(MSDM)
Fifin (7212443011)
FAKULTAS EKONOMI
2022
1. PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA
A. Pengertian Perencanaan Sumber Daya Manusia
Berikut merupakan pengertian Perencanaan menurut para ahli:
Billy E. Goetz mengatakan bahwa perencanaan adalah pemilihan yang fundamental dan
masalah perencanaan timbul, jika terdapat alternatife-alternatif.
Perencanaan sumber daya manusia dapat dilakukan dalam jangka panjang ataupun
dalam jangka pendek. Artinya, kebutuhan jangka panjang sangat perlu dilakukan untuk
mengantisipasi pembukaan cabang atau pabrik baru. Sedangkan untuk kebutuhan jangka
pendek, jika sewaktu-waktu diperlukan untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan
karyawan lama dengan berbagai sebab.Dalam menyusun rencana kebutuhan sumber daya
manusia, seorang manajer sumber daya manusia harus mampu memprediksi apa yang terjadi
terhadap sumber daya yang dimilikinya sekarang. Yang paling mudah adalah jika ingin
membuka pabrik atau cabang baru, maka kebutuhan tenaga kerja langsung dapat dihitung.
Yang sedikit sulit adalah memprediksi turn over karyawan dikarenakan berhenti sendiri,
padahal keahlian karyawan tersebut sangat dibutuhkan dan sulit untuk mencari penggantinya.
Dalam hal ini seorang manajer sumber daya manusia harus mampu untuk menyediakan
secepat mungkin sehingga tidak terjadi kekosongan karyawan.
Perencanaan sumber daya manusia adalah suatu proses yang digunakan untuk
memprediksi permintaan dan penyediaan sumber daya manusia di masa datang. ( Ni Kadek
Suryani, dkk, 2019). Melalui program ini dapat diperkirakan jumlah dan jenis tenaga kerja
yang dibutuhkan pada setiap periode tertentu sehingga dapat membantu proses rekrutmen,
seleksi serta pendidikan dan pelatihan lebih lanjut. Artinya perencanaan kebutuhan sumber
daya manusia dimaksudkan agar jumlah kebutuhan tenaga kerja masa kini dan masa depan
sesuai dengan beban pekerjaan yang ada sehingga kekosongan-kekosongan posisi dapat
dihindarkan dan semua pekerjaan dapat dilaksanakan. Dengan kata lain dapat dikatakan
bahwa perencanaan sumber daya manusia merupakan proses manajemen dalam menentukan
pergerakan sumber daya manusia organisasi dari posisi saat ini menuju posisi yang
diinginkan di masa datang dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.
Perencanaan sumber daya manusia sangat penting karena semua perencanaan itu
penting. Pemanfaatan sumber daya secara maksimal tidak terjadi begitu saja. Efisiensi yang
optimal hanya dapat setelah ada perencanaan yang cermat, tujuan dan langkah-langkah,
serta tindakan telah dilakukan.
Secara umum tujuan dari perencanaan sumber daya manusia adalah sebagai berikut:
b. Kebutuhan rekrutmen
Untuk kebutuhan dalam kegiatan penarikan karyawan atau pegawai. Dalam hal ini
tentunya setelah dilakukan analisis tentang berapa jumlah yang dibutuhkan, sekaligus
menentukan sumber tenaga kerja yang diinginkan. Penarikan pegawai atau rekruitmen
biasanya berkaitan dengan hal-hal yang bersifat tidak mendadak, karena kebutuhan tenaga
kerja sudah diprediksi sebelumnya. Namun tetap saja hal ini dilakukan karena berkaitan
dengan beberapa hal seperti anggaran.
c. Untuk memperbaiki kualitas Sumber daya manusia perlu terus diasah perilaku dan
kemampuannya.
Hal ini terjadi karena biasanya ada karyawan sulit untuk menguasai sesuatu pekerjaan
atau sering melakukan kesalahan. Karyawan seperti ini perlu dimasukkan kelembaga
pelatihan terlebih dahulu untuk ditingkatkan kemampuan dan perilakunya. Dan kalau ternyata
tetap tidak mampu maka perlu dipertimbangkan untuk diganti dengan karyawan baru.
d. Penghematan biaya
Perlu adanya efisiensi penggunaan sumber daya manusia, terutama jika ada karyawan
yang kurang produktif. Hal ini penting karena karyawan yang produktifnya rendah akan
membuang waktu, tenaga dan biaya. Oleh karena itu, seseorang bekerja sesuai dengan beban
kerjanya, jangan sampai ada yang kekurangan atau kelebihan beban kerjanya.
e. Menjaga loyalitas
Loyalitas karyawan terhadap perusahaan harus tetap tinggi dan dijaga. Caranya adalah
dengan memberikan perhatian kepada karyawan, baik dalam hal kondisi kerja, lingkungan
kerja kemudian juga mengenai hak-hak karyawan agar dapat dipenuhi disesuaikan dengan
peningkatan prestasi kerja karyawan. Dengan demikian, terjadinya karyawan yang trunover
dengan berbagai alasan dapat diminimalkan.
Manfaat perencanaan akan memberikan nilai-nilai positif bagi kepentingan organisasi.
Jika perencanaan sumber daya manusia dilakukan dengan baik, maka akan diperoleh
keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
a) Manajemen puncak memiliki visi yang lebih baik terhadap aspek-aspek sumber daya
manusia atau terhadap keputusan bisnis.
b) Manajemen dapat memprediksi adanya ketidakseimbangan yang memengaruhi biaya
sumber daya manusia menjadi tidak terkontrol.
c) Manajemen dapat menempatkan “right man on the right place” dengan tepat sesuai
dengan kebutuhan organisasi.
d) Manajemen memberi kesempatan yang lebih baik untuk melibatkan wanita dan
golongan minoritas dalam program perencanaan sumber daya manusia internal
organisasi.
e) Menambah sistem informasi menjadi lebih baik untuk mengetahui pengetahuan
tentang profil karyawan, pekerjaan, keahlian, kemampuan, kompensasi yang adil dan
layak, serta dapat memprediksi kebutuhan jumlah tenaga kerja saat ini dan yang akan
datang.
f) Memungkinkan penarikan karyawan baru secara ekonomis.
g) Koordinasi sumber daya manusia berjalan dengan lebih baik.
1. Model Mason Haire. Model pengembangan perencanaan ini dikembangkan oleh Mason
dengan memperkirakan kebutuhan SDM berdasarkan struktur organisasi. Model ini
digunakan untuk pekerjaan yang telah ditetapkan baik secara kuantitas mau pun secara
kualitas. (Sinambela, Lijan Poltak. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Bumi Aksara). Berikut ini merupakan struktur organisasi yang dikembangkan dari
jenjang paling atas (top manager) hingga level paling bawah atau pelaksana. Berikut
gambaran jenjang jabatan di perusahaan.
2. Model Andrew E. Sikula. Model ini dikemukakan oleh Andrew E. Sikula. Model ini
terdiri dari lima komponen, yaitu: tujuan sumber daya manusia, perencanaan organisasi,
pengauditan sumber daya manusia, peramalan sumber daya manusia, dan pelaksanaan
program sumber daya manusia. Berikut gambar model Andrew E Sikula.
Kelima komponen diatas merupakan komponen dalam model perencanaan Sumber daya
manusia oleh Andrew E. Sikula.
Pertama Human Resource Objectives. Tujuan perencanaan ini adalah sebagai bagian
dari unsur-unsur yang mendukung strategi organisasi dari sisi pengeloaan sumber daya
manusia. Agar terperolehnya strategi yang dibuat perlu adanya keselarasan dalam strategi
organisasinya.
Ketiga Human Resource Auditing (audit sumber daya manusia), untuk melakukan
pelaksanaan komponen ini diperlukan mengaudit kondisi saat ini pada sumber daya manusia
yang berfungsi untuk memastikan apakah secara jumlah sumber daya manusia mencukupi
kebutuhan dan kompetensi kemampuan suatu pekerjaan.
Kelima Human Resource Action Program (pelaksanaan sumber daya manusia), pada
proses ini perlu adanya pembuatan rencana tindakan. Rencana tindakan dapat berisi
perencanaan program yang bersifat siap dijalankan berupa rencana rekrutmen, mutase
pegawai, diklat, dan penganggaran.
3. Model USAF. Model ini dikemukakan oleh USAF yang berarti Angkatan Udara
Amerika sebagai institusi yang mempeloporinya. Menurut USAF model ini yang paling
berhasil dalam mengkondisikan pendayagunaan personel yang efektif dan efisien. Dalam
hal ini, pendekatan yang digunakan adalah modern dan ilmiah (Sinambela, 2016).
Manajemen USAF mengelompokkan SDM menjadi dua kegiatan utama yaitu kegiatan
manajemen tenaga manusia dan manajemen personel. Manajemen tenaga manusia
merupakan kegiatan manajemen yang berurusan dengan masalah alokasi SDM dengan
pengkajian dan penentuan kebutuhan sumber daya manusia bagi organisasi, perencanaan
pemenuhan kebutuhan, auditing penggunaan SDM, dan manajemen data SDM. Sedangkan
manajemen personel yang berurusan dengan masalah siapa yang dipilih dengan lingkup
kegiatan berupa kegiatan pengadaan, pendidikan, dan pelatihan, penggunaan, perawatan, dan
pemisahan sumber daya manusia.
Ada beberapa elemen atau unsur yang harus diperhatikan dalam perencanaan
sumber daya manusia, yaitu :
a) Tujuan
Bahwa tiap organisasi mempunyai tujuan dan sasaran bagaimana mereka
beroperasi.Dan demikian dengan aktifitas perencanaan sumber daya manusia memiliki tujuan
berdasarkan pribadi/individu sekaligus organisasi.Tujuan ini harus memuat sumber daya
yang representative untuk kepentingan jangka panjang organisasi. Faktor – factor yang harus
diperhatikan dalam perumusan tujuan adalah:
1. Sejarah
2. Kemampuan organisasi
3. Lingkungan organisasi
5. Dapat dicapai
6. Dapat memotivasi
7. Spesifik
b) Perencanaan organisasi
Kegiatan ini membantu organisasi dalam mengadakan perubahan bagi perkembangan
organisasi.Perencanaan ditujukan untuk membantu mencapai tujuan organisasi.Perencanaan
harus mendukung fungsi – fungsi yang lain, seperti pengorganisasian, susunan kepegawaian,
kepemimpinan, dan pengendalian.Perencanaan tidak hanya mempunyai sifat posotif, tapi
memiliki sisi negative pula.Beberapa jenis perencanaan seperti, misi, tujuan, kebijakan,
prosedur, aturan, program, dan anggaran.
Salah satu cara mengatasi hambatan perencanaan adalah dengan memahami tujuan
perencanaan dan proses penetapan tujuan. Hendaknya rencana dan tujuan yang dibuat oleh
manajemen puncak dikomunikasikan ke bawah dan melibatkan manajemen bawah dalam
proses pengambilan keputusan. Komunikasi dan partisipasi dapat meningkatkan komitmen
dalam pelaksanaan perencanaan.
Konsistensi antara tujuan yang lebih tinggi dan tujuan yang lebih rendah, hendaknya
dijaga. Karena merupakan proses yang dinamis, perbaikan dan revisi perlu dilakukan melalui
interval waktu yang pendek.
Sistem kompensasi yang tepat akan mendorong penetapan tujuan dan perencanaan
yang efektif. Sistem reward yang tepat dan layak akan mendorong perilaku seseorang dalam
bertindak dan mengambil risiko sekaligus mendorong kreatifitas.
Analisis jabatan itu sendiri merupakan sebuah kegiatan mengumpulkan informasi yang
berhubungan dengan suatu jabatan dan juga pekerjaan dengan persyaratan tertentu. Untuk
bahasa singkatnya yaitu langkah mengidentifikasi tugas dan juga syarat suatu pekerjaan.
Pekerjaan tersebut dijabarkan mengenai tugas dan persyaratan yang harus dilakukan oleh
seseorang.
Tentunya untuk bisa mengidentifikasi sebuah tugas harus melakukan pengumpulan data
mengenai jabatan. informasi yang diolah dari analisis ini biasanya digunakan untuk
kepentingan yang berhubungan dengan sumber daya manusia.
Selain hal tersebut, analisis jabatan atau yang dikenal juga dengan job analysis ini merupakan
sebuah eksplorasi yang sistematis sebuah jabatan. Dengan melakukan sebuah studi dan juga
pencatatan tanggung jawab seperti tugas dan keterampilan yang dimiliki.
Menurut Harvei (1991) (dalam Prein, Goodstein, Goodstein dan Gamble, Jr., 2009) : Analisa
jabatan adalah proses pengumpulan data mengenai:
Perilaku jabatan yang meliputi tugas-tugas dalam pekerjaan dan prosedur kerja.
Perilaku dan sikap yang diinginkan dalam bekerja oleh suatu jabatan seperti
mengambil keputusan, membuat perencanaan, melakukan pengawasan,
mengevaluasi hasil kerja, ataupun mendengarkan dan menindaklanjuti keluhan
pelanggan, dan lain sebagainya.
Berikut ini beberapa pengertian dari analisa jabatan menurut para ahli :
Analisa jabatan adalah prosedur yang dilakukan untuk menentukan tugas-tugas dari suatu
jabatan, serta spesifikasi SDM yang tepat untuk mengisi jabatan tersebut” (Dessler, 2014)
Analisa jabatan adalah sebuah prosedur yang dilakukan untuk mendapatkan informasi-
informasi mendetil dari suatu jabatan” (Noe, R.A., Hollenbeck, J.R., Gerhart, & P.M Wright,
2009).
Analisa Jabatan adalah prosedur pengumpulan data yang sistematis tentang suatu jabatan
dalam sebuah organisasi, khususnya mengenai tugas-tugas dan tanggung jawab dari jabatan
tersebut” (Luis R., Gomez & Meija, Balkin, D., & Candy, Robert L, 2007)
Sebuah perusahaan tentu harus diatur sedemikian rupa agar mampu berjalan secara efektif.
Sebuah proses manajerial juga merupakan langkah yang harus dilakukan secara tepat. Untuk
bisa mencapai hal tersebut, membutuhkan yang namanya analisis akan jabatan. Hal ini agar
mampu melakukan proses secara tepat. Proses manajerial ini memerlukan sebuah tahap yang
menjadikan seorang manajer harus jeli dalam memahami karyawannya. Dengan analisis ini,
seseorang akan dengan mudah ditempatkan pada posisi yang sesuai.
Kinerja seorang karyawan akan berimbas pada keefektifan kegiatan sebuah perusahaan.
Dengan adanya analisis ini, perusahaan akan mampu untuk memeriksa apakah tujuan dan
juga sasaran yang ada pada karyawan sudah tercapai. Hal tersebut biasanya dikarenakan job
analysis membantu dalam menentukan standar suatu pekerjaan. Tentunya seluruh kinerja
karyawan akan lebih mudah diukur dan juga dinilai sesuai dengan standar yang ada.
Sebuah analisis sangat penting untuk menentukan besarnya paket gaji seorang karyawan.
Bahkan tidak hanya itu saja, besarnya tunjangan, dan juga insentif sangat dipengaruhi dengan
adanya analisis ini. Keadaan dan juga tanggung jawab dalam mengemban tugas bisa dapat
dilihat dengan mudah menggunakan analisis jabatan tersebut. tentunya adanya hal tersebut
akan memudahkan dalam menentukan kompensasi yang harus diberikan oleh manajer sumber
daya manusia kepada karyawannya.
Dengan adanya job analysis ini bisa digunakan untuk menilai akan kebutuhan dan juga
pengembangan seorang karyawan. Tidak hanya itu, manajemen dengan mudah untuk
menentukan bagaimana pelatihan yang harus dilakukan untuk mengembangkan kinerja
karyawan tersebut.
Dari pelatihan yang tepat untuk diberikan kepada seorang karyawan tersebut, tentunya akan
mendapatkan sebuah hasil yang bisa disesuaikan dengan rencana perusahaan. Tujuan yang
ada terlebih dalam hal efisiensinya suatu perusahaan.
Hal yang paling penting bagi sebuah perusahaan ketika menerapkan analisis jabatan ini yaitu
kemampuan produktivitas yang meningkat. Hal ini tentunya berimbas pada pendapatan
perusahaan itu sendiri. Ketika sebuah produktivitas perusahaan mampu berjalan dengan baik,
kecil kemungkinan perusahaan tersebut mengalami kemunduran. Peluang perusahaan untuk
berkembang justru lebih banyak.
Uraian Jabatan atau yang barangkali lebih dikenal dengan sebutannya dalam bahasa Inggris
“Job Description” pada dasarnya adalah sebuah dokumen tertulis formal/resmi dalam bidang
pengelolaandan pendayagunaan sumber daya manusia yang dibuat bukan hanya di dalam
lingkungan perusahaaan tetapi juga di institusi pemerintahan dan organisasi lain. Dokumen
yang dinamai Uraian Jabatan tersebut menggambarkan, menguraikan dan menjelaskan
tentang sebuah jabatan/pekerjaan yang ada dalam perusahaan atau organisasi tersebut. Kata
“Description” dalam Job Description memang sebenarnya berarti “gambaran” dan berasal
dari kata “to describe” yang berarti menggambarkan/menjelaskan. Tetapi, di Indonesia
sendiri istilah yang digunakan adalah “Uraian Jabatan” dan bukan “Gambaran
Jabatan/Pekerjaan”. Uraian jabatan adalah suatu catatan yang sistematis tentang tugas dan
tanggung jawab suatu jabatan tertentu, yang ditulis berdasarkan fakta-fakta yang ada.
Penyusunan uraian jabatan ini adalah sangat penting, terutama untuk menghindarkan
terjadinya perbedaan pengertian, untuk menghindari terjadinya pekerjaan rangkap, serta
untuk mengetahui batas-batas tanggung jawab dan wewenang masing-masing jabatan. Hal-
hal yang perlu dicantumkan dalam Uraian Jabatan pada umumnya meliputi :
1. Identifikasi Jabatan, yang berisi informasi tentang nama jabatan, bagian dan nomor
kode jabatan dalam suatu perusahaan
2. lkhtisar Jabatan, yang berisi penjelasan singkat tentang jabatan tersebut; yang juga
memberikan suatu definisi singkat yang berguna sebagai tambahan atas informasi
pada identifikasi jabatan, apabila nama jabatan tidak cukup jelas.
3. Tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Bagian ini adalah merupakan inti dari Uraian
Jahatan dan merupakan bagian yang paling sulit untuk dituliskan secara tepat. Untuk
itu, bisa dimulai menyusunnya dengan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan
tentang apa dan mengapa suatu pekerjaan dilaksanakan, dan bagaimana cara
melaksanakannya
4. Pengawasan yang harus dilakukan dan yang diterima. Bagian ini menjelaskan nama-
nama jabatan yang ada diatas dan di bawah jabatan ini, dan tingkat pengawasan yang
terlibat
5. Hubungan dengan jabatan lain. Bagian ini menjelaskan hubungan vertikal dan
horizontal jabatan ini dengan jabatan-jabatan lainnya dalam hubungannya dengan
jalur promosi, aliran serta prosedur kerja.
6. Mesin, peralatan dan bahan-bahan yang digunakan
7. Kondisi kerja, yang menjelaskan tentang kondisi fisik lingkungan kerja dari suatu
jabatan. Misalnya panas, dingin, berdebu, ketal, bising dan lain-lain terutama kondisi
kerja yang berbahaya.
8. Komentar tambahan untuk melengkapi penjelasan di atas.
Kegunaan/Manfaat Uraian Jabatan Pada dasarnya, bila sebuah organisasi khususnya
perusahaan memutuskan untuk membuat Uraian Jabatan untuk semua
pekerjaan/jabatan karena punya tujuan tertentu.
Tujuan dari pembuatan Uraian Jabatan bisa diketahui atau tergambar dalam salah satu dari 6
(enam) kegunaan utama Uraian Jabatan yang akan disebutkan dan diuraikan di bawah ini.
Bisa juga merupakan kombinasi dari 2 (dua) atau beberapa di antaranya. Kegunaan-kegunaan
utama Uraian Jabatan adalah di bawah ini:
Sebagai Panduan Kerja. Uraian Jabatan akan menjadi pegangan bagi karyawan/pegawai yang
menduduki jabatan atau melaksanakan pekerjaan yang dapat dijadikannya acuan dan rujukan
setiap saat. Panduan tersebut umumnya bermanfaat untuk pegawai baru yang baru diangkat
ke sebuah posisi/jabatan tertentu. Sebuah Uraian Jabatan yang disiapkan dengan baik akan
dapat menjadi panduan untuk melatih dan membimbing pegawai baru.
Sebagai Dasar Untuk Program Evaluasi Jabatan.Bila perusahaan akan menentukan “nilai”
atau bobot dari tiap pekerjaan melalui proses Evaluasi Jabatan maka sumber informasi
lengkap tentang sebuah pekerjaan/jabatan yang akan dievaluasi adalah Uraian Jabatan untuk
pekerjaan/jabatan tersebut. Uraian Jabatan yang dibuat dengan akurat dan rapi akan sangat
membantu kelancaran dan akurasi dari hasil kegiatan Evaluasi Jabatan. Standar atau Acuan
Untuk Menilai Kinerja Karyawan.
Sebuah Sistem Penilaian Kinerja karyawan yang baik harus didukung oleh sebuah Uraian
Jabatan yang tepat. Untuk keperluan ini maka dalam Uraian Jabatan yang dibuat harus juga
mencantumkan bidang-bidang kerja di mana karyawan pemegang jabatan ini harus
mengkontribusikan hasil kerja dan indikator yang akan digunakan. Acuan Untuk Kompetensi
Pemegang Jabatan.
Sebuah Uraian Jabatan akan menjadi panduan atau acuan untuk menentukan pengetahuan apa
saja, keahlian/keterampilan seperti apa yang harus dimiliki oleh pemegang jabatan untuk
mampu memangku jabatan tersebut dengan sukses. Pengetahuan dan keahlian tersebut
biasanya dimuat dalam Uraian Jabatan di bawah “heading”/judul “Persyaratan Jabatan”.
Persyaratan Jabatan tersebut berguna sebagai dasar untuk proses seleksi pegawai baru dalam
proses rekrutmen.
Untuk Dasar Bagi “Audit” Organisasi dan Tata Kerja. Kegunaan terakhir dari sebuah Uraian
Jabatan adalah sebagai dasar yang dapat digunakan bagi peninjauan ulang Struktur
Organisasi. Dengan mempelajari uraian-uraian jabatan yang ada, seorang ahli dalam
perancangan struktur organisasi ini akan dapat meneliti lebih mendalam tentang tentang
kemungkinan melakukan efisiensi dalam organisasi. Usaha tersebut misalnya melalui
program ‘Pengayaan Jabatan” (Job Enrichment) dengan menambah jumlah tugas, tanggung
jawab pada sebuah jabatan atau penyempurnaan atau perubahan pada tata cara pelaksanaan
sebuah pekerjaan.
Merupakan salah satu komponen dalam proses seleksi karyawan, yang merumuskan secara
rinci dan jelas tugas tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan dalam suatu jabatan,
serta syarat-syarat khusus yang harus dipenuhi oleh calon karyawan yang akan memegang
jabatan tersebutSpesifikasi jabatan dalam arti luas mencakup dua hal, yakni uraian jabatan
dan spesifikasi orang Tetapi, karena uraian jabatan sering dibahas sebagai komponen
tersendiri, ada kecenderungan untuk menyamakan spesifikasi jabatan dengan spesifikasi
orang. Kemudian istilah spesifikasi orang makin jarang digunakan, dan sebagai gantinya
orang menggunakan spesifikasi jabatan untuk man specification, dan uraian jabatan untuk job
description.
Uraian jabatan dan spesifikasi jabatan merupakan hasil dari kegiatan analisis jabatan
Uraian jabatan memuat informasi tentang tugas-tugas, tanggung jawab, kondisi kerja, dan
hubungan kerja ke atas dan ke bawah (misalnya bertanggung jawab kepada siapa, dan siapa
yang menjadi anak buahnya), sedangkan spesifikasi jabatan memuat rincian tentang
kualifikasi orang, atau calon karyawan, yang meliputi persyaratan fisik, pendidikan,
keterampilan, kecerdasan dan kepribadian, pengalaman kerja, dan sebagainya, sesuai dengan
tuntutan dalam uraian jabatan Dengan kata lain, uraian jabatan memberikan gambaran
tentang tugas-tugas dan tanggung jawab dalam posisi tersebut, sedangkan spesifikasi jabatan
memberikan gambaran tentang kualitas orang yang diharapkan dapat mengisi jabatan
tersebut.
jabatan tertentu”. Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan para ahli di atas, maka
dapat diambil suatu pernyataan dimana pada keseluruhan penjelasan yang telah diuraikan
semuanya bertitik tolak pada faktor manusia yang akan menduduki jabatan tersebut. Fungsi
manusia ini salah satu cara agar dapat menjalankan suatu jabatan dan dapat menyelesaikan
permasalahan-permasalahan yang timbul dari jabatan tersebut. Oleh karenanya penting bagi
seseorang pegawai yang menduduki suatu jabatan untuk memiliki kemampuan minimal yang
diisyaratkan karena berguna dalam menyelesaikan masalah-masalah yang timbul, sehingga
kinerja danefisiensi kerja dalam permasalahan perusahaan tercapainya suatu tujuan yang akan
berjalan dengan baik.
Spesifikasi jabatan penting dalam mendapatkan calon pegawai untuk pekerjaan tertentu
sesuai dengan rumusan spesifikasi jabatan yang telahada. Spesifikasi jabatan juga membantu
organisasi dalam proses rekrutmen dan seleksi pegawai melalui penyediaan serangkaian
daftar pertanyaan untuk wawancara sesuai dengan isi spesifikasi jabatan yang dibutuhkan
organisasi.
Spesifikasi jabatan yang ada dalam program rekrutment dan seleksi merupakan gambaran
tentang calon pegawai yang akan bekerja di dalam organisasi. Spesifikasi jabatan merupakan
pangkal dari mengenali calon pegawai dengan baik. Jika spesifikasi jabatan mampu disusun
dengan baik maka calon pegawai yang akan direkrut oleh organisasi menjadi baik.
Organisasi harus mampu menetapkan kompetensi inti organisasi serta spesifikasi jabatan
yang dibutuhkan untuk membantu organisasi dalam melaksanakan kompetensi intinya.
Spesifikasi jabatan penting dalam mengidentifikasi kompetensi yang dimiliki oleh pegawai.
Organisasi dapat mengidentifikasi tugas dan pekerjaan inti yang paling tepat sesuai dengan
kompetensi pegawai.
Calon pegawai dapat menentukan apakah dirinya berkualifikasi sesuai dengan spesifikasi
jabatan yang tersedia atau tidak. Ini memberikan gambaran tentang bagaimana kecocokan
antara organisasi, pegawai, dan spesifikasi jabatannya.
Desain pekerjaan atau job design adalah faktor penting dalam manajemen terutama
manajemen operasi karena selain berhubungan denganproduktifitas juga menyangkut tenaga
kerja yang akan melaksanakan kegiatan operasi perusahaan. Desain pekerjaan adalah suatu
alat untuk memotivasi dan memberi tantangan pada karyawan. Oleh karena itu perusahaan
perlu memiliki suatu sistem kerja yang dapat menunjang tercapainya tujuan perusahaan
secara efektif dan efisien yang dapat merangsang karyawan untuk bekerja secara produktif,
mengurangi timbulnya rasa bosan dan dapat meningkatkan kepuasan kerja, desain pekerjaan
terkadang digunakan untuk menghadapi stress kerja yang dihadapi karyawan (Sulipan dalam
Irnanda, 2011).
5. Varibel Internal
a. Manajemen
Manajemen bertanggung jawab kepada organisasi secara keseluruhan, suatu tanggung jawab
yang sering kali mengharuskan manajemen menghadapi berbagai pihak yang berkepentingan
dan menyeimbangkan tuntutan yang saling bertentangan. Untuk mempertahankan organisasi,
manajemen harus mengupayakan hubungan antar pihak2 yang berkepentingan tetap
seimbang dalam jangka pendek maupun panjang.
b. Karyawan
Hampir dalam semua organisasi, sifat dari tenaga kerja adalah berubah, sebagian karena
faktor demografi. Faktor ini akan mengubah pergeseran kepentigan2 konsumsi, produk,
biaya, dan pemasaran karena menyangkut segmen pasar yang terus berubah. Mengelola
karyawan.
· Pembayaran insentif,
· Employee Ownership,
· Information Sharing,
· Self-managed teams,
b. Stakeholder
· Pemegang saham atas nilai organisasi atau deviden serta hak suaranya,
c. Serikat Pekerja
Namun mereka dapat menjadi pekerja tetap, jika sesuai dengan persyaratan. Beberapa
metode perekrutan dengan sumber internal antara lain dengan :
1. Rencana Suksesi/ Succeesion Planning, Perekrutan ini merupakan kegiatan yang
difokuskan pada usaha mempersiapkan pekerja untuk mengis posisi-posisi eksekutif.
2. Penawaran Terbuka untuk suatu Jabatan (Job Posting), Perekrutan terbuka ini
merupakan sistem mencari pekerja yang berkemampuan tinggi untuk mengisi jabatan
yang kosong, dengan memberikan kesempatan pada semua pekerja yang berminat.
Untuk itu setiap ada jabatan kosong diumumkan melalui media intern, bulletin
perusahaan, papan bulletin/pengumuman, sarana telepon atau sistem komputer.
3. Perbantuan Pekerja (Magang), Perekrutan Internal dapat dilakukan melalui
perbantuan pekerja untuk suatu jabatan dari unit kerja lain (pekerja yang ada).
Kemudian setelah selang beberapa waktu lamanya apabila pekerja yang
diperbantukan merupakan calon yang cocok/tepat dan sukses, maka dapat diangkat
untuk mengisi jabatan kosong tersebut.
4. Penggunaan Daftar Ketrampilan, Daftar Keterampilan berisi informasi tentang
ketrampilan karyawan yang dimiliki perusahaan, biasanya tersimpan dalam dokumen
data base bagian SDM perusahaan. Daftar ini memudahkan identifikasi para calon
karyawan dengan bobot yang diperlukan untuk suatu jabatan.
2. Sumber Eksternal dan Metode Rekrutmen dengan Sumber Eksternal
Sumber rekrutmen eksternal meliputi individu-individu yang saat ini bukan merupakan
anggota organisasi.Manfaat terbesar rekrutmen eksternal adalah bahwa jumlah pelamar yang
lebih banyak dapat direkrut.Hal ini tentunya mengarah kepada kelompok pelamar yang lebih
besar dan kompeten daripada yang normalnya dapat direkrut secara internal. Pelamar dari
luar tentu membawa ide, teknik kerja, metode produksi, atau pelatihan yang baru ke dalam
organisasi yang nantinya akan menghasilkan wawasan baru kedalam profitabilitas. Setiap
organisasi atau perusahaan secara periodik memerlukan tenaga kerja dari pasar tenaga kerja
diluar organisasi atau perusahaan. Beberapa sumber yang dapat digunakan dalam perekrutan
eksternal seperti :
Lembaga pendidikan
Perekrutan calon tenaga kerja dilakukan biasanya bila organisai/perusahaan memerlukan
jenis pendidikan tertentu tanpa memperdulikan pengalaman kerja. Melalui cara perekrutan
ini, diharapkan dapat dibentuk karyawan sesuai yang diinginkan organisasi/perusahaan.
Teman/anggota keluarga karyawan
Organisasi/perusahaan dapat meminta jasa karyawan lama untuk mencarikan calon tenaga
kerja. Umumnya karyawan yang dimintai tolong akan menyambut gembira, meskipun untuk
tugas tersebut mereka tidak mendapatkan imbalan dalam bentuk materi.
Lebih-lebih dalam kondisi sulitnya lapangan kerja seperti saat ini, karyawan akan gembira
untuk menyodorkan informasi calon pegawai seperti saudara/teman/tetangga dan sebagainya.
Lamaran terdahulu yang telah masuk
Perekrutan juga dapat diambil dari lamaran terdahulu yang telah masuk. Melalui
pembukaan arsip atau file lamaran yang belum diterima, diharapkan akan didapat calon
pegawai yang memiliki persyaratan sebagaimana yang diharapkan.
Agen tenaga kerja
Cara ini boleh dibilang relatif sangat baru dan belum populer di Indonesia. Agen tenaga
kerja adalah perusahaan swasta yang kegiatan utamanya adalah mencari dan menyalurkan
tenaga kerja.
Karyawan perusahaan lain
Perekrutan calon karyawan dari satu perusahaan ke perusahaan lain dapat dilakukan
secara legal maupun illegal. Yang dimaksud legal disini adalah perusahaan yang ingin
merekrut harus mengeluarkan sejumlah biaya yang akan dibayarkan kepada perusahaan
tempat calon pegawai tersebut bekerja. Perekrutan model ini lebih dikenal dengan sebutan
transfer. Sedangkan perekrutan secara illegal lebih dikenal dengan pembajakan. Kelebihan
dari perekrutan ini adalah : pengalaman terjamin; training/latihan diperlukan sekadarnya;
kemungkinan mendapatkan ide-ide baru besar. Namun juga terdapat kelemahan dalam cara
ini, yaitu : loyalitas kurangterjamin, dan calon mungkin memiliki kebiasaan yang kurang
sesuai dengan iklim organisasi.
Asosiasi profesi
Perekrutan dilakukan melalui asosiasi suatu profesi sebagai mediator penyedia tenaga
kerja profesional bagi perusahaan, seperti di Indonesia terdapat KADIN, IWAPI, HIPMI, IAI,
dsb.
Outsourcing
Terkadang perusahaan juga perlu melakukan efisiensi, beberapa pekerjaan yang dapat
dilakukan tanpa harus mengangkat tenaga kerja tetap dapat menggunakan tenaga kerja
kontrak (outsourcing).
Metode perekrutan karyawan dengan sumber dari luar perusahaan, dapat dilakukan :
Melalui iklan di media massa (radio, TV, koran, internet)
Melalui iklan atau adventensi diharapkan perusahan dapat merekrut calon tenaga kerja
dengan spesifikasi tertentu dan dengan pengalaman kerja tertentu. Perekrutan melalui iklan
ini biasanya disertai dengan suatu janji yang menarik, misalnya gaji yang besar, masa depan
yang menarik dan sebagainya.
Akuisisi dan merger
Ketika suatu perusahaan melakukan akuisisi atas perusahaan lain, atau merger dengan
perusahaan lain maka akan memperoleh sejumlah tenaga kerja.
Open house
Untuk menjaring lebih banyak tenaga potensial secara umum, perusahaan dapat
melakukan open house di sejumlah kalangan yang diprediksikan dapat menarik calon tenaga
kerja potensial, seperti di perguruan tinggi, even-even tertentu.
Menyewa konsultan perekrutan
Terkadang untuk mencari dan merekrut tenaga kerja profesional dibutuhkan konsultan
yang mampu mencari tenaga tersebut, dengan demikian ada jaminan melalui konsultan
perekrutan perusahaan tidak perlu membuang waktu untuk mencari tenaga kerja yang sesuai.
Pelatihan atau training merujuk kepada cara untuk memperoleh pengetahuan dan
keahlian-keahlian sebagai sebuah hasil dari pembelajaran mengenai kejuruan atau keahlian-
keahlian praktis dan pengetahuan yang berhubungan kepada kompetensi-kompetensi spesifik
yang berguna. Pelatihan (training) adalah sebuah konsep manajemen sumber daya manusia
yang sempit yang melibatkan aktivitas-aktivitas pemberian instruksi-instruksi khusus yang
direncanakan (seperti misalnya pelatihan terhadap prosedur-prosedur operasi pelatihan yang
spesifik) atau pelatihan keahlian (seperti misalnya pelatihan yang berhubungan dengan tugas,
program-program pengenalan pekerjaan). Chris Rowley, Manajemen Sumber Daya Manusia,
Jakarta: Rajawali Pers, 2012, hal. 436.
Pelatihan (training) adalah suatu proses yang meliputi serangkaian tindak (upaya)
yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan ke pada tenaga kerja
yang dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan
efektivitas dan produktivitas dalam suatu organisasi.” (Hamalik, 2000, hal. 10). Sedangkan
Menurut Jusmaliani, pelatihan atau training adalah proses melatih karyawan baru atau
karyawan yang akan memperoleh penempatan baru dengan ketrampilan dasar yang
diperlukanya untuk melaksanakan pekerjaan. (Jusmaliani. M.E, Pengelolaan Sumber Daya
Insani, Surakarta :Bumi Aksara, 2011, hal. 99).
1.Memperbaiki kinerja,
3. Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar agar kompeten dalam pekerjaan,
4.Membantu memecahkan masalah operasional,
Dan menurut Heidjrachman dan Husnan (1993) yang mengemukakan bahwa sesudah
pegawai diperoleh, sudah selayaknya kalau mereka dikembangkan. Pengembangan
(Development) ini dilakukan untuk meningkatkan keterampilan melalui latihan (training),
yang diperlukan untuk dapat menjalankan tugas dengan baik. Kegiatan ini makin menjadi
penting karena berkembangnya teknologi dan makin kompleksnya tugas-tugas pimpinan.
Bahkan pengembangan sumber daya manusia (Human resource development) merupakan
keharusan mutlak untuk menghadapi tuntutan tugas sekarang maupun untuk menjawab
tantangan di masa yang akan datang. Sesungguhnya tujuan latihan atau tujuan pengembangan
(Development) pegawai yang efektif adalah untuk memperoleh tiga hal yaitu menambah
pengetahuan, menambah ketrampilan dan merubah sikap dari pegawai tersebut.
1. Faktor Internal
Faktor internal disini mencakup keseluruhan kehidupan organisasi/lembaga yang
dapat dilakukan, baik pimpinan maupun anggota organisasi yang bersangkutan.
Setiap organisasi mempunyai misi dan tujuan yang ingin dicapainya. Untuk mencapai
tujuan ini diperlukan perencanaan yang baik dan implementasinya secara tepat. Untuk itu
diperlukan kemampuan tenaga sumber daya manusia melalui pengembangan sumber daya
manusia.
Misi dan tujuan organisasi mungkin sama dengan organisasi lain,tetapi strategi untuk
mencapai misi dan tujuan tersebut dapat berbeda. Oleh karenanya, kemampuan karyawan
diperlukan dalam memperkirakan dan mengantisipasi keadaan di luar, sehingga strategi yang
disusun dapat memperhitungkan dampak yang akan terjadi di dalam organisasinya. Secara
tidak langsung hal ini dapat mempengaruhi pengembangan sumber daya menusia dalam
organisasi.
Sifat dan jenis kegiatan organisasi sangat penting terhadap pengembangan sumber
daya manusia. Misalnya, suatu organisasi yang sebagian besar melaksanakan kegiatan teknis,
akan berbeda dengan pola pengembangan sumber daya manusia pada organisasi yang bersifat
ilmiah. Demikian juga, akan berbeda pula strategi dan program pengembangan sumber daya
manusia antara organisasi yang kegiatan rutin dan organisasi yang kegiatannya memerlukan
inovasi dan kreativitas.
2. Faktor Eksternal
a. Kebijakan Pemerintah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di luar organisasi dewasa ini telah
sedemikian pesatnya. Organisasi yang baik harus mengikuti arus tersebut dan harus mampu
memilih teknologi yang tepat.
2. Magang
3. Pendidikan
4. Rotasi Kerja
Pengembangan SDM: Pengertian, Tujuan, Metode Dan Fungsinya 9Ketika karyawan
kurang memberikan hasil maksimal dalam pekerjaannya, maka perusahaan harus
mengevaluasi apa penyebabnya. Apakah ada ketidakcocokan antar tim, apakah tekanan
terlalu besar, ataukah karyawan ada dalam batas kelelahan dan kejenuhan maksimal. Metode
rotasi memberikan kesempatan pada karyawan untuk merasakan variasi pekerjaan sekaligus
untuk mengetahui divisi mana karyawan tersebut cocok untuk ditempatkan.
Ketika di suatu divisi karyawan tersebut tidak cocok, namun di divisi lain ternyata
hasilnya maksimal, maka bisa dipertimbangkan pemindahanya. Selain mengetahui tempat
yang cocok untuk karyawan tersebut, namun juga rotasi berfungsi untuk mengisi kekosongan
karyawan lain yang sedang cuti, ijin mendadak atau mengundurkan diri.
Perusahaan tidak akan panik ketika terjadi hal-hal tadi. Dengan Metode rotasi para
karyawan akan menemukan passion kerja yang mungkin lebih cocok untuk dirinya. Dan
imbasnya akan baik tentu saja pada kinerjanya.
5. Studi Banding
6. Uji Kompetensi
Terkadang karena merasa telah lama bekerja para karyawan malas untuk belajar.
Padahal bisa jadi perusahaan memiliki metode atau kebijakan baru dalam hal produksi.
Namun karyawan lama àlias senior biasanya malas untuk belajar dan lebih memilih
menggunakan metode yang selama ini dikuasainya. Dengan adanya uji kompetensi , ada
usaha dari karyawan untuk kembali belajar.
7. Coaching
8. Outbond
Sebuah perusahaan tidak akan berkembang dengan baik apabila karyawannya tidak
memiliki minat pada pekerjaannya, dan tidak mempunyai keterampilan secara khusus.
Melalui pelatihan itu juga, perusahaan bisa menggali potensi para karyawannya dengan cara
mengembangkan karyawan tersebut. Setiap perusahaan biasanya akan menerapkan suatu
pelatihan khusus, supaya kualitas karyawannya meningkat.
2. Pendidikan
Cara mengembangkan SDM yang bisa dilakukan oleh perusahaan adalah dengan
pendidikan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kerja, yang artinya suatu pengembangan
yang sifatnya formal dan berhubungan langsung dengan karir mereka sendiri. Para karyawan
di suatu perusahaan juga membutuhkan pendidikan, yang nantinya akan membantu mereka
dalam mengatasi segala masalah yang terjadi di pekerjaan mereka. Karena di dalam
pendidikan itu sendiri, ada banyak cara yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah
tersebut.
3. Pembinaan
Cara melakukan pembinaan para karyawan di suatu perusahaan bisa dengan mengatur
serta membina mereka yang menjadi subsistem organisasi, dengan melalui beberapa program
penilaian dan juga perencanaan. Hal-hal seperti itu juga bisa menjadi salah satu strategi yang
tepat dalam mengembangkan sumber daya manusia di sebuah perusahaan tertentu, sehingga
SDM yang dihasilkan dari pembinaan ini akan lebih berkualitas.
Pembinaan terhadap sumber daya manusia pada suatu perusahaan selain bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan karyawan, juga agar para karyawan tersebut mengerti
tentang mengapa mengapa dalam sebuah perusahaan ada aturan yang berlaku, termasuk
bagaimana cara karyawan mematuhi SOP perusahaan.
4. Recruitment
Dalam menyesuaikan sistem serta prosedur organisasi di dalam suatu perusahaan, bisa
dilakukan dengan cara merubah sistem yang sudah ada dengan tujuan yang lebih baik. Tujuan
utamanya adalah sebagai antisipasi jika muncul suatu ancaman sekaligus peluang yang
berasal dari faktor eksternal.
Sistem di dalam suatu perusahaan biasanya akan mendukung aktivitas dan operasional
perusahaan, agar berjalan dengan lebih baik lagi. Untuk membuat suatu sistem yang bagus di
dalam perusahaan, terkadang para pebisnis perlu bantuan konsultan bisnis agar sistem yang
akan dibuat dapat berjalan secara maksimal.
6. Kesempatan
Beri kesempatan pada setiap karyawan untuk menyalurkan ide atau gagasan mereka,
yang akan memajukan perusahaan tersebut. Sehingga karyawan di dalam perusahaan itu akan
memiliki kontribusinya masing-masing bagi perusahaan. Hal itu juga akan membuat
karyawan menjadi merasa lebih dihargai sekaligus membuat mereka menjadi lebih
berkembang lagi.
Pelatihan dan pengembangan SDM dengan membuat tujuan bisnis sebelum kita
menetapkan peraturan pada karyawan ataupun merekrut atau memilih karyawan, tentu
sebaiknya kita tahu persis terlebih dahulu apa tujuan dari bisnis yang dijalankan tersebut. Jadi
kita bisa menyesuaikan antara kebutuhan atau penunjang tercapainya tujuan dengan proses
bisnis dan sumber daya manusianya.
Bisnis kita memang memiliki tujuan, tapi bukan berarti melakukan hal lain selain
yang sudah ditentukan itu pasti salah. Lakukanlah diskusi dengan SDM yang dimiliki.
Berbicaralah dengan mereka tentang aspirasi dan tingkat keahlian yang mereka miliki.
Dengan begitu, kita juga bisa tahu tujuan dari karir atau pekerjaan karyawan tersebut.
Mereka mungkin sudah punya tujuan dan keinginan untuk mengembangkan diri,
namun belum tahu caranya. Nah, hal seperti ini yang bisa dijadikan acuan oleh perusahaan
untuk melakukan pelatihan dan pengembangan SDM. Sebagian karyawan bahkan tak
menyadari jika sebetulnya mereka membutuhkan trigger serta dorongan untuk meningkatkan
kompetensi juga keahlian yang dimiliki.
Jika ketiga hal sebelumnya telah dilakukan, kini saatnya kita mencari jalan agar
karyawan lebih memiliki kompetensi dan lebih siap lagi. Pertimbangkan berbagai bentuk atau
jenis pelatihan dan pengembangan SDM untuk menambah skill dan pengetahuan. Bisa
kursus, kelas online, kelas formal dan lain sebagainya. beri kesempatan untuk karyawan
untuk belajar dan bertumbuh.
Agar semua hal tersebut berjalan efektif, buatlah rencana ini. Hal apa yang harus
dipersiapkan sebelum pelatihan dan dan pengembangan SDM tersebut. Pastikan karyawan
memiliki pemahaman yang jelas tentang tujuan kegiatan ini. Buat selama proses tersebut
berlangsung ini dapat bermanfaat. Dan jika telah selesai, siapkan tempat atau peluang bagi
sdm tersebut untuk mengaplikasikan apa yang telah didapat yang tentunya mampu
meningkatkan kualitas kinerja serta memberi pengaruh pada perusahaan.
Sebuah perusahaan tidak akan berkembang dengan baik apabila karyawannya tidak
memiliki minat pada pekerjaannya, dan tidak mempunyai keterampilan secara khusus.
Melalui pelatihan itu juga, perusahaan bisa menggali potensi para karyawannya dengan cara
mengembangkan karyawan tersebut. Setiap perusahaan biasanya akan menerapkan suatu
pelatihan khusus, supaya kualitas karyawannya meningkat.
2. Pendidikan
3. Pembinaan
Cara melakukan pembinaan para karyawan di suatu perusahaan bisa dengan mengatur
serta membina mereka yang menjadi subsistem organisasi, dengan melalui beberapa program
penilaian dan juga perencanaan. Hal-hal seperti itu juga bisa menjadi salah satu strategi yang
tepat dalam mengembangkan sumber daya manusia di sebuah perusahaan tertentu, sehingga
SDM yang dihasilkan dari pembinaan ini akan lebih berkualitas.
Pembinaan terhadap sumber daya manusia pada suatu perusahaan selain bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan karyawan, juga agar para karyawan tersebut mengerti
tentang mengapa mengapa dalam sebuah perusahaan ada aturan yang berlaku, termasuk
bagaimana cara karyawan mematuhi SOP perusahaan.
4. Recruitment
Dalam menyesuaikan sistem serta prosedur organisasi di dalam suatu perusahaan, bisa
dilakukan dengan cara merubah sistem yang sudah ada dengan tujuan yang lebih baik. Tujuan
utamanya adalah sebagai antisipasi jika muncul suatu ancaman sekaligus peluang yang
berasal dari faktor eksternal.
Sistem di dalam suatu perusahaan biasanya akan mendukung aktivitas dan operasional
perusahaan, agar berjalan dengan lebih baik lagi. Untuk membuat suatu sistem yang bagus di
dalam perusahaan, terkadang para pebisnis perlu bantuan konsultan bisnis agar sistem yang
akan dibuat dapat berjalan secara maksimal.
6. Kesempatan
Beri kesempatan pada setiap karyawan untuk menyalurkan ide atau gagasan mereka,
yang akan memajukan perusahaan tersebut. Sehingga karyawan di dalam perusahaan itu akan
memiliki kontribusinya masing-masing bagi perusahaan. Hal itu juga akan membuat
karyawan menjadi merasa lebih dihargai sekaligus membuat mereka menjadi lebih
berkembang lagi.
7. Penghargaan
Beri juga penghargaan pada karyawan yang memiliki prestasi secara khusus di dalam
perusahaan. Hal itu juga bisa menjadi salah satu cara dalam pengembangan sumber daya
manusia, yang membuat mereka menjadi lebih termotivasi dan dampaknya cukup besar bagi
perusahaan. Sumber daya manusia menjadi hal yang tidak bisa diabaikan pentingnya pada
sebuah perusahaan. Dengan memiliki strategi pengembangan sumber daya manusia yang
tepat, maka perusahaan bisa berjalan ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu, jangan pernah
luput untuk melakukan usaha pengembangan SDM.
Dalam mengelola perusahaan agar kelak menjadi sukses memang tidak mudah, ada
berbagai hal yang harus dilakukan. Untuk mengetahui kiat-kiat tentang cara sukses berbisnis
secara tak terbatas, Anda hanya perlu mendaftar di Daya.id dan bisa mendapatkan informasi
yang bermanfaat untuk kelangsungan bisnis Anda.
Dalam pengembangan sumber daya manusia, tetap ada prinsip-prinsip pelatihan yang
tetap menjadi acuan pada saat memberikan pelatihan. Terdapat suatu proses yang rumit pada
saat peserta pelatihan memperoleh keterampilan atau pengetahuan baru yang belum pernah
diketahui oleh peserta tersebut sebelumnya.
3. Praktek, sedapat mungkin peserta pelatihan yang dilatih bisa mempraktekkan keterampilan
tersebut pada suasana pekerjaan yang sebenarnya.
4. Perbedaan Individual, pada hakekatnya para peserta pelatihan itu berbeda antara satu
dengan lainnya. Karenanya latihan yang efektif hendaknya menyesuaikan kecepatan dan
kerumitan dengan kemampuan masing-masing individu.
1. Latihan hanya dilakukan dengan maksud untuk menguasai bahan pelajaran tertentu,
melatih keterampilan dan penguasaan simbol-simbol rumus. Latihan tidak dilakukan terhadap
pengertian/pemahaman, sikap dan penghargaan.
3. Latihan harus dilakukan terhadap hal-hal yang telah diperoleh peserta,misalnya: fakta-fakta
hafalan dan keterampiln yng baru dipelajari.
5. Latihan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: mula-mula latihan untuk mendapat
ketepatan, selanjutnya antara keduanya dicarikeseimbangan.
Menurut Dessler
Definisi penilaian kerja menurut Dessler ialah evaluasi kinerja karyawan secara
relatif pada waktu sekarang ataupun yang telah dilakukan yang disesuaikan
dengan standar prestasi.Menurut Handoko “1994: 11”
Definisi penilaian kerja menurut Handoko ialah cara untuk mengukur segala
kontribusi pada setiap karyawan didalam organisasi. Nilai yang paling penting
dalam penilaian kinerja ialah terkait dengan penetapan tingkat kontribusi
karyawan dengan kinerja yang dilakukan pada penyelesaian tugas yang menjadi
tanggung jawab karyawan.
Menurut Rivai “2005:66”
Definisi penilaian kerja menurut Rivai ialah suatu proses untuk penetapan
pemahaman bersama tentang apa yang akan dicapai dan suatu pendekatan untuk
mengelola dan mengembangkan orang dengan cara peningkatan dimana
peningkatan itu akan dicapai dalam waktu singkat ataupun lama.
Tujuan Penilaian kinerja karyawan terbagi menjadi dua jenis, yakni penilaian kinerja
secara umum dan penilaian kinerja secara khusus, berikut ini adalah penjelasannya:
Penilaian kinerja karyawan yang baik bisa dirasakan oleh tiga pihak sekaligus, yakni
pihak perusahaan, penilai kinerja, dan karyawan. Untuk karyawan, manfaat yang bisa
dirasakan dalam kegiatan penilaian kinerja karyawan adalah sebagai berikut:
Karyawan bisa lebih termotivasi untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik lagi.
Mampu meningkatkan kepuasan kerja karyawan.
Karyawan juga bisa mengetahui setiap kelemahan dan kelebihannya, dan dari situ mereka
bisa memperbaiki setiap kesalahan dan mengembangkan kelebihannya secara lebih baik
lagi.
Karyawan bisa mengetahui standar hasil yang sudah ditetapkan oleh perusahaan.
Terjalinnya komunikasi yang baik antar para atasan dengan para bawahannya.
Bisa melakukan diskusi terkait masalah pekerjaan dan para atasan bisa mengatasi masalah
tersebut.
Terjadinya hubungan yang lebih baik antara para atasan dengan para bawahannya
Karyawan bisa melihat lebih jelas tentang konteks pekerjaannya.
Dalam metode ini, orang-orang disekitar karyawan yang dinilai bias ikut serta
memberikakan nilai, antara lain manajer senior, karyawan itu sendiri,atasan,bawahan,
anggota tim. Dan pelanggan internal atau eksternal. Perusahan-perusahan yang
menggunakan umpan balik 360 derajat meliputi McDonnell-Douglas, AT&T, Allied
Signal, Dupont, Honeywell, Boeing, dan intel.
2. Metode Skala Penilaian
Metode skala penilaian (rating scales method) adalah metode penilaian kinerja yang
menilai para karyawan berdasarkan factor-faktor yang telah ditetapkan. Menggunakan
pendekatan ini, para evaluator mencatat penilaian mereka mengenai kinerja pada sebuah
skala.Skala tersebut meliputi beberapa kategori, biasanya dalam angka 5 sampai 7, yang
didefinisikan dengan kata sifat seperti luar biasa, memenuhi harapan, atau butuh
perbaikan.Meskipun system-sistem seringkali memberikan penilaian keseluruhan, metode
ini secara umum memungkinkan penggunaan lebih dari satu kriteria kinerja.
3. Metode Insiden Kritis
Metode insiden kritis (critical incident method) adalah metode penilaian kinerja yang
membutuhkan pemiliharaan dokumen-dokumen tertulis mengenai tindakan-tindakan
karyawan yang sangat positif dan sangat negatif. Ketika tindakan tersebut, yang disebut
insiden kritis, mempengaruhi efektivitas departemen secra signifikan, secara positif
ataupun negative, manajer mencatatnya.Pada akhir periode penilaian, penilaian
menggunakan catatan-catatan tersebut bersama dengan data-data lainnya untuk
mengevaluasi kinerja karyawan. Dengan cara tersebut, penilaian akan lebih cenderung
mencakup keseluruhan periode evaluasi dan tidak berfokus pada minggu-minggu atau
bulan-bulan terakhir saja.
4. Metode Esai
Metode esai (essay method) adalah metode penilaian kinerja dimana penilai menulis
narasi singkat yang menggambarkan kinerja karyawan. Metode ini cenderung berfokus
pada perilaku ekstrim dalam pekerjaan karyawan dan bukan kinerja rutin harian.Prnilaian
jenis ini sangat bergantung pada kemampuan menulis dari evaluator.Para atasan dengan
ketrampilan menulis yang sangat baik, jika mau, bisa membuat seseorang karyawan tyang
biasa-biasa saja terdengar seperti seorang berprestasi terbaik. Membandingkan evaluasi-
evaluasi esai bias menjadi sulit karena tidak ada kriteria umum. Namun, beberapa
manajer yakin bahwa metode esai bukan hanya yang paling sederhana tetapi juga
pendekatan yang dapat diterima untuk evaluasi karyawan.
5. Metode Standar Kerja
Metode standard kerja (work standards method) adalah penilaian kinerja yang
membandingkan kinerja setiap karyawan dengan standard yang telah ditetapkan atau
tingkat output yang diharapkan. Standard-standar mencerminkan output normal dari
seorang karyawan rata-rata yang bekerja dengan kecepatan normal. Perusahan-perusahan
bisa menerapkan standard kerja untuk hampir semua jenis pekerjaan., namun pekerjaan-
pekerjaan produksi umumnya mendapat perhatian lebih besar. Beberapa metode tersedia
untuk menentukan standard kerja, termasuk studi waktu (time study) den pengambilan
sampel pekerjaan (work sampling).
6. Metode Peringkat
Metode peringkat (ranking metode) adalah metode penilaian kinerja dimana penilai
menempatkan seluruh karyawan dari sebuah kelompok dalam urutan kinerja keseluruhan.
Sebagai contoh, karyawan terbaik dalam kelompok diberikan peringakat tertinggi, dan
yang terburuk diberi peringkat terendah.Anda mengikuti prosedur ini hinggah anda
memeringkaat semua karyawan.Kesulitan timbul ketika semua orang kerja pada tingkat
yang sebanding (sebagaimana dipersepsikan oleh si evaluator).
7. Metode Distribusi Dipaksakan
Metode distribusi dipaksakan (forced distribution method) adalah metode penilaian
kinerja yang mengharuskan penilai untuk mebagi orang-orang dalam sebuah kelompok
kinerja kedalam sejumlah kategori terbatas, mirip suatu distribusi frekuensi normal.
System distribusi dipaksakan sudah ada sejak beberapa dekade dan perusahan-perusahaan
seperti General Electric, Microsoft, dan JPMorgan menggunakannya saat ini.Disebabkan
adanya peningkat focus pada bayaran untuk kinerja (pay for performance), semakin
banyak perusahan mulai menggunakan disribusi dipaksakan.
8. Metode Skala Penilaian Berjangkar Keperilakuan
Metode skala penilaian berjangkar keperilakuan (behaviourally anchored rating
scale/BARS) adalah metode penilaian kinerja yang mengabungkan unsur-unsur skala
penilaian tradisional dengan metode insiden kritis; berbagai tingkat kinerja ditunjukkan
sepanjang sebuah skala dengan masing-masing dideskripsikan menurut perilaku kerja
spesifik seorang karyawan.
1. Ketetapan Waktu
Indikator pertama dalam penilaian kinerja karyawan adalah ketepatan waktu.
Indikator ini banyak digunakan oleh perusahaan yang mempunyai jenis pekerjaan dengan
tenggat waktu atau deadline yang singkat dan tidak bisa dilanggar. Ketepatan waktu dan
juga kecepatan akan menggambarkan efisiensi kerja karyawan dalam bekerja. Semakin
singkat waktu yang mereka perlukan dalam menyelesaikan pekerjaan, maka akan
semakin efisien juga mereka dalam melakukan proses kerja.
2. Tanggungjawab
Tanggung jawab adalah indikator penilaian kinerja karyawan yang tidak boleh
dilewatkan. Hal ini nantinya akan mampu menilai penyelesaian tanggung jawab atas
peran yang dilakukan oleh karyawan dalam memenuhi setiap harapan perusahaan.
Umumnya, penilaian ini dilakukan untuk para karyawan baru.
3. Kuantitas dari Hasil
Penilaian kinerja karyawan juga dilakukan berdasarkan pemenuhan target dalam
satuan waktu tertentu, seperti harian, mingguan, ataupun bulanan. Target ini nantinya
akan dikonversi dalam ukuran kuantitas, seperti target sales dalam menjual beberapa
produk atau memperoleh sejumlah pelanggan selama sebulan. Kuantitas adalah tolak ukur
tingkat penilaian kinerja karyawan yang umum digunakan karena lebih mudah untuk
dilakukan pengukuran dengan cara menggunakan angka.
4. Kehadiran
Tingkat kehadiran karyawan mampu mencerminkan tingkat kedisiplinan dan juga
komitmen karyawan dalam bekerja. Selain itu, tingkat kehadiran karyawan juga
menunjukkan kepatuhan karyawan dalam menjalankan peraturan perusahaan terkait
waktu kerja dan kesadaran atas kewajibannya sebagai seorang karyawan. Untuk itu,
presensi kerja tidak hanya dapat diukur dengan tingkat kehadiran karyawan saja, namun
harus diukur dengan ketepatan waktu masuk dan penyelesaian kerja. Keterlambatan yang
dilakukan secara berulang akan mengurang jam kerja yang artinya akan mengurangi
tingkat produktivitas mereka.
5. Kerja Sama Tim
Indikator ini mampu menilai kualitas karyawan dalam melakukan tugasnya di tim,
bagaimana cara mereka menjalin komunikasi dengan atasan, menerima perintah dan
melakukannya, serta melakukan kolaborasi dengan setiap rekan kerja. Hal ini dilakukan
karena ada beberapa karyawan yang cukup baik dalam menyelesaikan pekerjaan yang
sifatnya individual, namun kesulitan dan bahkan gagal dalam menyelesaikan pekerjaan
yang sifatnya teamwork.
6. Kualitas Pekerjaan
Kualitas pekerjaan adalah indikator penilaian kinerja karyawan yang penting dan
banyak digunakan oleh perusahaan untuk menilai hasil kerja karyawan. Indikator ini
nantinya mampu menentukan kecakapan, keterampilan, dan tingkat kompetensi dari
karyawan tersebut. Hasil pekerjaan yang berkualitas mampu memenuhi standar mutu
yang sudah ditetapkan dan mampu mengurangi tingkat komplain dari pelanggan.
7. Karakter
Indikator penilaian kinerja karyawan lain yang tidak bisa diabaikan adalah karakter.
Untuk beberapa perusahaan, karakter yang sesuai dengan budaya perusahaan menjadi
syarat utama dalam memertahankan karyawannya.
8. Perilaku
Sama seperti karakter, perilaku juga menjadi indikator penilaian kinerja karyawan
yang sangat penting untuk perusahaan. Karyawan yang mampu memenuhi target
pekerjaan bisa dinyatakan gagal untuk dipertahankan karena memiliki berbagai perilaku
buruk, seperti sering melakukan konflik dengan rekan kerja, menolak perintah dari atasan,
bolos kerja, tidak disiplin, dll.
9. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah sebuah keterampilan sosial yang menjadi salah satu penilaian
kinerja karyawan untuk mereka yang mempunyai anggota tim ataupun bawahan. Mereka
yang mempunyai kemampuan kepemimpinan yang kuat mampu memberikan pengaruh
positif untuk timnya.
10. Inisiatif
Sebagian besar perusahaan menganggap bahwa inisiatif karyawan adalah hal positif
dalam bekerja. Karyawan yang memiliki inisiatif umumnya adalah seorang pekerja
mandiri yang mampu melakukan tanggung jawabnya tanpa memerlukan supervisi yang
banyak dari atasan.
6. PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KARIER
Pengertian Karir
Sebagian orang menganggap karir (career) sebagai promosi di dalam organisasi. Kata
“karir” dapat dipandang dari beberapa perspektif yang berbeda. Dari satu perspektif, karir
merupakan urut-urutan posisi yang diduduki oleh seseorang selama masa hidupnya yang
obyektif. Ini merupakan karir yang obyektif. Meskipun demikian, dari perspektif lainnya
karir terdiri atas perubahan nilai-nilai, sikap, dan motivasi yang terjadi karena seseorang
semakin menjadi tua. Ini merupakan karir yang subyektif. Kedua perspektif tersebut, obyektif
dan subyektif, terfokus pada individu. Kedua perspektif tadi menganggap bahwa orang
memiliki beberapa tingkat pengendalian terhadap nasib mereka, sehingga mereka dapat
mengubah peluang untuk memaksimalkan keberhasilan dan kepuasan yang berasal dari karir
mereka sendiri.
Perencanaan Karir
Perencanaan karir (career planning) adalah suatu proses dimana individu dapat
mengidentifikasi dan mengambil langkah-langkah untuk mencapai tujuan-tujuan karirnya.
Perencanaan karir melibatkan pengidentifikasian tujuan-tujuan yang berkaitan dengan karir
dan penyusunan rencana-rencana untuk mencapai tujuan tersebut. Dari pengertian tersebut
berarti bahwa perencanaan karir harus dilalui dengan penyusunan prasyarat-prasyarat yang
harus dimiliki oleh seorang karyawan guna mendukung peningkatan karirnya.
Perencanaan karir melibatkan pengidentifikasian tujuan yang berkaitan dengan karir dan
penyusunan rencana untuk mencapai tujuan itu. Perencanaan karir yang realistik memaksa
individu untuk melihat peluang yang ada sehubungan dengan kemampuannya. Contoh
seorang guru mungking berhasrat kuat untuk menjadi seorang kepala sekolah sampai
kemudian menyadari bahwa tersedia lebih dari sepuluh orang guru untuk setiap posisi
tersebut.
Melalui perencanaan karir, setiap individu mengevaluasi kemampuan dan minatnya sendiri,
mempertimbangkan kesempatan karir alternatif, menyusun tujuan karir, dan merencanakan
aktivitas-aktivitas pengembangan praktis. Fokus utama dalam perencanaan karir haruslah
sesuai antara tujuan pribadi dan kesempatan-kesempatan yang secara realistis tersedia.
Perencanaan karir sepatutnya tidak hanya terkonsentrasi pada kesempatan posisi. Di beberapa
titik, perencanaan karir perlu pula terfokus pada pencapaian keberhasilan psikologis yang
tidak harus selalu memerlukan promosi.
Pada dasarnya perencanaan karir terdiri atas dua elemen utama yaitu perencanaan
karir individual (individual career planning) dan perencanaan karir organisasional
(organizational career planning). Perencanaan karir individual dan organisasional tidaklah
dapat dipisahkan dan disendirikan. Seorang individu yang rencana karir individualnya tidak
dapat terpenuhi di dalam organisasi, cepat atau lambat individu tersebut akan meninggalkan
perusahaan. Oleh karena itu, organisasi perlu membantu karyawan dalam perencanaan karir
sehingga keduanya dapat saling memenuhi kebutuhan.
Perencanaan karir individual (individual career planning) terfokus pada individu yang
meliputi latihan diagnostik, dan prosedur untuk membantu individu tersebut menentukan
“siapa saya” dari segi potensi dan kemampuannya. Prosedur ini meliputi suatu pengecekan
realitas untuk membantu individu menuju suatu identifikasi yang bermakna dari kekuatan dan
kelemahannya dan dorongan memimpin kekuatan dan mengoreksi kelemahan. Dengan
demikian perencanaan karir individual meliputi :
2) penilaian pasar tenaga kerja untuk menentukan tipe kesempatan yang tersedia baik di
dalam maupun di luar organisasi,
Tahap kehidupan karier. Seorang akan berubah secara terus menerus dan kemudian
memandang perbedaan karier mereka pada berbagai tingkat dalam hidupnya.
a) Kemampuan manajerial
b) Kemampuan fungsional-teknis
c) Keamanan
d) Kreativitas
Pengembangan Karier
Kesuksesan proses pengembangan karir tidak hanya penting bagi organisasi secara
keseluruhan. Dalam hal ini, beberapa hal atau faktor yang sering kali amat berpengaruh
terhadap manajemen karir adalah :
Dalam situasi ideal, pegawai organisasi berada dalam hubungan yang saling
menguntungkan. Dalam keadaan ideal ini, baik pegawai maupun organisasi dapat mencapai
produktifitas kerja yang tinggi.
Namun, kadangkala keadaan ideal ini gagal dicapai. Adakalanya pegawai sudah
bekerja baik, tetapi organisasi tidak mengimbangi prestasi pegawai tersebut dengan
penghargaan sewajarnya. Maka, ketidakharmonisan hubungan antara pegawai dan organisasi
ini cepat atau lambat akan mempengaruhi proses manajemen karir pegawai. Misalnya saja,
proses perencanaan karir pegawai akan tersendat karena pegawai mungkin tidak diajak
berpartisipasi dalam perencanaan karir tersebut. Proses pengembangan karir pun akan
terhambat sebab organisasi mungkin tidak peduli dengan karir pegawai.
b. Personalia Pegawai
Seringkali terjadi, semua aturan dalam manajemen karir di suatu organisasi menjadi kacau
lantaran ada intervensi dari pihak luar. Seorang pegawai yang mempromosikan ke jabatan
lebih tinggi, misalnya, mungkin akan terpaksa dibatalkan karena ada orang lain yang didrop
dari luar organisasi. Terlepas dari masalah apakah kejadian demikian ini boleh atau tidak, etis
atau tidak etis, kejadian semacam ini jelas mengacaukan menajemen karir yang telah
dirancang oleh organisasi
Politicking Dalam Organisasi
Manajemen karir pegawai akan tersendat dan bahkan mati bila faktor lain seperti intrik-intrik,
kasak-kasak, hubungan antar teman, nepotisme, feodalisme, dan sebagainya, lebih dominan
mempengaruhi karir seseorang dari pada prestasi kerjanya. Dengan kata lain, bila kadar
“politicking” dalam organisasi sudah demikian parah, maka manajemen karir hampir
dipastikan akan mati dengan sendirinya. Perencanaan karir akan menjadi sekedar basa-basi.
Dan organisasi akan dipimpin oleh orang-orang yang pintar dalam politicking tetapi rendah
mutu profesionalitasnya.
Sistem Penghargaan
Sistem manajemen (reward system) sangat mempengaruhi banyak hal, termasuk manajemen
karir pegawai. Organisasi yang tidak mempunyai sistem penghargaan yang jelas (selain gaji
dan insentif) akan cenderung memperlakukan pegawainya secara subyektif. Pegawai yang
berprestasi baik dianggap sama dengan pegawai malas. Saat ini, mulai banyak organisasi
yang membuat sistem penghargaan yang baik (misalnya dengan menggunakan sistem “kredit
poin”) dengan harapan setiap prestasi yang ditunjukkan pegawai dapat diberi “kredit poin”
dalam jumlah tertentu.
Jumlah Pegawai
Menurut pengalaman dan logika akal sehat, semakin banyak pegawai maka semakin ketat
persaingan untuk menduduki suatu jabatan, dan semakin kecil kesempatan (kemungkinan)
bagi seorang pegawai untuk meraih tujuan karir tertentu. Jumlah pegawai yang dimiliki
sebuah organisasi sangat mempengaruhi manajemen karir yang ada. Jika jumlah pegawai
sedikit, maka manajemen karir akan sederhana dan mudah dikelola. Jika jumlah pegawai
banyak, maka manajemen karir menjadi rumit dan tidak mudah dikelola.
Ukuran Organisasi
Ukuran organisasi dalam konteks ini berhubungan dengan jumlah jabatan yang ada dalam
organisasi tersebut, termasuk jumlah jenis pekerjaan, dan jumlah personel pegawai yang
diperlukan untuk mengisi berbagai jabatan dan pekerjaan tersebut. biasanya, semakin besar
organisasi, semakin kompleks urusan manajemen karir pegawai. Namun, kesempatan untuk
promosi dan rotasi pegawai juga lebih banyak.
Kultur Organisasi
Seperti sebuah sistem masyarakat, organisasi pun mempunyai kultur dan kebiasaan-
kebiasaan. Ada organisasi yang cenderung berkultur professional, obyektif, raasional, dan
demokratis. Ada juga organisasi yang cenderung feodalistik, rasional, dan demokratis. Ada
juga organisasi yang cenderung menghargai prestasi kerja (sistem merit). Ada pula organisasi
yang lebih menghargai senioritas dari pada hal-hal lain. Karena itu, meskipun organisasi
sudah memiliki sistem manajemen karir yang baik dan mapan secara tertulis, tetapi
pelaksanaannya masih sangat tergantung pada kultur organisasi yang ada.
Tipe Manajement
Secara teoritis-normatif, semua manajemen sama saja di dunia ini. Tetapi dalam
impelemntasinya, manajemen di suatu organisasi mungkin amat berlainan dari manajemen di
organisasi lain. Ada manajemen yang cemderung kaku, otoriter, tersentralisir, tertutup, tidak
demokratis. Ada juga manajemen yang cenderung fleksibel, partisipatif, terbuka, dan
demokratis.
Jika manajemen cenderung kaku dan tertutup, maka keterlibatan pegawai dalam hal
pembinaan karirnya sendiri juga cenderung minimal. Sebaliknya, jika manajemen cenderung
terbuka, partisipatif, dan demokratis, maka keterlibatan pegawai dalam pembinaan karir
mereka juga cenderung besar. Dengan kata lain, karir seorang pegawai tidak hanya
tergantung pada faktor-faktor internal di dalam dirinya (seperti motivasi untuk bekerja keras
dan kemauan untuk ingin maju), tetapi juga sangat tergantung pada faktor-faktor eksternal
seperti manajemen. Banyak pegawai yang sebenarnya pekerja keras, cerdas, jujur, terpaksa
tidak berhasil meniti karir dengan baik, hanya karena pegawai ini “terjebak” dalam sistem
manajemen yang buruk.
1. Turnover
Kepuasan kerja lebih tinggi dihubungkan dengan dengan turnover pegawai yang
rendah.Sedangkan pegawai-pegawai yang kurang puas biasanya turnovernya lebih tinggi.
2. Tingkat ketidakhadiran (absen) kerja
Pegawai-pegawai yang kurang puas cenderung tingkat ketidakhadirannya (absen) tinggi.
Mereka sering tidak hadir kerja dengan alas an yang tidak logis dan subjektif.
3. Umur
Ada kecenderungan pegawai yang tua lebih merasa puas daripada pegawai yang berumur
relative muda.Hal ini diasumsikan bahwa pegawai yang tua lebih berpengalaman
menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaan. Sedangkan pegawai usia muda biasanya
mempunyai harapan yang ideal tentang dunia kerjanya, sehingga apabila antara harapannya
dengan realitakerja terdapat kesenjangan atau ketidakseimbangan dapat menyebabkan mereka
menjadi tidak puas.
4. Tingkat Pekerjaan
Pegawai-pegawai yang menduduki tingkat pekerjaan yang lebih tinggi cenderung lebih
puas daripada pegawai yang menduduki tingkat pekerjaan yang lebih rendah.Pegawai-
pegawai yang tingkat pekerjaannya lebih tinggi menunjukkkan kemampuan kerja yang baik
dan aktif dalam mengemukakan ide-ide serta kreatif dalam bekerja.
2. Gaji
Merupakan renumerasi finansial yang diterima oleh karaywan yang dipandang sebagai
sesuatu yang adil dalam organisasi.Karyawan menginginkan sistem penggajian yang adil dan
sesuai dengan harapan mereka, yang berdasarkan tuntutan kerja, tingkat ketrampilan, serta
pengalaman yang dimilikinya.Tingkat pendidikan karyawan juga turut mempengaruhi tingkat
kemungkinan karyawan dalam melakukan perbandingan gaji dengan karyawan lain dengan
level yang sama di perusahaan yang berbeda.
Jika gaji yang diterimanya lebih rendah daripada gaji yang berlaku di perusahaan lain
yang sejenis, maka akan menimbulkan ketidakpuasan karyawan terhadap gaji.Karena itu,
menentukan besaran gaji harus dilakukan dengan cermat, agar karyawan dan perusahaan
sama-sama diuntungkan.Karyawan yang puas dengan gaji yang diterimanya, akan
menciptakan kepuasan kerja yang diharapkan dan berpengaruh pada kinerja karyawan.
4. Supervisi
5. Rekan kerja
Team work yang yang baik, saling memberikan dukungan, bantuan, atau saran akan
membuat pekerjaan lebih menyenangkan.Hubungan baik dengan rekan kerja akan sangat
berarti jika pekerjaan tersebut membutuhkan kerja sama tim. Eratnya hubungan dengan rekan
kerja atau team work akan mempengaruhi pada mutu kerja yang dihasilkan.Kelompok
dengan tingkat kekompakan yang tinggi akan membuat karyawan merasa puas berada dalam
kelompoknya.Hal ini disebabkan karena berkurangnya ketegangan dan kecemasan dalam
kelompok dan individu yang ada dalam kelompok tersebut mampu menyesuaikan diri dengan
tekanan pekerjaan.
Lingkungan kerja yang bersih, teratur, dan menyenangkan akan membuat pekerjaan lebih
mudah ditangani.Namun, jika kondisi kerja tidak menyenangkan (bising dan kotor) maka
akan mengakibatkan terganggungnya penyelesaian pekerjaan.
Teori ini dikemukakan oleh Adam (1963), menurutnya, ada aspek-aspek yang menjadi
pemuas karyawan dalam melakukan pekerjaan.Aspek tersebut bisa berupa gaji atau upah,
rekan kerja yang suportif, dan manajemen yang baik.Implikasinya adalah tingkat kontribusi
karyawan yang diberikan pada perusahaan akan setara dengan keadilan yang ia inginkan.
2. Discrepancy Theory
Teori ini dikemukakan oleh Porter (1961), menurutnya, kepuasan kerja adalah selisih
dari sesuatu yang seharusnya didapatkan dengan sesuatu yang ia dapatkan sebenarnya.Hal ini
sesuai dengan apa yang diutarakan oleh Locke (1969), menurutnya seseorang akan merasa
puas apabila kondisi yang ia dapatkan sesuai dengan apa yang ia inginkan.
Teori ini dikemukakan oleh Landy (1978), menurutnya, kepuasan maupun ketidakpuasan
adalah urusan emosional.Bila situasi yang dihadapi oleh seorang karyawan dapat
memberikan keseimbangan emosional, maka karyawan akan merasa puas.
Teori ini dikemukakan oleh Herzberg (1966), di mana disebutkan bahwa kepuasan
karyawan didapat dari dua faktor yaitu:
Jika karyawan merasa ‘sehat’
Jika karyawan memiliki motivasi untuk mencapai tujuan
E. Pengertian kompensasi
Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima baik berupa fisik maupun non
fisik.Kompensasi juga berarti seluruh imbalan yang diterima oleh seorang pekerja/karyawan
atas jasa atau hasil dari pekerjaannya dalam sebuah perusahaan dalam bentuk uang atau
barang, baik secara langsung maupun tidak langsung.Istilah ini amat sangat berhubungan
dengan imbalan finansial (financial reward) yang diberikan kepada seseorang atas dasar
hubungan pekerjaan.
Salah satu cara agar sebuah perusahaan atau organisasi mendapatkan karyawan atau
calon pelamar yang berkualitas adalah dengan memberikan tingkat kompensasi yang cukup
kompetitif dibandingkan dengan perusahaan/organisasi lain.
4. Mengefisiensi Biaya
Tujuan yang satu ini dimaksudkan, jika sebuah perusahaan merencanakan atau
mengadakan program kompensasi yang rasional, maka akan membantu perusahaan atau
organisasi tersebut mendapatkan dan mempertahankan sumber daya manusia pada tingkat
biaya yang layak. Dengan upah, insentif, bonus, dll yang kompetitif, perusahaan akan
memperoleh keseimbangan dari etos kerja karyawan yang meningkat.
Tujuan yang diharapkan perusahaan dari adanya kompensasi yang layak dan adil
kepada karyawan adalah karyawan dapat memiliki sikap dan perilaku yang baik dan dapat
menguntungkan serta mempengaruhi produktivitas kerja.Kerja yang baik, kesetiaan,
pengalaman, tanggung jawab dan perilaku-perilaku lainnya yang dapat meningkat berkat
dihargai melalui fasilitas yang efektif dari perusahaan/organisasi.
G. Jenis-jenis kompensasi
1. Kompensasi Langsung
Kompensasi langsung adalah segala macam imbalan yang berwujud uang seperti gaji,
macam-macam tunjangan, THR, insentif, komisi, bonus, pembayaran prestasi, pembagian
laba perusahaan, dan opsi saham.Selain itu, segala jenis pendapatan yang menambah
penghasilan bruto tahunan karyawan dan dikenai Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Pasal 21).
Jadi, perusahaanlah yang membayarkan premi atas asuransi yang disediakan perusahaan
untuk para karyawannya seperti asuransi jiwa, asuransi kesehatan, asuransi ketenagakerjaan,
sehingga karyawan dapat menikmati manfaat dari program-program tersebut. Selain itu,
fasilitas seperti mobil dinas, akses internet, voucher, keanggotaan klub, dll.
3. Kompensasi Non-Finansial
Kompensasi jenis ini tidak ada kaitannya dengan uang, melainkan kompensasi yang dapat
bernilai positif dan berharga untuk karyawan. Misalnya, perusahaan menyediakan pelatihan
kecakapan karyawan, lingkungan kerja yang nyaman, memiliki supervisi yang profesional
dan kompeten, tim kerja yang solid dan suportif, jenjang karier yang pasti, cuti lebih banyak,
jam kerja yang fleksibel, dan penghargaan terhadap prestasi karyawan.
Apabila kemampuan dan kesediaan perusahaan untuk membayar semakin baik maka
tingkat kompensasi akan semakin besar. Tetapi sebaliknya, jika kemampuan dan
kesediaan perusahaan untuk membayar kurang maka tinggkat kompensasi relatif kecil.
ika produktifitas kerja karyawan baik dan layak dan banyak maka kompensasi
akan semakin besar. Sebaliknya kalau produktifitas kerjanya buruk serta sedikit maka
kompensasinya kecil.
6. Biaya hidup
Apabila biaya hidup di daerah itu tinggi maka tingkat kompensasi/upah semakin
besar. Sebaliknya, jika tingkat hidup di daerah itu rendah maka tingkat kompensasii/upah
semakin kecil.
Jika pendidikan lebih tinggi dan pengalaman kerja lebih lama maka gaji/balas jasa
akan semakin bear, karena kecakapan serta keterampilannya lebih baik. Sebaliknya,
karyawan yang berpendidikan rendah dan pengalaman kerja yang kurang maka tingkat
gaji/kompensasinya kecil.
Kalau jenis dan sifat pekrjaan yang sulit dan mempunyai resiko (financial,
keselamatan) yang besar maka tingkat upah/balas jasanya semakin besar karena
membutuhkan kecakapan serta ketelitian untuk mengerjakan. Tetapi jika jenis dan sifat
pekerjaannya mudah dan resiko (finansial, kecelakaan) kecil, tingkat upah/balas jasanya
relatif rendah.
Menurut Hasibuan (2012), terdapat tiga macam sistem pembayaran kompensasi yang biasa
dilakukan, yaitu sebagai berikut:
a. Sistem Waktu
b. Sistem Hasil
Dalam sistem hasil, besarnya kompensasi ditetapkan atas kesatuan unit yang
dihasilkan pekerja seperti perpotong, perbiji, meter, liter dan lain sebagainya.Dalam sistem
hasil, besarnya kompensasi yang dibayar selalu didasarkan kepada banyaknya hasil yang
dikerjakan bukan kepada lamanya waktu pengerjaannya.Sistem hasil ini tidak bisa diterapkan
pada karyawan tetap dan jenis pekerjaan yang tidak mempunyai standar fisik, seperti bagi
karyawan administrasi.
Kebaikan sistem hasil memberikan kesempatan kepada karyawan yang bekerja
bersungguh-sungguh serta berprestasi baik akan memperoleh balas jasa yang lebih besar. Jadi
prinsip keadilan betul-betul diterapkan.Pada sistem hasil yang perlu mendapat perhatian
sungguh-sungguh adalah kualitas barang yang dihasilkan karena ada kecenderungan dari
karyawan untuk mencapai produksi yang lebih besar dan kurang memperhatikan
kualitasnya.Kelemahan sistem hasil ialah kualitas barang yang dihasilkan kurang baik dan
karyawan yang kurang mampu balas jasanya kecil, sehingga kurang manusiawi.
c. Sistem Borongan
Sistem borongan adalah suatu cara pengupahan yang penetapan besarnya jasa
didasarkan atas volume pekerjaan dan lama mengerjakannya. Penetapan besarnya balas jasa
berdasarkan sistem borongan ini cukup rumit, lama mengerjakannya serta berapa banyak alat
yang diperlukan untuk menyelesaikannya.
8. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
A. Pengertian Sistem Informasi Sumber Daya Manusia
Fungsi dari Sistem Informasi Sumber Daya Manusia/ HRIS (Human Resources Information
System) memiliki empat kegiatan utama yaitu:
SDM membantu menerima pegawai baru ke dalam perusahaan. SDM selalu mengikuti
perkembangan terakhir dalam peraturan pemerintah yang mempengaruhi praktek
kepegawaian dan menasehati manajemen untuk menentukan kebijakan yang sesuai.
Selama periode kepegawaian seseorang, SDM dapat mengatur berbagai program pendidikan
dan pelatihan yang diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian kerja pegawai.
3. Manajemen Data
SDM menyimpan database yang berhubungan dengan pegawai dan memproses data tersebut
untuk memenuhi kebutuhan informasi pemakai.
Manfaat sistem informasi Sumber Daya Manusia (SDM) sangat besar. Sistem
informasi Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan serangakaian proses yang mencakup
pada pengumpulan bahan, peringkasan, dan penganalisaan data berhubungan erat dengan
manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) dan perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM).
Aktifitas-aktifitas recruitmen, seleksi pelatihan dan pengembangan, manajer karir,
kompensasi dan hubungan karyawan juga menuntut informasi yang tepat waktu dan akurat
untuk pengambilan keputusan-keputusan.
Terdapat beberapa manfaat dari sistem informasi sumber daya manusia, diantaranya adalah:
Sistem informasi SDM tidak akan membuat Anda harus menyimpan berkas-berkas
terkait karyawan dan perusahaan yang menumpuk. Segala bentuk informasi yang Anda
butuhkan sudah disimpan di dalam satu lokasi, sehingga mudah untuk Anda lacak dan
perbarui. Anda bisa mengucapkan selamat tinggal pada tumpukan-tumpukan kertas di kabinet
Anda.
2. Efisiensi Waktu
HR bisa memanfaatkan skill yang mereka miliki untuk fokus pada tugas-tugas yang
lebih strategis untuk meningkatkan performa perusahaan. Misalnya, dengan meningkatkan
tingkat kepuasan karyawan, meningkatkan produktivitas mereka, mengadakan beberapa
pelatihan, dan lain sebagainya.
4. Memudahkan Karyawan
Dengan memiliki sistem informasi SDM yang baik, karyawan juga akan lebih mudah
dalam mengurus keperluan administratif mereka sekaligus mengurangi beban tim HR dengan
hal-hal yang seharusnya mereka bisa kerjakan sendiri. Melalui software HR, seharusnya
segala proses mulai dari onboarding, request cuti, melakukan absensi, hingga meminta slip
gaji sudah bisa dilakukan secara mandiri.
Banyak dari klien Talenta yang beranggapan bahwa penerapan HRIS membuat
pekerjaan HR jadi jauh lebih mudah. Selain itu, banyak juga para petinggi perusahaan yang
pada akhirnya terkesima dengan bagaimana tim HR bisa melaksanakan tugas-tugasnya
seperti membuat report dan mengurus payroll dalam waktu yang singkat.
Sesuai dengan kebutuhan saat ini, berdasarkan studi dengan menggunakan metoda “Business
Process Re-engineering” terhadap sistem sumber daya manusia yang ada saat ini, telah
mencakup semua aspek acuan sistem informasi kepegawaian seperti tersebut diatas. Adapun
lingkup informasi yang menjadi acuan dari sistem informasi ini adalah :
1. Biodata, yang akan berisi data umum personil seperti nama, tanggal lahir, alamat, agama
dan lain sebagainya.
2. Pangkat, yang mencatat seluruh informasi yang berhubungan dengan sejarah kepangkatan
personil.
3. Jabatan, yang mencatat seluruh informasi yang berhubungan dengan sejarah jabatan
personil baik fungsional maupun struktural.
6. Kemampuan Bahasa, yang mencatat kemampuan berbahasa asing dari personil berikut
tingkatannya.
7. Prestasi Kerja, mencatat seluruh informasi yang berhubungan dengan sejarah penilaian atas
prestasi kerja karyawan.
8. Penghargaan, yang mencatat seluruh penghargaan resmi yang diakui oleh perusahaan.
9. Kesra, mencatat seluruh fasilitas perusahaan yang diterima karyawan untuk menunjang
kelancaran operasi.
10. Payroll, melakukan proses administrasi pembayaran upah karyawan beserta analisisnya.
11. Absensi, mencatat seluruh aktifitas ketidak hadiran karyawan sehubungan dengan
kebutuhannya.
13. ukum Disiplin, yang mencatat seluruh hukuman yang pernah diterima oleh karyawan
bersangkutan.
14. Memo Khusus, berisi catatan yang bersifat referensial terhadap seorang karyawan dimana
informasi ini bersifat informatif dan bukan administratif.
Adapun ruang lingkup informasi diatas adalah ruang lingkup informasi yang telah
ada saat ini, tapi tidak menutup kemungkinan pengembangan ke ruang lingkup informasi
lainnya bila diperlukan.
Model Sistem Informasi Sumber Daya Manusia dapat dilihat dari Input, dan Output.
a. Subsistem Input
Dari model, subsistem input HRIS dimasukkan ke dalam suatu database yang telah dirancang
oleh perusahaan tersebut. Database HRIS bukan hanya data mengenai pegawai, tetapi juga
mengenai perorangan dan organisasi di lingkungan perusahaan yang mempengaruhi arus
personil. Input HRIS terdiri atas 3 subsistem, yaitu:
SIA menyediakan data akuntansi bagi HRIS sehingga database berisi gambaran yang lengkap
dari sumber daya personil baik keuangan maupun non keuangan.
Data Personil
bersifat non-keuangan dan lebih permanen. Contoh: Nama pegawai, jenis
kelamin, tanggal lahir, pendidikan, dan jumlah tanggungan).
Data Akuntansi
bersifat keuangan dan lebih dinamis. Contoh: Upah per-jam, gaji per-
bulan, pendapatan kotor saat ini, dan pajak penghasilan tahun berjalan).
2. Penelitian SDM
Penelitian Suksesi
mengidentifikasi calon bagi posisi yang akan tersedia/promosi jabatan).
Analisis dan Evaluasi Jabatan
mempelajari setiap jabatan dalam suatu area dan mengidentifikasi pengetahuan
serta keahlian yang diperlukan.
Penelitian Keluhan
membuat tindak lanjut atas keluhan yang disampaikan pegawai untuk berbagai
alasan.
3. Intelijen SDM
Subsistem ini mengumpulkan data yang berhubungan dengan SDM dari
lingkungan luar perusahaan, seperti:
Pemerintah, peraturan ketenagakerjaan.
Pemasok, pelaksanaan fungsi perekrutan dan penerimaan pegawai baru.
Serikat Pekerja, mengatur kontrak kerja antara perusahaan dan serikat
pekerja.
Masyarakat Global, menyediakan penjelasan sumber daya lokal, seperti
perumahan, pendidikan dan rekreasi, perekrutan skala lokal, nasional, dan
internasional.
Masyarakat Keuangan, untuk perencanaan personil.
Pesaing, perpindahan pegawai dari perusahaan lain.
b. Subsistem Output
Merupakan informasi yang dibutuhkan oleh manajer atas untuk merencanakan kebutuhan
tenaga kerja dalam jangka pendek dan jangka panjang. Informasi ini meliputi informasi untuk
analisis perputaran tenaga kerja (turnover), anggaran biaya tenaga kerja, dan perencanaan
tenaga kerja itu sendiri.
2. Subsistem Perekrutan
4. Subsistem Tunjangan
Merupakan informasi tentang penggajian dan kompensasinya yang meliputi kehadiran dan
jam kerja, perhitungan gaji dan bonus, analisis kompensasi dan perencanaan kompensasi.
5. Subsistem Benefit
Meliputi benefit yang diterima oleh karyawan. Benefit berbeda dengan kompensasi.
Kompensasi lebih ke insentif yang dihubungkan dengan kinerja karyawannya, sedangkan
benefit lebih ke manfaat tambahan yang diterima karyawan seperti dana pensiun.
Dalam upaya mencapai tujuan perusahaan maka diperlukan usaha yang maksimal dalam
proses pekerjaannya. Usaha yang maksimal didukung dengantingginya produktivitas kerja
karyawan dalam perusahaan tersebut. Apabila produktivitas kerjanya tinggi maka akan
semakin mudah bagi perusahaan untuk mencapai hasil yang maksimal. Para ekonom biasanya
mendefinisikan produktivitas sebagai “ratio output” dibandingkan dengan “input fisik”. Hal
tersebut biasanya dihubungkan dengan industry-industri secara keseluruhan pada sector-
sektor dalam suatu perekonomian.
Menurut Hasibuan (1996 : 126) produktivitas adalah perbandingan antara output (hasil)
dengan input (masukan). Jika produktivitas naik ini hanya dimungkinkan oleh adanya
peningkatan efisiensi (waktu-bahan-tenaga) dan sisitem kerja, teknik produksi dan adanya
peningkatan keterampilan dari tenaga kerjanya. Menurut Riyanto (1986 : 22) secara teknis
produktivitas adalah suatu perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan
keseluruhan sumber daya yang diperlukan (input). Produktivitas mengandung pengertian
perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran tenaga kerja persatuan waktu.
Pada dasarnya ada beberapa faktor yang mempengaruhi naik turunnya produktivitas
kerja seorang karyawan. Menurut Panji dan Anoraga (Nimas, 2007) faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas kerja, antara lain :
1. Pendidikan
Pada umumnya seseorang yang mempunyai pendidikan yang lebih tinggi
akanmempunyai produktivitas kerja yang lebih baik. Dengan demikian pendidikan
merupakan syarat yang penting dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
Tanpa bekal pendidikan mustahil orang akan mudah dalam mempelajari hal-hal yang
bersifat baru.
2. Motivasi
Pimpinan perusahaan perlu mengetahui dan memahami motivasi kerja dari setiap
karyawannya. Dengan mengetahui motivasi itu, maka pimpinan dapat membimbing
dan mendorong karyawan untuk bekerja lebih baik.
3. Disiplin kerja
Disiplin kerja adalah sikap kejiwaan seseorang atau kelompok yang senantiasa
berkehendak untuk mengikuti dan memahami segala peraturan yang telah ditentukan.
Disiplin kerja mempunyai hubungan yang erat dengan motivasi. Kedisiplinan dapat
dibina melalui latihan-latihan antara lain dengan bekerja menghargai waktu dan biaya
yang akan memberikan pengaruh positif terhadap produktivitas karyawan.
4. Keterampilan
Keterampilan banyak pengaruhnya terhadap produktivitas kerja karyawan.
Keterampilan kerja karyawan dalam perusahaan dapat ditingkatkan melalui kursus-
kursus atau latihan kerja.
5. Sikap dan etika kerja
Sikap seseorang atau kelompok orang dalam membina hubungan yang
serasi,selaras dan seimbang di dalam kelompok itu sendiri maupun dengan kelompok
lain dan etika dalam hubungan kerja sangat penting artinya, dengan tercapainya
hubungan dalam proses produksi akan meningkatkan produktivitas.
6. Gizi dan Kesehatan
Daya tahan tubuh seseorang biasanya dipengaruhi oleh gizi dan makanan yang
dikonsumsi setiap hari. Gizi yang baik akan mempengaruhi kesehatan karyawan dan
semua itu akan berpengaruh terhadap produktivitas karyawan.
7. Tingkat Penghasilani
Semakin tinggi prestasi kerja karyawan akan semakin besar upah yang diterima.
Dengan penghasilan yang cukup akan memberikan kepuasan terhadap karyawan yang
menjadi karyawan tersebut mempunyai semangat kerja.
8. Lingkungan Kerja dan Iklim Kerja
Lingkungan kerja dari karyawan disini termasuk hubungan antar
karyawan,hubungan dengan pimpinan, lingkungan kerja, penerangan dan lain-lain.
Hal ini sangat penting untuk mendapatkan perhatian perusahaan karena karyawan
enggan bekerja karena tidak ada kekompakan kerja atau ruang kerja yang tidak
menyenangkan. Hal ini dapat mengganggu kerja karyawan.
9. Teknologi
Adanya kemajuan teknologi meliputi peralatan yang semakin otomatis dan
canggih yang dapat mendukung tingkat produksi dan mempermudah manusia dalam
melaksanakan pekerjaan.
Menurut Simamora (2004 : 612) menyatakan bahwa faktor-faktor yang digunakan dalam
pengukuran produktivitas kerja meliputi kuantitas kerja, kualitaskerja dan ketepatan waktu.
Dalam penelitian ini peneliti mengukur produktivitas kerja dengan menggunakan indikator-
indikator dibawah ini:
Kuantitas kerja adalah merupakan suatu hasil yang dicapai oleh karyawan dalam
jumlah tertentu dengan perbandingan standar yang ada atau ditetapkan oleh
perusahan.
Kualitas kerja merupakan suatu standar hasil yang berkaitan dengan mutu dari suatu
produk yang dihasilkan oleh karyawan dalam hal ini merupakan suatu kemampuan
karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan secara teknis dengan perbandingan standar
yang ditetapkan oleh perusahaan.
Ketepatan waktu merupakan tingkat suatu aktivitas diselesaikan pada awal waktu
yang ditentukan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta
memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain. Ketepatan waktu diukur
dari persepsi karyawan terhadap suatu aktivitas yang disediakan diawal waktu sampai
menjadi output.
Di dalam suatu perusahaan karyawan merupakan sumber daya yang penting. Karyawan
dikatakan produktif apabila mampu bekerja secara konsisten dan menghasilkan kinerja yang
baik serta selalu mengalami peningkatan.
Tak hanya itu, produktivitas karyawan juga akan sangat memengaruhi perkembangan
perusahaan itu sendiri, karena sebuah perusahaan akan lebih berkembang bila memiliki
karyawan yang profesional, terampil dan memiliki etos kerja yang tinggi.
Berikut beberapa upaya yang dilakukan dalam meningkatkan produktivitas, antara lain :
E. Pengertian Motivasi
Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai – nilai yang mempengaruhi individu untuk
mencapai hal yang spesifik sesuai tujuan individu. Sikap dan nilai tersebut merupakan suatu
invisible yang memberikan kekuatan untuk mendorong individu dalam mencapai tujuan.
Motivasi ialah keinginan untuk berusaha atau berupaya sekuat tenaga untuk mencapai
tujuan organisasi yang dikondisikan atau ditentukan oleh kemampuan usaha atau upaya untuk
memenuhi sesuatu kebutuhan individual. (Stephen P. Robinson).
Motivasi merupakan proses psikologi dalam diri seseorang dan sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Secara umum, faktor ini dapat muncul dari dalam diri (intrinsik) maupun dari
luar diri (ekstrinsik). Ardana dkk (2008:31) mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi antara lain:
Anwar Prabu Mangkunegara (2007: 94-90) menguraika teori-teori motivasi dari para
ahli manajemen sebagai berikut
1) Teori Kebutuhan
a. Need for Achievement, yaitu kebutuhan untuk berprestasi yang merupakan refleksi dari
dorongan akan tanggung jawab untuk pemecahan masalah. Seorang karyawan yang
mempunyai kebutuhan akan berprestasi tinggi cenderung untuk berani mengambil risiko.
Kebutuhan untuk berprestasi adalah kebutuhan untuk melakukan pekerjaan lebih baik
daripada sebelumnya, selalu berkeinginan mencapai prestasi yang lebih tinggi.
b. Need for Affiliation, yaitu kebutuhan untuk beraffiliasi yang merupakan dorongan untuk
berinteraksi dengan orang lain, berada bersama orang lain, tidak mau melakukan sesuatu
yang merugikan orang lain.
c. Need for Power, yaitu kebutuhan untuk kekuasaan yang merupakan refleksi dari dorongan
untuk mencapa otoritas untuk memiliki pengaruh terhadap orang lain.
Teori ERG merupakan refleksi dari nama tiga dasar kebutuhan, yaitu:
a. Existence Needs. Kebutuhan ini berhubungan dengan fisik dari eksistensi karyawan,
seperti makan, minum, pakaian, bernapas, gaji, keamanan kondisi kerja, di runjangan.
c. Growth Needs. Kebutuhan untuk mengembangkan dan meningkatkan pribadi. Hal ini
berhubungan dengan kemampuan dan kecakapan karyawan.
3) Teori Insting
Teori motivasi insting muncul berdasarkan teori evolusi Charles Darwin. Darwin
berpendapat bahwa tindakan yang cerdas merupakan refleksi dan instingrif yang diwariskan,
oleh karenanya tidak semua tingkah laku dapat direncanakan sebelumnya dan dikontrol oleh
pikiran.
4) Teori Drive
Konsep drive menjadi konsep yang tersohor dalam bidang motivasi sampai tahun 1918.
Woodworth menggunakan konsep tersebut sebagai energi yang mendorong organisasi untuk
melakukan suatu tindakan. Kata drive dijelaskan sebagai aspek motivasi dari tubuh yang
tidak seimbang. Motivasi didefinisikan sebagai suatu dorongan yang membangkitkan untuk
keluar dari ketidakseimbangan atau tekanan. Clark L. Hull berpendapat bahwa belajar terjadi
sebagai akibat dari reinforcement. Asumsinya adalah bahwa semua hadiah (reward) pada
akhirnya didasarkan atas reduksi dan drive keseimbangan (homeostatic drives). Teori Hull
dirumuskan secara matematis yang merupakan hubungan antar drive dan habit strength.
Habits strength adalah hasil dari faktor-faktor reinforcemen sebelumnya. Drive adalah
jumlah keseluruhan ketidakseimbangan fisiologis yang disebabkan oleh kehilangan atau ke
kurangan kebutuhan komoditas untuk kelangsungan hidup. Perumusan teori Hull tersebut
dapat disimpulkan bahwa motivasi seorang karyawan sangat ditentukan oleh kebutuhan
dalam dirinya (drive) dan faktor kebiasaan (habit) pengalaman belajar sebelumnya.
5) Teori Lapangan
Teori lapangan merupakan konsep dari Kurt Lewin. Teori ini merupakan pendekatan
kognitif untuk mempelajari perilaku dan motivasi. Teori lapangan lebih memfokuskan pada
pikiran nyata seorang karyawan ketimbang pada insting atau habit. Kurt Lewin berpendapat
bahwa perilaku merupakan suatu fungsi dari lapangan pada momen waktu. Kurt Lewin juga
percaya pada pendapat para ahli psikologi Gestalt yang mengemukakan bahwa perilaku itu
merupakan fungsi dan seorang karyawan dengan lingkungannya.
Untuk itu, seorang pemimpin perlu memperhatikan hal-hal berikut agar pemberian
motivasi dapat berhasil seperti yang diharapkan, yaitu:
Pimpinan harus dapat memahami perilaku bawahan, artinya seorang pimpinan dalam
tugas keseluruhan hendaknya dapat memerhatikan, mengamati perilaku para bawahan
masing-masing. Dengan memahami perilaku mereka akan lebih memudahkan tugasnya
memberi motivasi kerja. Disini seorang pimpinan dituntut mengenal seseorang, karena tidak
ada orang yang mempunyai perilaku yang sama.
Seorang pimpinan mengetahui bahwa kemampuan para bawahan tidak sama, sehingga
dapat memberikan tugas yang kira-kira sama dengan kemampuan mereka masing-masing.
Dalam memberi motivasi harus menggunakan pertimbangan-pertimbangan yang logis dan
dapat dilakukan oleh bawahan.
Tingkat kebutuhan setiap orang tidak sama disebabkan karena adanya kecenderungan,
keinginan, perasaan dan harapan yang berbeda antara satu orang dengan orang lain pada
waktu yang sama.
Seorang pimpinan yang dikehendaki dapat menjadi pelopor dalam setiap hal.
Diharapkan lebih menguasai seluk-beluk pekerjaan, mempunyai kiat sendiri dalam
menyelesaikan masalah, apalagi masalah yang dihadapi bawahan dalam melaksanakan tugas.
Untuk itu mereka dituntut dapat menggunakan keahliannya:
Pemberian motivasi adalah untuk orang atau karyawan secara pribadi dan bukan untuk
pimpinan sendiri. Seorang pimpinan harus memperlakukan seorang bawahan, bukan sebagai
diri sendiri yang sedang mempunyai kesadaran tinggi untuk melakukan pekerjaan dengan
baik. Oleh karena itu, motivasi harus dapat mendorong setiap karyawan untuk berperilaku
dan berbuat sesuai dengan apa yang diinginkan pimpinan.
Keteladanan merupakan guru yang terbaik, tidak guna seribu kata bila perbuatan
seseorang tidak menggambarkan perbuatannya. Orang tidak menaruh hormat dan simpati
pada pimpinannya yang hanya pandai berkata tetapi tidak berbuat seperti apa yang
dikatakannya. Keteladanan adalah contoh nyata yang dapat dilihat, disaksikan oleh seorang
bawahan. Dengan keteladanan seorang pimpinan, bawahan akan dapat termotivasi bagaimana
cara bekerja dengan baik, berkata, dan berbuat yang baik.