Anda di halaman 1dari 6

Metode CARL (Capability, Accessability, Readiness, and Leverage)

Metode CARL merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan untuk
menentukan prioritas masalah jika data yang tersedia adalah data kualitatif. Metode
ini dilakukan dengan menentukan skor atas criteria tertentu, seperti kemampuan
(capability), kemudahan (accessibility), kesiapan (readiness), serta pengungkit (leverage).
Semakin besar skor semakin besar masalahnya, sehingga semakin tinggi letaknya pada urutan
prioritas. Penggunaan metode CARL untuk menetapkan prioritas masalah dilakukan
apabila pengelola program menghadapi hambatan keterbatasan dalam menyelesaikan maslah.
Penggunaan metode ini menekankan pada kemampuan pengelola program. (1)
Tidak semua masalah kesehatan akan mampu diatasi oleh Puskesmas maupun
Dinas Kesehatan Kabupaten. Untuk itu perlu dilakukan penentuan prioritas masalah dengan
menggunakan salah satu dari berbagai cara yang biasanya digunakan. Salah satu cara yang
biasanya digunakan adalah Metode CARL. (1)
Metode CARL merupakan metode yang cukup baru di kesehatan. Metode
CARL juga didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0 - 10. Kriteria
CARL tersebut mempunyai arti : (1)
C = Capability, yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan prasarana)
A = Accesibility, yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak.
Kemudahan dapat didasarkan pada ketersediaan metode/ cara / teknologi serta
penunjang seperti peraturan atau juklak.
R = Readiness, yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran,
seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi
L = Leverage, yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain
dalam pemecahan masalah yang dibahas
Setelah masalah atau alternatif pemecahan masalah diidentifikasi, kemudian
dibuat tabel kriteria CARL dan diisi skornya. Bila ada beberapa pendapat tentang
nilai skor yang diambil adalah rerata. Contoh pemakain metode CARL adalah sebagai
berikut: (1)
No. Daftar Masalah C A R L Total Nilai Urutan
1. A 9 8 8 8 4608 I
2. B 8 8 8 8 4096 II
3. C 8 6 7 7 2352 III
Keterangan : (1)
 Nilai total merupakan hasil perkalian C x A x R x L, urutan ranking atau prioritas adalah
nilai tertinggi sampai nilai terendah.
 C = capability (0 sd 10)
A = assessibility (0 sd 10)
R = readinesss (0 sd 10)
L = leverage (0 sd 10)

Kelebihan metode CARL :


 Dengan masalah (solusi) yang relatif banyak, bisa ditentukan peringkat atas masing -
masing masalah sehingga bisa diperoleh prioritas masalah.
Kekurangan metode CARL :
 Penentuan skor sangat subyektif, sehingga sulit untuk distandarisasi.
 Penilaian atas masing - masing kriteria terhadap yang di skor perlu kesepakatan
agar diperoleh hasil yang maksimal dalam penentuan peringkat.
 Obyektifitas hasil peringkat masalah (solusi) kurang bisa
dipertanggungjawabkan karena penentuan skor atas kriteria yang ada.
Metode Pareto
Analisis ABC / hukum Pareto adalah adalah metode pengklasifikasian
barang berdasarkan peringkat nilai dari nilai tertinggi hingga terendah, dan dibagi
menjadi 3 kelompok besar yang disebut kelompok A, B dan C. (2)
Analisis ABC membagi persediaan yang menjadi tiga kelas berdasarkan
besarnya nilai (value) yang dihasilkan oleh persediaan tersebut. Analisis ABC
merupakan aplikasi persediaan yang menggunakan prinsip pareto. Prinsip ini
menyatakan bahwa “critical view and trivial many”. Prinsip ini mengajarkan untuk
memfokuskan pengendalian persediaan kepada jenis persediaan yang bernilai
tinggi atau kritikal daripada yang bernilai rendah atau trivial. Klasifikasi ABC
adalah sebagai berikut : (2)
1. Kelas A merupakan barang-barang yang memberikan nilai yang tinggi.
Walaupun kelompok A ini hanya diwakili oleh 20% dari jumlah persediaan
yang ada tetapi nilai yang diberikan adalah sebesar 80%.
2. Kelas B merupakan barang-barang yang memberikan nilai sedang. Kelompok
persediaan kelas B ini diwakili oleh 30% dari jumlah persediaan dan nilai yang
dihasilkan adalah sebesar 15%.
3. Kelas C merupakan barang-barang yang memberikan nilai yang rendah.
Kelompok persediaan kelas C diwakili oleh 50% dari total persediaan yang ada
dan nilai yang dihasilkan adalah sebesar 5%.
Analisis ABC dapat membantu manajemen dalam menentukan
pengendalian yang tepat untuk masing-masing klasifikasi barang dan menentukan
barang mana yang harus diprioritaskan untuk meningkatkan efisiensi dan
mengurangi biaya. Analisis klasifikasi ABC memiliki beberapa manfaat,
diantaranya sebagai berikut : (2)
 Membantu manajemen dalam menentukan tingkat persediaan yang efisien.
 Memberikan perhatian pada jenis persediaan utama yang dapat memberikan
cost benefit yang besar bagi perusahaan.
 Dapat memanfaatkan modal kerja (working capital) sebaik-baiknya sehingga
dapat memacu pertumbuhan perusahaan.
 Sumber-sumber daya produksi dapat dimanfaatkan secara efisien yang pada
akhirnya dapat meningkatkan produktifitas dan efisiensi fungsi-fungsi produksi.
Tabel.1 prosedur kontrol ABC
Prosedur Kontrol Kelompok A Kelompok B Kelompok C
Moderate kontrol. Kontrol longgar.
Kontrol sangat ketat.
Tipe kontrol dan Pengontrol dapat Pengontrol dapat
Pengontrol adalah top
otoritas berasal dari middle berasal dari
level management
management departemen pengguna
Dipesan dalam
jumlah banyak tiap 6
Pemesanan dapat
Dipesan dengan bulan atau tahunan
Pemesanan dilakukan bulanan
frekuensi lebih banyak untuk memanfaatkan
atau setiap 3 bulan
diskon jika memesan
dalam jumlah besar
Kontrol setiap hari atau Kontrol setiap 3
Kontrol konsumsi Kontrol setiap bulan
setiap minggu bulan sekali
Dapat menggunakan
Perencanaan harus akurat Perkiraan kasar dapat
penggunaan yang lalu
Perencanaan dan data base harus up to digunakan sebagai
sebagai dasar
date dasar perencanaan
perencanaan
Meningkatkan jumlah 2 – 4 supplier. Usaha
Jumlah supplier supplier. Lead time harus moderate untuk 1 – 2 supplier
dikurangi mengurangi lead time

Untuk melakukan analisis ABC dengan satu kriteria maka dapat dilakukan
langkah - langkah sebagai berikut : (2)

Analisis Pemakaian
1. Mendaftar semua item yang akan diklasifikasi, beserta dengan data rata-rata
pemakaian item logistik per tahun dan data rata-rata harga untuk setiap itemnya.
2. Mengalikan rata-rata pemakaian per tahun dengan rata-rata harga untuk setiap
item untuk mendapatkan nilai penggunaan per tahun tiap item.
3. Mengurutkan nilai penggunaan per tahunnya mulai dari yang terbesar hingga
yang terkecil. Jumlahkan secara kumulatif nilai penggunaan per tahunnya.
4. Mengkonversikan jumlah kumulatif tiap item menjadi prosentase kumulatif.
Prosentase inilah yang menjadi ukuran item dalam menentukan kelompok item
tersebut.
Analisis Investasi
1. Menghitung jumlah pemakaian per tahun untuk setiap satuan unit barang.
2. Membuat daftar harga dari setiap barang tersebut.
3. Mengalikan pemakaian dengan harga setiap barang untuk mendapatkan nilai
investasi.
4. Mengurutkan nilai investasi dari yang terbesar hingga terkecil, setelah itu
membuat persentase nilai investasi.
5. Menghitung nilai investasi kumulatif.
6. Mengelompokkan barang persediaan berdasarkan persentase nilai kumulatif.
7. Jika nilai frekuensi kumulatifnya 0 sampai dengan 80% maka dikelompokkan
sebagai A. Apabila berkisar antara 80 – 95% akan dikelompokkan sebagai B,
dan apabila berkisar antara 95 – 100% akan dikelompokkan sebagai C.

Analisis ABC indeks kritis


Analisis ABC indeks kritis mencakup jumlah pemakaian, nilai investasi,
dan kritisnya terhadap pelayanan pengguna. Nilai kritis barang habis pakai terhadap
pengguna ini akan dinilai oleh pengguna lain yang nantinya akan digunakan untuk
menetapkan persediaan barang habis pakai dengan kategori A, B, dan C. Nilai
persediaan akan dinilai oleh pengguna lain berdasrkan kriteria :
 Kelompok X, bila barang tersebut tidak boleh diganti dan harus selalu ada
dalam proses pelayanan terhadap pengguna
 Kelompok Y, bila barang dapat disubstitusi dengan yang lain, walaupun tidak
memuaskan seperti yang asli dan kekosongan kurang dari 48 jam dapat
ditoleransi.
 Kelompok Z, bila barang dapat diganti dan kekosongan lebih dari 48 jam dapat
ditoleransi.
 Kelompok O, bila barang tidak dapat diklasifikasikan dalam kelompok X,Y,Z
Langkah selanjutnya adalah setiap kelompok diberi bobot, yaitu : X = 3, Y=
2, Z = 1. Nilai kritis didapat dengan cara semua bobot yang diberikan pengguna
barang dijumlah dan dibagi dengan jumlah yang memberi bobot , dengan catatan
jika yang memberi bobot 0 maka tidak dimasukkan ke dalam perhitungan.
Kemudian, setelah mendapatkan nilai kritis setiap jenis barang, akan dibuat
analisis ABC indeks kritis yang digabungkan dengan jumlah pemakaian, nilai
investasi, dan nilai kritis. Penggabungannya aalah sebagai berikut:
Indeks kritis = jumlah pemakaian + jumlah investasi + 2 x nilai kritis
Setelah mendapatkan nilai indeks kritis, barang akan dikelompokkan menjadi :
 Kelompok A memiliki nilai indeks kritis: 9.5 – 12.0
 Kelompok B memiliki nilai indeks kritis: 6.5 – 9.4
 Kelompok A memiliki nilai indeks kritis: 4.0 – 6.4.

Daftar pustaka
1. dr. Jamil NA. Pengambil keputusan. [Internet]. 2016. [cited 2019 March 23]
Available from https://fk.uii.ac.id/upload/klinik/elearning/ikm/pengambilan-
keputusan-fkuii-naj.pdf
2. Wahyuni T. Penggunaan analisis ABC untuk pengendalian persediaan barang
habis pakai : studi kasus di program vokasi UI. Jurnal vokasi Indonesia. 2015 ;
(3) 2 : 1 - 20

Anda mungkin juga menyukai