unsur sehingga menjadi satu kesatuan.
Sebagai satu kesatuan, unsur-unsur itu kemudian telah membentuk satu entitas
baru, dalam suatu kombinasi yang utuh. Sebagai satu entitas, sebuah rancangan
belum merupakan hasil akhir dari suatu proses. Karena merancang barulah
merupakan langkah awal dari satu rangkaian panjang proses produksi, sebelum
sebuah produk dihasilkan. Sebagaimana kata kerja mendesain, maka kata
merancang mengandung pengertian menyusun gagasan perupaan ke dalam wujud
real, apakah itu di atas bidang datar (dua dimensional) maupun ke dalam
wujudnya yang kongkrit (tiga dimensional).
Lebih dari itu, merancang adalah menyelesaikan suatu masalah yang dilaksanakan
secara kreatif. Ada slogan yang menyatakan: design is how to solve the problem
creativly. sedangkan kreatif adalah how to make a design in simplycity and
artisticly, but usefull and efectivly. Dengan kata lain, dalam sebuah rancangan
atau desain selain memenuhi kaidah keindahan, haruslah sederhana namun
sekaligus juga berdaya guna secara efektif.
Dalam implementasinya, merancang merupakan kerja praktis. Dalam ranah
perancangan perupaan, kerja praktis itu melibatkan sejumlah asas perupaan
berupa tema rancangan; konsep rancangan; unsur perancangan serta kaidah
perancangan.
B. ANTARA PROSES APRESIASI dan PROSES KREASI
Senses = S
Persepsi (P)= Objek (O) + Senses (S) >< (Intelegensia (I) + Expderience (E)
Objek=O
Senses = S
Experience= E
+
Intelegence= I
P
Senses= S
Gb. 1.
Persepsi, atau kesadaran kita terhadap sekeliling, lebih sering didasarkan pada
informasi yang datang melalui indera dan selama ini dianggap sebagai bagian
alamiah dari keberadaan kita. Asumsi ini diakibatkan oleh adanya anggapan
bahwa setiap orang melihat secara sama, dan dunia kita pahami sebagaimana kita
melihat, mendengar, menyentuh serta membaui semuanya secara sama. Padahal
tidaklah demikian. Pada kenyataannya, percobaan penelitian menunjukkan, bahwa
sensasi hanyalah satu bagian saja dari persepsi, dan sensasi yang kita terima tidak
memiliki makna apapun sampai kita dapat mengatur dan menyusunnya menjadi
suatu konstruksi yang saling berkait (keheren) dan kita sebut sebagai persepsi .
Sebagaimana dipaparkan oleh Nathan Knobler (1966, 17), seperti ditunjukkan
dalam diagram di atas, bahwa persepsi (P) seseorang terhadap sesuatu objek (O),
terbentuk berdasarkan informasi yang masuk melalui indera/sense (S) kita dan
dpengaruhi oleh interaksi antara pengalaman (E) dan intelengensi (I) kita.
Demikianlah mengapa persepsi seseorang terhadap objek berbeda dengan persepsi
orang lain, karena intelengensi dan pengalaman setiap individu saling berbeda
pula. Sebagai contoh terkait dengan aspek pengalaman misalnya, mencakup baik
pengalaman psikologis, pengalaman sosial, pengalaman budaya, pengalaman
artistik, dan sebagainya. Begitu pula dengan aspek integensi seseorang. Oleh
sebab itu dapat dipahami, manakala dua orang menatap pada objek suatu peristiwa
yang sama, interpretasi terhadap suatu peristiwa itu tentu akan berlainan satu
sama lain.
Apa yang terjadi pada proses di atas, dapat dikatakan sebagai proses apresiasi.
Ketika seseorang menatap sebuah objek estetik, maka informasi yang diserapnya
adalah informasi estetik. Sehinga tanggapan yang terbentuk merupakan persepsi
estetik. Namun karena pada waktu mengkonstruksi informasi-informasi estetik
tersebut secara simultan juga berlangsung proses interpretasi, maka akumulasi
tanggapan yang membentuk persepsi sesungguhnya sudah merupakan persepsi
artistik. Bahasan penting lain dari diskusi di atas adalah peranan interpretasi
yang berlansung dalam proses penghayatan, pada sisi lain dapat dikatakan
sebagai proses kreatif seseorang, manakala ia melangsungkan pengamatan
terhadap suatu objek (artistik). Dikatakan sebagai proses kreatif karena
interpretasi merupakan otonomi penghayat dalam mengkonstruksi informasi
sehingga membentuk persepsi. Itulah sebabnya maka apa yang disebut sebagai
proses apresiasi diatas, juga merupakan proses kreasi.
Rangkuman:
Persepsi seseorang terbentuk berdasarkan informasi yang ditangkap oleh
indera, selanjutnya berinteraksi dengan pengalaman dan intelegensi yang
bersangkutan. Bila disederhanakan formulasinya: P= O + S (E +I).
Ketika seorang penghayat menatap objek estetik, maka akan membentuk
persepsi artistik.
Selama proses penghayatan berlangsung, di samping terjadi proses
apresiasi, seorang penghayat sesungguhnya sedang terlibat pula dengan proses
kreasi, yaitu ketika ia mengkonstruksi informasi estetik menjadi persepsi artistik.
D. Daftar Bacaan Tambahan
Suzanne K. Langer, Problematika Seni, terjemahan FX. Widaryanto, Sunan
Ambu,
STSI Bandung, 2006.
Mudji Sutrisno, Oase Estetis, Estetika dalam Kata dan Sketsa, Yogyakarta,
Kanisius,
2006.
E. Pertanyaan Kunci
1. Bagaimana proses persepsi terbentuk?
2. Jelaskan bagaimana proses apresiasi dan proses kreasi berlangsung?
F. Soal
1. Gambarkan dan uraiakan dengan jelas diagram proses apresiasi berdasar
skema Nathan Knobler.
2. Mengapa proses apresiasi dikatakan juga sebagai proses kreasi?
3. Bagaimana Anda menjelaskan persepsi seseorang terbentuk?
4. Mengapa persepsi setiap individu berbeda satu sama lain?
5. Bagaimana Anda menjelaskan konsep pengalaman dalam kaitannya
dengan proses apresiasi?
G. Tugas
1. Buat daftar kertas berdasarkan gramaturnya.
2. Buatlahskema daftar ukuran kertas gaya Amerika mupun Eropa.
3. Buatlah daftar nama jenis kertas yang ada di pasaran berikut contoh barang
(ukuran contoh barang 5 X 12 cm. Ditempel di atas kertas manila ukuran
A-4 berat > 120 gr.
BAB II
KOMPISISI BIDANG DATAR
A. Kompetensi Dasar dan Indikator
Mengidentifikasi
kaidah komposisi
bidang datar serta
unsur-unsur
perancangan.
B. Deskripsi Singkat
Dalam setiap bidang selalu terdapat batas terluar yang mengelilingi bidang
gambar tersebut. Batas bidang itu disebut sebagai bingkai gambar atau picture
frame. Nyaris semua unsur rupa serta semua pekerjaan perancangan dipengaruhi
oleh keberadaan bingkai gambar. Karena semua persoalan perancangan dalam
mengorgansisasikan unsur-unsur perupaan hanya dikerjakan di dalam bingkai
gambar tersebut. Terdapat beragam variasi bentuk bingkai gambar yang
dimanfaatkan oleh desainer atau seniman. Misalnya persegi, segitiga, lingkaran
maupun bentuk raut lainnya seperti oval digunakan
Gb. No. 3
sebagai bentuk bingkai. Namun yang paling popiuler dan sering digunakan
adalah bentuk bingkai persegi.
Sebagian perancang memilih proporsi atau skala luar pekerjaan mereka
didasarkan pada rasio geometrik, dengan perbandingan dua banding tiga, atau tiga
banding lima daripada kedalam hubungan yang sama. Dalam pelaksanaannya,
perancangan akan menyesuaikan keselarasannya dengan bentuk bingkai ini.
1. C.
UNSUR PERANCANGAN
Unsur konsep.
Unsur rupa.
Unsur pertalian.
1. D. UNSUR KONSEP.
Merupakan aspek pengertian atau pemahaman yang nirkasatmata. Ia hanya terasa
ada bila kita memikirkannya. Misal keberadan sebuah titik pada raut (surface),
sepotong garis batas bidang (shape), atau sebentuk bidang pembentuk gempal
(form). Atau sebuah gempal yang menempati ruang (space). Sebaliknya adanya
fakta kongkrit titik, dsb. Berarti bukan konsep!
1. 1. Titik;
Sebuah titik menandai sebuah tempat, tak berpanjang-lebar, tak berlokasi,
merupakan ujung dan pangkal sepotong garis, dan merupakan perpotongan dua
garis atau lebih (gambar 4). Pembahasan yang terkait dengan permasalahan titik
tidak begitu mendalam dibanding pembahasan unsur visual lainnya. Bisa jadi
karena titik tidak begitu berperan signifikan dalam suatu komposisi perupaan.
Perpotongan garis = titik
Pertemuan garis= titik
Ujung sebuah garis= titik
Gb. 5. Komposisi simetris dipandu oleh garis sumbu di tengah bidang abstrak
yang kita bayangkan.
Gb. 9a
Gb. 9b
Garis sebagai arah dan tekanan. Dalam setiap rancangan, garis sering
dimanfaatkan sebagai komponen penting yang memandu mata pengamat
untuk menciptakan penekanan. Dengan cara yang sama, mata pengamat
juga dibimbing untuk menemukan keseluruhan isi sebuah komposisi
setelah mengikuti arah garis-garis yang membentuk citraan tertentu.
Dalam cara inilah seorang perancangan membentuk suatu kesatuan
rancangan, sebagai akibat dari keselarasan dan kesetimbangan yang
tersusun menyatu melalui rangkaian komposisi garis.
Kualitas garis; bagian penting dari pembahasan ini adalah kualitas garis.
Karena pada kenyataannya, terdapat beragam perbedaan kualitas garis,
sesuai dengan ungkapan dan citra yang dihasilkannya. Garis dapat hadir
kurus atau gemuk, bergelombang atau patah-patah, bisa berlekuk lembut
atau bergerigi. Masing-masing karakter kualitas garis ini akan membentuk
kesan berdasarkan respon emosional pengamat. Secara umum, garis-garis
horisontal cenderung mengisyaratkan adanya ketenangan, stabilitas, dan
kedamaian. Sementara garis vertikal mengesankan penentangan terhadap
grafitasi. Garis-garis diagonal cenderung menghadirkan kesan dinamis dan
energik. Suatu komposisi yang disusun berdasarkan garis-garis diagonal
saling berlawanan menampakkan dinamika yang sangat kuat. Garis terasa
lembut, bila citraannya membentuk lengkungan tidak bersudut sehingga
dianggap mewakili bentuk-bentuk yang membulat.
Gempal;
Bila sebuah bidang bergerak menjauhi dirinya, ia membentuk sebuah gempal yang
menempati sebuah ruang tertentu dan berbatas bidang yang melingkupinya. Pada
rancang dwimatra, gempal bersifat maya (gambar 7). Artinya gambaran
dimensionalitas keruangan yang muncul sebenarnya merupakan kreatifitas
gb. 13f
UNSUR RUPA.
Jika unsur yang berupa konsep ditorehkan kedalam wujudnya yang kasatmata, ia
memiliki raut, ukuran, warna, dan barik (texture).
1. Raut; segala bidang yang kasatmata/dapat dilihat memiliki raut.
1. Ukuran; semua raut memiliki ukuran. Dimensi ukuran bisa bersifat nisbi,
dan sebaliknya bisa diukur secara pasti.
Istilah Hue (rona) mengacu pada nama-nama dari warna primer seperti
merah, kuning dan biru. Hue primer, secara teori merupakan dasar dari
warna-warna campuran, seperti oranye, hijau dan ungu. Agaknya, warna
primer bukanlah hasil dari suatu campuran, tetapi dalam prakteknya, rona
yang kuat dihasilkan dari pencampuran.
Istilah value (nilai) mengacu pada kecerahan atau kegelapan dari suatu
warna. Pada saat warna putih ditambahkan, warna akan semakin tinggi
value-nya sampai putih murni dicapai. Sebaliknya, bila hitam
ditambahkan, atau warna yang memberikan efek gelap, value menjadi
lebih rendah hingga hitam dicapai. Hingga Anda mencapai putih murni
atau hitam murni, Anda menjadi kurang menyadari aspek kromatik atau
kualitas warna dan sebaliknya semakiin menyadari adanya kecerahan dan
kegelapan yang disebut sebagai value. Kuning dapat dikatakan tinggi
dalam value. Hal ini dapat dipakai untuk meningkatkan value dari warnawarna yang lebih gelap darinya.
Intensitas, mengacu pada tingkat kemurnian dari warna. Yakni diukur dari
tingkat ketiadaan warna campuran yang dapat dilihat. Sebagaimana
disebutkan di atas, jarang sekarang ini zat warna pada intensitasnya yang
penuh. Sebagai contoh, zat warna yang disebut alizarin, crimson dapat
dibuat ke dalam warna merah yang intensitasnya tinggi dengan jalan
menambahkan sejumlah warna kuning atau cadmium yellow. Biru
ultramarine merupakan pigmen yang sangat gelap dan menjadai rona biru
yang kuat hanya dengan menambahkan warna putih.
kuning
prim
prim
prim
Kuning-oranye (trs)
kuning-hijau (trs)
Oranye (skd)
hijau (skd)
Merah-oranye (trs)
biru-hijau (trs)
Merah
biru
Merah-ungu
biru-ungu (trs)
Ungu (skd)
Gambar no. 17.
Skema warna Brewster sebagaimana dikutip Arfial Arsad Hakim (1998):
1. UNSUR PERTALIAN.
Dalam sebuah rancangan melibatkan aspek penglihatan; ada arah, kedudukan dan
perasaan. Yaitu interaksi dengan penglihatan yang menumbuhkan rasa keruangan
dan gaya berat.
1. arah; arah sebuah raut dipengaruhi oleh pertaliannya dengan pelihat,
dengan bingkai yang mewadahinya, atau dengan raut lain yang berdekatan.
1. Dalam sebuah kerja perancangan dua dimensi, terdapat dua aspek penting
berkaitan dengan bidang permukaan, sebuatkan keduanya.
2. Dalam suatu proses perancangan, unsur-unsur apa saja yang terkait di
dalamnya?
F. Soal
1. Apa yang dimaksud dengan bidang gambar?
2. Jelaskan hubungan konsep ruang di atas bidang gambar dua dimensional.
3. Apa yang Anda pahami dengan bingkai gambar?
4. Bagaimana pertalian suatu objek dengan bingkai gambar?
5. Sejauhmana sebuah rancangan memiliki makna?
G. Tugas
Setiap tugas memiliki karakteristik tema soal yang spesifik, dan menuntut
kreatifitas penciptaan perancangan.
Pada akhir semester, Satukan seluruh tugas dalam bentuk portofolio dan
kumpulkan sesuai jadual ujian.
Pada sisi kanan bawah kertas, sediakan kotak/box identitas dengan kolom:
1. prodi kelas
2. no. tema tugas
3. nama
4. nim
5. tgl. Penugasan.
2.
3.
4.
5.
Ciptakan skema
lingkaran warna Brewster
(dlm struktur lingkaran).
Dalam formulasi 3 waran
primer, dan 21 warna
turunannya.
Hitam-putih.
Alat; pensil.
Kertas ukuran A3
Bidang gambar:
25X30 cm.
Hitam-putih.
Alat; tinta
Kertas ukuran A3
Bidang gambar:
25X30 cm.
Hitam-putih.
Alat; tinta
Kertas ukuran A3
Bidang
gambar:@ 10X10
cm.
Setiap karakter 2
bingkai.
Hitam-putih.
Alat; tinta
Kertas ukuran A3
skema 25 cm.
Warna penuh.
BAB
III
PRINSIP PERANCANGAN:
Pada bab ini pembaca diajak untuk mengenali gramatika, atau semacam
tata bahasa perupaan, yang lazim disebut dengan prinsip desain. Prinsip desain
atau prinsip perancangan merupakan asas yang memberikan tuntunan, cara
mengelola, dan mengorganisasikan beragam unsur desain hingga mencapai satu
keutuhan sebuah rancangan. Sebuah rancangan desain dikatakan telah memenuhi
prinsip perancangan apabila telah mencapai asas kesatuan (unity), asas
keselarasan (harmony), serta asas kesetimbangan (balance), dan proporsionalitas.
A. Kompetensi Dasar dan Indikator
Memahami prinsip
dasar pengorganisasian
unsur desain (prinsip
desain).
C. Materi
1. PRINSIP KESATUAN (UNITY)
Sebuah objek yang hadir di hadapan kita, pada dasarnya adalah kumpulan dari
berbagai unsur yang membentuk satu kesatuan. Sebagai satu kesatuan, unsurunsur pembentuk objek tersebut tidak dapat lagi dipandang satu per satu sebagai
KERAGAMAN
balance
kontras
proporsi
Dominan
pergerakan
Unsur rupa
Garis
Raut
Bidang
Gempal
Tekstur & warna
warna
perluasan
PRINSIP DESAIN
HARMONY
Perulangan
KERAGAMAN
balance
Irama
kontras
proporsi
Gradasi
perluasan
Dominan
pergerakan
unity
unity
gambar no.19,
skema prinsip organisasi unsur desain a la Ocvirk, dkk.
(1998)
adanya alternatif, adanya kesan progresif, serta adanya kesan mengalir. Pada
umumnya, para seniman dan desainer mengekploitasi kualitas kenyamanan dari
irama perulangan tanpa mendatangkan rasa bosan. Salah satu cara untuk
mendapatkan prinsip keselarasan ini dicapai dengan memanfaatkan gradasi.
Gb. 21 perulangan dan irama.
Irama progresif melibatkan repetisi dengan penambahan suatu perubahan yang
diulang secara konsisten. Melalui aspek ini penghayat diajak untuk membangun
suatu tujuan menuju titik kulminasi. Irama progresif bisa kita temukan cpntohnya
pada bangunan arsitektural dengan susunan tangga menuju puncak, yang berefek
dramatik.
Irama sebagai aliran berkesinambungan dikesankan oleh ombak di pantai.
Keteraturan yang terus berulang dari bidang-bidang kurva linier; tekanan dari
puncak ombak, dan jeda di antaranya; serta transisi yang lembut dari ombak ke
ombak berikutnya. Hubungan-hubungan yang diciptakan dengan perulangan
keserupaan semacam ini, mengilhami karya dengan suatu tingkat keselarasan.
Tekanan dan semacamnya, cenderung menahan perhatian kita perulangan dan
irama dapat menunjang suatu karya rancangan baik kegembiraan maupun
keselarasan tergantung pada bagaimana mereka dikelola. Irama yang lemahlembut misalnya pemandangan yang tenanng, mengesankan kedamaian,
sementara irama yang sangat aktif, sebagaimana pemandangan puting beliung,
atau kekacauan, mengesankan tindak kekerasan.
Tipe irama, sangat tergantung pada garis-garis vertkal atau horisontal, berhadapan
dengan garis-garis diagonal, teratur, atau bidang-bidang tak beraturan,
perpindahan lembut atau cepat di antara unit-unit optis ke mana mata diarahkan.
Sebagai aksentuasi, perulangan kadang diberi variasi dengan mempermainkan
jarak antar garis misalnya, atau yang disebut dengan interval. Dengan interval,
pengamat diajak untuk menikmati suatu bentuk perulangan yang tidak
menjemukan, yaitu dengan jalan mempermainkan ukuran, maupun jarak unsur.
gambar, atau pada garis bawah gambar, memberi kesan kedamaian atau
pemecahan, bahwa grafitasi bertindak aktif terhadap bola.
Kesetimbangan pada struktur, sebagian besar merupakan perkara berat dan
tekanan. Dalam seni rupa, kesetimbangan merupakan suatu kondisi optis, dan
berkaitan dengan peristilahan berat, tekanan, tegangan, serta stabilitas yang
dipinjam dari ilmu pasti dan teknis, pada makna perseptual.
Untuk memahami prinsip kesetimbangan dalam konteks bidang datar, bidang
gambar terutama, pertama-tama tarik garis imajiner yang membagi bidang gambar
menjadi dua sisi, yaitu belahan sisi kiri dan belahan sisi kanan. Karena wacana
kesetimbangan hanya berlangsung dalam konteks kesatuan yang melibatkan
belahan sisi-sisi suatu bidang atau objek.
Terdapat dua macam kesetimbangan utama, disamping beberapa jenis karakter
kesetimbangan dalam kaitannya dengan kaidah komposisi. Yakni kesetimbangan
simetris, dan kesetimbangan a-simetris. Kesetimbangan simetris merupakan satu
bentuk kesetimbangan yang paling sederhana serta merupakan tipe paling
menarik. Juga hanya membutuhkan persepsi minimum untuk dapat
memahaminya. Dalam kehidupan kita sehari-hari, kesetimbangan simetris dengan
mudah dapat kita temukan. Seperti keadaan tubuh kita sendiri, misalnya,
disamping beragam benda bentukan manusia yang menunjukkan kedua sisi objek
menunjukkan keadaan ibarat objek di depan cermin. Dalam konteks perancangan,
ksetimbangan merupakan persoalan mendasar dalam mengimplementasikan
prinsip pengorganisasian untuk mencapai kesatuan rancangan.
Pada gambar no. 22, terdapat tiga tipe mendasar skala kesetimbangan.
Pemahaman akan ilustrasi dimaksudkan sebagai persiapan bagi pengembangan
kreatif berikutnya, baik dalam hal perancangan bidang datar maupun tiga
dimensional. Pada dua baris ilustrasi pertama, kekuatannya pada kesetimbangan
antara sisi kanan dan kiri secara horisontal. Hal ini ditunjukkan adanya
karakteristik fisik garis yang sama atau ekuel. Contoh yang sama juga
memaparkan bahwa kesetimbanganantara garis, bidang dan value telah
dimodifikasi. Pada baris ketiga, kesetimbangan ditunjukkan tidak saja dalam
komposisi vertikal dan horisontal, akan tetapi juga kekuatannya didistribusikan
secara menyebar mengelilingi pusat. Komposisi ini disebut sebagai radail balance
atau komposisi radial.
Gb. No. 22. Prinsip kesetimbangan (repro: Ovirk, dkk. 1998: )
ditempatkan pada sisi kiri bingkai gambar, karya akan menunjukkan ketidakseimbangan dengan sisi kanan bingkai gambar. Dengan kata lain, kesetimbangan
bergantung dari cara perancang menempatkan susunan unsur-unsur desainnya di
dalam atau di luar kesetimbangan.
Pada umumnya, sejalan dengan gerak mata mengenlilingi permuykaan gambar,
akan berhenti sejenak pada bagian gambar yang penting. Maksud dari poin ini
menghadirkan kekuatan gerak dan arah yang saling mengim bangi disebut sebagai
moment of force. Dalam mencari kesetimbangan, perancang musti menyadari
bahwa beragam unsur menciptakan moments of force, dan pembedaan penempatan
mereka akan menghasilkan suatu kontrol tegangan.
1. 1. Kesetimbangan simetris.
Sebagaimana keadaan neraca, kesetimbangan simetris terjadi manakala sisi
sampingmenyamping dari neraca memiliki beban berat yang sama. Dalam
konteks bidang gambar dua dimensional, kondisi kesetimbangan simetris terjadi
apabila belahan bidang gambar kiri terisi oleh gambaran objek yang sama atau
identik dengan belahan bidang gambar kanan. Atau dengan kata lain,
kesetimbangan simetris menyajikan suatu porsi pada satu sisi yang diulang pada
sisi lainnya (gb. 22a).
Kesetimbangan simetris sering disebut juga sebagai kesetimbangan formal.
Dikatakan demikian karena dalam format kesetimbangan formal, rancangan
memberi kesan statis, dan mapan atau establis. Akibatnya komposisi sering terasa
monoton.
1. 2.
Kesetimbangan a simetris.
psuedo simetris pada umumnya justru dicapai dengan memanfaatan kontras pada
satu karakter unsur namun disandingkan dengan permainan skala unsur yang
berbeda, untuk mencapai kesetimbangan yang dinamis, tidak membosankan dan
sekaligus menarik (gb. 22c dan gb. Horizontal balance 22c).
1. PRINSIP SKALA/PROPORSI (PROPORTION).
Gb. 23a
Gb. 23b
gb. 23c
Gb.
23d
No.
6.
TEMA TUGAS
Ciptakan komposisi
simetris/formal balance bertumpu
pd bidang, ukuran dan warna.
manfaatkan juga tekstur, gradasi,
dsb. dasar putih.
KETENTUAN
Ukuran Kertas A3
KETERANGAN
7.
8.
10.
11.
Kertas ukuran A3
Warna penuh.
Kertas ukuran A3
Warna penuh.
Kertas ukuran A3
Warna penuh.
Kertas ukuran A3
12.
13.
Warna penuh.
Kertas ukuran A3
Warna penuh.
Kertas ukuran A3
Warna penuh.
BAB IV
KAIDAH KOMPOSISI
Dalam setiap perancangan, tentu tak bisa meninggalkan apa yang disebut sebagai
kaidah komposisi. Yaitu karakteristik rancangan dalam pertaliannya dengan
bidang gambar dan bingkai gambar. Karakteristik perancangan sangat dipengaruhi
oleh, bagaimana unsur-unsur rupa dikelola, disusun dan ditata, diorganisasikan di
atas bidang gambar yang tersedia, dan dibatasi oleh bingkai gambarnya.
Perencanaan perancangan sudah barang tentu selain mempertimbangan medan
perancangan, juga strategi manipulasi dalam menempatkan objek rancangan.
Bidang gambar tempat di mana rancangan dieksekusi, sering disebut juga sebagai
ruang. Ketika ruang kosong kemudian diisi oleh objek berupa unsur desain, maka
ruang yang ditempati objek unsur tersebut disebut sebagai ruang positif. Sedang
ruang di sekelilingnya yang masih kosong disebut sebagai ruang negatif.
Sesungguhnya penyebutan ini lebih bersifat kesepakatan saja, untuk memudahkan
pembahasan. Karena seringkali menjadi kabur, mana ruang positif dan mana
ruang negatif. Karena keduanya nyaris sama saja dalam segi kualitas. Perhatikan
gambar no. 26 berikut.
Gb. No. 26 , Johny and Jane (foto repro Ovirk, dkk. 1998: ).
Pada gambar secara kuat menyajikan dua citra dalam dua warna yang kontras.
Pada kenyataannya, optik kita sering tertarik untuk melihat dan terpaku terlebih
dulu pada warna yang lebih kuat memancarkan intensitasnya.
Baru kemudian
mata menjelajah untuk menemukan bentuk yang ditampilkkan dalam warna yang
lain. Dari pengamatan tampak, bila mata diarahkan ke tengah gambar, maka yang
tersaji adalah citra sebuah vas/pot. Berikutnya bila mata kita arahkan pada
pencitraan di luar objek vas/pot, maka akan terpampang dua wajah saling
berhadapan. Lalu mana yang harus kita sebut sebagai ruang positif? Citra vas/pot
putih? Atau citra wajah kembar?
Pada umumnya yang disebut sebagai ruang positif adalah ruang yang ditempati
oleh objek utama dari suatu rancangan. Karena dalam satu komposisi, suatu
rancangan di atas bidang gambar pada dasarnya dibentuk berdasarkan komponen
yang terdiri dari objek utama; lalu bagian depan objek yang disebut sebagai latar
depan (forground), kemudian latar belakang objek (backgroun).
DAFTAR PUSTAKA
Al Seckel, Incredible Visual Illusions, (terjemahan) Alexander Sindoro, Kharisma
Publishing
Group, Tangerang, 2008.
Bates, Kenneth F. Basic Design, Principles and Practice, Cleveland and New
York, The World Publishing Company. 1960.
Bevlin, Marjori Eliot, Design Through Discovery, Hold, RineHart and Winston,
New
York, Chicago, San Fransisco, Atlanta, Dallas, Montreal, Toronto,
London, Sidney, 1967.
Bloomer, Caroline M., Principles of Visual Perception, van Nostrand Reindhold
Al
Company, New York, Cincinnati, Toronto, London, Melbourne,1976.
Feldman, Edmund Burke, Varieties of Visual Experience, Basic Edition, New
York:
Harry N. Abrams Inc., Basic Edition, 1967.