Anda di halaman 1dari 4

Tantangan Akidah atau Iman Islam Dalam Kehidupan Modern

Kehidupan masyarakat modern identic dengan kecenderungan untuk


mendewakan ilmu pengetahuan dan teknologi dan mengesampingkan agama
demi kehidupan duniawi. Mereka beranggapan bahwa teknologi dan ilmu
pengetahuan dapat meningkatkan taraf kehidupan. Namun, tidak selamanya
begitu. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di zaman modern tidak
hanya membawa dampak positif, namun juga membawa dampak negatif.

Selain permasalahan dalam ilmu pengetahuan, masyarakat modern juga


menghadapi permasalahan dalam aspek lainnya. Aspek-aspek tersebut meliputi
aspek politik, social, spiritual, etika, dan lain-lain. Dalam aspek politik, terjadi
perebutan kekuasaan. Dalam perebutan kekuasaan ini, beberapa pihak
menghalalkan segala cara untuk memenangkan perebutan tersebut, yang dapat
menjauhkan mereka dari surga. Pada aspek social, terdapat masalah rasisme dan
konflik antar individu atau kelompok. Padahal, dewasa ini, kita hidup dengan
kehidupan multirasial. Kita hidup berdampingan dengan kelompok lain, yang
seharusnya hidup damai, malah membuat konflik yang meresahkan berbagai
pihak.

Pada aspek spiritual, masih banyak orang-orang di zaman sekarang yang


terbuai dengan kehidupan glamor, hedonism, dan lain-lain yang tentunya
bertentangan dengan prinsip Islam. Akibat perilaku ini, banyak pula manusia
yang merasa gelisah, depresi, tidak percaya diri, stress, dan tidak memiliki
pegangan hidup. Perasaan tersebut muncul karena mereka takut akan
kehilangan semua yang dimilikinya, takut bahwa apa yang mereka capai jauh
dibawah harapan mereka, persaingan tinggi, dan banyak dosa yang dilakukan.

Dalam aspek etika, sudah merupakan rahasia umum jika masyarakat


modern mulai kerap menampilkan sifat mereka yang kurang terpuji,
menyimpang dari norma agama, adat, susila, dan hukum. Contohnya dapat
dilihat dengan maraknya KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) dalam instansi
Negara atau swasta, meningkatnya tingkat kejahatan, menurunnya etos kerja
para karyawan, dan lain-lain.

Hal-hal yang disebutkan diatas merupakan tantangan besar untuk iman


berperan sebagai obat dari masalah-masalah yang dialami oleh masyarakat
modern. Terhadap semua krisis yang dialami manusia sekarang ini, akidah
Islam merupakan penawar bagi problema masyarakat saat ini.

Proses Pembentukan Akidah atau Iman

Benih iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan


pemupukan yang terus-menerus. Bibit unggul yang tidak dikelola dengan baik
tidak akan tumbuh menjadi baik pula. Begitu pula dengan iman. Pengaruh baik
atau buruk yang kita ajari pada seseorang, seperti tingkah laku, sikap,
kebiasaan, Bahasa, dan lain-lain akan memengaruhi keimanan seseorang.

Pendidikan keluarga berpengaruh dalam pembentukan iman seseorang,


baik secara langsaung maupun secara tidak langsung. Disinilah peran orang tua
muncul. Orang tua adalah panutan atau role model terhadap anak-anaknya.
Apabila orang tua mengajarkan perilaku baik pada anak-anaknya, anak-anak
tersebut besar kemungkinan akan tumbuh menjadi anak yang baik pula.
Begitupun sebaliknya.

Pada dasarnya, proses pembentukan iman diawali dengan proses


perkenalan yang akan meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran
Allah merupakan langkah awal untuk mencapai iman pada Allah. Selain proses
pengenalan, proses pembiasaan juga harus diperhatikan. Tanpa pembiasaan,
orang yang awalnya diajarkan dengan baik, orang yang diajarkan bisa saja
dilupakan dan akan meninggalkan ajaran baik itu. Terdapat lima prinsip dalam
proses penanaman iman.

1. Prinsip pembinaan berkesinambungan


Proses pembentukan iman merupakan suatu proses yang esensial, terus
menerus, dan tidak berkesudahan. Belajar adalah suatu proses yang
memungkinkan orang untuk bersikap lebih selektif. Untuk melakukan ini,
diperlukan motivasi sejak dini. Oleh karena itu, diperlukan motivasi untuk
belajar yang harus dipupuk sejak kecil.

2. Prinsip internalisasi atau individualisasi

Suatu nilai hidup dapat lebih mantap terjelma apabila anak didik diberi
kesempatan untuk menghayatinya melalui suatu peristiwa internalisasi dan
individualisasi. Internalisasi merupakan usaha menerima nilai sebagai bagian
dari sikap mentalnya. Individualisasi merupakan penempatan nilai yang serasi
dengan kepribadiannya. Melalui pengalaman penghayatan pribadi, ia bergerak
memenuju satu penjelmaan dan perwujudan nilai dalam diri manusia secara
lebih amaliah, daripada mewujudkan secara utuh.

3. Prinsip sosialisasi

Pada umumnya, nilai-nilai hidup baru benar-benar mempunyai arti bila


telah memeroleh dimensi social. Oleh karena itu, suatu bentuk tingkah laku
terpola baru teruji tuntas bila sudah diterima secara social. Implikasinya ialah
bahwa usaha pembentukan tingkah laku tidak hanya diukur keberhasilannya
pada tingkat individu, melainkan mengutamakan penilaian dalam kaitan
kehidupan interaksi sosialnya.

4. Prinsip konsistensi dan koherensi

Nilai iman lebih mudah tumbuh apabila ditangani secara konsisten, yaitu
secara tetap dan konsekuen, serta secara koheren. Koheren disini berarti tanpa
mengandung pertentangan antar nilai. Implikasinya ialah bahwa usaha yang
dikembangkan untuk mempercepat tumbuhnya tingkah laku hendaknya selalu
konsisten dan koheren. Alasannya, cara dan konsekuensinya dapat sihayati
dalam bentuk yang jelas dan terpola serta tidak berubah-ubah tanpa arah,

5. Prinsip integrasi

Hakikat kehidupan sebagai totalitas senantiasa menghadapkan setiap orang


pasa problematika kehidupan yang menuntut pendekatan secara luas dan
menyeluruh. Jarang sekali ada fenomena kehidupan yang berdiri sendiri, begitu
pula dengan setiap nilai hidup. Oleh karena itu, tingkah laku yang dihubungkan
dengan iman tidak dapat dibentuk secara terpisah. Implikasinya ialah nilai iman
tidak dapat diajarkan secara terpisah, namun melalui pendekatan yang
integrative.

Muhammad Zidnii Ilman

Islam-20

1706022432

FG 1

Anda mungkin juga menyukai