Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP PERSEPSI MAHASISWA

2.1.1 Definisi Persepsi

Persepsi berasal dari Bahasa inggris yaitu perception berarti menerima

atau mengambil. Menurut lavitt (dalam Desmita, 2011) perception adalah

penglihatan, yaitu bagaimana seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti

luas, perception adalah pandangan bagaimana seseorang memandang atau

mengartikan sesuatu. Para ahli pun mengidentifikasi persepsi secara berbeda,

definisi persepsi menurut Chaplin (dalam Desmita, 2011) mengartikan

persepsi yaitu sebagai proses mengenali objek dan kejadian objektif melalui

indra.

Menurut Young dalam Adrian (2010), persepsi merupakan sebuah

aktivitas berupa mengindra, mengintegrasikan serta memberikan penelitian

pada objek-objek fisik ataupun sosial. Penginderaan tersebut biasanya

tergantung dari stimulus fisik dan social yang berada di dalam lingkungannya.

Sensori dari lingkungan inilah yang akan diolah Bersama-sama dengan hal

lainnya yang sudah dipelajari sebelumnya baik berupa harapan, nilai, ingatan,

sikap dan lainnya.

Menurut Jalaluddin (dalam Sulastri, 2012) mengungkapkan bahwa

persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan yang

diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Dapat

10
11

dikatakan bahwa persepsi adalah proses pemberian makna suatu objek

berdasarkan pengalaman. Dalam kaitannya tentang peran dosen pembimbing

dengan persepsi mahasiswa memiliki hubungan erat.

Menurut Kotler dan Keller (2016), persepsi tidak hanya bergantung

pada rangsangan fisik tapi juga rangsangan yang berhubungan dengan

lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan.

Zulkifli (2011) mengatakan bahwa dalam interaksi dengan orang lain

sehari-hari, maka persepsi tentang diri orang lain banyak ditentukan oleh

penampilan yang sifatnya “non verbal”.. dari pernyataan tersebut dapat

diartikan bahwa penampilan yang bersifat fisik dapat menentukan persepsi

orang lain terhadap diri seseorang.

2.1.2 Proses Terjadinya Persepsi

Walgito (2010) menyatakan bahwa terjadinya persepsi merupakan

suatu yang terjadi dalam tahap-tahap berikut:

1. Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses fisik,

merupakan suatu proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat indera

manusia.

2. Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis,

merupakan proses diteruskannya stimulus yang diterima oleh reseptor (alat

indera) melalui saraf-saraf sensoris.


12

3. Tahap ketiga, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses psikologik,

merupakan proses timbulnya kesadaran individu tentang stimulus yang

diterima reseptor.

4. Tahap ke empat, merupakan hasil yang diperoleh dan proses persepsi yaitu

berupa tanggapan dan prilaku.

2.1.3 Syarat-syarat Terjadinya Persepsi

Syarat terjadinya persepsi menurut suryono (2004) adalah sebagai berikut:

a. Objek yang dipersepsikan

Dengan adanya objek yang dipersepsikan maka objek tersebut menimbulkan

stimulus yang mengenai alat indera.

b. Adanya perhatian

Dengan adanya perhatian sebagai langkah awal untuk mengadakan persepsi,

perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktifitas

individu.

c. Adanya alat indera

Alat indera sebagai penerima stimulus dan syaraf sensori sebagai alat untuk

meneruskan stimulus yang diterima reseptor kepusat susunan syaraf yaitu

sebagai pusat kesadaran.

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Gibson (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

dibagi 2, yaitu faktor-faktor internal dan faktor eksternal sebagai berikut :


13

1. Faktor Internal, yaitu faktor yang mempengaruhi persepsi berkaitan

dengan kebutuhan psikologis, latar belakang Pendidikan, alat indera,

syaraf atau pusat susunan saraf, kepribadian dan pengalaman penerimaan

diri serta keadaan individu pada waktu tertentu.

a. Fisiologis

Informasi masuk alat indera lalu informasi yang di peroleh akan

mempengaruhi dan melengkapi untuk memberikan informasi

terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk

mempersepsikan pada setiap orang berbeda-beda sehingga

interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.

b. Perhatian

Individu memerlukan energi untuk memperhatikan dan

memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada

suatu objek. Karena energi setiap individu berbeda-beda sehingga

perhatian kepada seseorang terhadap obyek juga berbeda maka akan

mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek tersebut.

c. Kebutuhan yang searah

Faktor ini dilihat dari seberapa kuatnya seseorang atau individu untuk

mencari obyek atau pesan yang dapat memberikan informasi sesuai

dengan dirinya.

d. Pengalaman dan ingatan

Pengalaman dikatakan tergantung pada ingatan yang dimiliki, seperti

sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian lampau untuk

mengetahui suatu informasi atau rangsangan dalam pengertian luas.


14

e. Suasana hati

Emosi mempengaruhi prilaku seseorang karena mood menunjukan

bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi

bagaimana dalam menerima, bereaksi dan mengingat.

2. Faktor eksternal, merupakan faktor yang digunakan untuk

mempersepsikan obyek, orang, keadaan, lingkungan.

a. Ukuran dan penempatan dari objek atas stimulus

Faktor ini menyatakan bahwa semakin besarnya hubungan suatu

obyek, maka semakin muda untuk dipahami. Bentuk mempengaruhi

persepsi individu dengan melihat bentuk, ukuran suatu obyek individu

akan mudah untuk memperhatikan dan mmbentuk persepsi.

b. Warna dari obyek-obyek

Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih muda

untuk dipahami dibandingkan dengan obyek yang mempunyai sedikit

cahaya.

c. Keunikan dan kekontrakan stimulus

Stimulus yang penampilan luar dengan latar belakang dan

sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan

banyak menarik perhatian.

d. Intensitas dan kekuatan dari stimulus

Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering

diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan

dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa

mempengaruhi persepsi.
15

e. Motion atau gerakan

Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang

memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan

obyek yang diam.

Faktor lain yang mempengaruhi persepsi seseorang yaitu:

a. Faktor ciri khas dari objek stimulus, yang terdiri dari nilai, arti

emosional, familiaris dan integritaris.

b. Faktor pribadi, termasuk dalam ciri khas individu seperti taraf

kecerdasan, minat, emosi dan sebagainya.

c. Pengaruh kelompok: respon yang lain dapat mempengaruhi individu.

d. Faktor perbedaan latar belakang atau sosial budaya. Adanya latar

belakang maupun sosial budaya yang berbeda sangat mempengaruhi

persepsi seseorang yang satu dengan lainnya.

Gilmer (dalam Hapsari, 2004) persepsi dipengaruhi oleh berbagai faktor,

antara lain faktor belajar, motivasi, dan pemerhati perseptor atau pemersepsi

ketika proses persepsi terjadi. Dan karena ada beberapa faktor yang bersifat

yang bersifat subyektif yang mempengaruhi, maka kesan yang diperoleh

masing-masing individu akan berbeda satu sama lain.

2.1.5 Aspek-Aspek Persepsi

Lestari (2013) mengungkapkan bahwa persepsi terdiri dari berbagai

aspek adalah :
16

a. Seleksi

Seleksi adalah dimana konsumen memilih stimulus yang akan diterima

olehpancra inderanya berdasarkan kebutuhan yang dipengaruhi oleh masa lalu

dan kebutuhan yang menjadi motivasinya.

b. Organisasi

Merupakan proses dimana mengumpulakan atau mengkategorikan kelompok-

kelompok stimulus yang ada menjadi satu kesatuan yang utuh secara

menyeluruh.

c. Interpretasi

Interpretasi merupakan keadaan yang terjadi ketika seseorang memberikan

makna terhadapat masukan informasi yang dipengaruhi oleh faktor

karakteristik individu, stimulus, situasional dan bagaimana informasi tersebut

ditampilkan.

2.1.6 Persepsi Mahasiswa tentang Peran Dosen Pembimbing

Persepsi mahasiswa tentang peranan dosen pembimbing skripsi

adalah dalam aspek: Pengarahan dalam penetapan pokok skripsi,

pembimbingan dalam penulisan proposal, identifikasi masalah, pengkajian

teori dan pencarian buku dan bahan rujukan; pembimbingan dalam pemilihan

metode penelitian, populasi dan sampling, penyusunan dan uji coba intrumen

penelitian; penyajian dan analisis data; serta perumusan kesimpulan dan saran.

Pembimbingan teknik penulisan karya tulis ilmiah (teknik pengutipan, daftar

pustaka, dan format penulisan); pemantauan kegiatan mahasiswa ketika

melakukan penelitian di lapangan; dan akhir membantu atau membela


17

mahasiswa bimbingan ketika ujian skripsi yang diuji oleh tim penguji

(Zulkifli.2011)

2.1.7 Definisi Mahasiswa

Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di

perguruan tinggi tertentu baik negri maupun swasta atau Lembaga lain yang

stingkat dengan perguruan tinggi. Sedangkan menurut Susantoro (Rahmawati,

2006), mahasiswa merupakan kalangan muda yang berumur antara 19 sampai

28 tahun yang dalam usia tersebut mengalami suatu peralihan dari tahap

remaja ke tahap dewasa. Sosok mahasiswa juga kental dengan nuansa

kedinamisan dan sikap.

Menurut Siswoyo (2007) Mahasiswa dinilai memiliki tingkat

intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan kerencanaan dalam

bertindak. Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan

sifat yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa, yang merupakan

prinsip yang saling melengkapi.

2.1.8 Ciri-ciri Mahasiswa

Menurut Kartono (dalam Ulfah, 2010) ciri-ciri mahasiswa adalah:

a. Mahasiswa mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk belajar di

perguruan tinggi sehingga dapat digolongkan sebagai kaum intelegensia.

b. Mahasiswa diharapkan dapat bertindak sebagai pemimpin masyarakat atau

dalam dunia kerja.


18

c. Mahasiswa diharapkan dapat memasuki dunia kerja sebagai tenaga yang

berkualitas dan professional.

d. Mahasiswa diharapkan menjadi penggerak bagi proses modernisasi dalam

kehidupan masyarakat.

2.1.8.1 Tujuan Mahasiswa

Tujuan mahasiswa adalah untuk mencapai dan meraih taraf keilmuan

yang matang, artinya menjadi sarjana atau diploma, yang menguasai suatu

ilmu serta memahami wawasan ilmiah yang luas sehingga mampu bersikap

dan bertindak ilmiah dalam segala hal yang berkaitan dengan keilmuannya

untuk diberikan kepada masyarakatnya dan umat manusia, mahasiswa harus

mempunyai tujuan dan memahami benar tujuannya sebagai mahasiswa

(Yahya, 2008).

2.1.8.2 Hak dan Kewajiban Mahasiswa

Menurut pasal 109 dan 110 PP No. 60 Tahun 1999 hak mahasiswa adalah:

1. Menggunakan kebebasan akademik secara bertanggung jawab untuk

menuntut dan mengkaji ilmu sesuai dengan norma yang berlaku dalam

lingkungan akademik.

2. Memperoleh pengajaran sebaik-baiknya dan layanan akademik sesuai dengan

minat, bakat, dan kemampuan.

3. Memanfaatkan fasilitas perguruan tinggi dalam rangka kelancaran proses

belajar.
19

4. Mendapatkan bimbingan dari dosen yang bertanggung jawab atas program

studi.

5. Memperoleh layanan informasi yang berkaitan dengan program studi.

6. Menyelesaikan studi lebih awal dari jadwal yang ditetapkan sesuai dengan

persyaratan.

7. Memanfaatkan sumber daya perguruan tinggi melalui organisasi

kemahasiswaaan untuk mengurus dan mengatur kesejahteraan masyarakat.

8. Pindah ke perguruan tinggi lain atau program studi bila daya tampung

perguruan tinggi atau program yang bersangkutan memungkinkan.

9. Ikut serta dalam organisasi mahasiswa pada perguruan tinggi yang

bersangkutan.

Menurut pasal 109 dan 110 PP No. 60 Tahun 1999 kewajiban mahasiswa

adalah:

1. Mematuhi semua peraturan yang berlaku pada perguruan tinggi.

2. Ikut memelihara sarana dan prasarana serta kebersihan, ketertiban dan

keamanan perguruan tinggi.

3. Ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan kecuali bagi mahasiswa

yang dibebaskan dari kewajiban.

4. Menghargai ilmu pengetahuan, dan teknologi.

5. Menjaga nama baik perguruan tinggi yang bersangkutan.

6. Menjunjung tinggi kebudayaan nasional.


20

2.1.8.3 Kode Etik Mahasiswa Bimbingan Skripsi

1. Pada saat konsultasi, mahasiswa harus berpakaian yang layak sebagaimana

peraturan fakultas.

2. Tidak berupaya untuk memberikan sesuatu dalam bentuk apapun ke

pembimbing untuk mempermudah penyelesaian tugas akhir

3. Berkomunikasi secara baik pada saat melakukan konsultas (Umm, 2010).

2.2 KONSEP PERAN PEMBIMBINGAN

2.2.1 Definisi Peran

Pean menurut Soekanto (2009) adalah proses dinamis kedudukan

(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai

dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara

kedudukan dengan peranan adalah utuk kepentingan ilmu pengetahuan.

Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada

yang lain dan sebaliknya.

Menurut soerjono (2003), suatu peran dari individu atau kelompok dapat

dijabarkan dalam beberapa bagian, yaitu:

a. Peran yang ideal yaitu peran yang di jalankan oleh individu ataukelompok

sesuai dengan ketentuan.

b. Peran yang seharusnya yaitu peran yang memang seharusnya dijalankan

oleh individu atau kelompok sesuai dengan kedudukannya.

c. Peran yang dianggap diri sendiri yaitu peran yang di jalankan oleh diri

sendiri karena kedudukannya dilakukan untuk kepentingannya.


21

d. Peran yang di sebenarnya di lakukan yaitu peran dimana individu

mempunyai kedudukan dan benar telah menjalankan peran sesuai dengan

kedudukannya.

2.2.2 Hal-hal Penting Terkait Peran

Menurut Alimul (2002), hal penting yang terkait dengan peran yaitu:

a. Peran dibutuhkan individu sebagai aktualisasi diri.

b. Peran yang memenuhi kebutuhan dan sesuai dengan ideal diri menghasilkan

harga diri yang tinggi dan sebaliknya.

c. Stres peran timbul karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran atau

tuntutan posisi yang tidak mungkin dilaksanakan individu.

d. Stres peran terdiri dari konflik peran, peran yang tidak sesuai dan peran yang

terlalu banyak.

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Peran.

Menurut Keliat dalam Nursalam dan Pariani (2010) individu dalam

melakukan peran akan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

a. Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran.

b. Respon yang berarti terhadap peran yang dilakukan

c. Keseimbangan dan kesesuaian antara peran yang dilakukan.

d. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap peran

e. Situasi yang dapat menciptakan ketidaksesuaian peran


22

2.2.4 Permasalahan Peran Dosen Pembimbing

Permasalahan peranan dosen pembimbing skripsi berhubungan erat

dengan persepsi mahasiswa. Seberapa baik peranan dosen pembimbing

sangat tergantung pada persepsi mahasiswa. Persepsi sangat dipengaruhi

sosok tubuh, gerak-gerik, sikap, bahasa tubuh, bahasa verbal; dan dalam

interaksi komunikas. Interaksi kita dengan orang lain sehari-harinya, maka

persepsi kita tentang diri orang lain banyak ditentukan oleh penampilan

tubuh yang sifatnya non-verbal. Jadi, peranan dosen pembimbing bisa dalam

arti ril dosen melakukan tugas pokok sebagai pembimbing skripsi

sebagaimana mestinya, tetapi juga bisa peranan dosen menurut persepsi

mahasiswa (Zulkifli, 2011).

2.2.5 Definisi Pembimbing

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia pembimbing adalah orang

yang yang membimbing, pemimpin, penuntun. Sesuatu yang dipakai untuk

membimbing seperti pengantar ilmu pengetahuan.

2.2.5.1 Peran Pembimbing Skripsi

Peranan dosen pembimbing skripsi secara garis besarnya, Sebagai

organisator, sebagai fasilitator, sebagai innovator, sebagai penemu, sebagai

teladan, sebagai evaluator, sebagai pemandu, sebagai penyemangat, sebagai

konselor, dan sebagai motivator. Peranan pembimbing skripsi tersebut harus

dimanifestasikan dalam penulisan skripsi oleh mahasiswa, mulai dari

penyusunan proposal skripsi, penelitian lapangan, penyajian dan pembahasan


23

serta pelaporan hasil penelitian skripsi, hingga ketika mahasiswa sidang ujian

skripsi dan perbaikan akhir setelah ujian skripsi (Zulkifli,2011)

2.2.5.2 Proses Pembimbingan Skripsi

a. Pembimbing I dan Pembimbing II melakukan pertemuan awal untuk

menyamakan persepsi tentang bimbingannya.

b. Membuat kesepakatan dan jadual dengan mahasiswa agar penulisan tugas

akhir dapat diselesaikan sesuai dengan ketentuan pada pasal 3 ayat 2.

c. Pembimbing I dan pembimbing II menggunakan berita acara pembimbingan

dan log book sebagai sarana komunikasi antar pembimbing dan mahasiswa

dengan program studi.

d. Memberikan pelayanan prima one day respond maksimal 24 jam setelah

mahasiswa meletakkan naskahnya baik melaui telephone, SMS, e-mail atau

meletakkan komunikasi lewat surat atau selembar kertas (Umm, 2010).

2.2.5.3 Persyaratan Menjadi Pembimbing Skripsi

Pembimbing Tugas Akhir mahasiswa FIKES Universitas

Muhammadiyah Malang adalah dosen yang sedang aktif melaksanakan tugas

sebagai dosen dan diberi wewenang melalui surat keputusan dekan untuk

membimbing mahasiswa dalam melaksanakan Tugas Akhir.

Tugas Akhir dibimbing oleh 2 (dua) orang dosen pembimbing yang memiliki

keahlian dan atau kepakaran dengan persyaratan umum sebagai berikut

(Umm, 2010):
24

a. Masa kerja dosen lebih dari 2 tahun dan tidak sedang mendapatkan sanksi

administratif ataupun akademis.

b. Dosen dari luar fakultas dengan keahlian sesuai dengan tugas akhir yang

dikerjakan dan mendapat persetujuan dari ketua program studi.

c. Dosen pembimbing tugas akhir memiliki jabatan akademik sekurang-

kurangnya asisten ahli.

d. Tugas Akhir program sarjana, pembimbing I sekurang-kurangnya

bergelar magister (S2), atau spesialis (SP 1), sedangkan pembimbing II

bergelar sarjana strata I.

e. Tugas Akhir program diploma, pembimbing I dan II sekurang-kurangnya

bergelar sarjana strata I.

2.2.5.4 Hak dan Wewenang Dosen Pembimbing

Pembimbing I dan II memiliki hak dan wewenang yang sama untuk

membimbing dengan ketentuan sebagai berikut (Umm, 2010):

a. Mampu bekerjasama dengan sesama pembimbing dan mahasiswa

b. Mengedepankan kepentingan akademik dan kepentingan mahasiswa.

c. Melayani mahasiswa bimbingannya untuk menyelesaikan tugas akhir tepat

waktu.

d. Menjadwalkan waktu pembimbingan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam

seminggu.
25

2.2.5.5 Kode Etik Pembimbing

Menurut pasal 29 (Umm, 2010), yaitu:

1. Menerima mahasiswa untuk konsultasi dilingkungan FIKES Universitas

Muhammadiyah Malang sesuai jadwal.

2. Tidak menerima pembimbingan di rumah pembimbing atau di tempat yang

tidak sesuai.

3. Tidak menerima imbalan dalam bentuk materiil maupun non-materiil selama

proses pembimbingan skripsi.

4. Membimbing sesuai kapasitas sebagai seorang pembimbing dengan

mengedepankan asas dan etika ilmiah.

5. Mengusahakan agar bimbingannya tepat waktu.

2.2.5.6 Harapan Pembimbing Skripsi

Menurut Darmono dan Hasan (2005), secara umum harapan

pembimbing skripsi sebagai berikut:

1. Pembimbing mengharapkan adanya kesungguhan dan ketulusan dari

mahasiswa dalam menyelesaikan penulisan skripsi serta bersedia bekerja keras

untuk secepatnya menyelesaikan skripsi tersebut.

2. Pembimbing mengharapkan mahasiswa untuk kritis dalam menelaah kajian

skripsi yang dikerjakannya.

3. Pembimbing mengharapkan mahasiswa untuk menghargai waktu, terutama

target waktu yang telah ditentukan antara pembimbing dan mahasiswa.


26

4. Pembimbing mengharapkan mahasiswa jujur dan terbuka dalam

mengemukakan gagasan atau ide-ide yang tertuang dalam skripsinya.

5. Pembimbing mengharapkan mahasiswa agar menghasilkan karya tulis yang

baik, bagus dan bukan karya tulis yang ala kadarnya.

2.3 KONSEP KUALITAS BIMBINGAN

2.3.1 Definisi Kualitas

Menurut Kolter (2005) kualitas adalah keseluruhan sifat suatu produk

atau jasa pelayanan yang sangat berpengaruh pada kepuasan kebutuhan yang

dinyatakan atau tersirat. Melalui pengertian dan teori ini dapat di simpulkan

bahwa suatu barang atau jasa akan dinilai bermutu atau tidak apabila dapat

memenuhi ekspetasi akan nilai jasa pelayanan yang diberikan kepada

seseorang. Sedangkan menurut Tjiptono (2012), kualitas dapat diartikan

sebagai “kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, sumber

daya manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi

harapan”. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas

adalah unsur yang saling berhubungan mengenai mutu yang dapat

mempengaruhi kinerja dalam memenuhi harapan seseorang. Kualitas tidak

hanya menekankan pada hasil akhir, yaitu produk atau jasa tetapi menyangkut

kualitas manusia, kualitas proses, dan kualitas lingkungan dalam menghasilkan

suatu jasa yang berkualitas melalui manusia dan proses yang berkualitas.
27

2.3.2 Perspektif Kualitas

Menurut Tjiptono (2012), setidaknya ada beberapa perspektif kualitas

yang berkembang, yaitu:

1. Transcendental Approach

Dalam persoektif ini, kualitas dipandang sebagai innate excellence, yaitu

sesuatu yang secara intuitif dapat dipahami, namun nyaris tidak mungkin

dikomunikasikan, Perpektif ini menegaskan bahwa orang hanya bisa belajar

memahami kualitas melalui pengalaman yang didapatkan dan eksposure

berulang kali.

2. Product-Based Approach

Perspektif ini mengasumsikan bahwa kualitas merupakan karakteristik,

komponen atau atribut objektif yang dapat dikuantitatifkan dan dapat diukur.

3. User-Based Approach

Perspektif ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada

orang yang menilainya.

2.3.3 Karakteristik Kualitas

Menurut Gaspersz yang dikutip Lukman (2009) pada dasarnya sistem

kualitas modern dapat dicirikan oleh lima karakteristik, yaitu:

1. Sistem kualitas modern berorientasi sesuai dengan keinginan

2. Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya partisipasi aktif yang

dipimpinoleh manajemen puncak dalam proses peningkatan kualitas

secara terusmenerus.
28

3. Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya pemahaman dari setiap

orangterhadap tanggung jawab spesifik untuk kualitas.

4. Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya aktivitas yang berorientasi

padatindakan pencegahan kerusakan, tidak berfokus pada upaya untuk

mendeteksi kerusakan saja.

5. Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya suatu filosofi yang

menganggap bahwa kualitas merupakan jalan hidup.

2.3.4 Permasalahan Kualitas Bantuan Pembiming

Kualitas bantuan dosen pembimbing skripsi dilihat dalam hal.

Membuat judul penelitian, merumuskan masalah dan tujuan penelitian,

mengkaji teori dan kerangka konseptual, merancang prosedur penelitian,

pengembangkan instrumen penelitian, mengumpulkan dan menganalisis data,

menyajikan dan membahas hasil penelitian, membuat kesimpulan, memberi

saran perbaikan, dan meminjamkan buku sumber. Dari sisi kualitas banatuan

langsung dosen pembimbing skripsi, walau angkanya relatif kecil, tetapi perlu

mendapat perhatian serius dosen pembimbing, karena kemampuan akademik

mahasiswa tidak sama dan bantuan langsung semestinya diberikan secara

merata dan terutama kepada mahasiswa yang meminta bantuan langsung

kepada dosen pembimbingnya. Jika tidak, maka mahasiswa mempersepsi

negatif terhadap dosen pembimbingnya (Zulkifli, 2011)

2.3.5 Kualitas Proses Konsultasi Pembimbingan Skripsi

Kualitas proses konsultasi bimbingan skripsi yang di lihat apakah

suasana konsultasi menyenangkan, apa dosen memberi saran dan arahan


29

perbaikan, memberi semangat dan motivasi, apakah konsultasi berkelanjutan

dan sistematis dan menggunakan catatan konsultasi.

Dalam penelitian Zulkifli (2011) terdapat temuan penelitian ini,

bahwa dosen pembimbing belum mampu menciptakan suasana yang

kondusif bagi semua mahasiswa bimbingannya, sehingga faktor dosen

pembimbing dapat menjadi penghambat bagi mahasiswa dalam penyelesaian

skripsinya. Fakta sekitar 5% mahasiswa gagal menyelesaikan skripsi seiring

sejalan dengan persepsi mahasiswa terhadap kualitas proses pembimbing

skripsi. Dengan demikian, upaya perbaikan mutu pelayanan dosen

pembimbing skripsi diawali dengan survey memperhatikan hasil penelitian,

sehingga kendala dan keterlambatan mahasiswa menyelesaikan skripsi dari

faktor dosen pembimbing bisa diminilisir ke depan.

2.3.6 Kualitas Bantuan Pembimbing Ketika Ujian Skripsi

Kualitas bantuan dosen pembimbing ketika mahasiswa ujian skripsi

adalah apakah dosen pembimbing membela mahasiswa bimbingannya, justeru

menguji, memberi semangat, dan memberi nilai tinggi. Menurut persepsi

sejumlah mahasiswa bahwa dosen pembimbing skripsi diharapkan membela,

bukan menguji lagi ketika ujian skripsi belangsung. Tentu saja, pembelaan

dosen pembimbing dalam tataran konseptual akademik dan kebenaran ilmiah

karena kondisi ujian dan kemampuan akademik yang terbatas dan sangat dari

kemampuan akademik dosen penguji. Jadi, wajar dosen pembimbing

membela mahasiswa bimbingan terhadap serangan dosen penguji yang

membuat mahasiswa bimbingannya tertekan batin dan jatuh mental, sehingga


30

penilaian penguji menjadi rendah atau membuat mahasiswa tidak lulus ujian

skripsi (Zulkifli, 2011).

2.3.7 Definisi Bimbingan

Bimbingan merupakan terjemahan dari kata ‘guidance’, Secara istilah

‘guidance’, yang berarti mengarahkan, dan memandu. Menurut Rabia (2012)

mengemukakan bahwa “Guidance is that sort of assistance, which creates the power of

self- direction in an individual in order to achieve some goals in life” (Bimbingan adalah

bantuan, yang menciptakan kekuatan arah dalam diri individu untuk

mencapai beberapa tujuan dalam hidup).

2.3.8 Hambatan Bimbingan Skripsi

Hambatan yang dihadapi mahasiswa dalam bimbingan skripsi antara

lain sulitnya menemui pembimbing karena padatnya jadwal mengajar di

kampus, panjangnya antrean mahasiswa lain yang hendak berkonsultasi pada

pembimbing yang sama, ataupun pembimbing yang sibuk dengan proyek

yang ditanganinya karena proyek tersebut telah mendekati waktu yang telah

ditentukan. (Sinar Harapan 2 Oktober 2003) Sedangkan hambatan yang

dihadapi pembimbing dalam melakukan bimbingan antara lain karena

mahasiswa tidak memiliki komitmen atau disiplin untuk cepat menyelesaikan

skripsinya. Contohnya, mahasiswa jarang melakukan konsultasi tetapi ketika

batas waktu pengumpulan skripsi telah dekat, mahasiswa buru-buru untuk

melakukan bimbingan sehingga hasil yang diperoleh tidak optimal dan oleh

mahasiswa, pada situasi seperti itu pembimbing dianggap tidak membantu

(Hariyati, 2012).

Anda mungkin juga menyukai