Anda di halaman 1dari 3

PENGUBAHAN PERILAKU MELALUI COUNTERCONDITIONING

Nathalia Nindi Kristyaningrum1


Universitas Sanata Dharma
(089114043)

Tulisan ini berminat pada Terapi Behavioral mengenai Counterconditioning menurut Mary Cover

Jones (1924). Pada Terapi Behavioral dijelaskan bahwa kecemasan yang timbul pada diri

seseorang dikarenakan prinsip sederhana suatu kondisi, yaitu reaksi emosi yang kuat tersebut

mengganggu kehidupan seseorang dari tidak adanya alasan baik adalah sering seseorang

merespon kondisi yang dialaminya dengan tidak mengakui apa yang telah dilakukan

sebelumnya. Dalam Counterconditioning, sebuah respon baru adalah menggantikan suatu

kondisi, atau berlawanan terhadap sebuah respon maladaptive. Mary Cover Jones menunjukkan

bahwa suatu ketakutan dapat kita lewati dengan cara mengkondisikannya.

Untuk dapat melalui kecemasan tersebut dengan mengkondisikannya, terdapat teknik-teknik

counterconditioning yang dapat digunakan untuk membantu individu dalam melewati

kecemasannya sebagai berikut. Pertama, systematic desensitization technique, Joseph Wolpe

(1958, 1973) mengamati bahwa susunan syaraf kecemasan tidak dapat menjadi rileks dan tegang

dalam waktu yang bersamaan karena proses yang tidak harmonis ini tidak dapat menjadi

stimulasi yang aktif. Wolpe mengajarkan pada pasiennya untuk rileks dan membayangkan situasi

yang mereka takutkan. Stimulus ketakutan pada saat dijadikan rileks dan hal tersebut dalam

tahapan yang penuh. Kedua, flooding technique, para klien setuju untuk diletakan dalam suatu

kondisi yang menyebabkan mereka merasa cemas dan takut. Contohnya, seseorang dengan

1 Penulis bergabung dengan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta; dapat dihubungi
pada kristyaningrum.cutegirl.nathal@gmail.com dan 62-931-179-454
claustrophobia bersedia menjalani terapinya dengan ditempatkan pada ruang yang gelap dan

tertutup. Contoh teknik dari flooding yang lainnya adalah dengan cara pasien didengarkan suatu

rekaman yang menggambarkan keadaan yang sangat mengerikan dalam ketakutan phobia dengan

perincian yang baik, antara satu hingga dua jam. Suatu ketakutan akan hilang pada saat klien

menempatkan dirinya pada suatu situasi yang menakutkan untuknya. Ketiga, aversion therapy,

digunakan dalam prosedur counterconditioning untuk memasangkan stimulus dengan stimulus

kuat yang berbahaya sama seperti kejutan listrik. Saat ini, reaksi negative yang sama didapatkan

dengan menarik stimulus dan seseorang mengembangkan apa yang tidak disukainya lalu

mengganti keinginan terlebih dahulu. Contohnya, seseorang dengan self-injurious behaviors,

seperti memukul kepalanya sendiri atau membenturkan kepalanya pada suatu obyek tertentu.

Ketika orang tersebut mulai berperilaku demikian, orang itu perlu diberikan kejutan listrik.

Pengobatan ini effective untuk menghilangkan perilaku seseorang yang memiliki kecenderungan

melukai dirinya sendiri, tetapi tidak semua pasien dapat diberikan kejutan listrik (Duker dan

Seys, 1996).

Terapi Counterconditioning merupakan bagian dari Terapi Behavioral (Mary Cover Jones, 1924).

Untuk dapat melewati suatu kecemasan seseorang dapat melakukan terapi dengan teknik-teknik

dalam Terapi Counterconditioning, yaitu systematic desensitization technique, flooding

technique, dan aversion therapy.

KEPUSTAKAAN

Duker, P.C., dan Seys, D.M. (1996). Long-term use of electrical aversion treatment with self-
injurious behaviour. Reseach in Developmental Disabilities,17, 293-301.
Jones, M.C. (1924). A laboratory study of fear: The case of Peter. Pedagogical Seminary and
Journal of Genetic Psychology, 31, 308-315.
Wolpe, J. (1973). The practice of behaviour therapy (2nd ed.). New York: Pergamon Press.

Anda mungkin juga menyukai