METODOLOGI PENELITIAN
“VALIDITAS DAN REALIBILITAS”
Dosen Pengampu:
Dr. Mery Ramadani, S.K.M., M.K.M.
Oleh Kelompok 2:
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang masih memberikan kita
kesehatan, sehingga kami dari kelompok 2 dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini
dengan judul “Validitas Dan Realibilitas”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Metodologi Penelitian. Dalam makalah ini mengulas tentang “Validitas Dan
Realibilitas”. Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam menyusun makalah ini. Penulis juga berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.
Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan
dari para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah pada tugas
yang lain dan pada waktu mendatang.
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
iii
3.1 Kesimpulan ...............................................................................................20
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian validitas dan reliabilitas
2. Untuk mengetahui jenis-jenis validitas dan reliabilitas
3. Untuk mengetahui prinsip validitas dan reliabilitas
4. Untuk mengetahui cara menghitung validitas dan reliabilitas
5. Untuk mengetahui hal yang mempengaruhi validitas dan reliabilitas
6. Untuk mengetahui hubungan antara keandalan (reliabilitas) dan kesahihan (validitas)
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Validitas
2.1.1 Pengertian Validitas
Validitas menurut Sugiyono (2016) menunjukkan derajat ketepatan antara
data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dikumpulkan oleh
peneliti untuk mencari validitas sebuah item, mengkorelasikan skor item dengan total
item- item tersebut. Jika koefisien antara item dengan total item sama atau diatas 0,3
maka item tersebut dinyatakan valid, tetapi jika nilai korelasinya dibawah 0,3 maka
item tersebut dinyatakan tidak valid. Validitas berasal dari kata validity yang
mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukam fungsi ukurannya (Azwar 1986). Selain itu validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukkan bahwa variabel yang diukur memang benar-benar variabel yang
hendak diteliti oleh peneliti (Cooper dan Schindler, dalam Zulganef, 2006).
Sedangkan menurut Sugiharto dan Sitinjak (2006), validitas berhubungan
dengan suatu peubah mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas dalam
penelitian menyatakan derajat ketepatan alat ukur penelitian terhadap isi sebenarnya
yang diukur. Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana
alat ukur yang digunakan dalam suatu mengukur apa yang diukur. Ghozali (2009)
menyatakan bahwa uji validitas digunakan untuk mengukur sah, atau valid tidaknya
suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu instrumen penelitian dapat
mengukur apa yang ingin diukur. Jika kita hendak mengukur berat suatu benda maka
kita harus menggunakan timbangan. Timbangan merupakan alat ukur yang valid jika
dipakai untuk mengukur berat, karena timbangan memang mengukur berat. Jika kita
hendak mengukur panjang suatu benda maka kita harus menggunakan meteran karena
3
meteran merupakan alat yang valid untuk mengukur panjang suatu benda. Namun
timbangan bukanlah alat yang valid untuk mengukur panjang suatu benda.
Suatu tes dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi jika tes tersebut
menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai
dengan maksud dikenakannya tes tersebut. Suatu tes menghasilkan data yang tidak
relevan dengan tujuan diadakannya pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki
validitas rendah. Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan
pengukuran. Suatu alat ukur yang valid dapat menjalankan fungsi ukurnya dengan
tepat, juga memiliki kecermatan tinggi. Arti kecermatan disini adalah dapat
mendeteksi perbedaan-perbedaan kecil yang ada pada atribut yang diukurnya.
Dalam pengujian validitas terhadap kuesioner, dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Validitas faktor
Validitas faktor diukur bila item yang disusun menggunakan lebih dari
satu faktor (antara faktor satu dengan yang lain ada kesamaan). Pengukuran
validitas faktor ini dengan cara mengkorelasikan antara skor faktor (penjumlahan
item dalam satu faktor) dengan skor total faktor (total keseluruhan faktor).
b. Validitas item
Ditunjukkan dengan adanya korelasi atau dukungan terhadap item total
(skor total), perhitungan dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor item
dengan skor total item. Bila kita menggunakan lebih dari satu faktor berarti
pengujian validitas item dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan
skor faktor, kemudian dilanjutkan mengkorelasikan antara skor item dengan skor
total faktor (penjumlahan dari beberapa faktor). Dari hasil perhitungan korelasi
akan didapat suatu koefisien korelasi yang digunakan untuk mengukur tingkat
validitas suatu item dan untuk menentukan apakah suatu item layak digunakan
atau tidak. Dalam penentuan layak atau tidaknya suatu item yang akan digunakan,
biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05,
artinya suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total.
Untuk melakukan uji validitas ini menggunakan program SPSS. Teknik
pengujian yang sering digunakan para peneliti untuk uji validitas adalah
4
menggunakan korelasi Bivariate Pearson (Produk Momen Pearson). Analisis ini
dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total. Skor
total adalah penjumlahan dari keseluruhan item. Item-item pertanyaan yang
berkorelasi signifikan dengan skor total menunjukkan item-item tersebut mampu
memberikan dukungan dalam mengungkap apa yang ingin diungkap à Valid. Jika
r hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-item
pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).
5
memiliki validitas isi yang rendah. Mengapa? Sebab status ekonomi keluarga
tidak hanya ditentukan oleh penghasilan kepala keluarga saja, melainkan juga
penghasilan isteri, dan juga kadang-kadang penghasilan anak-anak.
b. Validitas Konstruk
Validitas konstruk atau Construct Validity merupakan validitas yang
mempermasalahkan seberapa jauh butir tes dapat mengukur apa yang benar-benar
hendak diukur yang sesuai dengan konsep khusus atau definisi konseptual yang
telah ditetapkan. Validitas konstruk berhubungan dengan kejadian dan objek yang
abstrak, tetapi gejalanya dapat diamati dan diukur. Validitas konstruk dapat
dipakai dalam mengukur sikap, minat konsep diri, fokus kontrol, gaya
kepemimpinan, motivasi berprestasi dan lainnya, ataupun yang sifatnya performa
maksimum seperti instrumen untuk mengukur bakat (tes bakat), intelegensi
(kecerdasan intelektual), kecerdasan, emosional dan lainnya.
Validitas ini berkaitan dengan apakah alat penelitian yang dipakai telah
disusun berdasarkan kerangka (construct) teoretis yang tepat dan relevan.
Kuesioner yang memiliki validitas konstruk tinggi selalu berdasarkan defi nisi
atau batasan para ahli tentang konsep tersebut, bukan pada defi nisi kamus.
Misalnya, kita ingin mengukur efektifi tas kepemimpinan kepala sekolah, maka
perlu ditentukan dulu konsep teoretis tentang teori efektivitas dan kepemimpinan
serta hubungan keduanya dalam efektivitas kepemimpinan di sekolah.
Berdasarkan batasan-batasan tersebut, Anda dapat menyusun butir-butir
pernyataan dan/atau pertanyaan-pertanyaan yang sesuai. Dengan SPSS, item-item
kuesioner dan/atau tes perlu diukur dengan menggunakan analisis faktor.
6
kinerja tertentu pada ukuran luar atau yang lain. Contoh pemakaian validitas
kriteria adalah tes intelejensi yang berkorelasi dengan rata-rata nilai akademis.
Dengan asumsi, jika intelejensi seseorang tinggi, maka yang akan terjadi dia
mendapatkan nilai akademis yang bagus.
Criterion validity berkaitan dengan apakah alat pengukuran yang baru
sudah tepat sesuai dengan instrumen pengukuran lainnya yang dianggap sebagai
model atau telah dipakai secara luas dalam bidang ilmu tertentu. Dalam konteks
ini, peneliti perlu membandingkan instrumen penelitian yang baru dengan
instrumen penelitian. Dalam bidang psikologi misalnya, hasil tes dengan
menggunakan alat pengukuran kecerdasan yang baru dikorelasikan dengan alat
pengukuran kecerdasan yang telah dipakai secara luas, yakni Stanford-Binet. Dua
hal utama yang perlu dibandingkan ialah konteks responden yang terdapat dalam
kedua alat pengukuran dan secara khusus dalam penelitian korelasi, skor hasil tes
perlu dibandingkan untuk melihat nilai korelasi koefi sien kedua instrumen. Huck
(2012) menjelaskan bahwa Korelasi Pearson dipakai untuk melihat korelasi kedua
skor instrumen. Semakin besar nilai korelasi Pearson (r) kedua instrumen,
semakin tinggi tingkat validitas instrumen tersebut.
d. Validitas Muka
7
a. Interpretasi yang diberikan pada asesmen hanya valid terhadap derajat yang
diarahkan ke suatu bukti yang mendukung kecocokan dan kebenarannya.
b. Penggunaan yang bisa dibuat dari hasil asesment hanya valid terhadap derajat yang
arahnya ke suatu bukti yang mendorong kecocokan dan kebenarannya.
c. Interpretasi dan kegunaan dari hasil assessment hanya valid ketika nilai (value)
yang didaparkan sesuai.
d. Interpretasi dan kegunaan dari hasil asesment hanya valid ketika konsekuensi
(consequences) dari interpretasi dan kegunaan ini konsisten dengan nilai
kecocokan.
Dalam menguji validitas tiap butir soal, maka skor yang ada pada butir yang
dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Skor tiap butir soal dinyatakan dengan skor
X dan skor total dinyatakan dengan skor Y. Dengan diperolehnya indeks validitas tiap
butir soal, dapat diketahui butir soal mana yang memenuhi syarat bisa dilihat dari
indeks validitasnya. Untuk menentukan koefisien korelasi antara skor hasil tes yang
akan diuji validitasnya dengan hasil tes yang terstandar yang dimiliki orang yang sama
dapat memakai rumus korelasi produk momen.
8
Hitung koefisien validitas instrumen yang diuji (r-hitung), yang mempunyai
nilai sama dengan korelasi hasil langkah sebelumnya dikali dengan koefisien validitas
instrumen terstandar.
2.2 Reliabilitas
2.2.1 Definisi Uji Reabilitas
9
Uji Reabilitas menurut Sugiyono (2012) adalah sejauh mana hasil pengukuran
dengan menggunakan objek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Uji
reabilitas kuesioner dalam penelitian digunakan metode split half item tersebut dibagi
menjadi dua kelompok yaitu kelompok item ganjil dan kelompok item genap.
Kemudian masing- masing kelompok skor tiap itemnya dijumlahkan sehingga
menghasilkan skor total. Apabila korelasi 0,7 maka dikatakan item tersebut
memberikan tingkat reliable yang cukup, sebaliknya apabila nilai korelasi dibawah 0,7
maka dikatakan item tersebut kurang reliable.
Reliabilitas berasal dari kata reliability. Pengertian dari reliability (rliabilitas)
adalah keajegan pengukuran (Walizer, 1987). Sugiharto dan Situnjak (2006)
menyatakan bahwa reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa instrumen yang
digunakan dalam penelitian untuk memperoleh informasi yang digunakan dapat
dipercaya sebagai alat pengumpulan data dan mampu mengungkap informasi yang
sebenarnya dilapangan. Ghozali (2009) menyatakan bahwa reliabilitas adalah alat
untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari peubah atau konstruk.
Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas suatu test
merujuk pada derajat stabilitas, konsistensi, daya prediksi, dan akurasi. Pengukuran
yang memiliki reliabilitas yang tinggi adalah pengukuran yang dapat menghasilkan
data yang reliable.
Menurut Masri Singarimbun, realibilitas adalah indeks yang menunjukkan
sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat
pengukur dipakai dua kali – untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran
yang diperoleh relative konsisten, maka alat pengukur tersebut reliable. Dengan kata
lain, realibitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam pengukur gejala
yang sama. Menurut Sumadi Suryabrata (2004: 28) reliabilitas menunjukkan
sejauhmana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya. Hasil pengukuran
harus reliabel dalam artian harus memiliki tingkat konsistensi dan kemantapan.
Reliabilitas, atau keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran
atau serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang
sama (tes dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk pengukuran
10
yang lebih subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip
(reliabilitas antar penilai). Reliabilitas tidak sama dengan validitas. Artinya
pengukuran yang dapat diandalkan akan mengukur secara konsisten, tapi belum tentu
mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian, reliabilitas adalah sejauh
mana pengukuran dari suatu tes tetap konsisten setelah dilakukan berulang-ulang
terhadap subjek dan dalam kondisi yang sama. Penelitian dianggap dapat diandalkan
bila memberikan hasil yang konsisten untuk pengukuran yang sama. Tidak bisa
diandalkan bila pengukuran yang berulang itu memberikan hasil yang berbeda-beda.
Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empirik ditunjukan oleh suatu angka yang disebut
nilai koefisien reliabilitas. Reliabilitas yang tinggi ditunjukan dengan nilai rxx
mendekati angka 1. Kesepakatan secara umum reliabilitas yang dianggap sudah cukup
memuaskan jika ≥ 0.700.
Reliabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menujukkan sejauh mana
suatu hasil pengukuran relatif konsisten (memperoleh hasil yang sama) apabila
pengukuran dilakukan secara berulang. Contoh seseorang mengukur tinggi badan dua
orang dengan dua jenis alat ukur, satu menggunakan microtoice dan yang lainnya
menggunakan meter line yang terbuat dari plastik. Setiap alat pengukur digunakan
sebanyak tiga kali untuk mengukur orang yang sama. Besar sekali kemungkinan hasil
pengukuran yang diperoleh dengan kedua alat pengukur tersebut akan berbeda.
Pengukuran yang dilakukan dengan microtice secara relatif akan menunjukkan hasil
yang sama dari ketiga pengukuran. Sedangkan pengukuran yang dilakukan dengan
meter line kemungkinan besar mendapatkan hasil yang berbeda. Dari contoh itu dapat
disimpulkan bahwa microtoice merupakan alat yang reliabel untuk mengukur tinggi
badan, sedangkan meter line adalah alat pengukur yang kurang reliabel. Setiap
instrumen pengukuran mestinya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil
pengukuran yang konsisten. Prosedur teknis pengujian reliabilitas dengan
menggunakan nilai loading factor pengujian Confi rmatory Factor Analysis, untuk
dimasukan di dalam rumusan (Formula) pengujian Composite Reliability dan Average
Variance Extracted (AVE). Pengujian reliabilitas instrumen dengan menggunakan
rumus Alpha Cronbach karena instrumen penelitian ini berbentuk angket dan skala
bertingkat. Rumus Alpha Cronbach sebagai berikut :
11
Keterangan :
12
menunjukkan reliabilitas dari tes ini. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam
pengukuran reliabilitas tes ulang adalah:
1) Jangka waktu antara kedua pengambilan penilaian
2) Stabilitas yang diharapkan dari kinerja yang diukur.
Secara umum, semakin lama antara interval pelaksanaan tes yang
berulang, semakin rendah tingkat reliabilitasnya. Pendekatan tes ulang
merupakan pemberian perangkat tes yang sama terhadap sekelompok subjek
sebanyak dua kali dengan selang waktu yang berbeda. Asumsinya adalah bahwa
skor yang dihasilkan oleh tes yang sama akan menghasilkan skor tampak yang
relatif sama. Estimasi reliabilitas dengan pendekatan tes ulang akan
menghasilkan koefisien stabilitas (stability). Untuk memperoleh koefisien
reliabilitas melalui pendekatan tes ulang dapat dilakukan dengan menghitung
koefisien korelasi linier antara distribusi skor subyek pada pemberian tes
pertama dengan skor subjek pada pemberian tes kedua.
b. Metode Bentuk Paralel (Equivalent)
Tes paralel atau tes equivalent adalah dua buah tes yang mempunyai
kesamaan tujuan, tingkat kesukaran dan susunan tetapi butir-butir soalnya
berbeda, dalam istilah bahasa Inggris disebut alternate-forms method (parallel
forms). Pengujian reliabilitas instrument dengan cara ini cukup dilakukan sekali,
tetapi instrumennya dua, pada responden yang sama, waktu sama, instrument
berbeda. Reliabilitas instrument dihitung dengan cara mengkorelasikan antara
data instrument yang satu dengan data instrument yang dijadikan ekuivalen. Bila
korelasi positif dan signifikan, maka instrument dapat danyatakan reliable.
Kelemahan dari metode ini adalah bahwa pengetes pekerjaannya berat karena
harus menyusun dua seri tes. Lagipula harus tersedia waktu yang lama untuk
mencobakan dua kali tes.
c. Metode Gabungan (paralel form and alternative form reliability estamete)
Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua
instrument yang ekuivalen itu beberapa kali, ke responden yang sama. Reliabilitas
instrument dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrument, setelah itu
dikorelasikan pada pengujian kedua dan selanjutnya dikorelasikan silang. Jika
13
dengan dua kali pengujian dalam waktu yang berbeda maka akan dapat dianalisis
keenam koefesien reliabilitas. Bila keenam koefesien korelasi itu semuanya
positif dan signifikan maka dapat dinyatakan bahwa instrument tersebut reliable.
d. Tes konsistensi internal (Internal consistency)
Tes konsistensi internal yang paling tepat dipakai ialah Alpha’s Cronbach
atau disebut juga dengan alpha coefi cient. Rentangan nilai koefi sien alpha
berkhisar antara 0 (tanpa reliabilitas) sampai dengan 1 (reliabilitas sempurna).
Para ahli (Manning & Munro, 2006; Gregory, 2000; Nunally, 1978) menentukan
nilai koefi sien alpha sebagai berikut:
0 = Tidak memiliki reliabilitas (no reliability)
> .70 = Reliabilitas yang dapat diterima (Acceptable reliability);
> .80 = Reliabilitas yang baik (good reliability); dan
.90 = Reliabilitas yang sangat baik (excellent reliability)
1 = Reliabilitas sempurna (perfect reliability)
Namun demikian, beberapa pakar menjelaskan bahwa semakin banyak
item/ pernyataan butir skala pengukuran Anda makin tinggi tingkatan nilai
reliabilitasnya (Pallant, 2005, 2010). Dia kemudian menjelaskan bahwa nilai
koefi sien, misalnya .5, dapat dipengaruhi oleh skala pengukuran yang terdiri
atas < 10 item butir pernyataan. Dalam SPSS Statistik, pengujian konsistensi
internasil melalui Cronbach’s analysis merupakan yang paling umum digunakan
peneliti.
a. Rumus Spearman-Brown
14
Keterangan:
ri = reliabilitas instrument
rb = indeks korelasi antara dua belahan instrument
N = banyaknya responden
X = belahan pertama
Y = belahan kedua
b. Rumus Flanagan
Keterangan :
ri = reliabilitas instrument
v1 = varians belahan pertama (varian skor butir-butir ganjil)
v2 = varians belahan kedua (varian skor butir-butir genap)
vt = varians skor total
c. Rumus Rulon
15
Keterangan:
ri = reliabilitas instrument
Vt = varians total atau varians skor total
Vd = varians (varians difference)
d = skor pada belahan awal dikurangi skor pada belahan akhir
d. Rumus KR 20
Keterangan:
ri = reliabilitas instrument
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
pi = proporsi subjek yang menjawab betul pada suatu butir (proporsi subjek yang mendapat
skor 1)
e. Rumus KR 21
16
Keterangan:
ri = reliabilitas instrument
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
p = skor rata-rata
Keterangan:
ri = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
17
Variabilitas pengamat menunjukkan variabilitas yang terjadi pada pemeriksa,
misalnya pemilihan kata pada wawancara, atau keterampilan tangan seseorang dalam
mengoperasikan alat ukur. Variabilitas subyek merujuk pada variasi biologis, misalnya
flukfuasi emosi, tekanan darah, irama sirkadian, atau pemakaian obat oleh subyek,
sedangkan variabilitas instrumen merujuk pada hal-hal yang mempengaruhi ketepatan,
misab:rya perubahan sensitivitas alat, suhu atau kelembaban kamar, atau derajat
kebisingan sekitar.
18
Gambar (a) dan (b) adalah Ilustrasi hubungan antara keandalan dan kesahihan
pengukuran pada pengukuran yang dilakukan berulang kali. Pengukuran A yang memberi
variasi yang sempit (keandalannya baik) dan reratanya dekat dengan nilai sebenamya
(kesahihannya baik). Pengukuran B memberikan variabilitas nilai yang lebar
(keandalannya kurang) namun nilai reratanya dekat dengan nilai sebenamya
(kesahihannya baik). Pengukuran C memberi variabilitas yang sempit (keandalannya
baik) namun rerata hasil pengukuran menyimpang dari.nilai yang sebenamya
(kesahihannya kurang). Pengukuran D memberi variabilitas nilai yang lebar
(keandalannya kurang) ftunun nilai reratanya menyimpang dari nilai sebenamya
(kesahiharunya kurang).
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Validitas menurut Sugiyono (2016) menunjukkan derajat ketepatan antara data
yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dikumpulkan oleh peneliti untuk
mencari validitas sebuah item, mengkorelasikan skor item dengan total item- item tersebut.
Jika koefisien antara item dengan total item sama atau diatas 0,3 maka item tersebut
dinyatakan valid, tetapi jika nilai korelasinya dibawah 0,3 maka item tersebut dinyatakan
tidak valid. Suatu tes dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi jika tes tersebut
menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai
dengan maksud dikenakannya tes tersebut. Suatu tes menghasilkan data yang tidak relevan
dengan tujuan diadakannya pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas
rendah. Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat
ukur yang valid dapat menjalankan fungsi ukurnya dengan tepat, juga memiliki kecermatan
tinggi. Arti kecermatan disini adalah dapat mendeteksi perbedaan-perbedaan kecil yang ada
pada atribut yang diukurnya. Dalam pengujian validitas terhadap kuesioner, dibedakan
menjadi 2, yaitu : validitas factor dan validitas item.
Dari hasil perhitungan korelasi akan didapat suatu koefisien korelasi yang
digunakan untuk mengukur tingkat validitas suatu item dan untuk menentukan apakah suatu
item layak digunakan atau tidak. Dalam penentuan layak atau tidaknya suatu item yang akan
digunakan, biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi
0,05, artinya suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total. Untuk
melakukan uji validitas ini menggunakan program SPSS. Teknik pengujian yang sering
digunakan para peneliti untuk uji validitas adalah menggunakan korelasi Bivariate Pearson
(Produk Momen Pearson). Analisis ini dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor
item dengan skor total. Skor total adalah penjumlahan dari keseluruhan item. Reabilitas
menurut Sugiyono (2012) adalah sejauh mana hasil pengukuran dengan menggunakan objek
yang sama akan menghasilkan data yang sama. Uji reabilitas kuesioner dalam penelitian
digunakan metode split half item tersebut dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok
item ganjil dan kelompok item genap. Uji ini dilakukan sebanyak dua kali, pengukuran
20
pertama dan ulangnya. Kedua pengukuran dapat dilakukan oleh orang yang sama atau
berbeda. Dalam hal ini perlu diatur bahwa proses pengukuran kedua, keadaan yang diukur
itu harus benar-benar sama. Selanjutnya hasil pengukuran yang pertama dan yang kedua
dikorelasikan dan hasilnya menunjukkan reliabilitas dari tes ini. Hal penting yang perlu
diperhatikan dalam pengukuran reliabilitas tes ulang adalah:
1) Jangka waktu antara kedua pengambilan penilaian
2) Stabilitas yang diharapkan dari kinerja yang diukur.
Keandalan maupun kesahihan suatu pengukuran bukanlah merupakan sesuatu yang
all or none, andal (sahih) atau tidak andal (tidak sahih), namun tetapi lebih merupakan
spektrum 'daerah kelabu. Keandalan dan kesahihan alat ukur atau pengukuran biasanya
dinyatakan secara kualitatif (atau semi-kuantitatif ) sebagai amat buruk, buruk, kurang,
cukup, baik, sangat baik.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan mencoba memperbaiki kesalahan tersebut. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun mengenai
pembahasan makalah dan kesimpulan di atas.
21
Daftar Pustaka
Budiastuti D, Bandur A. Validitas dan Reabilitas Penelitian [Internet]. Binus. 2018. 1–232 p.
Available from: www.mitrawacanamedia.com
22