Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Bisnis, Manajemen, dan Keuangan

Volume xx No. xx (20xx)

“ANALISIS KEEFEKTIFAN APLIKASI GOOGLE MEET PADA PEMBELAJARAN


DARING”

Apriando Manalu
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan
Medan, Indonesia
Email: apriandomanalu025@gmail.com

Rika Agustiana Putri Siregar


Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan
Medan, Indonesia
Email: agustianasiregarrika@gmail.com

Sani Lasmarito Sitanggang


Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan
Medan, Indonesia
Email: sanilasmaritositanggang@gmail.com

Sri Ulina Lumban Gaol


Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan
Medan, Indonesia
Email: sriulinalumbangaol55@gmail.com

Usep Suhud
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta
Jakarta, Indonesia
Email: usuhud@unj.ac.id

ABSTRACT
This study aims to examine the influence of consumer satisfaction to provide quality to
learning applications. There are five variables used to test this, namely Awaraness,
Technology Challenges, using Google Meet, Operational Ability and Perceived Ease Of Use.
This study used a questionnaire as a research instrument with a sample of 200 respondents
consisting of 101 men and 98 women. The sampling technique is purposive sampling. This
study uses Partial SPSS and AMOS to analyze data. The results showed that there was an
effect of awareness on operational ability, the effect of technology challenges on operational
ability, the effect of awareness on perceived ease of use, the effect of technology challenges
on perceived ease of use, the effect of operational ability on perceived ease of use and the
effect of perceived ease of use on intention to use.
Keywords Awaraness: Technology Challenges, using Google Meet, Operational Ability and
Perceived Ease Of Use.
ABSTRAK

1
Jurnal Bisnis, Manajemen, dan Keuangan
Volume xx No. xx (20xx)
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kepuasan konsumen untuk memberikan
kualitas terhadap Aplikasi belajar. Ada lima variabel yang digunakan untuk menguji hal
tersebut, yaitu Awaraness, Technology Challenges, using Google Meet, Operational Ability
dan Perceived Ease Of Use. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen
penelitian dengan sampel sebanyak 200 responden yang terdiri dari 101 laki-laki dan 98
perempuan. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Penelitian ini
menggunakan Partial SPSS dan AMOS untuk menganalisis data. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat pegaruh awaraness terhadap operational ability, Pengaruh
technology challenges terhadap operational ability, Pengaruh awaraness terhadap perceived
ease of use, Pengaruh technology challenges terhadap perceived ease of use, Pengaruh
operational ability terhadap perceived ease of use dan Pengaruh perceived ease of use
terhadap intention to use.
Kata kunci Awaraness, Technology Challenges, using Google Meet, Operational Ability dan
Perceived Ease Of Use.

PENDAHULUAN
Google Meet (sebelumnya Hangouts Meet) adalah layanan komunikasi video
yang dikembangkan oleh Google. Aplikasi ini merupakan salah satu dari dua Aplikasi
yang nantinya akan mengganti Google Hangouts, yang lainnya adalah Google Chat.
Google mulai menghentikan Google Hangouts pada Oktober 2019. Google secara resmi
meluncurkan Meet pada Maret 2017. Google meet adalah salah satu aplikasi yang banyak
digunakan dalam pembelajaran jarak jauh. Google Meet adalah alternatif untuk belajar dan
mengajar, mengobrol dengan rekan kerja di kantor, dan dapat juga digunakan untuk rapat.
Kelebihan google meet adalah 1) Adanya fitur White board, 2) Tersedia Gratis, 3) Tampilan
Video yang HD dam suport resolusi lain, 4) Mudah penggunaanya, 5) Layanan Enkripsi
Video, 6)Banyak pilihan Tampilan. Kelemahan google meet adalah 1) Tidak adanya fitur
hemat data, 2) tidak semua fasilitas Gratis, 3) diperlukan koneksi internet yang stabil.
Menurut Susanto (2013:19) menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses untuk membantu
peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Sedangkan Aprida & Muhammad Darwis
(2017:337) mengemukakan pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses
mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar peserta didik sehingga dapat
menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan proses belajar. Pembelajaran juga
diartikan sebagai proses memberikan bimbingan atau bantuan kepada peserta didik dalam
melakukan proses belajar.
Kata daring atau online berasal dari dua kata yaitu dalam dan jaringan. Menurut Isman
(2016:587) pembelajaran daring merupakan suatu proses pembelajaran yang memanfaatkan
jaringan internet saat pelaksanaannya. Pembelajaran online sendiri dapat dipahami sebagai
pendidikan formal yang diselenggarakan oleh sekolah yang membutuhkan sistem komunikasi
interaktif, karena siswa dan guru (guru) berada di tempat yang berbeda sebagai media
penghubung keduanya dan berbagai sumber daya yang diperlukan didalamnya (Sobron dkk,
2019:1). Pembelajaran daring atau yang lebih dikenal dengan nama online learning
merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan bantuan internet ataupun jaringan. Di
bawah ini ada beberapa pengertian pembelajaran daring menurut para ahli, antara lain:
Harjanto T. dan Sumunar (2018) (dalam Jamaludin dkk, 2020:3) menyatakan bahwa
pembelajaran daring merupakan proses transformasi pendidikan konvensional ke dalam
bentuk digital sehingga memiliki tantangan dan peluang tersendiri. Menurut Mulayasa

2
Jurnal Bisnis, Manajemen, dan Keuangan
Volume xx No. xx (20xx)
(2013:100) (dalam Syarifudin, 2020:32) memberikan argumen pembelajaran daring pada
dasarnya adalah pembelajaran yang dilakukan secara virtual yang tersedia. Meskipun
demikian, pembelajaran daring harus tetap memperhatikan kompetensi yang akan diajarkan.
Syarifudin (2020:33) juga menjelaskan bahwa pembelajaran daring adalah bentuk
pembelajaran yang mampu menjadikan siswa mandiri tidak bergantung pada orang lain.
Isman (2016:587) menjelaskan bahwa pembelajaran daring merupakan pemanfaatan jaringan
internet dalam proses pembelajaran. Bilfaqih (2015:1) berpendapat bahwa pembelajaran
daring merupakan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dalam jaringan agar mencakup
target yang luas. Berdasarkan beberapa paparan pengertian pembelajaran daring di atas, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang dilakukan tanpa tatap
muka dan melalui jaringan atau internet yang telah tersedia.
Pembelajaran daring menjadi tantangan bagi dunia pendidikan khususnya di SMA/K Medan
dan Mahasiswa/I UNIMED yang memiliki siswa dari berbagai kalangan. Pandemi Covid-19
telah memberikan gambaran atas kelangsungan dunia pendidikan di masa depan melalui
bantuan teknologi. Namun, teknologi tetap tidak dapat menggantikan peran guru dalam
interaksi belajar antara pelajar dan pengajar sebab pembelajaran bukan hanya sekedar
memperoleh pengetahuan tetapi juga tentang nilai, kerja sama, serta kompetensi. Situasi
pandemi ini menjadi tantangan tersendiri dalam mengembangkan kreativitas terhadap
penggunaan teknologi, bukan hanya transfer pengetahuan, tapi juga bagaimana memastikan
pembelajaran tetap tersampaikan dengan baik.

TINJAUAN LITERATUR
Kajian ini dibingkai oleh Technology Acceptance Model (TAM) yang dikemukakan oleh
Davis (1985). TAM adalah model yang sederhana namun serbaguna untuk memeriksa dan
menjelaskan bagaimana dan mengapa pengguna menerima atau menolak teknologi baru.
TAM juga digunakan untuk menguji niat orang untuk menggunakan sistem teknologi (King
& He, 2006). Dengan demikian, penelitian ini mengadopsi TAM sebagai wahana untuk
mengusulkan model konseptual yang dimodifikasi untuk mengukur sikap dan niat perilaku
guru untuk menggunakan kelas google.

Meskipun beberapa model berdasarkan TAM ada dalam literatur, studi saat ini mengusulkan
beberapa konstruksi penting yang spesifik untuk konteks Medan. Faktor spesifik konteks
mengacu pada faktor eksternal dalam model TAM asli. Dalam konteks Medan, faktor
eksternal pertama yang muncul adalah kesadaran tentang kelas Google Meet. Penelitian
menunjukkan bahwa banyak banyak yang tidak mengetahui dengan baik tentang biaya kelas
Google dan manfaat yang dapat ditawarkannya untuk proses belajar mengajar mereka (Azhar
& Iqbal, 2018). Meskipun istilah kesadaran mungkin memiliki beberapa arti, dalam konteks
ini mengacu pada pengetahuan tentang kelas Google dan dampak positif yang dapat
diberikannya untuk pengajaran mereka. Liechti dan Sumi (2002) melaporkan bahwa nilai
kesadaran dalam lingkungan online dapat membentuk konteks pembelajaran di masa depan.
Penelitian juga menunjukkan bahwa kesadaran memfasilitasi adopsi teknologi baru (Chen,
2013).

Konstruk khusus konteks kedua, yang biasa ditemukan di negara berkembang, adalah
tantangan teknologi yang dihadapi guru saat menggunakan kelas Google (Moubayed et al.,
2018). Dalam penelitian ini, tantangan teknologi mengacu pada tantangan yang dihadapi
masing-masing siswa dan mahasiswa dalam menggunakan Google Meet dalam proses

3
Jurnal Bisnis, Manajemen, dan Keuangan
Volume xx No. xx (20xx)
merancang dan menyampaikan pembelajaran online. Terbukti bahwa sebagai pemula teknis,
sebagian besar guru di negara berkembang menghadapi kesulitan memasukkan teknologi ke
dalam metode pengajaran omereka (García-Segura & Peña, 2017). Faktanya, selama era pra-
COVID, banyak guru di negara berkembang tidak menganggap teknologi sebagai komponen
penting dalam pengajaran mereka (Hernandez, 2019; Udosen & Adie, 2019).

Masalah khusus dua konteks ini - tantangan kesadaran dan teknologi - mengarah ke masalah
penting ketiga yaitu kemampuan operasional. Kemampuan operasional mengacu pada studi
ini untuk keterampilan teknis siswa dan kemampuan untuk menggunakan Google kelas dan
kemampuan mereka untuk melakukan semua tindakan yang diperlukan untuk mengajar.
Penelitian menunjukkan bahwa ketika guru kurang memiliki kemampuan dan keterampilan
dalam menggunakan teknologi, mereka menolak penggunaannya (Chigona & Chigona,
2010). Ketika guru tidak memiliki keterampilan yang diperlukan, defisit pengetahuan ini
menjadi penghalang utama integrasi teknologi ke dalam praktik mengajar mereka (Ertmer et
al., 2012). Oleh karena itu, sangat penting untuk menyelidiki konstruksi penting ini dalam
konteks studi saat ini dan mengeksplorasi bagaimana dua eksternal membangun kesadaran
dan tantangan teknologi mempengaruhi kemampuan guru untuk menggunakan kelas Google.

Literatur menunjukkan bahwa keterampilan dan kemampuan untuk menggunakan teknologi


dapat memengaruhi persepsi kemudahan penggunaan mereka (Covey et al., 2021; Davis,
1989; Ifinedo & Kankaanranta, 2021). Kemudahan penggunaan yang dirasakan adalah
komponen kunci dalam model TAM untuk menjelaskan proses penerimaan masyarakat ketika
teknologi baru muncul (Davis, 1989). Kemudahan penggunaan yang dirasakan didefinisikan
sebagai "sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan sistem tertentu akan bebas dari
upaya fisik dan mental" (Davis, 1989, p.320). Sehubungan dengan TAM, kemudahan
penggunaan yang dirasakan mempengaruhi kegunaan yang dirasakan dan pada saat yang
sama mempengaruhi niat penerimaan. Model ini juga menunjukkan bahwa variabel eksternal
dapat mempengaruhi kemudahan penggunaan yang dirasakan dan dapat diidentifikasi sebagai
insentif eksternal yang terkait dengan desain sistem, yang dapat berbeda untuk setiap sistem
(Davis, 1993). Studi tentang penerimaan guru terhadap teknologi juga mengungkapkan
bahwa keyakinan dan sikap guru memengaruhi niat mereka dan penggunaan aktual LMSS
(Fathema et al., 2015). Ballew (2017) berusaha untuk menyelidiki praduga, yang dibawa dari
pengalaman mereka sebelumnya dan bagaimana pengaruhnya terhadap penerapan Google
Meet secara efektif dalam proses belajar-mengajar.

Berdasarkan pembahasan di atas dan mempertimbangkan semua, faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi penerimaan guru menggunakan kelas Google, penelitian ini mengusulkan
model TAM yang dimodifikasi untuk mengukur niat perilaku guru untuk menggunakan kelas
Google dalam konteks universitas dan sekolah di Medan.

Kerangka Teori

Fokus dari penelitian ini adalah mengkaji factor-factor yang mengkaji keefektifan dalam
penggunaan google meet. Penelitian ini membatasi kajian terhadap awaraness, operational
ability, technology challenges, perceived ease of use, intention to use. Dalam hal ini maka di
rumusan kerangka pola pikir dalam merumuskan pola kerangka dalam hipotesis yakni akan
di jelaskan dalam rumusan seperti berikut :

4
Jurnal Bisnis, Manajemen, dan Keuangan
Volume xx No. xx (20xx)

Awaraness
H3

H1

H5 H6
Operational Perceived Ease Intention To
Ability Of Use Use

H2

H4
Technology
Challenges

Gambar 1 Kerangka Teori

Hipotesis
Penelitian ini memiliki enam hipotesis yang akan dituju:
H1: Awareness berpengaruh secara signifikan terhadap Operational Ability
H2: Technology Challenges berdampak negatif terhadap Operational Ability
H3: Awareness berpengaruh secara signifikan terhadap Perceived Ease Of Use
H4: Technology Challenges berdampak negatif terhadap Perceived Ease Of Use
H5: Operational Ability berpengaruh secara signifikan terhadap Perceived Ease Of Use
H6: Perceived Ease Of Use berpengaruh secara signifikan terhadap Intention To Use

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu pada penelitian ini dilakukan selama 3 bulan sejak bulan Oktober hingga Desember
2022. Dan untuk tempat penelitian dilaksanakan di SMA Medan dan Universitas Negeri
Medan

Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan merupakan metode kuantitatif. Menurut Suharsa dalam
Hakim (2017:3), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan angka yang
dijumlahkan sebagai data yang kemudian dianalisis. Menurut Maholtra (2010:161), penelitian
kuantitatif yaitu metode penelitian untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, analisis data
bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

5
Jurnal Bisnis, Manajemen, dan Keuangan
Volume xx No. xx (20xx)
Variabel yang diteliti pada penelitian ini yaitu variabel independen, variabel dependen dan
variabel intervening. Penelitian ini melakukan pengujiaan hipotesis-hipotesis dan pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun variabel yang digunakan adalah
Awaraness,Technology Challenges, Operational Ability, Perceived Ease Of Use, Intention To
Use.
Jenis metode penelitian yang dipakai adalah survei. Survei (Survey) atau atau lengkapnya
self-administered survey adalah metode pengumpulan data primer dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan kepada responden individu. Survei biasanya dilakukan dengan
menyebarkan kuesioner atau wawancara, dengan tujuan untuk mengetahui: siapa mereka, apa
yang mereka pikir, rasakan, atau kecenderungan suatu tindakan (Sutiyono, 2013:6).

Populasi dan Sampel


Populasi dari penelitian ini adalah siswa/i dan mahasiswa/i yang berdomisili di Medan.
Sampel dari penelitian ini adalah siswa/i dan mahasiswa/i yang berdomisili di Medan
Kecamatan Deli Serdang, yang sudah mengenal dan menggunakan aplikasi Classroom.
Google Classroom adalah layanan web gratis, yang dikembangkan oleh Google untuk
sekolah, yang bertujuan untuk menyederhanakan membuat, mendistribusikan, dan menilai
tugas tanpa harus bertatap muka. Tujuan utama Google Kelas adalah untuk merampingkan
proses berbagi file antara guru dan siswa.

Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah convenience sampling method.
Mengumpulkan data riset pasar dari kumpulan responden yang tersedia dalam mengisi
kuesioner yang disebarkan.

Pengembangan Instrumen

Awaraness
Tabel 3.1 Indikator Awaraness
Indikator Asli Indikator Hasil Adaptasi
The right decision Saya membuat keputusan yang tepat dalam
menggunakan Google Meet dalam
pembelajaran daring.
ts use is very satisfying Pengalaman saya dalam penggunaan Google
Meet sangat memuaskan.
Very attractive application performance Saya puas dengan kinerja Google Meet
dalam pembelajaran tanpa perlu tatap muka.
Facilitate learning activities Google meet membantu saya dalam
mencapai kepuasan pribadi.
Very good and interesting service Secara keseluruhan, layanan yang
digunakan oleh Google Meet lebih baik dari
harapan saya.
Liechti, O., & Sumi, Y. (2002)

Technology Challenges
Tabel 3.2 Indikator Technology Challenges
Indikator Asli Indikator Hasil Adaptasi
Haven’t used the facility Saya belum menggunakan laptop saat
mengikuti Google Meet.
Facility use Saya menggunakan fasilitas handphone saat

6
Jurnal Bisnis, Manajemen, dan Keuangan
Volume xx No. xx (20xx)
mengikuti Google Meet.
Difficulty following Saya mengalami kesulitan mendapatkan
sinyal internet yang baik saat mengikuti
Google Meet.
Difficult to use Saya sulit menggunakan Google Meet.
Bergman, K., Borkar, S., Campbell, D., Carlson, W., Dally, W., Denneau, M., Franzon, P.,
Harrod, W., Hill, K., & Hiller, J. (2008)
3.4.1 Operational Ability
Tabel 3.3 Indikator Operational Ability
Indikator Asli Indikator Hasil Adaptasi
Suitability for use Perangkat seluler saya cocok dengan
Google Meet.
Ease of use Penggunaan Google Meet tidak memerlukan
pelatihan karena mudah saya mengerti.
Instrument equipment Aplikasi Google Meet memiliki
kelengkapan instrumen bisa langsung
membagikan materi, berdiskusi,
memberikan tugas dan langsung menilai di
aplikasi Google Meet.
There are complete features to facilitate Adanya fitur lengkap dalam aplikasi Google
learning Meet untuk mempermudah pembelajaran
tanpa harus tatap muka.
Standard security Adanya metode keamanan standar yang
melindungi data komunikasi pada Google
Meet.
Convenience of use Google Meet tidak mengizinkan Google
melihat, mendengar, atau menyimpan audio
dan video dari panggilan saya sehingga saya
tidak perlu khawatir.
Couturier, L. C., Mansfield, R. S., & Gallagher, J. M. (1981)

Perceived Ease Of Use


Tabel 3.4 Indikator Perceived Ease Of Use
Indikator Asli Indikator Hasil Adaptasi
Easy to use Saya mudah menggunakan Google Meet.
Understand material Google Meet memungkinkan saya untuk
mengerti materi yang diberikan.
Convenient and easy to use Google Meet nyaman dan user friendly saat
digunakan.
Ease of use Saya tidak memerlukan pelatihan dalam
pemakaian Google Meet.
Ease to avoid academic difficulties Google Meet memudahkan untuk
menghindari kesulitan akademik di masa
mendatang.
Ghosh, P., & Jhamb, D. (2022)
3.4.2 Intention To Use
Tabel 3.5 Indikator Intention To Use
Indikator Asli Indikator Hasil Adaptasi
I believe by using google meet it will be Saya akan terus menggunakan aplikasi

7
Jurnal Bisnis, Manajemen, dan Keuangan
Volume xx No. xx (20xx)
easier for me to learn Google Meet apabila dapat memudahkan
saya dalam proses belajar.
My presentation will be easier for me to Saya akan menggunakan Google Meet
explain ketika saya ingin presentasi agar presentasi
saya bisa jelas didengar dan dilihat oleh
teman-teman dan juga dosen atau guru.
It's easier for me to understand its features Saya akan menggunakan Google Meet
apabila memudahkan saya untuk
mengetahui apa saja fitur-fitur nya dan cara
penggunaan fitur-fitur nya di aplikasi ini.
I can open camera and sound Saya akan lebih mudah untuk buka kamera
saya dalam belajar agar lebih rileks dan saya
dapat dengan mudah bersuara jika saya
ingin bertanya ataupun menanggapi materi
di Google Meet.
Musa Kallah Saidu, M. A. (2022)

Teknik Analisis Data

Profil Responden
Profil responden kami yaitu anak SMA di Jakarta dan mahasiswa/i UNIMED yang
mengetahui dan pernah menggunakan aplikasi Google Meet.

Uji Validitas Data


Pada penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan uji validitas yaitu Exploratory
Factor Analysis (EFA). Uji coba akan dilakukan terlebih dahulu kepada 15 siswa SMA/K di
Medan dan 15 mahasiswa/I UNIMED yang sudah mengenal dan menggunakan Google Meet
dengan menggunakan Exploratory Factor Analysis (EFA). Nantinya akan di uji dengan
menggunakan kuesioner. Lalu jawaban yang akan diperoleh dari siswa SMAN 1 Medan dan
mahasiswa/i UNIMED akan di olah menggunakan analisis SPSS.

Uji Reliabilitas Data


Reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat
dipercaya. Hasil pengukuran harus reliabel dalam artian harus memiliki tingkat konsistensi
dan kemantapan. Untuk pengujian reabilitas biasanya menggunakan batasan tertentu seperti
0.6. Reliabilitas kurang dari 0.6 dapat dikatakan kurang baik, sedangkan 0.7 dapat diterima
dan 0.8 dapat dikatakan baik. Uji Reabilitas akan dilakukan menggunakan metode Cronbach
Alpha dengan menggunakan SPSS.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Responden

Tabel 1 Deskripsi Jenis Kelamin Responden


Jenis Kelamin

8
Jurnal Bisnis, Manajemen, dan Keuangan
Volume xx No. xx (20xx)

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Laki laki 101 50.5 50.8 50.8
Perempuan 98 49.0 49.2 100.0
Total 199 99.5 100.0
Missing System 1 .5
Total 200 100.0

Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Usia 1 .5 .5 .5
20 57 28.5 28.5 29.0
21 47 23.5 23.5 52.5
19 28 14.0 14.0 66.5
17 21 10.5 10.5 77.0
18 22 11.0 11.0 88.0
15 14 7.0 7.0 95.0
16 10 5.0 5.0 100.0
Total 200 100.0 100.0

Hasil Uji Validitas dan Realibilitaas

Tabel 2 menunjukkan bahwa variabel awaraness tidak memiliki dimensi. Service


quality memiliki lima indikator, serta factor loadings dari mulai 0,813 hingga 0,851 yang
menunjukan bahwa semua indikator valid. Selain itu, variabel ini memiliki nilai cronbach’s
alpha sebesar α = 0,882 yang berarti variabel ini dapat dipercaya.
Variabel technology challenges tidak memiliki dimensi. Utilatirian value memiliki
lima indikator, serta factor loadings dari mulai 0,728hingga 0,797yang menunjukan bahwa
semua indikator valid. Selain itu, variabel ini memiliki nilai cronbach’s alpha sebesar α =
0,750 yang berarti variabel ini dapat dipercaya.
Variabel operational ability tidak memiliki dimensi. Custumer satisfaction memiliki
lima indikator, serta factor loadings dari mulai 0,776 hingga 0,822 yang menunjukan bahwa
semua indikator valid. Selain itu, variabel ini memiliki nilai cronbach’s alpha sebesar α =
0,881 yang berarti variabel ini dapat dipercaya.
Variabel perceived ease of use tidak memiliki dimensi. Hedonism value memiliki
lima indikator, serta factor loadings dari mulai 0,797 hingga 0,841 yang menunjukan bahwa
semua indikator valid. Selain itu, variabel ini memiliki nilai cronbach’s alpha sebesar α =
0,878 yang berarti variabel ini dapat dipercaya.
Variabel intention to use tidak memiliki dimensi. Word of mouth memiliki lima
indikator, serta factor loadings dari mulai 0,741hingga 0,845 yang menunjukan bahwa semua

9
Jurnal Bisnis, Manajemen, dan Keuangan
Volume xx No. xx (20xx)
indikator valid. Selain itu, variabel ini memiliki nilai cronbach’s alpha sebesar α = 0,828 yang
berarti variabel ini dapat dipercaya.

Tabel 2 Hasil Uji Validitas dan Realibilitas


Awaraness
Indikator α = 0,882
A1 Saya membuat keputusan yang tepat dalam
menggunakan Google Meet dalam pembelajaran 0,793
daring.
A2 Pengalaman saya dalam penggunaan Google
0,843
Meet sangat memuaskan.
A3 Saya puas dengan kinerja Google Meet dalam
0,822
pembelajaran tanpa perlu tatap muka.
A4 Google meet membantu saya dalam mencapai
0,813
kepuasan pribadi.
A5 Secara keseluruhan, layanan yang digunakan
0,851
oleh Google Meet lebih baik dari harapan saya.
Technology Challenges
Indikator α = 0,750
TC1 Saya belum menggunakan laptop saat
0,730
mengikuti Google Meet.
TC2 Saya menggunakan fasilitas handphone saat
mengikuti Google Meet. 0,797

TC3 Saya mengalami kesulitan mendapatkan sinyal


internet yang baik saat mengikuti Google Meet. 0,771

TC4 Saya sulit menggunakan Google Meet. 0,728

Operational Ability
Indikator α = 0,881
OA1 Perangkat seluler saya cocok dengan Google
0,782
Meet.
OA2 Penggunaan Google Meet tidak memerlukan
0,822
pelatihan karena mudah saya mengerti.
OA3 Aplikasi Google Meet memiliki kelengkapan
instrumen bisa langsung membagikan materi,
0,812
berdiskusi, memberikan tugas dan langsung
menilai di aplikasi Google Meet.
OA4 Adanya fitur lengkap dalam aplikasi Google
Meet untuk mempermudah pembelajaran tanpa 0,768
harus tatap muka.
OA5 Adanya metode keamanan standar yang
0,793
melindungi data komunikasi pada Google Meet.
OA6 Google Meet tidak mengizinkan Google melihat,
mendengar, atau menyimpan audio dan video 0,776
dari panggilan saya sehingga saya tidak perlu

10
Jurnal Bisnis, Manajemen, dan Keuangan
Volume xx No. xx (20xx)
khawatir.
Perceived Ease Of Use
Indikator α = 0,878
PE1 Saya mudah menggunakan Google Meet. 0,798
PE2 Google Meet memungkinkan saya untuk
0,831
mengerti materi yang diberikan.
PE3 Google Meet nyaman dan user friendly saat
0,841
digunakan.
PE4 Saya tidak memerlukan pelatihan dalam
0,797
pemakaian Google Meet.
PE5 Google Meet memudahkan untuk menghindari
kesulitan akademik di masa mendatang. 0,832

Intention To Use

Indikator α = 0,828
IT1 Saya akan terus menggunakan aplikasi Google
Meet apabila dapat memudahkan saya dalam 0,741
proses belajar.
IT2 Saya akan menggunakan Google Meet ketika
saya ingin presentasi agar presentasi saya bisa
0,841
jelas didengar dan dilihat oleh teman-teman dan
juga dosen atau guru.
IT3 Saya akan menggunakan Google Meet apabila
memudahkan saya untuk mengetahui apa saja
0,845
fitur-fitur nya dan cara penggunaan fitur-fitur
nya di aplikasi ini.
IT4 Saya akan lebih mudah untuk buka kamera saya
dalam belajar agar lebih rileks dan saya dapat
0,826
dengan mudah bersuara jika saya ingin bertanya
ataupun menanggapi materi di Google Meet.
IT5 Saya akan terus menggunakan aplikasi Google
Meet apabila dapat memudahkan saya dalam 0,741
proses belajar.

KESIMPULAN DAN SARAN


Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh kepuasan konsumen untuk
memberikan kualitas terhadap Aplikasi belajar. Berdasarkan hasil analisis yang
dilakukan, menunjukkan bahwa terdapat pegaruh awaraness terhadap operational ability,
Pengaruh technology challenges terhadap operational ability, Pengaruh awaraness terhadap
perceived ease of use, Pengaruh technology challenges terhadap perceived ease of use,
Pengaruh operational ability terhadap perceived ease of use dan Pengaruh perceived ease of

11
Jurnal Bisnis, Manajemen, dan Keuangan
Volume xx No. xx (20xx)
use terhadap intention to use.

Berdasarkan hasil penelitian dan keterbatasan yang ada pada penelitian ini dari segi
model struktural yang digunakan, semoga para peneliti berikutnya dapat menutupi
kekurangan yang ada dalam penulisan ini. Penelitian berikutnya juga seharusnya mencakup
segala golongan, tidak terfokus pada satu golongan seperti kelompok usia, gender tertentu,
jenis pekerjaan tertentu, dan sebagainya.Sehingga data yang diperoleh dapat
merepresentasikan jawaban dari berbagai golongan.

DAFTAR PUSTAKA

Musa Kallah Saidu, M. A. (2022). Exploring the Factors Afecting Behavioural Intention to
Use Google Classroom: University Teachers’ Perspectives in Bangladesh and Nigeria.
TechTrends, 681–696.
Winarso, T. (2021). Tantangan dan Peluang Pemanfaatan Google Meet Pembelajaran daring
di SMP Negeri 3 Purworejo Pada Masa Pandemi. PROSIDING SEMINAR
NASIONAL, 852-864.
Al-Maroof, R. S., Salloum, S. A., Hassanien, A. E., & Shaalan, K. (2020). Fear from
COVID-19 and technology adoption: the impact of Google Meet during Coronavirus
pandemic. Interactive Learning Environments, 1–16.
Apuuli, K. P. (2016). Establishing the full operational capability of the East African Standby
Force: challenges and opportunities. Insight on Africa, 8(1), 1–17.
Bergman, K., Borkar, S., Campbell, D., Carlson, W., Dally, W., Denneau, M., Franzon, P.,
Harrod, W., Hill, K., & Hiller, J. (2008). Exascale computing study: Technology
challenges in achieving exascale systems. Defense Advanced Research Projects Agency
Information Processing Techniques Office (DARPA IPTO), Tech. Rep, 15, 181.
Couturier, L. C., Mansfield, R. S., & Gallagher, J. M. (1981). Relationships between humor,
formal operational ability, and creativity in eighth graders. The Journal of Genetic
Psychology, 139(2), 221–226.
Ghosh, P., & Jhamb, D. (2022). Examining Virtual Classroom Platforms in Hospitality
Education: Effect of Service Quality, Perceived Ease of Use, and Perceived Usefulness.
In Handbook of Research on the Platform Economy and the Evolution of E-Commerce
(pp. 435–462). IGI Global.
Rini, G. P., & Khasanah, I. (2021). Intention to use online meeting applications during
Covid-19 pandemic: A Technology Acceptance Model perspective. Jurnal Manajemen
Dan Pemasaran Jasa, 14(1), 77–94.
Liechti, O., & Sumi, Y. (2002). Awareness and the WWW. Interna- tional Journal of
Human-Computer Studies, 56, 1–5. https://doi. org/10.1006/ijhc.2001.0512

12
Jurnal Bisnis, Manajemen, dan Keuangan
Volume xx No. xx (20xx)

13

Anda mungkin juga menyukai