Anda di halaman 1dari 21

EVALUASI PEMBELAJARAN

“Ranah Ekonomi Hasil Belajar dan Prinsip-Prinsip Dasar Evaluasi”

Dosen Pengampu : Novita Indah Hasibuan, S.Pd, M.Si

KELOMPOK 1

Apriyando Manalu (7203143001)


Gusvaneli Gultom (72034143014)
Luthfiah Putri (7201143005)
Sani Lasmarito Sitanggang (7201143012)
Sita Devi (7202443009)
Suprito simamora (7202443008)
Yolanda Jelita Sarah Matondang (7203143017)

PROGAM STUDI S1 PENDIDIKAN BISNIS


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
AGUSTUS, 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah Evaluasi Pembelajaran “Ranah Ekonomi Hasil Belajar dan Prinsip-Prinsip Dasar
Evaluasi” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi, karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman kami kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Medan, 29 Agustus
2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Ranah Taksonomi Hasil Belajar................................................................................3
B. Prinsip-Prinsip Dasar Evaluasi..................................................................................12

BAB III PENUTUP..............................................................................................................17


A. Kesimpulan................................................................................................................17
B. Penutup......................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan proses untuk dapat menjalankan kehidupan dan memenuhi


tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. Pendidikan bukan sekedar hanya transfer
ilmu pengetahuan semata, namun lebih dari itu. Pendidikan merupakan proses transformasi
nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Dalam dunia
pendidikan dikenal istilah taksonomi yang merujuk pada tujuan pendidikan. Salah satu
taksonomi yang terkenal adalah taksonomi Bloom yang disusun oleh Benjamin S. Bloom
pada tahun 1956. Namun begitu, sebenarnya apa yang dikenal sebagai taksonomi Bloom ini
adalah merupakan hasil kelompok penilai di Universitas yang terdiri dari Benjamin S. Bloom,
M.D. Engelhart, E. Furst, W.H. Hill, dan D.R. Krathwohl, yang kemudian didukung pula oleh
Ralph W. Tyler.
Secara bahasa taksonomi diambil dari bahasa Yunani yaitu tassein dan nomos.
Tassein yang berarti untuk mengelompokkan dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi
dapat pula diartikan secara istilah yaitu, sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan
hierarki (tingkatan) tertentu. Di mana taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum atau
masih luas dan taksonomi yang lebih rendah bersifat lebih spesifik atau lebih terperinci.
Taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Dalam hal ini. Tujuan
pendidikan, dibagi menjadi beberapa domain, yaitu : kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari
setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang
berurutan secara bertingkat, mulai dari tingkah laku sederhana sampai tingkah laku yang
paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah
laku dari tingkat yang lebih rendah.
Guru sebagai seorang pendidik perlu memahami berbagai taksonomi tujuan untuk
memperoleh wawasan yang lebih luas tentang tujuan pembelajaran, dan dapat memilih mana
yang sesuai dengan mata pelajaran yang diasuh dan kegiatan pembelajaran yang
dirancangnya.
Taksonomi tujuan pembelajaran diperlukan dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Perlu adanya kejelasan terminologi tujuan yang digunakan dalam tujuan pembelajaran
karena tujuan pembelajaran berfungsi untuk memberikan arah kepada proses belajar dan
menentukan perilaku yang dianggap sebagai bukti hasil belajar.
2. Sebagai alat yang akan membantu guru dalam mendeskripsikan dan menyusun tes, teknik
penilaian dan evaluasi.

B. Rumusan Maslah

1. Apakah yang dimaksud dengan Taksonomi?


2. Apa itu ranah ranah ekonomi hasil belajar?

1
3. Apa saja prinsip-prinsip dasar evaluasi?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui makna taksonomi


2. Untuk mengetahui ranah ekonomi hasil belajar
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dasar evaluasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

RANAH TAKSONOMI HASIL BELAJAR

a. Perubahan Perilaku Sebagai Tujuan dan Hasil Belajar


Kalau kita berbicara tentang pendidikan, tentunya tidak akan terlepas dari masalah
apa sebenarnya tujuan pendidikan itu. Pendidikan dapat dikatakan berhasil jika sudah
mempunyai tujuan-tujuan yang jelas dan ditempuh dengan tindakan-tindakan yang jelas pula.
Perubahan perilaku peserta didik adalah salah satu tujuan hasil belajar. Dalam hal ini
hendaknya mulai tertanam kesadaran bagi para guru bahwa tujuan pembelajaran harus
dirumuskan sebelum proses belajar mengajar berlangsung. Setiap pengajaran, ataupun proses
belajar mengajar siswa harus tahu tujuanya.Kesadaran seperti itu harus dapat mendarah
daging, dan mempunyai bayangan tujuan yang jelas dan tepat agar dengan mudah
menentukan jalan mana yang hendak dilalui.

Tujuan pendidikan:
1. Tujuan umum pendidikan. Tujuan ini menentukan perlu dan tidaknya sesuatu program
diadakan. Di dalam praktek sehari-hari di sekolah tujuan ini dikenal dengan TIU ( Tujuan
Instruksional Umum)
2. Tujuan ini atas dasar tingkah laku. Banyak usaha yang telah dilakukan untuk mencari
metode yang dapat digunakan untuk menganalisis atau mengklasifikasi sebuah pandangan
yang berhubungan dengan sehari- hari. Yang dimaksud adalah berhasilnya pendidikan dalam
bentuk tingkah laku. Inilah yang disebut dengan taksonomi (taxonomy) ada 3 macam tingkah
laku yang dikenal umum yaitu kognitif, afektif, psikomotor. Beberapa ahli telah mencoba
memberikan cara bagaimana menyebut ketiga tingkatan tujuan ini oleh viviane de landsheere
disimpulkan bahwa ada 3 tingkat tujuan yaitu:
1. Tujuan akhir atau tujuan umum
2. Taksonomi
3. Tujuan yang operasional

b. Makna Taksonomi
Taksonomi berasal dari bahasa Yunani tassein berarti untuk mengklasifikasi dan
nomos yang berarti aturan. Taksonomi berarti klasifikasi berhirarkhi dari sesuatu atau prinsip

3
yang mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian-
sampai pada kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.
Taksonomi pada daasarnya merupakan usaha pengelompokan yang disusun dan diurut
berdasarkan ciri-ciri tertentu. Sebagai contoh taksonomi dalam bidang ilmu fisika,
menghasilkan pengelompokan benda kedalam benda cair, benda padat dan gas. Begitu juga
dengan taksonomi dalam bidang pendidikan yang terkelompok berdasarkan ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik. Untuk dapat menentukan tujuan pembelajaran yang diharapkan,
pemahaman taksonomi tujuan atau hasil belajar menjadi sangat penting untuk dapat
menentukan apakah suatu proses belajar mengajar mencapai tujuan atau tidak. Oleh
karenanya perumusan tujuan instruksional yang jelas, terukur dan dapat diamati menjadi
semakin penting. Tujuan Instruksional adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan,
kemampuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa sebagai akibat dari hasil
pengajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku (behavior) yang dapat diamati dan
diukur. Ada 2 macam tujuan instruksional yaitu:
 Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Tujuan instruksional umum (TIU) adalah tujuan pengajaran yang perubahan prilaku
siswa yang belajar masih merupakan perubahan internal yang belum dapat dilihat dan diukur.
Kata kerja dalam tujuan umum pengajaran masih mencerminan perubahan prilaku yang
umumnya terjadi pada manusia, sehingga masih menimbulkan beberapa penafsiran yang
berbeda-beda. Contoh TIU: “setelah melakukan pelajaran siswa diharapan dapat memahami
penjumlahan dengan benar”. Kata kerja “memahami penjumlahan” merupakan kata kerja
yang bersifat umum karena pemahaman penjumlahan dapat ditafsirkan berbeda. Tujuan ini
menentukan perlua atau tidaknya suatu program diadakan.
 Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Tujuan instruksional khusus (TIK) adalah tujuan pengajaran dimana perubahan
perilaku telah dapat dilihat dan diukur. Kata kerja yang menggambarkan perubahan prilaku
telah spesifik sehingga memungkinkan dilakukan pengukuran tanpa menimbulkan lagi
berbagai perberdaan penafsiran Misal TIK yang dirumuskan sbb “Siswa akan menunjukkan
sikap positif terhadap kebudayaan nasional”, dapat lebih dikhususkan dengan mengatakan
“siswa akan membuktikan penghargaannya terhadapa seni tari nasional dengan ikut
membawakan suatu tarian dalam perpisahan kelas.

c. Ragam Taksonomi

4
1. Gulford
Guildford ,1981 (dikutip Rimm, 1985) menciptakan suatu intelegensi yang dimaksud
untuk menampilkan semua kemampuan intelek manusia. Struktur intelak manusia salah
satunya yaitu dimensi operasi yang berkaitan dengan proses belajar mengajar. Operasi
intelektual menunjukan macam proses pemikiran yang berlangsung. Ada lima kategori
operasi yang dapat dirumuskan, diantaranya :
i. Kognisi ialah penerimaan dan pengenalan kembali informasi, proses terbentuknya
pengertian
ii. Ingatan adalah pemantapan informasi yang baru diperoleh
iii. Berfikir konvergen adalah pemberi jawaban yang logis
iv. Berfikir divergen adalah memberi macam – macam kemungkinan jawaban
berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman jumlah dan
kesesuaian
v. Evaluasi. Model struktur intelektual dari Guildford mempunyai banyak kegunaan
untuk pendidikan anak berbakat. Disamping meluaskan dan mendalami sasaran
belajar, juga dapat memberi pelajaran dengan melatih proses pemikiran yang
beragam.
2. Gagne
Di dalam bukunya The Conditions of Learning (1965), Gagne menyebutkan adanya 8
buah kategori. Delapan hierarki tingkah laku menurut Gagne adalah:
 Signal learning
 Stimulus-response learning
 Chaining
 Verbal Association
 Discrimination learning
 Concept learning
 Rule learning
 Problem solving
3. Anita Harrow
Anita Harrow (1976) mengemukakan Taksonomi untuk ranah psikomotorik. Menurut
Anita Harrow kebanyakan para guru tidak dapat menuntut pencapaian 100 dari tujuan yang
dirumuskan kecuali hanya berharap bahwa ketrampilan yang dicapai muridnya akan sangat
mendukung dalam mempelajari keterampilan lanjutan atau gerakan-gerakan yang lebih
kompleks sifatnya.

5
Garis besar taksonomi yang dikemukakan oleh Anita Harrow ada 6 tingkat klasifikasi
dalam ranah psikomotor yaitu :
a) Gerakan refleks (Reflex Movements), yakni respons gerakan yang tak disadari yang
dimiliki individu sejak lahir, mencakup refleks segmental, refleks intersegmental, dan
refleks suprasegmental. Ketiga refleks ini terkait dengan gerakan- gerakan yang
dikoordinasikan oleh otak dan bagian-bagian sumsum tulang belakang.
b) Basik gerakan dasar (Basic-Fundamental Movements) yaitu gerakan-gerakan yang
menuntut kepada keterampilan yang kompleks sifatnya, meliputi :
 Gerakan lokomotor Adalah gerakan yang mendahului kemampuan berjalan seperti
tengkurap, merangkak, memanjat.
 Gerakan nonlokomotor Adalah gerakan dinamik dalam suatu ruangan yang
bertumpu pada suatu sumbu tertentu.
 Gerakan manipulatif Adalah gerakan yang terkoordinasikan seperti gerakan dalam
ibadah shalat.
c) Kombinasi dari kemampuan kognitif dan gerakan (Perseptual Abilities)

d. Taksonomi Bloom
Taksonomi Bloom disusun oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Namun begitu,
sebenarnya apa yang dikenal sebagai taksonomi Bloom ini adalah merupakan hasil kelompok
penilai di Universitas yang terdiri dari Benjamin S. Bloom, M.D. Engelhart, E. Furst, W.H.
Hill, dan D.R. Krathwohl, yang kemudian didukung pula oleh Ralph W. Tyler.
Dalam taksonomi bloom, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah,
kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci.
Ada 3 ranah dalam taksonomi bloom, yaitu:
- Domain Kognitif (Cognitive Domain) Berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Domain kognitif
dibagi lagi menjadi 6 tingkatan:
a. Pengetahuan (Knowledge) Berisikan kemampuan untuk mengenali, menyebutkan dan
mengingat kembali peristilahan, definisi, dan fakta-fakta sederhana Contoh : Siswa
dapat menulis, membaca, menghafal dan menerjemahkan surat Al-„Ashr sebagai
salah satu materi kedisiplinan

6
b. Pemahaman (Comprehension) Berisikan kemampuan untuk memahami,
menerangkan dan menjelaskan fakta-fakta setelah diketahui dan diingat. Contoh :
Siswa dapat menerangkan dan menjelaskan makna kedisiplinan yang terkandung
dalam surat Al-„Ashar
c. Penerapan (Application) Berisikan kemampuan untuk sanggup menerapkan konsep,
gagasan, fakta-fakta, teori, dsb didalam situasi yang kongkrit. Contoh : Siswa dapat
memikirkan konsep penerapan kedisiplinan dan sanggup menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari
d. Analisis (Analysis) Berisikan kemampuan untuk memilah, membedakan dan
membagi atau menguraikan gagasan, fakta-fakta yang sudah diaplikasikan. Contoh :
Siswa dapat wujud nyata kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari
e. Sintesis (Synthesis) Berisikan kemampuan untuk merangkai, merancang, dan
memadukan bagian-bagian secara logis sehingga menjelma menjadi suatu pola
berstruktur. Contoh : Siswa dapat menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan
dalam kehidupan sehari-hari
f. Evaluasi (Evaluation) Berisikan kemampuan untuk memberikan penilaian,
mengkritik dan menafsirkan terhadap suatu gagasan atau fakta-fakta dengan
menggunakan kriteria yang sudah ada Contoh : Siswa dapat menimbang-nimbang
manfaat disiplin dan menunjukkan mudharat jika tidak disiplin
- Domain Afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif
mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ciri-ciri hasil
belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti:
perhatiannnya terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam, kedisiplinannya dalam
mengikuti mata pelajaran agama disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak
mengenai pelajaran agama Islam yang di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya
terhadap guru pendidikan agama Islam dan sebagainya.

a) Ciri-ciri Ranah Penilaian Afektif


Ada 5 ciri-ciri yang penting ranah penilaian afektif berdasarkan tujuannya, yaitu:
1. Sikap
Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka
terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu
yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap
dapat diamati

7
dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap
sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta
didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.
2. Minat
Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui
pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas,
pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Sedangkan menurut
kamus besar bahasa Indonesia (1990: 583), minat atau keinginan adalah kecenderungan hati
yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum
minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi. Penilaian minat dapat
digunakan untuk: mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam
pembelajaran, mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya, pertimbangan
penjurusan dan pelayanan individual peserta didik, dan menggambarkan keadaan langsung di
lapangan/kelas
3. Konsep Diri
Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap
kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada
dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga
institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa
dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi. Konsep diri
ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan
dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik. Selain
itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta
didik dengan tepat.
4. Nilai
Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7), yaitu nilai adalah suatu
objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan
kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan
ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya
satuan pendidikan harus membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai yang
bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan personal dan
memberi konstribusi positif terhadap masyarakat.
5. Moral

8
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain
atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain,
membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering
dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa
dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.

b) Pengukuran Ranah Penilaian Afektif


Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut sikap
dan minat siswa dalam belajar. Dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah:
1. Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala, kesadaran,
kerelaan, mengarahkan perhatian
2. Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon, merasa puas
dalam merespon, mematuhi peraturan
3. Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen
terhadap nilai
4. Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan abstrak,
mengorganisasi sistem suatu nilai Karakteristik suatu nilai, meliputi falsafah hidup dan sistem
nilai yang dianutnya. Contohnya mengamati tingkah laku siswa selama mengikuti proses
belajar mengajar berlangsung.

Domain psikomotor
Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis,
memukul, melompat dan lain sebagainya. Tabel Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan
domain tingkatan aspek Psikomotorik : Tingkat Deskripsi
Gerakan Refleks Artinya: gerakan refleks adalah basis semua perilaku bergerak, respons
terhadap stimulus tanpa sadar. Misalnya:melompat,menunduk,berjalan,menggerakkan leher
dan kepala, menggenggam, memegang. Contoh kegiatan belajar:
1) mengupas mangga dengan pisau
2) memotong dahan bunga
3) menampilkan ekspresi yang berbeda
4) meniru gerakan polisi lalulintas, juru parkir
5) meniru gerakan daun berbagai tumbuhan yang diterpa angin

9
Gerakan dasar (basic fundamental movements) Artinya: gerakan ini muncul tanpa latihan
tapi dapat Diperhalus melalui praktik gerakan ini terpola dan dapat ditebak. Contoh kegiatan
belajar:
1) Contoh gerakan tak berpindah: bergoyang, membungkuk, merentang, mendorong,
menarik, memeluk, berputar
2) Contoh gerakan berpindah: merangkak, maju perlahan-lahan, muluncur, berjalan,
berlari, meloncat-loncat, berputar mengitari, memanjat
3) Contoh gerakan manipulasi: menyusun balok/blok, menggunting, menggambar
dengan krayon, memegang dan melepas objek, blok atau mainan.
4) Keterampilan gerak tangan dan jari-jari: memainkan bola, menggambar.
Gerakan Persepsi (Perceptual obilities) Artinya: Gerakan sudah lebih meningkat karena
dibantu kemampuan perseptual Contoh kegiatan belajar:
1) menangkap bola, mendrible bola
2) melompat dari satu petak ke petak lain dengan 1 kali sambil menjaga
keseimbangan
3) memilih satu objek kecil dari sekelompok objek yang ukurannya bervariasi
4) membaca melihat terbangnya bola pingpong
5) melihat gerakan pendulun menggambar simbol geometri
6) menulis alfabet
7) mengulangi pola gerak tarian
8) memukul bola tenis, pingpong
9) membedakan bunyi beragam alat musik
10) membedakan suara berbagai binatang
11) mengulangi ritme lagu yang pernah didengar
12) membedakan berbagai tekstur dengan meraba
Gerakan Kemampuan fisik (Psycal abilities) Artinya: gerak lebih efisien, berkembang
melalui kematangan dan belajar Contoh kegiatan belajar:
1) menggerakkan otot/sekelompok otot selama waktu tertentu
2) berlari jauh
3) mengangkat beban
4) menarik-mendorong
5) melakukan push-up
6) kegiatan memperkuat lengan, kaki dan perut
7) menari

10
8) melakukan senam
9) melakukan gerakan pesenam, pemain biola, pemain
Bola Gerakan terampil (Skilled movements) Artinya: dapat mengontrol berbagai tingkat
gerak – terampil, tangkas, cekatan melakukan gerakan yang sulit dan rumit (kompleks)
Contoh kegiatan belajar:
1) menari, berdansa
2) membuat kerajinan tangan
3) menggergaji
4) mengetik
5) bermain piano
6) memanah
7) skating
8) melakukan gerak akrobatik
9) melakukan koprol yang sulit
Gerakan indah dan kreatif (Non- discursive communicatio) Artinya: mengkomunikasikan
perasaan melalui gerakan  gerak estetik: gerakan-gerakan terampil yang efisien dan indah 
gerakan kreatif: gerakan-gerakan pada tingkat tertinggi untuk mengkomunikasikan peran
Contoh kegiatan belajar:
1) kerja seni yang bermutu (membuat patung, melukis, menari balet)
2) melakukan senam tingkat tinggi
3) bermain drama (acting)
4) keterampilan olahraga tingkat tinggi

d. Praktek Analisis Tes Berdasarkan Taksonomi Bloom


Dibawah ini merupakan analisis penyusunan tes berdasarkan Taksonomi Bloom yang
menyangkut tiga ranah atau domain yaitu
 Ranah Kognitif. Ranah kognitif mencakup kegiatan otak. Menurut Bloom yaitu segala
upaya yang menyangkut aktifitas otak termasuk ranah proses berfikir.
 Ranah Afektif . Pandangan atau Pendapat ( opinion) Ranah afektif berkenaan dengan
sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah
laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai
guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial. Apabila guru mau
mengukur aspek afektif yang berhubungan dengan pandangan siswa maka pertanyaan

11
yang disusun menghendaki respon yang melibatkan ekspresi, perasaan atau pendapat
pribadi siswa terhadap hal-hal yang relatif sederhana. Contoh: “Bagaimana pendapat
Anda tentang fakir miskin dan anak yatim piyatu dalam situasi diatas? Bagaimana
tindakan Anda seandainya Anda adalah orang kaya atau walikota setempat?”
 Ranah Psikomotor. Ranah psikomotor adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan fisik, atau gerakan-gerakan anggota badan. Hasil belajar yang bersifat
psikomotoris adalah keterampilan- keterampilan gerak tertentu yang diperoleh setelah
mengalami peristiwa belajar. keterampilan gerak tersebut senantiasa dikaitkan dengan
gerak keterampilan atau penampilan yang sesuai dengan bidang studi yang diajarkan.
Contoh: Siswa disuruh untuk mempraktekkan shalat atau wudhu.

PRINSIP- PRINSIP DASAR EVALUASI

Pengertian Evaluasi

Evaluasi didefinisikan sebagai suatu proses sistematik dalam menentukan tingkat


pencapaian tujuan instruksional oleh siswa. Terdapat dua aspek penting dari definisi tersebut.
Pertama, evaluasi menunjukkan pada proses yang sistematik. Kedua, evaluasi
mengasumsikan bahwa tujuan instruksional ditentukan terlebih dahulu sebelum proses belajar
mengajar berlangsung (Rizal,2014).Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat 21 dijelaskan bahwa evaluasi pendidikan
adalah kegiatan pengendalian, penjaminan dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai
komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang dan jenis pendidikan sebagai bentuk
pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Evaluasi adalah kegiatan atau proses
untuk menilai sesuatu. Untuk dapat menentukan nilai dari sesuatu dilakukanlah pengukuran
dan wujud dari pengukuran itu
adalah pengujian yang dalam dunuia pendidikan dikenal dengan istilah tes (Widoyoko,2011).
Sebelum pendidik melakukan evaluasi pembelajaran, terlebih dahulu melakukan pengukuran.
Pengukuran dapat dilakukan dengan cara tes maupun nontes. Setelah dilakukan tes maupun
non tes akan diperoleh data-data atau hasil. Dari hasil tersebut pendidik dapat melakukan
pengukuran. Pada saat pengukuran, juga diperoleh data
data atau hasil. Dari hasil pengukuran inilah pendidik dapat melakukan penilaian. Setelah
penilaian terlaksana, pendidik dapat melakukan evaluasi. ilan proses. Menurut Sukmadinata
(2005) evaluasi pembelajaran mencakup tiga aspek, yaitu :

12
1.Ranah kognitif

Berisi tentang perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual seperti pengetahuan,


pengertian dan keterampilan berpikir.

2.Ranah afektif

Berisi tentang perilaku-perilaku yang menekankan perasaan dan emosi seperti minat, sikap,
apresiasi dan cara penyesuaian diri.

3.Ranah psikomotorik

Berisi tentang perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan
tangan, mengetik, berenang dan mengoperasikan mesin. Dalam evaluasi pembelajaran
terdapat dasar-dasar yang sudah ditetapkan sebagai standar penilaian dalam proses
pembelajaran. oleh karena itu, suatu evaluasi dapat dikatakan baik dan benar apabila dalam
pelaksanaannya menggunakan atau menerapkan dasar-dasar tersebut. Adapun dasa-dasar
yang telah ditetapkan sebagai standar penilaian dalam proses pembelajaran ini lebihkita kenal
dengan prinsip-prinsip evaluasi.

Tujuan Evaluasi Pembelajaran

Menurut Sudirman bahwa tujuan penilaian dalam proses pembelajaran adalah:

1. Mengambil keputusan tentang hasil belajar.

2. Memahami siswa

3. Memperbaiki dan mengembangkan program pengajaran.

Fungsi Evaluasi

a. Dilihat dari segi siswa secara individu, evaluasi berfungsi sebagai:mengetahui tingkat
pencapaian siswa dalam suatu proses pembelajaran yaitu:

1) Menetapkan keefektifan pengajaran dan rencana kegiatan.

2) Memberi basis Laporan kemajuan siswa

3) Menetapkan kenaikan dan kelulusan

b . Dilihat dari segi program pengajaran, evaluasi berfungsi:

1)Memberi dasar pertimbangan kenaikan dan promosi siswa.

13
2)Memberi dasar penyusunan dan penempatan kelompok siswa yang homogen.

3)Diagnosis dan remedial pekerjaan siswa.

4)Memberi dasar pembimbing dan penyuluhan.

5)Dasar pemberian angka dan rapor bagi kemajuan belajar siswa.

6)Memberi motivasi belajar bagi siswa.

7)Mengidentifikasi dan mengkaji kelainan siswa.

8)Menafsirkan kegiatan sekolah ke dalam masyarakat

9)Untuk mengadministrasi sekolah.

Prinsip- Prinsip Dasar Evaluasi Pembelajaran

Banyak pakar pendidikan yang mengulas tentang prinsip-prinsip evaluasi dalam buku
masing-masing. Diantaranya adalah Ramayulis (2002)mengemukakan prinsip-prinsip
evaluasi meliputi valid, berorientasi pada kompetensi, berkelanjutan, menyeluruh, bermakna,
adil dan objektif, terbuka, ikhlas, praktis dan akurat.

Evaluasi pembelajaran dilaksanakan atas dasar prinsip -prinsip


yang jelas sebagai landasan pijak. Prinsip dalam hal ini berarti pedoman yang seharusnya
dipegangi oleh guru sebagai valuta dalam melaksanakan kegiatan evaluasi pembelajaran.
prinsip-prinsip evaluasi pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu prinsip umum
dan prinsip khusus. Menurut Arifin (2012), untuk memperoleh hasil evaluasi yang
lebih baik, maka kegiatan evaluasi harus bertitik tolak dari prinsip-prinsip umumsebagai
berikut:

a.Kontinuitas

Evaluasi tidak boleh dilakukan seacara insidental, karena pembelajaran itu sendiri adalah
suatu proses yang kontinu. Oleh sebab itu, pendidik harus melakukan evaluasi secara kontinu.
Hasil evaluasi yang diperoleh pada suatu waktu harus senantiasa dihubungkan dengan hasil-
hasil pada waktu sebelumnya. Sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas dan berarti
tentang perkembangan peserta didik.

b. komprehensif

14
Dalam melakukan evaluasi suatu objek, pendidik harus mengambil seluruh objek itu sebagai
bahan evauasi.Misalnya, jika objek itu adalah peserta didik, maka seluruh aspek kepribadian
peserta didik itu harusdieveluasi, baik yang menyangkut kognitif, afektif maupun psikomotor.
Begitu juga dengan objek-objek evaluasi yang lain. Komprehensif adalah evaluasi hasil
belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila dilaksanakan secara bulat, utuh dan
menyeluruh. Evaluasi pembelajaran tidak boleh dilakukan secara terpisah-pisah, harus dapat
mencakup berbagai aspek yang dapat menggambarkan atau perubahan tingkah laku yang
terjadi pada peserta didik. Evaluasi pembelajaran harus mencakup aspek kognitif atau proses
berpikir, afektif atau aspek nilai dan sikap dan psikomotorik atau aspek
keterampilan(Sudijono,2009).

c.Adil dan Objektif

Dalam melakukan evaluasi, semua peserta didik


harus berlaku adil tanpa pilih kasih. Semua pesrta didik harusdiperlakukan sama. Pendidik
juga hendaknya bertindak secara objektif, apa adanya sesuai dengan
kemampuan peserta didik. Evaluasi harus didasarkan atas kenyataan(data dan fakta) yang
sebenarnya, bukan hasil manipulasi atau rekayasa.

d.Kooperatif

Dalam melakukan evaluasi, pendidik


hendaknya bekerjasama dengan semua pihak, seperti orang tua peserta didik, sesma guru, kep
ala sekolah termasukdengan peserta didik itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agarsemua pihak
merasa puas dengan hasil evaluasi dan merasa dihargai.

e.Praktis

Praktis mengandung arti mudah digunakan, baik


bagi pendidik yang menyusun alat evaluasi maupun peserta didik yang akan menggunakan
alat tersebut. Untuk itu, pendidik harus memperhatikan bahasa dan petunjuk mengerjakan
soal. Hal ini berarti, pendidik dalam melakukan evaluasi terhadap peserta didik harus
memperhatikan pedoman atau prinsip yang ada. Prinsip-prinsip tersebut digunakan agar hasil
evaluasi yang dihasilkan dapat sesuai dengan tujuan pembelajaran, benar-benar sesuai dengan
kemampuan peserta didik tanpa adanya rekayasa dari pihak pendidik. Dalam konteks belajar,
Depdiknas (2003) mengemukakan prinsip- prinsip umum penilaian adalah mengukur hasil-
hasil yang telah ditentukan dengan

15
jelas dan sesuai dengan kompetensi serta tujuan pembelajaran, mengukur ampeltingkah laku
yang representatif dari hasil belajar dan bahan-bahan yang tercakup dalam pengajaran,
mencakup jenis-jenis instrumen penilaian yang paling sesuai untuk mengukur hasil belajar
yang diinginkan, digunakan sedemikian rupa agar hasilnya sesuai dengan yang digunakan.
Secara khusus dibuat dengan reliabilitas yang sebesar-besarnya dan harus ditafsirkan secara
hati-hati dan dipakai untuk memperbaiki proses dan hasil belajar. Karena pada hakikatnya
evaluasi pembelajaran dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap
materi yang telah dipelajarinya, untuk mengetahui keefektifan pembelajaran yang telah
dilakukan. Sedangkan menurut (Depdiknas, 2002) prinsip-prinsip evaluasi pembelajaran
dibedakan menjadi dua, yaitu prinsip umum dan prinsip khusus.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut Benjamin S. Bloom dkk.(1956) hasil belajar dapat dikelompokan kedalam
tiga domain yaitu kognitif, afektif,dan psikomotorik.Ranah kognitif Adalah ranah
yangmencakup kegiatan mental (otak). Secara hirarkhis tingkat hasil belajar kognitif
mulai dari yang paling rendah dan sederhanasampai yang tinggi dan rumit.
Domain/Ranah kognitif ini dibagi menjadi 6diantaranya pengetahuan,
pemahaman,penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif Adalah
internalisasisikap yang menunjukan kearah pertumbuhan batiniyah dan terjadi bila
peserta didik sadar tentang nilai yang diterima kemudian mengambil sikap sehingga
menjadi bagian dari dirinya dalammembentuk nilai dan menetukan tingkah laku.
Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.

B. Saran

Teknik evaluasi hasil belajar hendaknya diketahui dan dipahami oleh guru karena 
melalui sebuah evaluasi, guru mampu mengetahui semua aspek yang berkaitan dengan
keberhasilan siswa dalam belajar dengan terbatasnya sumber pustaka,
sudah tentu makalah
sederhana belum mampu mengajarkan teknik-teknik evaluasi hasil belajar seperti yang
diharapkan oleh karena itu, kritik dan saran pembaca

17
DAFTAR PUSTAKA

 https://id.scribd.com/document/432547648/Makalah-Prinsip-prinsip-Evaluasi-Pembelajaran-Fixx

https://www.slideshare.net/bahrurrosyididuraisy/makalah-taxonomy-hasil-belajar-revisi-autosaved

18

Anda mungkin juga menyukai