Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN

Membangun Definisi Operasional

Dosen Pengampu: Dr. Mery Ramadani, S. K. M., M. K. M

KELOMPOK 4 IKM A3:

1. Dani Tirtajaya Pramana 1911211016


2. Suryani Suci Lestari 1911212016
3. Farhan Aziz 1911212035
4. Rani Ul Husna 1911213011
5. Mutiara Sakhinah 1911213024
6. Dhea Lulu Fichriyah 1911213038
7. Nada Nisrina 2011216001
8. Fajri Razes 2011216003

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayahNya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Metodologi Penelitian yang berjudul
“Membangun Definisi Operasional”.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada dosen pengampu yang telah memberikan
amanahnya kepada kami sehingga kami dapat mengambil pembahasan ini dalam rangka
pengembangan wawasan terhadap ilmu yang diberikan. Kemudian ucapan terimaksaih juga kami
sampaikan kepada teman-teman yang telah memberi dukungan dan bantuannya kepada kami
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh sebab itu, kritikan dan
saran yang konstruktif sangat penulis harapkan dari pembaca, agar dapat jauh lebih baik dimasa
yang akan datang. Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis berharap makalah ini ada
manfaatnya. Aamiin.

Padang, April 2021

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1

ii
1.3 Tujuan....................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................2
2.1 Pengertian Variabel................................................................................................................2
2.2 Jenis-jenis Variable................................................................................................................2
2.3 Definisi Operasional Variabel................................................................................................3
2.4 Hasil Ukur..............................................................................................................................5
2.5 Skala Pengukuran...................................................................................................................6
BAB III PENUTUP......................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................11
3.2 Saran.....................................................................................................................................11
DAFTRA PUSTAKA...................................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Penelitian adalah terjemahan dari kata research. Re yang berarti kebali dan search yang
berarti mencari. Jadi research atau riset yaitu suatu usaha untuk menemukan,
mengembangkan, dan menguji kebenaran dalam suatu pengetahuan, dan usaha usaha itu
dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah. Penelitian adalah suatu rangkaian upaya
pengumpulan pengelolaan, penyampaian, dan analisis data yang dilakukan secara sistematis,
teliti dan mendalam dalam rrangka mencari jalan keluar terhadap masalah yang dihadapi.

Metodologi penelitian merupakan jantung penelitian karena bagian ini memuat


penjelasan tentang bagaimana penelitian tersebut akan dilaksanakan. Salah satu isi dari
metodologi penelitian yaitu variable penelitian dan definisi operasional. Definisi opreasional
ini berguna untuk membatasi ruang lingkup atau oenegrtian variable-variabel yang diteliti
dan mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variable yang bersangkutan
serta untuk pengembangan instrument.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan masalah yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan variabel?

2. Apa saja jenis-jenis variabel?

3. Apa yang dimaksud dengan operasional variabel?

4. Bagaimana cara mendapatkan hasil ukur?

5. Apa yang dimaksud dengan skala ukur?

1
6. Apa saja jenis-jenis skala ukur?
1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:

1. Mengetahui pengertian variable

2. Mengetahui jenis-jenis variable

3. Mengetahui definisi operasional variable

4. Mengetahui cara mendapatkan hasil ukur

5. Mengetahui pengertian skala ukur

6. Mengetahui jenis-jenis skala ukur

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Variabel

Secara teoritis variabel dapat didefenisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek yang
mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain
(Hatch dan Farhady, 1981). Suryabrata (2010) mengatakan Variabel adalah segala sesuatu yang
akan menjadi objek pengamatan penelitian. Sementara itu sugiyono menjelaskan bahwa variabel
adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Kerlinger
(1973) dalam Sugiyono menyatakan bahwa variabel adalah konstruk (constructs) atau sifat yang
akan dipelajari. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat dirumuskan bahwa
variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
2.2 Jenis- jenis Variable

Menurut Sugiyono macam-macam variable dalam penelitian dapat dibedakan menjadi :

a. Variable Independend merupakan variable yang mempengerahui atau yang menjadi


sebabperuabahan atau timbulnay variable dependen (terikat)
b. Varaible dependen atau varaiable Variable Terikat merupakan variable
yangmempengaruhi atau yang menajdi akibat, karena adanya variable bebas
c. Variable moderator, adalah variable yang mempengaruhi ( memperkaut atau
memperlemah) hubungan antara variable independen dan varaiable dependen
d. Variable intervening, adalah variable yang secara teoritis mempengaruhi (memperlemah
dan memperkuat) hubungan antara variable independen denganvariable dependen, tetapi
tidak dapat diukur.
e. Variable control, adalah variable yang dikendalikan atau diabuat konstan sehingga
pengaruh variable independen terhadap dependen tidakmempenagruhi oleh factor luar
yang tidak diteliti

3
Menurut Sastroasmoro dan Ismael (2008) yang dimaksud dengan variable adalah
karakteristik suatu objek, bukan objek atau bendanya sendiri. Menurut fungsinya dalam konteks
penelitian, khususnya dalam hubungan antar- variable, terdapat beberapa jenis variable :

a. Variable bebas dan variable tergantung. Yang dimaksud dengan variablebebas adalah
variable yang apabila ia berubah akan mengakibatkan perubahanperubahan variable lain.
Sedangkan variable yang tergantung adalah variableyang berubah akibat berubahnya
variable bebas.
b. Variable perancu adalah jenis variable yang berhubungan dengan variablebebas dan
variable tergantung, tapi bukan merupakan variable antar.Identifikasi variable perancu ini
sangata penting oleh karena bila tidak, iadapat membawa kita pada kesimpulan yang
salah.
2.3 Definisi Operasional Variabel

Agar variable dapat diukur dengan menggunakan instrument atau alat ukur, maka
vatiable harus diberikan batasan atau definisi operasional .Definisi operasional ini penting dan
diperlukan agar pengukuran variable atau pengumpulan data danvariable itu kosntan antra
sumber data (responden) yang satu dengan responden lainnya.Setiap variabel yang telah
ditetapkan harus diberi defenisi operasionalnya. Menurut (Nursalam. 2000 : 44), Variabel yang
telah di definisikan perlu di definisikan secara operasional, sebab setiap istilah ( variable ) dapat
di artikan secara berbeda – beda oleh orang yang berlainan.

Penelitian adalah proses komunikasi dan komunikasi memerlukan akurasi bahasa agar
tidak menimbulkan perbedaan pengertian antar orang dan agar orang lain dapat mengulangi
penelitian tersebut. Jadi definisi operasional dirumuskan untuk kepentingan akurasi, komunikasi
dan replikasi.Defenisi operasioanl variabel penting bagi peneliti lain yang ingin mengulangi
penelitian tersebut. Selain itu definisi operasional dipergunakan untuk menentukan instrumen
alat-alat ukur apa saja yang dipergunakan dalam penelitian. Definisi operasional dibuatuntuk
memudahkan pengumpulandata dan menghindarkan perbedaan interpretasi serta membatasi
ruang lingkupvariabel. Variabel yang dimasukkan dalam operasioanal adalah variabel

4
kunci/penting yang dapat diukur secara operasional dan dapat dipertanggungjawabkan (referensi
harus jelas).

Defenisi operasional adalah definisi yang dirumuskan oleh peneliti tentang istilah-istilah
yang ada pada masalah peneliti dengan maksud untuk menyamakan persepsi antara peneliti
dengan orang-orang yang terkait dengan penelitian (Sanjaya:2013). Dalam merumuskan definisi
operasional, kita boleh saja mengutip pendapat ahli, tetapi kita perlu memilih pendapat mana
yang lebih mendekati pada pendapat kita sendiri, dengan kata lain tidak asal dalam mengutip.

Kerlinger (2006) dalam bukunya asas-asas penelitian behavioral menyebutkan bahwa


definisi operasional melekatkan arti pada suatu variabel dengan cara menetapkan kegiatan-
kegiatan atau tindakan-tindakan yang perlu untuk mengukur konstruk atau variabel itu. Konstruk
adalah sifat-sifat yang melekat pada suatu variabel. Sementara, Sumanto (2014:71)
mendefinisikan konstruk sebagai konsep-konsep yang sangat abstrak dari suatu
variabel.Kemungkinan lainnya, suatu definisi operasional merupakan spesifikasi kegiatan
peneliti dalam mengukur suatu variabel atau memanipulasikannya. Suatu definisi operasional
merupakan semacam buku pegangan yang berisi petunjuk bagi peneliti. Definisi operasional
adalah aspek penelitian yang memberikan informasi atau petunjuk kepada kita tentang
bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Informasi ilmiah yang dijelaskan dalam definisi
operasional sangat membantu peneliti lain yang ingin melakukan penelitian dengan
menggunakan variabel yang sama, karena berdasarkan informasi itu, ia akan mengetahui
bagaimana caranya melakukan pengukuran terhadap variabel yang dibangun berdasarkan konsep
yang sama. Dengan demikian, ia dapat menentukan apakah tetap menggunakan prosedur
pengukuran yang sama atau diperlukan pengukuran yang baru. Untuk mememudahkan, biasanya
definisi operasional itu disajikan dalam bentuk matriks yang terdiri dari kolom- kolom :

a. Definisi operasional
Adalah uraian tentang batsan variable yang dimaksud atau tentang apayang diukur
oleh variable yang bersangkutan. Misalnya :

5
 Definisi operasional variable “status gizi” anak balita adalahhasil
penimbangan atau pengukuran berat badan dan tinggibadan anak balita
berdasarkan umur .
 Definisi operasional variable “ pendidikan” adalah lamayasekolah atau tingkat
sekolah yang telah diikuti oleh responden.
 Definisi operasional variable “kinerja” perawat ruangan adalahkegiatan yang
dilakukan oleh perawat kepada pasien di dalamruangan perawatan.
b. Cara pengukuran
Adalah metode atau cara yang digunakan peneliti untuk mengukur ataumemperoleh
informasi (data) untuk variable berangkutan. Misalnyamengacu kepada contoh
definiasi operasi diatas
 Untuk variable status gizi cara pengukurannya denganmenimbang berat dan
mengukur tinggi badan.
 Untuk variable pendidikan pengukurannnya dengan wawancaraatau kuesioner
 Untuk variable kinerja pengukurannya dengan melihat,mengecek, atau
melakukan observasi hasila atau catatan dokumen proses asuhan perawatan
c. Hasil ukur atau katogori
Adalah memngelompokkan hasil pengukuran variable yangbersangkutan. Misalnya
mengacu pada contoh definisi operasi.
 Untuk variable status gizi, hasil ukurannnya adalah gizi buruk,gizi kurang,
gizi baik (normal)
 Untuk variable pendidikan, hasil pengkurannya adalah SD<SMP,SMA dst
atau rendah (tidak sekolah dan SD), Menengah(SMP dan SMA) dan tinggi
( diatas SMA)
d. Skala pengukuran variable
Skala pengukuran dikelompokkan menjadi empat skla pengukuran,yakni :
 Skala Normal,
 Skala Ordinal,
 Skala Interval, dan
 Skala Ratio

6
2.4 Hasil Ukur

Menurut Arikunto (2013); hasil ukur pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi


3kategori yaitu:

1. Baik (76%-100%)
2. Cukup (56%-75%),
3. Kurang (<=55%).

Contoh: Kuesioner pengetahuan terdiri atas 20 Soal dengan ketentuan Benar nilai 1,
danSalah nilai 0. Maka untuk menentukan Hasil Ukur pengetahuan:

Baik bila nilai 76-100%, Cukup 56-75%, dan Kurang bila <=55%, maka Hasil Ukur untuk
Baik: 76% x 20= 15,2 (digenapkan 15) sampai 20; Cukup: 20 x 56%= 11,2 (digenapkan 11)
sampai 14; Kurang: 0-10. Kesimpulan: Skala Ukur Pengetahuan sebagai berikut:

 Baik (15-20) value: 3


 Cukup (11-14) value: 2
 Kurang (0-10) value: 1.
a. Penentuan Skala & Value Secara Manual
Rumus:
Interval (I) = Range (R) / Kategori (K) Range (R) =…..
Skor tertinggi - skor terendah = 100 - 0 = 100% Kategori (K) = 3 adalah
banyaknyakriteria yang disusun pada kriteria objektif suatu variable Kategori yaitu: Baik,
Cukupdan Kurang Interval (I)= 100/3 = 33.33% (dibulatkan 34)
Skala Pengukuran Pengetahuan:
1. Baik = jika skor >= 64% (Value: 3)
2. Cukup=jika skor diantara 36%-64% (Value: 2)
3. Kurang = jika skor < 36% (Value: 1)
b. Hasil Ukur

7
1. Kategori baik 76%-100% (jika responden benar menjawab 12-15 pertanyaan).
2. Kategori cukup 60%-75% (jika responden benar menjawab 9-11 pertanyaan).
3. Kategori kurang <60% ( jika responden benar menjawab < 9 pertanyaan).
( Arikunto, 2006)
c. Koefisien validitas dianggap memuaskan atau tidak, penilaiannya dikembalikan
kepadapihak pemakai skala atau yang berkepentingan dalam penggunaan hasil ukur skala
yangbersangkutan.
d. Semakin tinggi koefisien korelasi termaksud berarti konsistensi antara hasil
pengenaandua tes tersebut semakin baik dan hasil ukur kedua tes itu dikatakan semakin
reliabel.
2.5 Skala Pengukuran

Skala bisa kita artikan sebagai perbandingan antarkategori dari sebuah objek yang
memiliki nilai berbeda. Dengan demikian, skala yang dimaksud di sini merujuk pada variabel.
Jika kita cermati pengertian tentang skala maka kita harus memastikan bahwa ketika kita
menentukan skala dari sebuah variabel, harus didasarkan pada kategori yang melekat dalam
variabel tersebut. Dengan kata lain, sebuah variabel bisa memiliki skala yang berbedabeda
bergantung pada kategori yang melekat di dalamnya. Contoh variabel penghasilan, kita bisa
kategorikan penghasilan ke dalam kategori tinggi, sedang, dan rendah dan kita bisa kategorikan
penghasilan ke dalam kategori 5 juta, 7 juta, atau 10 juta. Dengan kategori yang berbeda
sekalipun variabelnya sama, membuat variabel tersebut bisa kita klasifikasikan dalam skala yang
berbeda.

Sementara itu, pengukuran bisa kita artikan sebagai dasar yang digunakan dalam setiap
metode ilmiah. Dari kedua pengertian skala dan pengukuran tersebut, kita bisa artikan skala
pengukuran semacam kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan nilai yang
ada pada alat ukur sehingga ketika kita menggunakan alat ukur tersebut, akan menghasilkan data
yang sama dalam setiap kesempatan. Dalam statistika dikenal adanya empat skala, yaitu skala
nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio. Skala pengukuran ini menjadi penting
karena skala yang berbeda akan menentukan uji statistik yang akan digunakan.

8
2.5.1 Skala Nominal

Skala nominal merupakan skala yang melekat pada variabel yang kategorinya hanya bisa
digunakan untuk membedakan antara satu kategori dengan kategori lainnya. Kita tidak bisa
mengatakan bahwa kategori yang satu lebih baik dari kategori yang lain, atau kategori yang satu
lebih tinggi dari kategori yang lain karena kategori yang satu hanya berbeda dengan kategori
yang lain. Dengan demikian, skala nominal ini biasanya berupa variabel dengan data kualitatif.

Dalam kegiatan penelitian, kita bisa saja memberikan angka pada kategori dalam variabel
berskala nominal, namun angka yang ada tidak bisadijadikan dasar untuk menentukan bobot dari
kategori karena angka yang adahanya bisa digunakan untuk membedakan antarkategori. Tidak
adanya bobot yang bisa ditunjukkan angka yang digunakan, membuat kita bisa sajamengganti
angka yang ada dengan sembarang angka. Contoh yang paling umum adalah variabel jenis
kelamin dengan kategori laki-laki dan perempuan. Kita hanya bisa membedakan bahwa yang
satu adalah laki-laki dan yang lain adalah perempuan dan tidak bisa mengatakan bahwa laki-laki
lebih baik dari perempuan atau sebaliknya. Kita bisa memberikan angka untuk setiap kategori
yang ada, misalnya angka 1 untuk laki-laki dan angka 2 untuk perempuan, namun demikian
sekali lagi bahwa angka 2 tidak bisa diartikan memiliki bobot yang lebih baik dibanding angka 1
sehingga tidak menjadi masalah ketika ingin mengubah angka tersebut, misalnya angka 1 untuk
perempuan dan angka 2 untuk laki-laki. Contoh lainnya adalah variabel agama dengan kategori
Islam, Katolik, Hindu, Budha, Kristen, serta Aliran Kepercayaan. Angka yang digunakan dalam
skala nominal hanya berfungsi sebagai kode yang memiliki arti berbeda dengan angka tersebut.

2.5.2 Skala Ordinal

Skala ordinal merupakan skala yang melekat pada variabel yang kategorinya selain
menunjukkan adanya perbedaan, juga menunjukkan adanya tingkatan yang berbeda. Dengan
demikian, dalam skala ordinal kita bisa menunjukkan bahwa kategori yang satu lebih baik dari
kategori yang lain, atau kategori yang satu lebih tinggi dari kategori yang lain, dan tentunya
termasuk di dalamnya, yaitu kategori yang satu berbeda dengan kategori yang lain. Dengan kata
lain, skala ordinal mencakup pula karakteristik yang ada dalam skala nominal. Contoh variabel
9
yang berskala ordinal adalah penghasilan dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah. Contoh
variabel lain adalah jabatan dengan kategori direktur, manajer, dan staf. Kategori yang ada dalam
kedua variabel tersebut, jelas menunjukkan adanya bobot yang berbeda sehingga kita bisa
katakan bahwa orang yang penghasilannya tinggi, memiliki tingkatan yang lebih baik dibanding
orang yang memiliki penghasilan rendah, demikian pula jabatan direktur, tentunya memiliki
tingkatan yang lebih baik dibanding jabatan staf.

Seperti halnya dalam skala nominal, dalam skala ordinal kita juga memanfaatkan angka-
angka untuk menggambarkan kategori yang ada. Dalam skala ordinal, angka yang digunakan
selain untuk membedakan juga untuk menunjukkan bobot yang berbeda sehingga jika dalam
skala nominal kita bisa mengganti angka secara sembarang maka dalam skala ordinal kita harus
memperhatikan bobotnya. Contoh penghasilan dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah, kita
beri kode 1 rendah, 2 sedang, 3 tinggi. Kode itutidak bisa kita ubah menjadi 1 tinggi, 2 rendah, 3
sedang. Angka yang tidak bisa sembarang diubah terjadi karena angka tersebut juga
menunjukkan adanya tingkatan yang berbeda, bahwa 2 tentunya lebih besar dari 1, dan 3 lebih
besar dari 2. Persamaannya adalah baik di skala nominal maupun di skala ordinal, angka yang
digunakan berfungsi sebagai kode yang memiliki arti yang berbeda dengan angka tersebut.

2.5.3 Skala Interval

Skala interval merupakan skala yang melekat pada variabel yang kategorinya selain
menunjukkan adanya perbedaan, juga menunjukkan adanya tingkatan yang berbeda, dan juga
menunjukkan adanya rentang nilai. Dengan demikian, dalam skala interval kita bisa
menunjukkan bahwa kategori yang satu lebih baik dari kategori yang lain, atau kategori yang
satu lebih tinggi dari kategori yang lain, dan kategori yang satu berbeda dengan kategori yang
lain, namun juga kita bisa menunjukkan bahwa kategori yang satu memiliki rentang nilai dari
sekian sampai sekian, dan kategori lainnya memiliki rentang nilai dari sekian sampai sekian.

Dengan kata lain, skala interval mencakup pula karakteristik yang ada dalam skala
nominal dan skala ordinal. Contoh variabel yang berskala interval adalah jarak tempuh dengan
kategori 0 sampai 25 km, 25 sampai 50 km, dan 50 sampai 75 km. Contoh variabel lain adalah
10
lamanya penerbangan dengan kategori 1 sampai 2 jam, kategori 2 sampai 3 jam. Kategori yang
ada dalam kedua variabel tersebut, jelas menunjukkan adanya bobot yang berbeda sehingga kita
bisa katakan bahwa kendaraan yang memiliki jarak tempuh 0 sampai 25 km memiliki jarak
tempuh yang lebih sedikit, dibanding kendaraan dengan jarak tempuh 25 sampai 50 km. Namun
demikian, kita tidak bisa mengatakan bahwa kendaraan dengan jarak tempuh 25 sampai 50 km
memiliki jarak tempuh dua kali dibanding kendaraan dengan jarak tempuh 0 sampai 25 km.

2.5.4 Skala Rasio

Skala rasio merupakan skala yang melekat pada variabel yang kategorinya selain
menunjukkan adanya perbedaan, juga menunjukkan adanya tingkatan yang berbeda,
menunjukkan adanya rentang nilai, serta bisa diperbandingkan. Nilai yang ada bisa
diperbandingkan karena adanya nol mutlak, yang bisa diartikan bahwa setiap angka memulai
dari titik nol yang sama. Dengan demikian, dalam skala rasio kita bisa menunjukkan bahwa
kategori yang satu lebih baik dari kategori yang lain, atau kategori yang satulebih tinggi dari
kategori yang lain, dan kategori yang satu berbeda dengan kategori yang lain, namun juga kita
bisa menunjukkan bahwa kategori yang satu memiliki rentang nilai dari sekian sampai sekian,
dan kategori lainnya memiliki rentang nilai dari sekian sampai sekian. Kita bisa juga mengatakan
bahwa 8 adalah dua kalinya 4, atau 10 adalah lima kalinya 2.

Dengan kata lain, skala rasio mencakup pula karakteristik yang ada dalam skala nominal,
skala ordinal, dan skala interval. Contoh variabel yang berskala rasio adalah penghasilan, dengan
kategori 5 juta, 10 juta, dan 15 juta. Contoh lain berat badan dengan kategori 32 kg, 64 kg, dan
75 kg. Jika kita perhatikan kategori dari variabel berskala rasio, kita bisa perbandingkan antara
kategori satu dengan yang lain. Orang yang berat badannya 64 adalah dua kali berat badan orang
yang beratnya 32. Demikian pula, orang yang penghasilannya 10 juta adalah dua kalinya dari
orang yang penghasilannya 5 juta. Kita bisa memperbandingkan nilai yang ada karena kedua
kategori tersebut dimulai dari titik nol yang sama. Kita coba lihat ilustrasi berikut:

11
Kalau kita bandingkan antara skala rasio dan skala nominal maupun ordinal, mereka memiliki
kesamaan, yaitu menggunakan angka-angka. Bedanya, angka yang digunakan dalam skala
nominal dan ordinal hanya merupakan kode, bukan arti dari angka itu sendiri, misalnya 1 bukan
berarti “satu”, tetapi artinya “laki-laki” atau 2 bukan berarti “dua” tetapi artinya “perempuan”,
sedangkan dalam skala rasio, angka yang ada merupakan arti dari angka itu sendiri, jadi kalau
ditunjukkan angka 15 diartikan sebagai “lima belas”. Secara skematis, skala dan karakteristiknya
terlihat dalam skema berikut :

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Secara teoritis variabel dapat didefenisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek
yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek
yang lain (Hatch dan Farhady, 1981). Agar variable dapat diukur dengan menggunakan
instrument atau alat ukur, maka vatiable harus diberikan batasan atau definisi operasional
.Definisi operasional ini penting dan diperlukan agar pengukuran variable atau pengumpulan
data danvariable itu kosntan antra sumber data (responden) yang satu dengan responden
lainnya.Setiap variabel yang telah ditetapkan harus diberi defenisi operasionalnya.
Skala bisa kita artikan sebagai perbandingan antarkategori dari sebuah objek yang
memiliki nilai berbeda. Dengan demikian, skala yang dimaksud di sini merujuk pada
variabel. Kalau kita bandingkan antara skala rasio dan skala nominal maupun ordinal,
mereka memiliki kesamaan, yaitu menggunakan angka-angka. Bedanya, angka yang
digunakan dalam skala nominal dan ordinal hanya merupakan kode, bukan arti dari angka
itu sendiri, misalnya 1 bukan berarti “satu”, tetapi artinya “laki-laki” atau 2 bukan berarti
“dua” tetapi artinya “perempuan”, sedangkan dalam skala rasio, angka yang ada merupakan
arti dari angka itu sendiri, jadi kalau ditunjukkan angka 15 diartikan sebagai “lima belas”.
3.2 Saran
Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi makalah dan
pembahasanya, oleh karenanya, dengan tangan terbuka penulis menerima kritik dan saran
agar makalah ini menjadi lebih baik, dan semoga makalah ini bermanfat dan dapta
menambah edukasi para pembaca mengenai “Membangun Definisi Operasional“

13
DAFTRA PUSTAKA
Amri A., Junaidi, Yulmardi. (2009). Metodologi Penelitian Ekonomi dan Penerapannya. Bogor.
IPB Press

Nurgiyantoro, B., Gunawan, Marzuki. (2000). Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-Ilmu
Sosial.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Siswanto, dkk. 2017.“Metologi penelitian Kombinasi Kualitatif-kuantitatif Kedokteran dan


Kesehatan”. Klaten:BOSSSCRIPT

Notoatmodjo,Soekidjo. 20112. Metoologi Penelitian Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta

14

Anda mungkin juga menyukai