Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TEORI LOKASI
Dosen Pengampu:
Suprianik, SE., M.SI

Oleh :
Diana Novita Sari E20192455
Nabila Khoirol Azka E20192456
Luna Mamlul E20192457
Muhammad Lutfi Fawaid E20192459
Palupi Martaning Tyas E20192463

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH ACHMAD SIDDIQ JEMBER
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami limpahkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya kami
bisa menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Teori Lokasi” dengan lancar. Tidak lupa
kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Suprianik, SE., M.SI selaku Dosen Ekonomi Regional
serta pihak yang telah mendukung terselesaikannya makalah ini yang tentunya tidak dapat
kami sebutkan satu persatu.Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah yang kami susun
sangatlah jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami mengharapkan saran yang dapat
membangun kesempurnaan dari makalah ini. Dengan terselesaikannya makalah ini, kami
mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. i 

Daftar Isi .......................................................................................................ii 

BAB I ............................................................................................................1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2

BAB II............................................................................................................3

A. Definisi Lokasi .......................................................................................... 3

B. Sistem K=3 Christaller .............................................................................. 6

C. Konsentrasi Produsen/Pedagang ............................................................... 8

D. Bentuk Kurva Permintaan Akibat Jarak.................................................... ...10

E. Model Von Thunen ................................................................................... 11

BAB III ..........................................................................................................5

A. Kesimpulan................................................................................................ 15

B. Saran.........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................16 


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perencanaan  wilayah  merupakan  instrument  yang  dapat  memberikan  arah
dalam  pembangunan wilayah secara menyeluruh dan terpadu. Pembangunan tersebut
terbagi dalam berbagai kegiatan baik kegiatan pertanian maupun non pertanian yang
dominan dalam kontribusi pertumbuhan wilayah suatu wilayah. Kegiatan-kegiatan
tersebut membutuhkan pengaturan lokasi yang mampu memberikan keuntungan
maksimum, efisiensi dalam aksesbilitas serta penggunaan ruang yang optimal
sehingga kegiatan-kegiatan tersebut dapat berlangsung. Penentuan lokasi kegiatan
harus mempertimbangkan berbagai faktor antara lain aksesibilitas, bahan baku
mentah, tenaga kerja, pemasaran, dsb. Berbagai pertimbangan yang deskriptif
kuantitatif dan kualitatif tersebut dikenal dengan sebutan “Teori Lokasi”.

Landasan dari teori lokasi adalah ruang. Tanpa ruang maka tidak mungkin ada
lokasi. Dalam studi tentang wilayah, yang dimaksud dengan ruang adalah permukaan
bumi baik yang ada diatasnya maupun yang ada dibawahnya sepanjang manusia
awam masih bisa menjangkaunya. Lokasi menggambarkan posisi pada ruang tersebut
(dapat ditentukan bujur dan lintangnya). Studi tentang lokasi adalah melihat
kedekatan atau jauhnya satu kegiatan dengan kegiatan lain dan apa dampaknya atas
kegiatan masing- masing karena lokasi yang berdekatan (berjauhan) tersebut.

Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegitan
ekonomi,  atau  ilmu  yang  menyelidiki  alokasi  geografis  dari  sumber-sumber 
yang langka, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai
macam usaha atau kegiatan lain baik ekonomi maupun social. Dalam mempelajari
lokasi berbagai kegitan, ahli ekonomi regional  atau geografi terlebih dahulu membuat
asumsi bahwa ruang yang dianalisis adalah datar dan kondisinya disemua arah adalah
sama. Salah satu unsur ruang adalah jarak. Jarak menciptakan „gangguan‟ ketika
manusia berhubungan  atau berpegian dari satu tempat ke tempat lainnya. Salah satu
hal yang banyak  dibahas  dalam  teori  lokasi  adalah pengaruh jarak  terhadap 
intensitas  orang bepergian dari satu lokasi kelokasi lainnya.

Walaupun teori yang menyangkut pola lokasi ini tidak berkembang tetapi telah
ada sejak awal abad ke-19. Secara empiris dapat diamati bahwa pusat-pusat
pengadaan dan pelayanan barang dan jasa yang umumnya adalah perkotaan (central
places), terdapat tingkat penyelidikan pelayanan yang berbeda-beda. Pelayanan
masing-masing kota untuk tingkat yang berbeda bersifat tumpang tindih, sedangkan
untuk yang sentingkat  walaupun  tumpang tindih  tetapi  tidak  begitu  besar.
Keadaan  ini  bersifat universal dan dicoba dijelaskan oleh beberapa ahli ekonomi
atau geografi yang dirintis oleh Walter Christaller.  Ahli  ekonomi  Von Thunen 
melihat  perbedaan  penggunaan lahan dari sudut perbedaan jarak ke pasar yang
tercermin dalam sewa tanah. Weber secara khusus menganalisis lokasi industri.
Ketiga tokoh diatas dianggap pelopor atau pencipta landaan dalam hal teori lokasi.
Tokoh yang muncul belakangan pada umumnya memperdalam atau memodifikasi
salah satu teori atau menggabung pandangan dari tiga tokoh yang disebutkan di atas

B. Rumusan Masalah
Dalam mengkaji diskusi di atas, pemakalah merumuskan beberapa rumusan
permasalahan, antara lain:

1.   Apakah yang dimaksud dengan definisi lokasi?

2.   Apakah yang dimaksud dengan sistem K=3 Christaller?

3.   Apakah yang dimaksud dengan konsentrasi produsen/pedagang?

4.   Apakah yang dimaksud dengan bentuk kurva permintaan akibat jarak?

5.   Apakah yang dimaksud dengan model Von Thunen?

C.  Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai dari penyusunan dan pemaparan makalah ini
diantaranya adalah sebagai berikut:

1.   Mengetahui definisi lokasi.


2.   Mengetahui sistem K=3 Christaller.

3.   Mengetahui konsentrasi produsen/pedagang.

4.   Mengetahui kurva permintaan akibat jarak.

5.   Mengetahui model Van Thunen. 


BAB II

PEMBAHASAN

A.   Definisi Lokasi

Setiap kegiatan akan memebutuhkan tempat untuk berlangsungnya kegiatan


tersebut.  Tempat  berlangsungnya  suatu  kegiatan  selanjutnya  akan  disebut  lokasi,
dimana suatu kegiatan berlangsung atau dapat juga merupakan tempat dimana suatu
objek terletak. Prinsip dari suatu lokasi adalah memberikan pelayanan yang sebaik-
baiknya bagi penduduk pemakai jasa dari suatu fasilitas.

Lokasi merupakan salah satu variabel yang hampir terabaikan dalam banyak
kasus   penataan   ruang   suatu   kegiatan/aktivitas.   Pada   dasarnya, penataan   
ruanghendaknya tidak hanya sekedar menerangkan kegiatan/aktivitas tersebut
sebagaimana adanya, melainkan harus dibuat suatu keputusan yang rasional,
bagaimana dan mengapa kegiatan/aktivitas tersebut berada di suatu tempat.

Penentuan lokasi  fasilitas  yang optimal, mempunyai sifat-sifat


normatifdeskriptif artinya, dalam menentukan lokasi yang optimal harus dapat
menjelaskan apa adanya dan dilihat bagaimana kriteria-kriteria yang membentuknya.
Tata ruang yang baik adalah yang memberikan kemudahan yang sebesar-besarnya
bagi masyarakat (most accessible).

Salah satu unsur ruang adalah jarak. Jarak menciptakan “gangguan” ketika
manusiaberhubungan/bepergiandari satu tempat ke tempat lainnya. Jarak menciptakan
gangguan karena dibutuhkan waktu dan tenaga (biaya) untuk mencapai lokasi yang
satudari  lokasi  yang  lainnya.  Selain  itu,  jarak  juga  menciptakan  gangguan 
informasi sehingga makin jauh dari suatu lokasi makin kurang diketahui
potensi/karakter yang terdapat pada lokasi tersebut. Makin jauh jarak yang ditempuh,
makin menurun minat orang untuk bepergian dengan asumsi faktor lain semuanya
sama.Lokasi dalam hubungannya dengan pemasaran adalah tempat yang khusus dan
unik dimanalahan tersebut dapat digunakan untuk berbelanja. Maka dapat
disimpulkan bahwa lokasi yang dimaksud adalah suatu letak atau tempat yang tetap
dimana orang bisa berkunjung untuk berbelanja, tempat itu berupa daerah pertokoan
atau suatu stand atau counter bark di dalam maupun di luar gedung. Lokasi yang
strategis mampengaruhi.

Seseorang dalam menimbulkan keinginan untuk melakukan pembelian karena


lokasinya yang strategis, terletak di arus bisnis, dan sebagainya. Keputusan tentang
lokasi, baik untuk perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa bisa menentukan
keberhasilan perusahaan Kesalahan yang dibuat pada saat ini dapat menghambat
efisiensi. Seleksi lokasi untuk perusahaan barang atau manufaktur perlu lebih dekat ke
bahan baku atau tenaga kerja, sedangkan untuk perusahaan jasa perlu lebih dekat
dengan pelanggan.

Lokasi dalam hubungannya dengan pemasaran adalah tempat yang khusus dan
unik dimanalahan tersebut dapat digunakan untuk berbelanja. Maka dapat
disimpulkan bahwa lokasi yang dimaksud adalah suatu letak atau tempat yang tetap
dimana orang bisa berkunjung untuk berbelanja, tempat itu berupa daerah pertokoan
atau suatu stand atau counter bark di dalam maupun di luar gedung. Lokasi yang
strategis mampengaruhi seseorang dalam menimbulkan keinginan untuk melakukan
pembelian karena lokasinya yang strategis, terletak di arus bisnis, dan sebagainya.
Keputusan tentang lokasi, baik untuk perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa
bisa menentukan keberhasilan perusahaan Kesalahan yang dibuat pada saat ini dapat
menghambat efisiensi. Seleksi lokasi untuk perusahaan barang atau manufaktur perlu
lebih dekat ke bahan baku atau tenaga kerja, sedangkan untuk perusahaan jasa perlu
lebih dekat dengan pelanggan.

Teori lokasi adalah teori yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan
ekonomi, serta menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial serta
pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha atau kegiatan lain, baik
ekonomi maupun sosial.3 Tujuan dari mempelajari teori lokasi adalah melihat
kedekatan atau jauhnya satu  kegiatan dengan  kegiatan lain  dan  apa dampaknya 
atas  kegiatan masing-masing karena lokasi yang berdekatan (berjauhan) tersebut.

Teori lokasi adalah suatu teori yang dikembangkan untuk melihat dan
memperhitungkan  pola  lokasional  kegiatan  ekonomi  termasuk  industri dengan 
cara yang konsisten dan logis, dan untuk melihat dan memperhitungkan bagaimana
daerah- daerah kegiatan ekonomi itu saling berhubungan (interrelated).

Teori Lokasi berusaha untuk menjelaskan distribusi kegiatan di suatu


tempat.Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi faktor  yang  mempengaruhi  lokasi
kegiatan individu, alokasi bagian yang berbeda dari wilayah di antara berbagai jenis
produksi, membagi pasar spasial antara produsen, dan distribusi fungsional kegiatan
di suatu tempat. Berbagai fenomena dianalisis dengan menghapus (fisik) fitur
geografis yang mungkin dapat menjelaskan konsentrasi wilayah kegiatan, sehingga
pilihan lokasi diinterpretasikan dengan mempertimbangkan hanya kekuatan besar
ekonomi yang mendorong proses lokasi: biaya transportasi, yang menyebar kegiatan
di suatu tempat dan pengelompokan ekonomi, yang justru menyebabkan kegiatan
untuk berkonsentrasi. Dengan menyeimbangkan dua kekuatan yang bertentangan,
model ini mampu menjelaskan keberadaan aglomerasi kegiatan ekonomi bahkan pada
hipothesis ruang sempurna yang seragam. Model lokasi berbeda sesuai dengan
hipotesis pada struktur spasial demand dan pasokan yang mencerminkan tujuan dari
model yang dijelaskan. Ada model-model yang bertujuan untuk menafsirkan pilihan
lokasi perusahaan, dengan asumsi punctiform final dan baku bahan pasar dengan
lokasi lokasi yang given.

Menurut Teguh Astriyanto cara pemilihan lokasi yang lebih pragmatis


menggunakan tiga langka sebagai berikut: Pertama, memilih wilayah (daerah) secara
umum. Untuk ini ada lima faktor sebagai dasar yaitu :

 Dekat dengan pasar


 Dekat dengan bahan baku
 Tersedianya fasilitas pengangkutan
 Terjaminnya pelayanan umum seperti penerangan listrik,air,bahan bakar
dan    
 Kondisi iklim dan lingkungan yang menyenangkan.

Kedua, memilih masyarakat tertentu diwilayah yang dipilih pada pemilihan


tingkat pertama. Pilihan didasarkan atas enam faktor :
 Tersedianya  tenaga  kerja  secara  cukup  dalam  jumlah  dan  tipe  skill 
yang diperlukan
 Tingkat upah yang lebih murah
 Adanya  perusahaan  yang  bersifat  suplementer  atau  komplementer 
dalam  hal bahan baku,hasil produksi,buruh dan tenaga terampil yang
dibutuhkan
 Adanya kerjasama yang baik antar sesame perusahaan yang ada
 Peraturan daerah yang menunjang, dan
 Kondisi kehidupan masyarakat yang menyenangkan.

Ketiga, memilih lokasi tertentu. Pertimbangan utama pada langkah ini adalah
soal tanah. Adakah tanah yang cukup longgar untuk bangunan, halaman, tempat
parker dan tidak boleh dilupakan adanya kemungkinan untuk perluasan.

A. Sistem K=3 Christaller


Tokoh   yang   mengemukakan   teori   central   place   theory   bernama   
Walter Christaller adalah seorang geografi kebangsaan Jerman (1933). Walter
Christaller mengemukakan  teori  central  place  theory,  yaitu  tempat  yang  sentral 
diasumsikan sebagai tempat yang memberikan peluang kepada manusia yang
jumlahnya maksimum untuk berpartisipasi dalam kegiatan pelayanan maupun
sebagai pihak yang dilayani.
Dalam bukunya, ia mengatakan kota sentral merupakan pusat bagi daerah
sekitarnya yang menjadi penghubung perdagangan dengan wilayah lain, tempat
sentral tidak hanya bergantung pada aspek pemukiman penduduk, tempat yang
ditunjuk bisa lebih  besar  atau  lebih  kecil  dari  sebuah  kota.  Apabila  sebuah 
tempat  mempunyai berbagai fungsi sentral untuk daerah disekitarnya yang kurang
penting, disebut tempat sentral tingkat tinggi, jika sebuah tempat  yang hanya pusat
bagi kegiatan setempat dinamakan tempat sentral tingkat rendah.
Dalam teorinya, Walter Christaller membahas tentang persebaran permukiman
desa dan kota yang berbeda ukuran luasnya, dimana pelayanan kepada penduduk
didasarkan pada aspek ke ruangan, yaitu harus ada pada tempat yang sentral dan
memungkinkan untuk partisipasi penduduk dengan jumlah maksimum, baik sebagai
pelayan maupun konsumen. Menurut Christaller, pusat pertumbuhan digambarkan
sebagai titik-titik dari bentuk heksagonal dan memiliki pengaruh terhadap daerah
sekitarnya.   Lokasi   tempat   sentral   dengan   sekitarnya   memiliki   hubungan   
yang membentuk hierarki.Menurutnya, ada 3 hierarki dalam teori tempat sentral,
yaitu hierarki K=3, K=4, dan K=7. Dan yang akan dibahas yaitu system K=3.
Berdasarkan teori, gambarnya berbentuk heksagonal dengan pusat sentral yang
mempengaruhi 1/3 bagiannya, kawasan sentral K=3 merupakan hasil dari kawasan
sentral 1 ditambah dengan 1/3 bagian dari 6  Teguh Astriyanto “Analisis Lokasi
Usaha sector informal bidang perdagangan dan jasa di lingkungan kampus
universitas Negeri Semarang desa Sekaran Kecamatan Gunungpati kota Semarang”
(Semarang: Skripsi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Semarang, 2010) kawasan tetangga yang berada dalam pengaruh tempat
sentral tersebut, yang merupakan tempat sentral pada kasus pasar optimum.

K=3: pusat pelayanan berupa pasar yang selalu menyediakan kebutuhan bagi
daerah   sekitarnya,   sering   disebut   situasi   pasar   optimal.   Selain   
mempengaruhi wilayahnya sendiri, wilayah ini juga mempengaruhi sepertiga bagian
dari masing- masing wilayah tetangganya. Christaller menyebut system ini sebagai
asas pasar, yang artinya  semua  daerah  harus  dilengkapi  dengan  barang-barang 
yang  diperlukan  dan lokasi tempat sentral harus sesedikit mungkin.

1. Konsep range dan threshold


Suatu tempat sentral memiliki batas pengaruh dari daerah yang dilayani, untuk
menentukan penyebaran permukiman desa dan kota yang luasnya berdesa-beda
digunakan konsep range dan threshold:
 Range:   jarak   secara   nyata   yang   ditempuh   untuk   mendapatkan   
barang kebutuhan. Jika jarak ke pasar lebih jauh dari kemampuan jangkauan
penduduk yang bersangkutan, maka penduduk cenderung akan membeli
barang dan jasa ke pasar lain yang lebih dekat.
 Threshold:   jumlah   minimum   orang   yang   diperlukan   untuk   
menunjang kelancaran suplai barang, yang dibedakan menjadi 2 yaitu
Pertama, Threshold tinggi yang dijual yaitu barang mahal dan mewah, dimana
barang tersebut sulit terjual sehingga perlu tempat sentral di pusat kota dan
dapat dijangkau penduduk. Kedua, Threshold rendah yang dijual, barang-
barang kebutuhan penduduk sehari-hari, yang mudah terjual sehingga
tempatnya tidak perlu di pusat kota.
2.    Kegunaan teori tempat yang sentral:

 Menganalisa pusat pelayanan dan kegiatan ekonomi yang sudah ada terhadap
daerah di sekitarnya
 Merencanakan suatu lokasi kegiatan.
2. Hierarki tempat sentral dengan kawasan pengaruhnya (Hierarki K=3) 
Hierarkinya adalah 6 x 1/3 ditambah 1 ( kawasannya sendiri ), sehingga K= 2
+1  =  3. Menurut  asas  pasar,  semua  daerah  harus  dilengkapi  dengan  barang 
yang diperlukan dan lokasi tempat sentral harus diusahakan seminimal
mungkin.Christaller berpendapat bahwa fungsi utama yaitu sebagai suatu pusat
dari suatu wilayah yang memiliki fungsi tertentu seperti administrasi, pendidikan,
industri, dll. Teori ini memiliki berberapa hal yang perlu menjadi catatan:
o Teori ini dapat digunakan di daerah atau suatu pemukiman yang memilki
topografi datar.
o Teori ini mengasumsikan bahwa setiap orang yang terdapat di suatu daerah
memilki aspek yang sama, baik dari segi selera maupun pendapatan.
o Teori   ini   mengasumsikan   bahwa   setiap   orang   akan   membeli   barang
kebutuhannya di tempat terdekat dari asalnya.
o Teori ini dapat digunakan jika pasar yang terdapat dalam suatu daerah adalah
pasar persaingan sempurna, dimana permintaan dan penawaran suatu barang
atau jasa memiliki sifat yang cenderung dominan dalam penentuan harga di
pasar persaingan sempurna.8
B. Konsentrasi Produsen atau Pedagang
Proses adalah suatu cara, metode maupun teknik untuk penyelenggaraan atau
pelaksanaan  dari  suatu  hal  tertentu,  sedangkan  produksi  adalah  kegiatan 
untuk mengetahui penambahan manfaat atau penciptaan faedah, bentuk, waktu dan
tempat atas faktor-faktor produksi yang bermanfaat bagi pemenuhan konsumen .Suatu
proses produksi yang bertujuan memberi nilai suatu barang dapat dilihat pada proses
produksi yang mengolah bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.
Sedangkan proses produksi yang bertujuan untuk menambah nilai atau kegunaan 
suatu barang  atau jasa dapat dilihat  pada proses produksi  yang merubah barang
setengah jadi menjadi barang jadi.Untuk  menghasilkan  suatu  produk  dapat 
dilakukan  melalui  beberapa  cara, metode dan teknik yang berbeda-beda. Walaupun
proses produksi sangat banyak, tetapi secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua
jenis yaitu:
 Proses Produksi Terus Menerus : adalah suatu proses produksi dimana
terdapat pola urutan yang pasti dan tidak berubah-ubah dalam pelaksanaan
produksi yang dilakukan dari perusahaan  yang bersangkutan sejak dari bahan
baku sampai menjadi bahan jadi.
 Proses  Produksi  Terputus-putus  :  adalah  proses  produksi  dimana  terdapat
beberapa pola atau urutan pelaksanaan produksi dalam perusahaan yang
bersangkutan sejak bahan baku sampai menjadi bahan jadi.

Christaller meyatakan bahwa produsen berbagai jenis barang untuk orde yang
sama cendrung berlokasi pada titik sentraml di wilayah nya dan hal ini mendorong
terciptanya kota. Dalam dunia nyata threshold secara ruang bisa menyusut lebih dari
separohnya karena kepadatan penduduk cukup tinggi dipusat kota dan makin rendah
apabila makin menjauh dari pusat kota. Hal ini berate bila pengusaha menambah jenis
barang yang diproduksi /dijualnya , ia memperkecil threshold dan usahanya . akan
tetapi hal ini hanya berlaku sampai batas tertentu antara lain biaya tetapnya
tidak/belum naik, belum  perlu  melakukan  investasi  tambahan,  dan  tidak  ada
factor  pembatas  lainnya dalam  berproduksi.  Hal  ini  dapat  menjelaskan  mengapa 
di  kota  terdapat  banyak pedagang yang menjual barang dari berbagai jenis dan
memilih berlokasi berdekatan dipasar dan bukan menyebar.Uraian tentang range dan
threshold dapat menjelaskan mengapa terjadi konsentrasi dari berbagai jenis usaha
pada satu lokasi tetapi konsep itu tidak dapat menjelaskan mengapa dipasar juga ada
kecendrungan bahwa pedagang dari komoditi sejenis juga memilih untuk berlokasi
secara berkonsentrasi/berdekatan.konsep threshold tidak memungkinkan produsen
/pedagang sejenis berada berdekatan karena pada satu ruang threshold hanya boleh
ada satu produsen/pedagang. Apabila berdekatan harus ada yang gulung tikar dan
yang tersisa hanya satu produsen/pedagang.

Mencuatnya threshold memang memungkinkan lokasi satu produsen/pedagang


sejenis tidak lagi terlalu berjauhan, tetapi tetap tidak memungkinkan untuk berusaha
secara berdekatan. Untuk dapat menjelaskan adanya kecendrungan di kota bahwa
pedagang sejenis juga memilih berlokasi berdekatan, perlu suatu pendekatan makro.
Dalam konsep kota, untuk kegiatan yang memiliki pasar sempurna maka range
dan threshold individual menyatu dan berubah menjadi range dan threshold seluruh
kota. Range dan threshold mikro (individual) bergabung dan berubah menjadi range
dan threshold makro (seluruh aktifitas ekonomi yang ada di kota dipandang sebagai
satu kesatuan). Untuk kegiatan yang bersifat monopoli dan oligopoly, range dan
threshold individual masih tetap berlaku walaupun tidak kaku.

Dalam dunia nyata harga pokok masih dapat diturunkan dengan menerapkan
teknologi produksi yang lebih efisien atau jumlah produksi mencapai skala
berproduksi yang ekonomis (economic of scale). Economi of scale mendorong
terciptanya specialisasi dna sebaliknya. Specialisasi menciptakan efisiensi dalam
berproduksi. Walaupun usaha untuk meningkatkan jumlah produksi dan
menggunakan distributor dapat memperluas jangkauan pemaaran (range), tetapi
jangkauan pemasaran tetap ada batasanya. Range pemasaran dibatasi oleh berbagai
factor seperti ongkos transportasi yang semakin mahal, barang yang tidak tahan lama
diperjalanan, dan lain sebagainya.

C. Bentuk Kurva Permintaan Akibat Jarak


Teori ekonomi murni  mengajarkan  bahwa bentuk kurve permintaan berbeda
untuk jenis pasar yang berbeda. Jenis pasar utama adalah monopoli, oligopoly, dan
pasar sempurna. Factor lain menyebabkan dapat terjadi perbedaan harga adalah jarak.
Apabila antara lokasi satu pedagang dengan pedagang lainnya terdapat jarak dan
untuk mencapainya dibutuhkan waktu dan biaya maka salah satu pedagang dapat
menaikan sedikit harga tanpa kehilangan seluruh pembelinya. pelanggan  yang terjauh
darinya akan beralih ke pedagang lainnya yang tidak menaikan harga tetapi pelanggan
yang dekat dengannya tidak akan beralih karena waktu dan biaya untuk menempuh
jarak tersebut masih lebih besar dari pada perbedaan harga jual diantara pedagang.

Dengan demikian bentuk kurve permintaan adalah mirip kurve permintaan


pasar monopoli  atau  oligopoly  tetapi  lebih  datar.  Dan  factor  lain  yang 
menyebabkan perbedaan  harga  adalah  product  differentiation.  Termasuk 
pelayanan  ,  promosi,pelayanan purna jual dan pembelian secara kredit.
Permintaan lebih penting artinya dalam persoalan pemilihan lokasi pasar dan
permintaan. Pemilihan lokasi perusahaan akan lebih banyak ditentukan oleh besarnya
ongkos angkut untuk hasil produksi dan tingkat persaingan sesama produsen di pasar.

Teori market area disusun atas dasar beberapa asumsi utama yaitu:

1. Konsumen tersebar secara merata keseluruhan tempat.

2. Bentuk persamaan permintaan dianggap sama.

3. Ongkos angkut untuk setiap kesatuan produksi dan jarak adalah sama.

E.   Model Von Thunen

Teori ini berdasarkan pengamatan di daerah tempat tinggalnya, ia menggambarkan


bahwa perbedaan ongkos transportasi tiap komoditas pertanian dari tempat produksi ke pasar
terdekat mempengaruhi jenis penggunaan tanah yang ada di suatu daerah. Teori ini
memperhatikan jarak tempuh antara daerah produksi dan pasar, pola tersebut memasukkan
variable keawetan, beban angkut, dan harga dari berbagai komoditas pertanian.

Model Von Thunen membandingkan hubungan antara biaya produksi, harga


pasar dan biaya transportasi. Kewajiban petani adalah memaksimalkan keuntungan
yang didapat dari harga pasar dikurang biaya transportasi dan biaya produksi.
Aktivitas yang paling produktif seperti berkebun dan produksi susu sapi, atau aktivitas
yang memiliki biaya transportasi tinggi seperti kayu bakar, lokasinya dekat dengan
pasar.Rumus untuk mencari Harga Sewa Lahan Perhektar

R  = Y (  p − c  ) – Yfm

Keterangan:

    R= sewa tanah;

    Y= hasil per unit tanah;

    c= pengeluaran produksi per unit komoditas;

    p= harga pasar per unit komoditas;


    F= harga pengangkutan;

    m= jarak ke pasar

Model Von Thunen mengenai tanah pertanian ini dibuat sebelum era
industrialisasi. 7 asumsi yang dikeluarkan oleh Von Thunen dalam uji
laboratoriumnya:

1.   Terdapat suatu daerah terpencil yang terdiri atas daerah perkotaan dengan
daerah pedalamannya dan merupakan satu-satunya daerah pemasok kebutuhan
pokok yang merupakankomoditipertanianisolatedstated.

2.   Daerah  perkotaan  tersebut  merupakan  daerah  penjualan  kelebihan 


produksi daerah pedalaman dan tidak menerima penjualan hasil pertanian dari
daerah lain single market.

3.   Daerah pedalaman tidak menjual kelebihan produksinya ke daerah lain


kecuali ke daerahperkotaansingledestination.

4.   Daerah pedalaman merupakan daerah berciri sama (homogenous) dan


cocok untuk tanamandanpeternakandalammenengah.

5. Daerah pedalaman dihuni oleh petani yang berusaha untuk memperoleh


keuntungan maksimum dan mampu untuk menyesuaiakan hasil tanaman dan
peternakannya dengan permintaan yang terdapat di daerah perkotaan
maximum oriented 

6.   Satu-satunya  angkutan  yang  terdapat  pada  waktu  itu  adalah  angkutan 
darat berupa gerobagk yang dihela oleh kuda one moda transportation.

7.   Biaya angkutan ditanggung oleh petani dan besarnya sebanding dengan
jarak yang   ditempuh.   Petani   mengangkut   semua   hasil   dalam   bentuk   
segar. Equidistant.

Dengan asumsi tersebut maka daerah lokasi berbagai jenis pertanian akan
berkembang   dalam   bentuk   lingkaran   tidak   beraturan   yang   mengelilingi   
daerah pertanian.
Dalam teori von Thunen ini, terdapat beberapa asumsi yang sudah tidak
relevan lagi, diantaranya adalah:

1. Jumlah Pasar : Di daerah pengamatan tidak hanya ada 1 market centre, tetapi 2
pusat dimana petani dapatmenjualkomoditinya.
2. Topografis : Kondisi Topografi dan kesuburan tanah tidak selalu sama, pada
dasarnya kondisi ini selalu berbeda untuk tiap-tiap wilayah pertanian. Jadi untuk
hasil pertanian yang akan diperoleh juga akan berbeda pula.
3. BiayaTransportasi : Keseragaman biaya transportasi ke segala arah dari pusat
kota yang sudah tidak relevan lagi, karena tergantung dengan jarak pemasaran
dan  bahan  baku,  dengan  kata  lain  tergantung  dengan  biaya  transportasi  itu
sendiri (baik transportasi bahan bakudandistribusibarang).
4. Petani tidak semata-mata „profit maximization‟ : Petani yang berdiam dekat
dengan daerah perkotaan mempunyai alternative komoditas pertanian yang lebih
banyak   untuk   diusahakan.   Sedangkan   petani   yang   jauh   dari   perkotaan
mempunyai pilihan lebih terbatas.

Teori   ini   menerangkan   berbagai   kegiatan   pertanian   yang   berkembang


disekeliling daerah perkotaan yang merupakan pasar komoditi pertanian. Ide pokok
teori ini yaitu:

1. Petani yang berada di lokasi jauh dari pusat kota, harus menempuh jarah yang
cukup jauh untuk menjual hasil panennya, ini menunjukkan mahalnya kota
sebagai pusat pasar 
2. Harga  sewa  lahan  pertanian  berbeda-beda  nilainya  tergantung  tata  guna
lahannya, jika dekat pusat pasar maka akan lebih mahal karena jarak yang
jauh akan meningkatkan biaya transportasi.14

Adapun nilai positif dan negative dari pemikiran Von Thunen adalah sebagai
berikut:

1. Positif : Konsepsinya tentang nilai tanah dan lokasi usaha tani masih sangat
relevan sampai saat ini, bahkan menjadi bagian dari konsepsi pengembangan
agribisnis modern saat ini.
2. Negative  :  Konsepnya  terbatas  usaha  pertanian.  Mengabaikan  faktor  soil
condition lahan dalam menentukan nilai ekonomi lahan. Padahal terdapat
jenis tanah  yang  mampu  memberikan  hasil  maksimal  secara  ekonomi 
meskipun dilakukan perlakuan teknologi pertanian seperti saat ini

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan 
Teori lokasi adalah teori yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan
ekonomi, serta menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial
serta pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha atau kegiatan lain,
baik ekonomi maupun sosial. Tujuan dari mempelajari teori lokasi adalah melihat
kedekatan atau jauhnya satu  kegiatan dengan  kegiatan lain  dan  apa dampaknya 
atas  kegiatan masing-masing karena lokasi yang berdekatan (berjauhan) tersebut.

Tokoh   yang   mengemukakan   teori   central   place   theory   bernama   


Walter Christaller adalah seorang geografi kebangsaan Jerman (1933). Walter
Christaller mengemukakan  teori  central  place  theory,  yaitu  tempat  yang  sentral 
diasumsikan sebagai tempat yang memberikan peluang kepada manusia yang
jumlahnya maksimum untuk berpartisipasi dalam kegiatan pelayanan maupun sebagai
pihak yang dilayani.

Teori Von Thunen didasarkan pada pengamatan di daerah tempat tinggalnya,


ia menggambarkan bahwa perbedaan ongkos transportasi tiap komoditas pertanian
dari tempat produksi ke pasar terdekat mempengaruhi jenis penggunaan tanah yang
ada di suatu daerah. Teori ini memperhatikan jarak tempuh antara daerah produksi
dan pasar, pola tersebut memasukkan variable keawetan, beban angkut, dan harga dari
berbagai komoditas pertanian.

B. Saran
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, hal   ini  dikarenakan   masih   minimnya   pengetahuan   yang   penulis   
miliki,   untuk kedepannya semoga penulis akan lebih detail dan fokus dalam
menjelaskan tentang isi makalah dan dengan sumber-sumbernya yang lebih banyak
lagi yang dapat dipertanggung jawabkan. 

DAFTAR PUSTAKA

Warsito, Teguh. 2019.  Ilmu Ekonomi Perkotaan Suatu Pengantar. Jawa Timur:
Uwais Inspirasi Indonesia

Render dan Heizer, Jay. 2001. Prinsip-Prinsip Manajemen Operasi. Jakarta:


Salemba Empat

Tarigan, Robinson. 2006. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Bumi
Aksara Abdurachmat, Idris dan Maryani, E. 1997. Geografi Ekonomi: Bandung

Suryani,  Yosi.  2015.  Teori  Lokasi  dalam  Penentuan  Pembangunan  Lokasi 


Pasar Tradisional (Telaah Studi Literatur). SNEMA. ISBM: 978-602-17129-5-5

Astriyanto, Teguh. 2010. Analisis Lokasi Usaha sector informal bidang perdagangan
dan jasa di lingkungan kampus universitas Negeri Semarang desa Sekaran Kecamatan
Gunungpati kota Semarang. Semarang: Skripsi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang

Tim Ganesha Operation. 2019. Pasti Bisa Geografi untuk SMA/MA Kelas XII.
Jakarta: Penerbit Duta

Teori Tempat Sentral - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, diakses Pada 22
September 2021 Pukul 22.40

Ahyari, Agus. 2002. Manajemen produksi perencanaan sistem produksi. Yogyakarta :


BPFE

Reksohadiprodjo, Sukanto. 2000. Dasar – dasar Manajemen. Yogyakarta: BPFE


Subagyo, Pangestu. 2000. Manajemen Operasi
Habib Geo. Teori Lokasi. diakses dari
http://habib-geo.blogspot.com/search/label/geo- ekonomi pada 22 September 2021 Pukul
23.00

Lesmono, Veronika. Teori Lokasi Ekonomi Regional, diakses dari


https://slideplayer.info/slide/13338735/ Pada 22 September 2021 Pukul 21.00

Fatimah, Siti. 2020. Teori Perencanaan. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia

Daud, Nahu. 2018. Pemikiran dan Perbandingan Sistem Ekonomi. Sidoarjo:


Zifatama Jawara

Anda mungkin juga menyukai