Anda di halaman 1dari 57

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF DENGAN

MENGGUNAKAN GOOGLE FORM PADA MATA PELAJARAN


INSTALASI PENERANGAN LISTRIK KELAS

XI DI SMKN DWIWARNA MEDAN

Dosen Pengampuh: Prof. Dr. Paningkat Siburian, M. Pd

Disusun Oleh :

Dinda Nurul Kholifah Nasution (5183131027)

Talenta Napitupulu (5181131009)

Indra Tarigan (5183331002)

PPENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam proses pembelajaran, penilaian merupakan suatu kegiatan yang

memiliki peranan penting serta memberikan manfaat terhadap pencapaian hasil

belajar siswa. Salah satu manfaat dari penilaian yaitu digunakan sebagai umpan

balik bagi siswa maupun guru. Bagi siswa penilaian berfungsi untuk mengukur

sejauh mana kemampuan siswa, sedangkan bagi guru penilaian berfungsi untuk

memperbaiki kegiatan dan metode yang digunakan dalam proses pembelajaran.

Saat ini guru menghadapi peserta didik yang berbeda jauh dengan masa

sebelumnya. Peserta didik sekarang lahir di zaman yang ekstra modern. Teknologi

yang sangat berkembang pesat memudahkan peserta didik mengakses informasi

dengan mudah dan cepat. Penggunaan teknologi dengan memanfaatkan jaringan

internet telah banyak digunakan oleh guru dalam proses pembelajarannya. Proses

pembelajaran melibatkan interaksi timbal balik antara guru dan peserta didik yang

bersifat edukatif (Purwati & Nugroho, 2018). Setelah proses pembelajaran,

kegiatan selanjutnya adalah melakukan evaluasi.

Evaluasi adalah salah satu cara untuk menilai suatu objek yang memerlukan

data hasil pengukuran dari berbagai dimensi misalnya pengetahuan, sikap,

keterampilan dan sebagainya. Penilaian suatu objek membutuhkan adanya

instrumen penilaian, baik untuk menilai aspek kognitif, afektif, maupun

psikomotorik peserta didik. Instrumen penilaian tersebut harus memenuhi syarat

1
2

yakni valid dan reliabel (Hidayat, 2017). Teori kognitif dari Benjamin S. Bloom

telah direvisi oleh D. R. Anderson Krathwohl, dimana dimensi kognitif

berhubungan dengan enam tingkatan atau kategori yang disajikan dalam verba

mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta

(Paidi, Djukri, Yulaikah, & Alfindasari, 2017).

Evaluasi yang diberikan kepada peserta didik saat ini masih banyak

menggunakan kertas, seperti pemberian ulangan dan tugas rumah. Pemberian

waktu pengerjaan ulangan, terkadang tidak berjalan sesuai rencana waktu

pengerjaan setiap butir soal. Selain itu, lamanya waktu pemeriksaan lembar

jawaban oleh guru dan proses penginputan nilai. Hal seperti inilah yang sangat

membutuhkan banyak kertas, seperti kita ketahui, secara umum bahan pembuatan

kertas adalah kayu (Rahayu & Listiyadi, 2014).

Konsep evaluasi pembelajaran berbasis teknologi ini juga bisa diterapkan

dalam evaluasi pembelajaran harian di kelas dibantu dengan penggunaan

instrumen berbasis teknologi juga. Salah satu aplikasi yang dapat dimanfaatkan

sebagai instrumen penilaian evaluasi berbasis online adalah Google Form,

aplikasi ini berupa formulir yang merupakan bagian dari penyimpanan Google

Drive. Syarat untuk menggunakannya hanya dengan memiliki akun Google saja

bagi pembuat Form (Mardiana & Purnanto, 2017). Dibandingkan dengan

menggunakan CBT, Google Form lebih praktis karena dapat diakses di

android/smartphone yang mudah untuk dibawa kemana-mana, dan mengaksesnya

dapat dimana saja selama jaringan internet terjangkau.


3

Kelebihan dari Google Form juga karena merupakan layanan gratis dari

Google yang menyediakan sistem survei online yang mendukung berbagai jenis

pertanyaan seperti teks, paragraf, pilihan ganda, memilih dari daftar, kotak

centang, skala, dan jaringan. Jenis teksnya digunakan untuk pertanyaan yang

jawabannya singkat dan jawaban yang panjang atau berupa paragraf (Kim & Park,

2012). Proses pembuatan template Google Form di dalamnya terdapat berbagai

macam karakteristik pilihan yang diberikan. Seperti background berbagai

kategori, bentuk font, menambahkan gambar dan video, dan lain-lain, yang dapat

disesuaikan dengan kebutuhan (Iqbal, et al, 2018).

Aplikasi Google Form dapat pula digunakan setiap orang untuk membuat kuis

ataupun kuesioner online menggunakan laptop, komputer atau android yang

terhubung dengan internet (Batubara & Ariani, 2016). Kemudian bisa

dihubungkan dengan proyektor, sehingga peserta didik dapat melihat jawaban

yang mereka kirimkan, baik itu jawaban mereka sendiri atau jawaban rekan-

rekannya (Djenno, M., Insua, G.M. & Pho, A ,2015). Selain memiliki banyak

kelebihan, Google Form juga memiliki kelemahan, seperti belum ada pilihan jenis

pertanyaan yang akan disediakan dalam tabel dan tidak ada pilihan untuk huruf

miring untuk peserta didik menjawab pertanyaan tertentu (Rodriguez, 2018).

Penggunaan Google Form dapat memudahkan guru dalam pemberian evaluasi

kepada peserta didik, termasuk memudahkan penilaian hasil evaluasi, karena nilai

yang peserta didik peroleh dapat dilihat langsung dalam template.

Penilaian berbasis online merupakan suatu kegiatan pembelajaran dengan

mengunakan internet sebagai sarana utama untuk menyelesaikan pekerjaan


4

(Irawan, 2011:30). Belajar online dikenal juga dengan istilah pembelajaran

elektronik, e-learning, online learning, internet-enabled learning, virtual

learning, atau web-based learning (Maulidi, 2015). Menurut Hartley (2001), e-

learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan

tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet,

intranet atau media jaringan komputer lain.

Penilaian online yang digunakan adalah google form. Penggunaan google

form pada Mata Pelajaran Instalasi Penerangan Listrik ini juga didukung oleh

kondisi sebagian besar sekolah saat ini. Sebagian besar sekolah sudah

menggunakan gawai yang mendukung penggunaan aplikasi google form, sehingga

tidak ada hambatan berarti bagi mereka untuk mengakses aplikasi tersebut.

Google form sangat cocok untuk berbagai kalangan, seperti guru, dosen,

mahasiswa, dan profesi lainnya yang senang membuat kuis dan survei online

(Mansor, 2012). Selanjutnya menurut Hamdani dkk. (2017), google form

merupakan salah satu layanan yang diberikan google untuk kelola pendaftaran

acara, jejak pendapat, membuat kuis, dan melakukan kuis secara online. Menurut

Jahroh (2018:26), beberapa fungsi google form untuk dunia pendidikan adalah

sebagai berikut: (1) memberikan tugas latihan/ulangan online melalui website;

mengumpulkan pendapat orang lain melalui laman website; (3) mengumpulkan

beberapa data siswa/guru melalui laman website; (4) membuat formulir

pendaftaran online untuk sekolah; dan (5) membagikan kuesioner kepada orang-

orang secara online.


5

Kegiatan penilaian hasil belajar merupakan salah satu kegiatan yang harus

dilakukan pada proses pembelajaran dalam dunia pendidikan. Menurut Mulyasa

(2009:208) penilaian hasil belajar pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan

untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi pada diri peserta didik.

Perubahan perilaku yang telah terjadi pada diri peserta didik dilihat dari aspek

kognitif, afektif dan psikomotorik. Penilaian hasil belajar dilakukan dengan

menggunakan tes hasil belajar, terutama hasil belajar kognitif bekaitan dengan

penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.

Penilaian memiliki makna yang mendalam bagi peserta didik. Penilaian jika

tidak memuaskan bagi peserta didik dalam hal ini hasil yang diperoleh

menunjukkan peserta didik tersebut belum mencapai tujuan instruksional yang

diinginkan, ia akan berusaha agar lain kali keadaan itu tidak terulang lagi. Dengan

demikian tidak memuaskannya hasil penilaian yang dilaksanakan dapat

memotivasi peserta didik untuk belajar lebih giat lagi. Namun demikian, hal ini

juga bisa terjadi sebaliknya. Bagi sebagian peserta didik akan berdampak negatif,

yakni mereka menjadi putus asa dan motivasi belajarnya menurun.

Dalam menumbuh kembangkan suatu kemampuan diri baik dari segi jasmani

maupun rohani yang berpedoman pada nilai- nilai yang sudah ada di masyarakat

dan budaya adalah salah satu bentuk usaha manusia. Kemajuan suatu negara juga

tidak lepas dari perkembangan pendidikannya, karena sumber daya manusia

adalah aspek penting dalam memajukan perkembangan dunia pendidikan (Larlen,

2013; Salma, 2014) dalam (Mustari, 2016).


6

Seorang pendidik mempunyai peranan penting dalam dunia pendidikan.

Mereka dituntut lebih kreatif dan inovatif dalam menyampaikan sebuah

pembelajaran kepada peserta didik. Lamaca Declaration (Dalziel, 2015: 6) dalam

(Isnawan & Wicaksono, 2018) mengatakan, “model desain pembelajaran adalah

model rencana yang berkaitan dengan aktivitas peserta didik.” seorang pendidik

harus bisa menyajikan materi itu semenarik mungkin agar peserta didik mudah

mengerti dan memahami. jika seorang pendidik akan menyampaikan suatu materi

pembelajaran dengan menggunakan internet, tentu saja peserta didik akan

menyukainya. Dengan demikian peserta didik akan menjadi lebih semangat dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah jika proses pembelajaran tersebut

menarik.

Dalam proses suatu pembelajaran penilaian merupakan hal sangat penting dari

proses pembelajaran. Karena suatu penilaian itu bisa digunakan dalam mengambil

keputusan yang didasari dari pengukuran. Pengukuran tersebut memakai

seperangkat instrumen dengan berpedoman pada tujuan yang sudah ditetapkan

(Suyasa & Divayana, 2017). Mutu penilaian suatu pembelajaran diperlukan

sebuah instrumen, jika instrumen yang digunakan mempunyai kualitas baik dalam

arti valid dan reliabel maka data yang diperoleh akan sesuai atau sama dengan

keadaan sebenarnya di lapangan, karena instrumen tersebut digunakan untuk

mengungkapkan beberapa fakta menjadi suatu data. Jika ada kesimpulan yang

salah itu berarti dikarenakan data yang dipakai kualitasnya tidak baik atau buruk,

karena validitas dan reliabilitas rendah sehingga data yang diperoleh akan menjadi

tidak valid atau tidak sebenarnya dengan yang ada di lapangan.


7

Tes merupakan bagian dari ranah kognitif. Di dalam Taksonomi Bloom, ranah

kognitif atau pengetahuan dikelompokkan menjadi enam tingkatan yang

kemudian direvisi Anderson dan Krathwohl (Effendi, 2017), adalah: mengingat,

memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan. di dalam

suatu kegiatan pembelajaran. Instrumen penilaian yang digunakan disebut sebagai

alat ukur yang disusun, diimplementasikan, dan dianalisis berdasarkan aturan

yang sudah digunakan dalam pengukuran.

Teknologi sistem informasi membuat kebutuhan akan informasi menjadi

cepat,efisien, dan fleksibel, karena fasilitas media penyimpanan yang ditawarkan

baik online maupun offline semakin terintegrasi dan bisa digunakan dimanapun

dan kapanpun. Dengan demikian seorang pendidik harus dituntut bisa mengikuti

perkembangan zaman. Untuk melakukan sebuah penilaian terhadap siswa seorang

pendidik tidak hanya dengan melakukan secara offline, tetapi bisa dilakukan

dengan cara online.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti bersama salah seorang guru Instalasi

Penerangan Listrik Kelas X SMK Dwiwarna Medan, diketahui bahwa di sekolah

ini memiliki sarana dan prasarana yang lengkap seperti laboratorium komputer

beserta wifi, semua peserta didik juga diperkenankan membawa smartphone atau

android ke sekolah dan digunakan dalam pembelajaran jika mencari informasi

mengenai materi yang dipelajari. Instrumen yang digunakan untuk evaluasi

peserta didik seperti tugas harian, ulangan harian, MID semester, dan juga Ujian

Akhir Semester masih menggunakan kertas, dengan pemeriksaan lembar jawaban

secara manual. Adanya pandemik Covid-19 memaksa pemerintah mengeluarkan


8

kebijakan belajar dalam jaringan (online) memaksa guru harus merubah sistem

dan strategi pembelajaran termasuk dalam proses evaluasi hasil belajar peserta

didik. Oleh karena itu, sangat penting dilakukan pengembangan instrumen

penilaian berbasis teknologi, yang berkualitas dan memenuhi standar instrumen

yang baik. Perangkat penilaian berbasis teknologi ini diharapkan dapat menjadi

solusi bagi guru dalam melakukan evaluasi serta mengurangi penggunaan kertas

yang berlebihan, terkhusus pada penilaian kognitif peserta didik.

Teknologi sistem informasi membuat kebutuhan akan informasi menjadi

cepat, efisien, dan fleksibel, karena fasilitas media penyimpanan yang ditawarkan

baik online maupun offline semakin terintegrasi dan bisa digunakan dimanapun

dan kapanpun. Dengan demikian seorang pendidik harus dituntut bisa mengikuti

perkembangan zaman. Untuk melakukan sebuah penilaian terhadap siswa seorang

pendidik tidak hanya dengan melakukan secara offline, tetapi bisa dilakukan

dengan cara online.

Berdasarkan beberapa permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka

peneliti melakukan penelitian pengembangan yang berjudul: “ Pengembangan

Instrumen Penilaian Kognitif Dengan Menggunakan Google Form Pada

Mata Pelajaran Instalasi Penerangan Listrik Kelas XI Di SMK Dwiwarna

Medan”.

1.2. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang diatas maka dapat dibuat identifikasi masalah

sebagai berikut:
9

1. Pendidik SMK Dwiwarna Medan cenderung menggunakan suatu jenis

penilaian dan hanya berfokus kepada ranah kognitif.

2. Pendidik SMK Dwiwarna Medan masih kesulitan dalam proses pembuatan

instrumen penilaian menggunakan google form.

3. Pendidik SMK Dwiwarna Medan mengalami kesulitan dalam

mengembangkan instrumen penilaian menggunakan google form.

4. Masa Pandemi COVID-19 yang mengharuskan menggunakan internet sebagai

media penilaian.

5. Penelitian ini akan diterapkan pada siswa kelas XI SMK Dwiwarna Medan.

1.3. Batasan Masalah

Peneliti membatasi penelitian ini agar masalah yang diteliti tidak terlalu luas

dan arah penelitian menjadi jelas, batasan masalah sebagai berikut.

1. Jenis instrumen yang dikembangkan adalah instrumen penilaian kognitif

dengan menggunakan google form pada mata pelajaran instalasi penerangan

listrik di SMK Dwiwarna Medan.

2. Menghasilkan instrumen penilaian kognitif dengan menggunakan

google form pada mata pelajaran instalasi penerangan listrik di SMK

Dwiwarna Medan.

3. Materi yang digunakan kompetensi dasar 3.6, 3.7, 3.8

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :


10

1. Bagaimana pengembangan instrumen penilaian kognitif dengan

menggunakan google form pada mata pelajaran instalasi penerangan

listrik di SMK Dwiwarna Medan.

2. Bagaimana kelayakan instrumen penilaian kognitif dengan

menggunakan google form pada mata pelajaran instalasi penerangan

listrik di SMK Dwiwarna Medan.

1.5. Tujuan Pengembangan Produk

Berdasarkan perumusan masalah yang dipaparkan di atas, maka tujuan yang

ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengembangan instrumen penilaian kognitif dengan

menggunakan google form pada mata pelajaran instalasi penerangan listrik di

SMK Dwiwarna Medan.

2. Untuk mengetahui kelayakan instrumen penilaian kognitif dengan

menggunakan google form pada mata pelajaran instalasi penerangan

listrik di SMK Dwiwarna Medan.

1.6. Manfaat Pengembangan Produk

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi pembaca, baik secara teoritis

maupun praktis. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

a) Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan bagi peneliti dalam bidang

yang sama dan bagi pendidik lainnya mengenai instrumen penilaian dengan

menggunakan google form.


11

b) Menjadi sumber refrensi dan informasi bagi para peneliti selanjutnya agar

lebih baik.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi Pendidik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi

guru mata pelajaran Instalasi Penerangan Listrik untuk membuat instrumen

penilaian kognitif.

b) Bagi Peserta Didik

Penelitian ini diharapkan dapat membantu sebagai pengetahuan bagi peserta

didik.

c) Bagi Peneliti

Memberikan wawasan dan pengalaman bagi peneliti sebagai calon pendidik


mengenai perangkat penilaian yang dapat diterapkan ketika menjadi guru.
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Kajian Teoretis

Kajian teori yang relevan sangat dibutuhkan sebagai pedoman penyusunan

dan pengembangan Instrumen Penilaian Kognitif dalam penelitian ini. Beberapa teori

yang relevan adalah Instrumen Penilaian Kognitif, pembelajaran instalasi Penerangan

listrik dan penelitian pengembangan. Berikut adalah deskripsi teori tersebut

2.1.1 Hakikat Pengembangan

Menurut Undang-Undang Republik indonesia Nomor 18 Tahun 2002

Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan

memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya

untuk meningkatka n fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi

yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru. Pengembangan secara umum

berarti pola pertumbuhan, perubahan secara perlahan (evolution) dan perubahan

secara bertahap.

Menurut Seels & Richey (Alim Sumarno, 2012) pengembangan berarti proses

menterjemahkan atau menjabarkan spesifikasi rancangan kedalam bentuk fitur fisik.

Pengembangan secara khusus berarti proses menghasilkan bahan-bahan

pembelajaran. Sedangkan menurut Tessmer dan Richey (Alim Sumarno, 2012)

pengembangan memusatkan perhatiannya tidak hanya pada analisis kebutuhan, tetapi

juga isu-isu luas tentang analisis awal-akhir, seperti analisi kontekstual.

12
41

Pengembangan bertujuan untuk menghasilkan produk berdasarkan temuan-temuan uji

lapangan.

Pada hakikatnya pengembangan adalah upaya pendidikan baik formal maupun

non formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur dan

bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing,

mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh, selaras, pengetahuan,

keterampilan sesuai dengan bakat, keinginan serta kemampuan-kemampuan, sebagai

bekal atas prakarsa sendiri untuk menambah, meningkatkan, mengembangkan diri ke

arah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal serta

pribadi mandiri (Iskandar Wiryokusumo, 2011).

Dari pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pengembangan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar, terencana,

terarah untuk membuat atau memperbaiki, sehingga menjadi produk yang semakin

bermanfaat untuk meningkatkan kualitas sebagai upaya untuk menciptakan mutu

yang lebih baik.

2.1.2 Hakikat Instrumen Penilaian

2.1.2.1 Pengertian Instrumen Penilaian

      Suharsimi Arikunto (2010: 203) menyatakan bahwa, “instrumen adalah

alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya

mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah

olehnya.” Alat atau instrumen evaluasi dalam Suharsimi (2012: 40-51) alat adalah

sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang dalam melaksanakan

tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien”. Anas Sudjiono (2011:

41
42

4) menjelaskan “menilai adalah kegiatan pengambilan keputusan terhadap sesuatu

dengan mendasarkan diri atau berpegangan pada ukuran baik atau buruk, sehat atau

sakit, pandai atau bodoh, dan sebagainya.”

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat dikatakan bahwa

instrumen adalah alat bantu yang digunakan untuk mengumpulkan informasi

tentang variabel yang sedang diteliti. Penilaian adalah proses sistematis meliputi

pengumpulan informasi (angka atau deskripsi verbal), analisis, dan interpretasi

untuk mengambil keputusan. Oleh karena itu, berdasar pada pengertian instrumen

dan penilaian tersebut dapat disimpulkan bahwa, instrumen penilaian adalah alat

yang digunakan dalam mengumpulkan data yang digunakan sebagai landasan

analisis dan interpretasi untuk pengambilan keputusan.

2.1.2.2 Bentuk Instrumen Penilaian

   Dalam melakukan evaluasi, instrumen yang digunakan secara garis besar

memiliki dua macam bentuk, yaitu berbentuk instrumen tes maupun instrumen

nontes (Suharsimi Arikunto, 2010: 193).

1. Pengertian Tes
Payne (2003: 7) mendefinisikan tes adalah “a systematic method of gethering

data for the purpose of making intra or interindividual comparisons”. Tes

didefinisikan sebagai metode sistematis pengumpulan data dengan tujuan membuat

perbandingan intra atau antarindividu. Hal senada juga disampaikan oleh Rusli

Lutan (2000: 21) tes adalah sebuah instrumen yang dipakai untuk memperoleh

informasi tentang seseorang atau objek.

42
43

Riduwan dan Akdon (2006: 37) mendefinisikan “tes sebagai instrumen

pengumpulan data adalah serangkaian pertanyaan/latihan yang digunakan untuk

mengukur ketrampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang

dimiliki individu/kelompok.” Senada dengan hal tersebut Suharsimi Arikunto (2006:

150) juga mendefinisikan tes sebagai “serentetan pertanyaan atau latihan serta alat

lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh seorang individu atau kelompok

tertentu.” Selanjutnya Anas Sudjiono (2011:67) juga mendefinisikan tes sebagai,

Cara atau prosedur dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan,

yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas, baik berupa pertanyaan-

pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan)

oleh testee.

Azwar (2008: 3) memperjelas tes yang digunakan dengan memiliki prosedur

yang sistematik, yakni: (1) item-item dalam tes disusun menurut cara dan aturan

tertentu, (2) prosedur dan pemberian angka terhadap hasilnya harus jelas dan

dispesifikasikan secara terperinci, dan (3) setiap orang yang mengambil tes tersebut

harus mendapat item-item yang sama dalam kondisi yang sebanding.

Pengertian-pengertian tersebut berimplikasi bahwa bahwa terdapat unsur-unsur

pokok yang dapat digunakan dalam mendefinisikan sebuah tes yaitu:

(1) Tes adalah alat yang digunakan dalam pengumpulan data atau informasi.

(2) Tesdapat berupa serangkaian pertanyaan/latihan yang digunakan untuk

mengukur kemampuan atau bakat.

43
44

(3) Tes merupakan metode sistematik dalam rangka pengukuran dan penilaian yang

harus dikerjakan oleh testee.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tes adalah alat atau instrumen yang

sistematis berupa latihan atau gerakan untuk mengukur atau untuk memperoleh

data/informasi kemampuan atau bakat individu maupun kelompok (testee).

2. Jenis-Jenis Tes
Suharsimi Arikunto (2010: 193), membedakan tes berdasarkan tujuannya

menjadi beberapa macan, yaitu:

a) Tes kepribadian atau personality test, yaitu digunakan untuk untuk mengungkap

kepribadian seseorang.

b) Tes bakat atau aptitude test, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau

mengetahui bakat seseorang.

c) Tes intelegensi atau intelligence test, yaitu tes yang digunakan untuk

mengadakan estimasi atau perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang

dengan cara memberikan tugas kepada orang yang akan diukur intelegensinya.

d) Tes sikap atau attitude test, yang sering disebut dengan istilah skala sikap, yaitu

alat yang digunakan untuk mengukur berbagai sikap seseorang.

e) Tes minat atau measures of interest, adalah alat untuk menggali minat seseorang

terhadap sesuatu.

f) Tes prestasi atau achivment test, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur

pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu.

Ditinjau dari segi cara dan bentuk responsnya, tes dapat dibedakan menjadi dua

golongan (Anas Sudjiono, 2011: 75), sebagai berikut:

44
45

(1) Verbal test, yakni suatu tas yang menghendaki respon (jawaban) yang tertuang

dalam kata-kata atau kalimat, baik secara lisan maupun tertulis.

(2) Non-verbal test, yaitu tes yang menghendaki jawaban dari testee bukan berupa

ungkapan kata-kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan atau tingkah laku,

jadi respon dari testee adalah berupa perbuatan atau gerakan-gerakan tertentu.

3. Langkah-Langkah Penyusunan Tes


Safrit & Wood (1989: 289) memberikan beberapa acuan atau pedoman sebelum

melakukan pembutan suatu tes yang digunakan dalam menilai suatu keterampilan,

yaitu:The development of sport skill tests generally involves four phases; (1) select

the attributes to measured, (2) establish that will assess the appropriate atributes,

(3) determine the reliability and establish an appropriate measurement schedule,

and (4) estimate the validity of each measure. Pengembangan tes keterampilan

umumnya melibatkan empat tahap: (1) pemilihan atribut untuk diukur, (2)

menetapkan atribut yang sesuai yang akaan dinilai (3) menentukan reliabilitas dan

menetapkan jadwal pengukuran yang tepat, dan (4) memperkirakan validitas setiap

ukuran, (Safrit & Wood, 1989: 289).

4. Instrumen Non Tes


1. Pengertian Instrumen Non Tes
Anas Sudjiono (2011: 76) menyatakan bahwa “teknik nontes pada umumnya

memegang peranan yang penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar siswa

dari segi ranah sikap (affective domain) dan ranah keterampilan (psychomotoric

domain)”. Hamzah dan Satria (2012: 19-29) juga menerangkan bahwa instrumen

nontes pada umumnya digunakan dalam beberapa teknik penilaian, yaitu: (a)

45
46

penilaian unjuk kerja, (b) penilaian produk, (c) penilaian proyek, (d) potofolio, dan

(e) skala sikap.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa instrumen

nontes digunakan untuk mengukur perubahan tingkah laku yang berhubungan

dengan aspek psikomotor dan afektif terutama yang berhubungan dengan apa yang

dikerjakan oleh siswa. Dengan kata lain instrumen ini digunakan untuk mengukur

penampilan yang dapat diamati dengan menggunakan indera atau dengan

pengamatan

2. Jenis-Jenis Instrumen Non Tes


Instrumen non tes merupakan bagian dari keseluruhan instrumen penilaian hasil

belajar, instrumen yang umum digunakan adalah rubrik penilaian berbentuk

pedoman observasi, berupa daftar cek, maupun skala rentang.

(1) Daftar Cek (Check List)

Daftar cek (check list) merupakan suatu bentuk instrumen dengan

menggunakan dua kriteria sebagai acuan penilaian (ya- tidak). Siswa mendapat nilai

apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh penilai, dan jika

tidak teramati maka siswa tidak mendapatkan nilai (Hamzah dan Satria (2012: 20).

Kelemahan cara ini adalah penilaian hanya mempunyai dua pilihan, yaitu benar-

salah, dapat diamati atau tidak teramati. Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah

atau antara.

(2) Skala Rentang (Rating Scale)

Penilaian dengan skala rentang memungkinkan penilai memberikan nilai

tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara

46
47

kontinu, dimana pilihan kategori nilai lebih dari dua (Hamzah dan Satria (2012: 21).

Skala rentang tersebut misalnya sangat kompeten, kompeten, agak kompeten, tidak

kompeten.

3. Langkah Penyusunan Instrumen Non tes


Kunandar (2014: 226) menjelaskan langkah-langkah penyusunan instrumen

penilaian nontes dalam penilaian unjuk kerja (performance assessment) adalah

sebagai berikut :

a. Tetapkan KD yang akan dinilai dengan teknik penilaian unjuk kerja beserta

indikator-indikatornya.

b. Identifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan

mempengaruhi hasil akhir (out put) yang terbaik. Tulislah perilaku kemampuan-

kemampuan spesifik yang penting diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan

menghasilkan hasil akhir (out put) yang terbaik.

c. Rumuskan kriteria kemampuan yang akan diukur (tidak terlalu banyak sehingga

semua kriteria tersebut dapat di observasi selama siswa tersebut melakukan

tugas

d. Definisikan dengan jelas kriteria kemampuan-kemampuan yang akan diukur,

atau karakteristik produk yang dihasilkan (harus dapat diamati).

e. Urutkan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang

akan diamati.

f. Kalau ada periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria- kriteria kemampuan

yang sudah dibuat sebelumnya oleh orang lain di lapangan

Hal yang penting pada penilaian unjuk kerja adalah menentukan cara

47
48

mengamati dan menskor kemampuan siswa. Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan

dengan dua pendekatan, yaitu: (1) metode holistic, dengan menggunakan satu skor

(single rating) terhadap keseluruhan hasil unjuk kerja, (2) metode analytic, dengan

memberikan skor pada berbagai aspek. yang berbeda berhubungan dengan unjuk

kerja yang akan dinilai, dengan chek list atau rating scale.

2.1.2.3 Aspek-Aspek Penilaian Kognitif

Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan belajar dan hasil belajar sebagai

produk dari proses belajar. Perilaku ini sejalan dengan keterampilan proses sains,

tetapi yang karakteristiknya untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa.

Indikator kognitif produk berkaitan dengan perilaku siswa yang diharapkan tumbuh

untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Indikator kognitif produk disusun

dengan menggunakan kata kerja operasional aspek kognitif.

Dalam Taksonomi Bloom yang direvisi oleh David R.Krathwohl di jurnal

Theory into Practice, aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang yang diurutkan

seperti pada gambar berikut ini.


M
en
gi
ga
t
Memahami

Menerapkan

Menganalisis

Mengevaluasi

               Menciptakan

              Gambar 2.1 Aspek Penilaian Kognitif

48
49

1. Mengigat (Remembering), pada tahap ini menuntut siswa untuk mampu mengigat

(recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya fakta,

rumus dan lain sebagainya.

2. Memahami (understanding), berkaitan dengan membangun sebuah pengertian

dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi atau

mengklasifikasikan akan muncul ketika seorang siswa berusaha mengenali

pengetahuan yang merupakan anggotandari kategori pengetahuan tertentu.

3. Menerapkan (Applying), menerapkan menunjuk pada proses kognitif

memanfaatkan atau mempergunakan sesuatu prosedur untuk melaksanakan

percobaan atau menyelesaikan permasalahan.

4. Menganalisis (Analyzing), menganalisis merupakan memecahkan suatu

permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan

mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana

keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan.

5. Mengevaluasi (Evaluating), evaluasi berkaitan dengan proses kognitif

memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria

yang biasa digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi.

6. Menciptakan (Creating), menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan

unsur-unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan

mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan

mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari

sebelumnya.

49
50

2.1.2.4 Teknik Dalam Instrumen Penilaian

Berbagai macam teknik penelitian dapat dilakukan dengan saling melengkapi

sesuai dengan kompetensi yang dinilai. Teknik penilaian yang dimaksud dapat

meliputi tes maupun nontes sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat

perkembangan peserta didik. Setiap penilaian harus dibuatkan instrumen penilaian

yang sesuai dengan karakteristiknya.

Dilihat dari segi pengertian, tujuan, serta fungsinya, penilaian dalam evaluasi

pembelajaran pada dasarnya adalah suatu program yang mempunyai arti dapat

digunakan dalam pembelajaran untuk menilai hasil belajar bagi peserta didik.

Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi

untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Untuk itu, diperlukan

standart penilaian. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan

yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar

peserta didik.

Menurut Sudjana (1990: 3) berdasarkan fungsinya evaluasi dibedakan

menjadi beberapa macam yaitu:

1) Evaluasi formatif: yaitu evaluasi yang dilaksanakan pada akhir program belajar-

mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri.

2) Evaluasi sumatif: yaitu evaluasi yang dilaksanakan pada akhir unit program, akhir

semester dan akhir tahun untuk melihat hasil-hasil yang dicapai oleh para peserta

didik yaitu seberapa jauh tujuan-tujuan kurikuler dikuasai peserta didik.

3) Evaluasi selektif: yaitu evaluasi yang bertujuan untuk seleksi tertentu.

50
51

4) Evaluasi diagnostik: yaitu evaluasi yang bertujuan untuk melihat kelemahan-

kelemahan peserta didik serta faktor penyebabnya.

5) Evaluasi penempatan: yaitu bartujuan untuk mengetahui keterampilan prasarat

yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang

diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program tersebut.

2.1.2.5 Persyaratan Instrumen Penilaian yang Baik

Instrumen penilaian yang baik adalah instrumen penilaian yang benar- benar

disusun secara sistematis dan telah memiliki kriteria-kriteria bukti bahwa instrumen

tersebut benar-benar handal dapat digunakan dalam mengukur atribut siswa.

Kriteria-kriteria yang dimaksud adalah instrumen tersebut telah memenuhi syarat

validitas, reliabilitas, objektivitas, diskriminitas, praktibilitas, dan daya pembeda.

1. Validitas Tes

Anderson (Suharsimi Arikunto, 2006: 64) mengemukakan, “a test is valid if it

measures what it purpose to measure.” Sebuah instrumen atau tes dapat dikatakan

valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Suharsimi Arikunto

(2006: 58) mengemukakan sebuah data atau informasi dapat dikatakan valid apabila

sesuai dengan keadaan senyatanya. Miller (2002: 6) mengemukakan validitas adalah

kriteria yang paling penting untuk dipertimbangkan ketika mengevaluasi tes karena

validitas mengacu pada seberapa jauh tes benar-benar mengukur masalah dalam

pengukuran. Jika data yang dihasilkan dari sebuah instrumen valid, dapat dikatakan

instrumen tersebut valid. Hal ini dikarenakan instrumen yang digunakan dapat

memberikan gambaran tentang data secara benar sesuai dengan kenyataan Jenis-

51
52

jenis validitas (kesahihan) antara lain:

a) Validitas Muka (Face Validity)

Miller (2002: 57) mengemukakan uji validitas muka atau validitas logis,

ketika mengukur skill dan kemampuan yang diinginkan. Validitas muka yang

terbaik adalah menentukan validitas dari tes satu dengan lainnya dengan

menerangkan prosedur

b) Validitas Isi (Content Validity)

Miller (2002: 57) menyatakan validitas isi berhubungan dengan seberapa baik

tes mengukur semua keterampilan dan materi pembelajaran yang telah disampaikan

oleh peneliti. Saifudin Azwar(2008: 45) mengemukakan validitas isi merupakan

validitas yang diestimasi lewat profesional judgment. Sebuah tes dikatakan memiliki

validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi

atau isi pelajaran yang diberikan. Validitas isi dapat diusahakan tercapai tujuannya

apabila mengkaji isi dari kurikulum atau buku pelajaran yang dipakai dalam

pembelajaran.

c) Validitas Susunan (Konstruksi) (Construct Validity)

Miller (2002:57) mengemukakan validitas konstruk mengacu pada derajat

individu yang memiliki sifat cemas, cerdas, dan motivasi yang membangun yang

diasumsikan akan tercermin dalam hasil tes. Suharsimi Arikunto (2006:67)

mengemukakan sebuah tes dapat dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila

butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir dalam

tujuan instruksional khusus. Butir-butir soal tersebut mengukur aspek berpikir yang

sudah sesuai dengan aspek berpikir yang menjadi tujuan instruksionalnya.

52
53

d) Validitas Bandingan (Konkuren) (Concurrent Validity)

Ismaryati (2006: 17) menyatakan validitas konkuren adalah validitas yang

ditinjau dari segi hubungan antara alat ukur dan suatu kriteria. Saifudin Azwar

(2008: 52-53) menyatakan apabila skor tes dan skor kriteria dapat diperoleh dalam

waktu yang sama, koefisien antara skor tersebut merupakan koefisien validitas

konkuren. Sebuah tes dapat dikatakan memiliki validitas konkuren apabila hasilnya

sesuai dengan pengalaman. Hasil tes tersebut dipasangkan atau dibandingkan

dengan pengalaman.

e) Validitas Ramalan (Predictive Validity)

Miller (2002: 57) menyatakan validitas prediktif diukur dengan memberikan

ramalan tes dan tes berhubungan dengan ukuran standart yang diperoleh kemudian

hari. Saifudin Azwar (2008: 51) mengemukakan validitas prediktif pada setiap tahap

harus diikuti oleh usaha peningkatan kualitas item tes dalam bentuk revisi,

modifikasi, dalam penyusunan item-item baru supaya prosedur yang dilakukan

mempunyai arti yang lebih signifikan dan bukan sekedar pengujian secara deskriptif

saja. Sebuah tes dapat dikatakan memiliki validitas prediksi atau validasi ramalan

apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa

yang akan datang.

2. Reliabilitas Tes

Suharsimi Arikunto (2006: 60) mengemukakan sebuah tes dapat dikatakan

reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan. Miller (2002: 59)

menyatakan reliabilitas adalah konsistensi tes, sebuah tes yang dapat diandalkan

harus mempunyai hasil kurang lebih sama tanpa memedulikan jumlah waktu yang

53
54

diberikan. Koefisien reliabilitas diperoleh dengan cara yang sama dengan proses

mencari validitas empiris, yaitu dengan menghitung koefisien korelasi. Koefisien

reliabilitas tidak dapat digunakan untuk keperluan validasi karena apa yang reliabel

belum tentu valid, tetapi apa yang valid selalu reliabel.

3. Objektivitas
Suharsimi Arikunto (2006: 61) menyatakan sebuah tes dapat dikatakan memiliki

objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif yang

memengaruhi. Miller (2002: 62) menyatakan suatu tes memiliki objektivitas tinggi

jika dua atau lebih orang dapat mengelola tes dalam kelompok yang sama, serta

memperoleh hasil kira- kira sama. Tes yang memiliki nilai objektivitas tinggi adalah

berupa soal pilihan ganda, benar-salah, dan tes pencocokan karena sudah ada

penilaian yang tersedia, sedangkan tes yang memiliki objektivitas rendah adalah tes

esai.

4. Diskriminitas
Ismaryati (2006: 34) menyatakan tes yang baik harus dapat membedakan

kemampuan siswa sesuai dengan tingkat keterampilan dan kepandaian siswa

sehingga dapat membedakan siswa yang berkemampuan jelek, cukup, baik, dan baik

sekali.

5. Praktibilitas
Suharsimi Arikunto (2006: 62) menyatakan sebuah tes dapat dikatakan memiliki

praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis. Ismaryati (2006: 34)

mengemukakan praktibilitas adalah pertimbangan yang bersifat praktis dan dapat

memengaruhi tes yang meliputi waktu dan biaya, kemudahan pengadministrasian

54
55

dan kemudian dalam penafsiran, Tes yang praktis merupakan tes yang mudah

dilaksanakan, mudah pemeriksaannya, dan dilengkapi dengan petunjuk- petunjuk

pelaksanaan. Tes mudah dilaksanakan yang tidak menuntut peralatan yang banyak

dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian

yang dianggap mudah bagi siswa. Tes yang dibuat harus dilengkapi dengan kunci

jawaban atau pedoman skoring-nya. Tes juga harus dilengkapi dengan petunjuk

pelaksanaan yang jelas, sehingga siswa dapat melakukan dengan mudah dan dapat

dimengerti oleh siswa.

6. Daya Pembeda

Menurut Suharsimi Arikunto (2007:211), daya pembeda soal adalah kemampuan

sesuatu soal untuk membedakan siswa yang pandai ( berkemampuan tinggi) dengan

siswa yang bodoh ( berkemampuan rendah). Untuk melihat suatu butir soal mampu

membedakan antara siswa yang belum menguasai materi yang dipelajari dan siswa

yang belum menguasai materi digunakan daya pembeda. Menurut Hendriana dan

soemarmo (2014: 64) “suatu butir tes dikatakan memiliki daya beda yang baik

artinya butir tes tersebut dapat membedakan kualitas jawaban antara siswa sudah

paham dan yang belum paham tentang tugas dalam butir tes yang bersangkutan”.

2.1.2.6 Google form / Formulir

a. Pengertian Google Form


Berikut defenisi dari pengertian google form dari berbagai sumber.

55
56

Google form adalah layanan online dari google untuk membuat formulir online,

dan untuk mengumpulkan data, komentar yang nantinya dapat disusun menggunakan

spreadsheet.

Pengertian lain tentang google form adalah merupakan salah satu layanan yang

diberikan google untuk kelola pendaftaran acara, jejak pendapat, membuat kuis dan

melakukan kuis secara online. Pada google form terdapat tanggapan survei yang

diolah menjadi sebuah grafik lingkaran.

Google form merupakan salah satu komponen layanan googledocs. Aplikasi ini

sangat cocok untuk mahasiswa, siswa guru dan lain-lain . googleform dapat dibagi

keorang-orang secara terbuka atau khusus kepada pemilik akun google dengan

pilihan aksesibilitas, seperti redonly (hanya dapat membaca) atau editable (dapat

mengedit dokumen).

b. Fungsi Google Form

Adapun beberapa fungsi google form untuk dunia pendidikan adalah sebagai

berikut:

a. Memberikan tugas latihan/ulangan online melalui website

b. Mengumpulkan pendapat orang lain melalui laman website

c. Mengumpulkan beberapa data siswa/guru melalui laman website

d. Membuat formulir pendaftaran online untuk sekolsh

e. Membagikan kuesioner kepada orang-orang secara online

c. Langkah – langkah Menggunakan Google form


Berikut ini adalah langkah – langkah untuk menggunakan aplikasi google form.

56
57

1) Buka halaman https://docs.google.com/forms/ maka akan muncul aplikasi

pembuatan form.

2) Beri nama form yang akan dibuat dengan meng-klik tulisan “formulir tanpa

judul” kemudian isi dengan judul form sesuai kebutuhan.

3) Kemudian isikan

a) Judul pertanyaan: untuk judul dari setiap pertanyaan

b) Teks bantuan : dapat dsi keterangan dari pertanyaan itu sendiri

c) Jenis pertanyaan : memilih jenis pertanyaan seperti jawaban teks atau yang lain

d) Opsi : untuk mengisi opsi – opsi jawaban

4) Ada beberapa menu yang dapat dimanfaatkan yaitu

a) Edit pertanyaan

b) Ubah nama

c) Lihat tanggapan

d) Lihat bentuk jadi

5) Setiap perubahan yang terjadi langsung tersimpan pada google drive

6) Jika form sudah dibuat, tinggal klik “kirim formulir” untuk mempublish formulir

7) Hasil tanggapan dapat dilihat pada aplikasi spresdsheet

2.1.3 Penelitian Pengembangan

2.1.3.1 Pengertian Penelitian dan Pengembangan

Metode penelitian dan pengembangan (research and development) adalah

metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji

kefektifannya. Pengertian penelitian pengembangan menurut Borg & Gall (1983)

57
58

adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk

pendidikan. Penelitian ini mengikuti suatu langkah-langkah secara siklus.

Penelitian pengembangan menurut Seels & Richey (1994) didefinisikan sebagai

berikut: “Developmental research, as opposed to simple instructional development,

has been defined as the systematic study of designing, developing and evaluating

instructional programs, processes and products that must meet the criteria of internal

consistency and effectiveness.” Definisinya adalah suatu pengkajian sistematik

terhadap pendesainan, pengembangan dan evaluasi program, proses dan produk

pembelajaran yag harus memenuhi kriteria validitas, kepraktisan, dan efektivitas.

Suhadi Ibnu memberikan pengertian tentang penelitian pengembangan sebagai

jenis penelitian yang ditujukan untuk menghasilkan suatu produk hardware atau

software melalui prosedur yang khas yang biasanya diawali dengan proses

pengembangan dan diakhir dengan evaluasi. Sedangkan menurut Gay (1990)

penelitian pengembangan dapat didefinisikan sebagai usaha untuk mengembangkan

suatu produk yang efektif yang digunakan oleh sekolah dan bukan untuk menguji

teori.

Menurut Amile & Reenes (2007) pengertian penelitian pengembangan adalah

suatu proses dalam mengembangkan dan memvalidasi perangkat tertentu yang

menjadi produknya, yang dalam perspektif industry merupakan pengembangan suatu

prototype produk sebelum di produksi secara massal. Dalam bidang pendidikan R &

D merupakan suatu proses pengembangan perangkat pendidikan yang dilakukan

58
59

melalui serangkaian riset yang menggunakan berbagai metode dalam suatu siklus

yang melewati berbagai tahapan.

Berdasarkan beberapa definisi penelitian pengembangan menurut para ahli,

dapat disimpulkan bahwa penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang

digunakan untuk mengembangkan suatu produk tertentu baik berupa hardware

ataupun software yang sudah memenuhi kriteria setelah melalui validasi untuk

diproduksi secara massal.

2.1.4 Tujuan Penelitian Pengembangan

Tujuan penelitian pengembangan adalah ingin menilai prubahan – perubahan

yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Sebagai contoh, penelitian pengembangan

tentang perbedaan dalam bidang akademik dan sosial pada sekelompok anak yang

berasal dari lingkungan keluarga berpendapatan rendah dan tinggi. (Allpsych online,

2004).

Menurut Van den Akker alasan dilakukannya penelitian dan pengembangan

adalah sebagai berikut:

1. Alasan pokok berasal dari pendapat bahwa pendekatan penelitian “tradisional”

(misalnya, penelitian survei, korelasi, eksperimen) dengan fokus penelitian hanya

mendeskripsikan pengetahuan, jarang memberikan deskripsi yang berguna dalam

pemecahan masalah-masalah rancangan dan desain dalam pembelajaran atau

pendidikan.

2. Alasan lainnya, adanya semangat tinggi dan kompleksitassifat kebijakan

reformasi pendidikan.

59
60

Tujuan dari penelitian pengembangan adalah sebagai berikut:

3. Menilai perubahan-perubahan yang terjadi selama kurun waktu tertentu.

4. Untuk menghasilkan suatu produk baru melalui proses pengembangan.

Terdapat beberapa tujuan penelitian pengembangan dalam dunia pendidikan,

diantaranya:

1. Menjembatani kesenjangan antara sesuatu yang terjadi dalam penelitian

pendidikan dengan praktik pendidikan.

2. Menghasilkan produk penelitian yang dapat digunakan untuk mengembangan

mutu pendidikan dan pembelajaran secara efektif.

Akker (1999) menyebutkan bahwa tujuan penelitian pengembangan ada pada

empat bagian, yaitu: bagian kurikulum, bagian teknologi dan media, bagian pelajaran

dan instruksi, bagian pendidikan guru dan didaktis. Sedangkan menurut Punaji

Setyosari (2015) tujuan penelitian pengembangan ingin menilai perubahan-

perubahan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu.

Berdasarkan tujuan penelitian pengembangan menurut para ahli, dapat ditarik

kesimpulan bahwa tujuan penelitian pengembangan adalah ingin menilai perubahan

pada produk yang dikembangkan sehingga dapat menghubungkan kesenjangan antara

sesuatu yang terjadi pada penelitian dengan praktik di dunia pendidikan.

2.1.5 Model Penelitian yang Digunakan

Menurut S. Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel (1974)

ada empat tahap penelitian dan pengembangan yang disingkat dengan 4-D, yaitu

“define, design, develop and disseminate.” Tahap penelitian dan pengembangan

60
61

tersebut memiliki arti pendefinisian, perancangan, pengembangan dan penyebaran.

Langkah – langkah penelitian pengembangan menurut S. Thiagarajan, Dorothy S.

Semmel, dan Melvyn I. Semmel dapat dilihat pada gambar 2.2.

Define (Pendefinisian)
1 Studi Pustaka
Mengumpulkan Informasi google form
Desain (Perencanaan)
2 Desain google form
Pembuatan soal
Develop (Pengembangan)
3 Pengembangan media instrumen penilaian
menggunakan google form
Disseminate (Penyebarluasan)
4 Penyebarluasan google form
Uji coba produk

Gambar 2.2. Langkah-langkah Pengembangan Instrumen Penilaian Kognitif


Mengunakan Google Form
Sedangkan menurut Borg & Gall (1989) mengembangkan langkah-langkah

yang lebih terperinci kemudian disusunnya dalam sepuluh langkah, yaitu “ research

and information collecting, planning, develop preliminary form of product,

preliminary field testing, main product devision, main field testing, operational

product revision, operational field testing, final product revision, dissemination and

implementation.” Tahap – tahap tersebut dapat dilihat pada gambar 2.3

Penelitian dan Perencanaan Pengembangan Uji Coba Awal


Pengumpulan Data Produk Awal Produk Produk
61

Uji Coba Produk yang Implementasi Uji Coba Revisi Awal


62

Gambar 2.3. Model Pengembangan Menurut Borg & Gall


    Sumber: Hasil adaptasi dari prosedur pengembangan Borg & Gall, 1989:775
Langkah – langkah yang telah disusun menurut Borg & Gall (1989) dapat

dijabarkan sebagai berikut.

1. Penelitian dan pengumpulan informasi awal, meliputi kajian pustaka, pengamatan

atau observasi kelas dan persiapan laporan awal. Penelitian awal atau analisis

kebutuhan sangat penting dilakukan guna memperoleh informasi awal untuk

melakukan pengembangan.

2. Perencanaan, mencakup kegiatan – kegiatan atau aktivitas – aktivitas, yaitu:

merumuskan kemampuan, merumuskan tujuan khusus untuk menentukan urutan

bahan dan uji coba skala kecil. Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi

yang kokoh untuk mengembangkan produk atau program sehingga tujuan khusus

tersebut dapat dicapai. Hal lain yang penting dimasukkan dalam perencanaan

adalah perkiraan biaya, tenaga kerja dan waktu untuk menyelesaikan R&D yang

akan dilakukan.

3. Pengembangan format produk awal, tujuan ini berupa pengembangan produk

awal atau draf awal yang mencakup penyiapan bahan-bahan pembelajaran,

handsbooks dan alat evaluasi sebelum dilakukan serangkaian pengujian dan revisi

berdasarkan saran dari hasil berbagai pengujian.

4. Uji coba awal, dilakukan pada satu hingga tiga sekolah yang melibatkan enam

sampai dua belas subjek dan data hasil wawancara, observasi dan angket

dikumpulkan dan dianalisis.

62
63

5. Revisi produk, hasil uji coba awal dipakai untuk merevisi produk awal. Revisi

produk, yang dilakukan berdasarkan hasil uji coba awal ini untuk memperoleh

informasi dan masukan untuk melakukan perbaikan – perbaikan sesuai dengan

masukan yang diperoleh pada saat uji coba.

6. Uji coba lapangan, produk yang telah direvisi kemudian diujicobakan lagi kepada

unit atau subjek coba yang lebih besar.

7. Revisi produk, dikerjakan berdasarkan hasil uji coba lapangan. Hasil uji coba

lapangan dengan melibatkan kelompok subjek lebih besar ini dimaksudkan untuk

menentukan keberhasilan produk dalam mencapai tujuannya dan

mengumpulkan informasi yang dapat dipakai untuk meningkatkan program atau

produk untuk keperluan perbaikan pada tahap berikutnya.

8. Uji lapangan, setelah produk direvisi apabila pengembang menginginkan produk

yang lebih layak dan memadai maka diperlukan uji lapangan sekali ini dengan

melibatkan unit atau subjek yang lebih besar lagi.

9. Revisi produk akhir, setelah dilakukan uji lapangan dalam skala besar selanjutnya

hasilnya dipakai untuk melakukan revisi produk akhir.

10. Desiminasi dan implementasi, menyampaikan hasil pengembangan (proses,

prosedur, program atau produk) kepada para pengguna dan professional melalui

forum pertemuan atau menuliskan dalam jurnal atau dalam bentuk buku atau

handbook.

Beberapa pertimbangan penggunaan model ADDIE sebagai berikut: (a)

dirancang pembelajaran generik yang menyediakan sebuah proses terorganisasi

dalam pembangunan. (b) produk pembelajaran bisa digunakan baik tatap muka

63
64

maupun pembelajaran online. (c) produk disusun secara sistematis dan

interaktif. (d) untuk pengembangan bahan pembelajaran pada ranah verbal,

keterampilan intelektual, psikomotor, dan sikap sehingga sangat sesuai untuk

pengembangan produk penilaian kognitif menggunakan google form pada

pelajaran instalasi penerangan listrik (e) memberikan kepada pengembang

desain pembelajaran untuk berkolaborasi dengan para ahli isi, media, dan

desain pembelajaran sehingga produk yang dihasilkan berkualitas baik.

Perhatikan model ADDIE Seperti disajikan pada gambar berikut:

ANALYSIS DESIGN DEVELOPMENT

EVALUATION IMPLEMENTATION

Gambar 2.4. Model Desain Pembelajaran ADDIE


(Sumber. Sink,2021)
Adapun langkah langkah desain pembelajaran dengan menggunakan model

ADDIE adalah sebagai berikut:

a. Analysis (Analisis)

Pengembangan produk dan kelayakan dengan tahapan analisis ini mencakup tiga

komponen yakni analisis kebutuhan, kurikulum, dan karakter peserta didik, berikut

penjelasan tahapan analisis:

a. Analisis kebutuhan

64
65

Menganalisis masalah tentang penilaian kognitif yang dilakukan oleh

pendidik. Salah satunya dengan membuat instrumen penilaian yang benar atau

sesuai prosedur yang benar pada pelajaran instalasi penerangan listrik yang

semula tes kepada peserta didik berbasis kertas sekarang berbasis online dengan

menggunakan google form dengan harapan penilaian yang dilakukan oleh

pendidik lebih efektif dan efisien,

b. Analisis Kurikulum

Mengkaji Kompetensi Dasar (KD) dalam merumuskan beberapa indikator-

indikator pencapaian tujuan pembelajaran dalam mata pelajaran instalasi

penerangan listrik. Merupakan bagian dari menganalisis kurikulum agar produk

yang dikembangkan sudah sesuai dengan kurikulum yang berlaku

c. Analisis karakter

Peserta didik Pengembangan produk yang dilakukan harus sesuai dengan

karakter peserta didik. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui karakter peserta

didik terhadap pembelajaran instalasi penerangan listrik sehingga produk yang

dihasilkan tepat guna dan sasaran.

b. Design (Perancangan)

Tahap design atau perancangan dilakukan mulai dirancang produk instrumen

penilaian kognitif berbasis google form berdasarkan hasil penelitian sebelumnya.

Tahap selanjutnya peneliti merancang unsur- unsur apa saja yang dibutuhkan

dalam produk, membuat kerangka produk, dan mengumpulkan berbagai jenis

referensi pendukung baik online maupun offline dalam materi pengembangan

65
66

produk tersebut.

Selanjutnya peneliti Menyusun instrumen yang digunakan untuk menilai

produk dengan memperhatikan beberapa aspek penilaian yakni kelayakan materi,

kelayakan isi, pendukung materi pembelajaran, kemutakhiran materi, komponen

produk, keakuratan, kejelasan petunjuk penggunaan, kelayakan bahasa, kejelasan

teks, kualitas layout, anatomi produk, dan kualitas gambar. instrumen tersebut

disusun berupa angket respon dalam lembar penilaian produk. kemudian instrumen

tersebut akan divalidasi untuk mendapatkan instrumen penilaian yang valid.

c. Development (Pengembangan)
Tahap realisasi produk merupakan tahap dari pengembangan produk.

Pengembangan produk ini sesuai dengan rancangan produk yang sudah dibuat.

kemudian, hasil dari produk tersebut akan divalidasi oleh ahli dan praktisi

lapangan. Dalam proses ini, validator menggunakan instrumen atau angket yang

sudah dibuat pada tahap sebelumnya.

Kegiatan validasi dilaksanakan untuk menilai validitas isi dan konstruksinya.

Selanjutnya validator memberikan nilai terhadap produk tersebut dengan

menggunakan instrumen berupa angket yang sudah disusun, memberikan saran dan

komentar untuk perbaikan produk ini. Hasil dari validasi itulah yang digunakan

peneliti sebagai rujukan revisi produk sampai hasil produk ini valid dan layak

untuk diuji cobakan .

d. Implementation (Implementasi)

66
67

Pada tahap implementasi peneliti mempersiapkan pembelajaran yang akan

diajukan dan mengikutsertakan siswa untuk menggunakan media atau model yang

dibuat.

e. Evaluation (Evaluasi)
Di tahap evaluasi ini, peneliti melaksanakan revisi terakhir terhadap hasil produk

yang dikembangkan berdasarkan saran dan komentar dari para ahli dan kelompok

kecil yang ada pada angket respon. Hal ini bertujuan agar produk tentang instrumen

penilaian kognitif berbasis google form pada mata pelajaran instalasi penerangan

listrik sudah sesuai dan bisa digunakan oleh sekolah atau yang lainnya.

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan


Penelitian tentang pengembangan instrumen berbasis mobile online yang saya

kembangkan sama halnya dengan yang terdahulu yang dapat menunjukkan bahwa

penelitian ini masih relevan untuk dilaksanakan.

1) Irwan hariono (2020) dalam penelitian yang berjudul “ Pengembangan instrumen

Penilaian Kognitif Berbasis Google form Pelajaran Matematika” kualitas google

form yang telah dikembangkan adalah baik berdasarkan penilaian ahli media

adalah 93% dengan interpretasi produk sangat layak sehingga produk ini dapat

digunakan tanpa revisi, dan hasil uji coba kelompok kecil adalah 81% dengan

interpretasi produk sangat layak sehingga produk ini dapat digunakan tanpa revisi.

Dengan demikian produk yang dikembangkan ini memberikan sumbangan

pemikiran dalam system penilaian kognitif.

67
68

2) Rachmawati (2020)dalam penelitian yang berjudul “Pengembangan instrumen

Penilaian Tes Berbasis Mobile Online pada Prodi Pendidikan Matematika” hasil

penelitian disebutkan bahwa hasil rata – rata kevalidan lembar validasi ahli media

berada pada kriteria valid rata-rata 3,66, berdasarkan validasi ahli materi berada

pada kriteria valid dengan rata – rata 3,02. Jadi instrument penilaian mobile

online berbantuan google form yang dikembangkan layak digunakan dalam

evaluasi pembelajaran.

2.3 Kerangka Berpikir

Penggunaan google form sebagai alat evaluasi penilaian secara online berarti

mengurangi kecurangan dalam proses evaluasi dan juga membantu bumi agar tetap

lestari, karena penghematan media kertas.

Penggunaan instrumen penilaian kognitif untuk mengukur pengetahuan siswa

dalam pembelajaran Instalasi Penerangan Listrik yang dilakukan pada kelas XI SMK

Dwiwarna Medan dengan menggunakan google formulir yang cukup membantu guru

dalam penilaian ranah kognitif. Dalam hal ini peneliti ingin mengembangkan

instrumen penilaian kognitif yang berkualitas dengan menggunakan media google

formulir supaya dapat memudahkan guru dalam menilai ranah kognitif siswa. Oleh

sebab itu, penelitian ini membuat kerangka berpikir sebagai berikut.

68
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di SMK Swasta Dwiwarna iMedan, yang

beralamat di Jl. Gedung Arca No.52, Teladan Barat, Kecamatan. Medan Kota, Kota

Medan, Sumatera Utara, Kelas XI Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL) penelitian

ini dilaksanakan pada bulan maret 2021.

3.2 Subjek Penelitian


Subjek penelitian ini adalah siswa – siswi kelas XI Teknik Instalasi Tenaga

Listrik SMK Swasta Dwiwarna Medan beserta satu orang guru mata pelajaran

Instalasi Penerangan Listrik. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 5 orang pada

kelas XI Jurusan TITL. Objek penelitian ini adalah pengembangan media instrument

penilaian kognitif menggunakan google form.

3.3 Jenis Penelitian


    Penelitian ini termasuk bagian dari metode penelitian dan pengembangan

atau disebut dengan metode R&D (Research and Development). Research and

Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk

tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Metode penelitian Research and

Development adalah penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut. Jadi

penggunaan metode R&D sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh para ahli juga

sesuai dengan tujuan penelitian ini.

42
43

Penelitian ini menitik beratkan pada pengembangan produk instrumen

penilaian kognitif menggunakan google form pada mata pelajaran intalasi penerangan

listrik untuk siswa disekolah menengah kejuruan. Siswa yang dimaksud dalam ini

merupakan siswa kelas XI Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL) Di SMK

Dwiwarna Medan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian pengembangan (research and development).

3.4 Model Pengembangan Produk


Dalam penelitian pengembangan ini, peneliti menggunakan model

pengembangan Sugiyono. Model Sugiyono merupkan salah satu model desain sistem

pembelajaran yang memperhatikan tahapan-tahapan dasar desain sistem pembelajaran

yang sederhana dan mudah dipelajari. Model ini bermanfaat menghasilkan suatu

instrumen penilaian sebagai upaya untuk memfasilitasi guru dalam penggunaan

instrumen penilaian yang layak dan berkualitas. Ada 10 langkah dalam model

pengembangan pada penelitian ini digambarkan sebagai berikut

Potensi & Pengumpulan Desain Validasi Revisi


Masalah Data Produk Desain Desain

Produksi Revisi Uji Coba Revisi Uji Coba


Massal Produk Pemakaian Produk Produk

Gambar 3.1 Langkah-langkah Model Pengembangan Sugyono


44

Namun penelitian ini hanya menggunakan 8 langkah penelitian, yakni: 1)

Potensi dan masalah, 2) Pengumpulan data, 3) Desain produk, 4)Validasi desain, 5)

Revisi desain, 6) Uji coba produk, 7) Revisi produk, 8) Uji coba pemakaian. Hal

tersebut didasarkan pada ranah kognitif yang dikembangkan peneliti tidak

diproduksikan secara massal, sehingga langkah penelitian yang peneliti gunakan

hanya sampai pada uji coba produk.

3.4.1 Prosedur Pengembangan

1. Potensi dan Masalah


Penelitian R&D dapat berangkat dengan adanya potensi dan masalah. Untuk

memperoleh data potensi dan masalah, maka dari itu peneliti melakukan wawancara

kepada guru mata pelajaran Instalasi Penerangan Listrik di SMK Dwiwarna Medan

pada tanggal 29 Maret 2021. Melalui wawancara tersebut, peneliti menemukan

potensi yang ditemukan yaitu optimalisasi penilaian pada ranah kognitif yang akan

dilakukan oleh guru disekolah tersebut. Adapun masalah yang ditemukan adalah ada

beberapa guru kesulitan mengembangkan instrumen penilaian yang berkualitas.

2. Pengumpulan Informasi dan Data


Setelah potensi dan maslah dapat ditunjukkan secara faktual, langkah

selanjutnya adalah mengumpulkan informasi. Dalam langkah ini peneliti

mengumpulkan data-data yang selanjutnya dapat dipakai sebagai bahan untuk

perencanaan.
45

3. Desain Produk
Instrumen yang dipakai dalam penilaian kognitif adalah lembar penilaian diri

berbentuk skala likert, berupa pernyataan fositif dan negatif. Lembar penilaian

kognitif yang menunjukkan pengetahuan siswa yang mana hasil produk diaplikasikan

pada google form.

4. Validasi Desain

Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai suatu rancangan

produkyang dibuat secara rasional akan lebih efektif digunakan atau tidak dilihat dari

kesesuaian dengan pengguna untuk menyelesaikan masalah pembelajaran yang

dinilai oleh validator.

5. Revisi Desain

Peneliti merevisi produk berdasarkan masukan yang didapatkan dari hasil

validasi oleh para validator. Perbaikan desain dilakukan untuk mengurangi

kelemahan pada produk.

6. Uji Coba Produk

Setelah produk direvisi, selanjutnya diujicobakan kepada kelompok tertentu.

Pengujian dilakukan dengan tujuan untuk mendaptkan informasi apakah metode

penilaian kognitif tersebut menggunakan google form lebih efektif dan efisien

dibandingkan yang lama.


46

7. Revisi Produk

Berdasarkan hasil data dari responden pada uji coba produk maka produk

akan dianalisis menggunakan validitas dan reabilitas instrumen. Hasil revisi

instrumen disusun kembali menjadi draf yang digunakan untuk uji coba pemakaian.

8. Uji Coba Pemakaian

Pada tahap uji coba pemakaian, pengujian dilakukan dengan tujuan untuk

mendapatkan hasil data yang telah disusun yang nantinya akan dijadikan acuan dalam

penyusunan analisis data instrumen penilaian kognitif.

9. Analisis Data

Pada tahap ini data yang diperoleh di uji coba pemakaian kemudian dianalisis,

selanjutnya data disajikan dalam bentuk laporan yang dikonsultasikan kepada dosen

pembimbing

3.4.2 Tahap Pengembangan


Tahap pengembangan yang dilakukan oleh peneliti dalam mengembangkan

produk media instrumen penilaian kognitif dengan menggunakan google form pada

mata pelajaran instalasi penerangan listrik adalah sebagai berikut:

Langkah pertama: Pada tahap analisis ini dilakukan yaitu menganalisis kebutuhan dan

mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan produk yang

dikembangkan

Langkah kedua: Tahap pengembangan adalah tahap dimana produk dikembangkan

sudah dihasilkan dan sudah divalidasi atau direvisi oleh para ahli.
47

Adapun tahap – tahap pengembangan yang dilakukan oleh peneliti

yaitu:

a. Validasi produk kepada para ahli sesuai dengan kriteria yang

telah ditentukan

b. Mengevaluasi atau merevisi produk sesuai dengan saran dari

para ahli sehingga produk yang dikembangkan memiliki kategori

baik dan layak digunakan

Langkah ketiga: Langkah ini dilakukan produk yang dihasilkan sudah dalam kategori

layak dan di implementasikan disekolah yang sudah ditentukan oleh

peneliti yaitu SMK Swasta Dwiwarna Medan kelas XI Teknik

Instalasi Tenaga Listrik pada mata pelajaran instalasi penerangan

listrik.

Langkah keempat: Pada tahap ini peneliti melakukan evaluasi terhadap siswa

terhadap produk yang dikembangkan oleh peneliti dengan

melakukan memberikan angket respon guna untuk mengetahui

kelayakan produk yang dikembangkan oleh peneliti.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data untuk hasil akhir penelitian yang dilakukan adalah

dengan menggunakan instrumen penilaian berupa tes. Adapun angket instrument

yang digunakan oleh peneliti dan mengumpulkan data hasil pengembangan produk

yaitu angket instrumen yang diadaptasi oleh Sriadhi (2018). Terdapat tiga instrumen

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu angket validasi untuk ahli
48

media (Dosen), angket validasi untuk ahli materi (guru bidang studi), angket validasi

untuk pengguna (siswa). Angket validasi untuk ahli media digunakan untuk

memperoleh data teknis dari produk yang telah dikembangkan. Angket validasi ahli

materi digunakan untuk memperoleh data tentang kelayakan materi pembelajaran

dan pengembangan aspek system penyampaian pembelajaran. Angket validasi untuk

pengguna digunakan untuk memperoleh data tentang kelayakan produk dari peserta

didik. Validasi ahli media, validasi ahli materi, validasi user tersedia dibagian

lampiran.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh melalui:

1. Wawancara

Wawancara dilakukan sebelum pembuatan tes. Wawancara sebelum pembuatan

tes dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai permasalahan yang terjadi tes

yang telah tersedia.

2. Lembar penilaian

Lembar penilaian merupakan media penilaian terhadap produk yang telah dibuat

oleh peneliti. Dalam hal ini yang dinilai adalah tes tertulis berbasis online

menggunakan google form yang telah dibuat oleh peneliti.

Adapun kisi instrument terdiri dari tiga yaitu instrument untuk ahli media,

instrumen untuk ahli materi dan ahli media tetap berhubung tahap proses

pengembangan dilakukan hanya pada tahap pengembangan maka instrument yang

digunakan hanya instrument ahli media dan instrument ahli materi.


49

Tabel 3.1 Kisi- Kisi Penilaian Untuk Ahli Media


Aspek Penilaian Pernyataan
Tampilan google for Kejelasan penggunaan huruf
Kemenarikan tampilan
Kesesuaian kompetensi inti yang
Isi akan dicapai dengan aspek-aspek
pengamatan
Kesesuaian aspek-aspek
pengamatan dengan indikatoor
penilaian
Kesesuaian aspek dan indikator
dengan pernyataan
Bahasa Kejelasan kalimat yang digunakan
dalam lembar penilaian kognitif
dengan aturan EYD
Kesesuaian jenis dan ukuran huruf
yang digunakan
Penggunaan Kepraktisan google form sebagai
tes online

Kemudahan penggunaan tes online

Tabel 3.2 Kisi- Kisi Penilaian Untuk Ahli Materi


Aspek Penilaian Pernyataan
Kesesuaian indikator penilaian Indikator-indikator pengetahuan
pengetahuan dengan kompetensi siswa sesuai dengan kompetensi inti
intu (KI) 3 ( KI3)
Penggunaan Bahasa Pernyataab-pernyataan dalam
lembar penilaian kognitif ditulis
dalam bahasa yang sederhana dan
jelas.
Pernyataan dalam lembar penilaian
kognitif tidak menimbulkan
penafsiran lebih dari satu (tidak
ambigu)
Produk penilaian kognitif yang Produk yang dikembangkan oleh
mudah dan ekonomis peneliti dapat memudahkan guru
untuk menilai pengetahuan siswa
50

Penggunaan produk penilaian


kognitif siswa tidak menyita waktu
guru maupun siswa dalam proses
belajar mengajar
Penggunaan produk tidak
membutuhkan banyak biaya
(ekonomis)
Keterlaksanaan Kesesuaian materi

Penyajian materi pada tampilan tes


online

Kompetensi Dasar Indikator Soal Bentuk Soal Nomor Soal Aspek


Kognitif

3.6. Menerapkan 3.6.1 Menjelaskan Pilihan ganda 1 C4


prosedur pengertian tahanan
pengukuran isolasi
tahanan isolasi 3.6.2 Menjelaskan Pilihan ganda 2 C4
instalasi tujuan pengukuran
penerangan pada tahanan isolasi
bangunan
sederhana
3.7 Menerapkan 3.6.1 menjelaskan Pilihan ganda 1 C4
prosedur tujuan pemasangan
pemasangan komponen instalasi
komponen instalasi listrik bangunan
listrik bangunan kecil
kecil 3.6.2 Menjabarkan
prosedur pemasangan Pilihan ganda 2 C4
material kerja pada
pemasangan
instalasi
penerangan
3.8 Menerapkan 3.8.1 Menjelaskan Pilihan ganda 1 C4
prosedur tujuan persyaratan
pemasangan PUIL
instalasi Pilihan ganda 2 C4
penerangan 3 fasa 3.8.2 Menjelaskan
sesuai dengan PUIL ketentuan
pemasangan
instalasi
penerangan 3 fasa
51

berdasarkan PUIL
3.9 Menerapkan 3.9.1 Mengamati Pilihan ganda 1 C4
prosedur prosedur
pemasangan pemasangan
komponen instalasi komponen instalasi
penerangan 3 fasa penerangan 3 fasa
bangunan gedung bangunan gedung

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Kognitif

3. Uji Coba Instrumen


a) Validitas Item Soal
Validitas merupakan kriteria atau indikator untuk menentukan sejauh mana

sebuah instrumen tersebut harusnya diukur. Validitas juga menunjukkan sejauh mana

sebuah tes dianggap baik sesuai dengan desain pengukuran. Dapat disimpulkan

bahwa uji validitas merupakan suatu tes yang dilakukan dan yang akan diukur

sehingga dapat menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mengukur apa yang ingin

diukur sehingga mempunyai validitas yang tinggi atau rendah.

b) Validitas Konstruk
Sebuah tes dikatakan valid jika skor-skor pada butir tes yang bersangkutan

memiliki kesesuaian atau kesejajaran arah dengan skor totalnya, atau dengan bahasa

statistik yaitu ada korelasi positif yang signifikan antara skor tiap butir tes dengan

skor totalnya.

c) Uji Tingkat Kesukaran Tes


52

Bermutu atau tidaknya butir-butir item tes, pertama-tama dapat diketahui dari

tingkat kesukaran yang dimiliki masing-masing butir item tersebut. Butir-butir item

tes dapat dinyatakan sebagai butir-butir item baik, apabila butir-butir item tersebut

tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah dengan kata lain derajat kesukaran

item itu adalah sedang atau cukup.

d) Uji Daya Pembeda

Daya pembeda suatu butir soal menyatakan sejauh manakah kemampuan butir

soal tersebut mampu membedakan antara peserta didik yang dapat menjawab soal dan

peserta didik yang tidak menjawab soal. Pengujian ini dilakukan untuk memperoleh

data tentang kemampuan soal dalam membedakan peserta didik yang pandai. Daya

pembeda dapat diketahui melalui atau dengan melihat besar kecilnya angka indeks

diskriminasi item.

e) Uji Reabilitas

Sugiyono berpendapat bahwa suatu instrumen yang reliabel adalah instrumen

yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama. Tes yang

digunakan berbentuk uraian.

3.6 Teknik Aanlisis Data


Teknik analisis data merupakan kegiatan mengolah data – data yang

dikumpulkan menjadi informasi. Kegiatan ini terbilang cukup sulit, karena

dibutuhkan pemikiran yang kreatif serta wawasan yang luas agar data – data yang

berhasil dikumpulkan dapat ditafsirkan dengan baik dan tepat. Pada penelitian ini,
53

teknik analisis data akan dilakukan pada lembar angket berupa validasi. Hasil dari

data tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.

Langkah- langkah analisis data penilaian kualitas instrumen penilaian kognitif

menggunakan google form sebagai berikut.

1) Mengubah data kualitatif menjadi kuantitatif dengan menggunakan skala liker

dengan ketentuan

Tabel 3.4 Penskoran Pada Lembar Validasi Berdasarkan Skala Rating Scale
No. Pilihan Jawaban Skor
1 Sangat Baik (SB) 4
2 Baik (B) 3
3 Kurang Baik (KB) 2
4 Tidak Baik (TB) 1
2) Menghitung rata – rata penilaian setiap aspek kriteria yang dinilai

3) Mengubah skor rata – rata kualitatif menjadi nilai kuantitatif dengan kategori

yang telah ditetapkan. berikut table kualifikasi penilaian:

Tabel 3.5 Tabel Kelayakan


NO INTERVAL MEAN SKOR INTERPRETASI
1 1,00 – 2,49 Tidak layak
2 2,50 – 3,32 Kurang layak
3 3,33 – 4,16 Layak
4 4,17 – 5,00 Sangat layak
54

Interpretasi kelayakan media instrumen penilaian kognitif menggunakan

google form dilakukan melalui hubungan statistik deskriftif. Skor dalam jawaban

dalam rentangan 1 – 5 ditabulasi dan dihitung skor rata – ratanya. Tingkat

kelayakan dibedakan dalam empat kelompok dengan mean ideal (2,50) sebagai

batas skor kelayakan. Karena itu mean skor kurang dari mean ideal

dnterpretasikan dalam kategori “tidak layak”, sedangkan mean skor dalam

kategori “layak” dibedakan dalam tiga tingkatan yaitu “kurang layak”, “layak”

dan “sangat layak”, seperti dinyatakan dalam tabel kelayakan.


55

DAFTAR PUSTAKA
Aida, N., Kusaeri, K., & Hamdani, S. (2017). Karakteristik instrumen penilaian hasil
belajar matematika ranah kognitif yang dikembangkan mengacu pada model
PISA. Suska Journal of Mathematics Education, 3(2), 130–139.
Akker, Jan Van den. 1999. Principles and Methods of Development Research.
London
Arikunto, Suharsimi. (2013) Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara: Jakarta
Arsyad, Azhar. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.
Aunurrahman. (2014). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Batubara, H. H. (2016). Penggunaan Google Form Sebagai Alat Penilaian Kinerja
Dosen Di Prodi Pgmi Uniska Muhammad Arsyad Al Banjari. AL-BIDAYAH:
Jurnal Pendidikan Dasar Islam
Borg, W.R. & Gall, M.D. Gall. (1989). Educational Research :An Introduction, Fifth
Edition. New York: Longman.
Elvira Sundari, Nur Izzati (2020) Pengembangan Instrumen Tes Berbasi Android
Pada Materi Rumus-rumus Trigonometri, Barekeng: Tanjungpinang.
Fadillah, E. N. (2017). Pengembangan Instrumen Penilaian Untuk mengukur
Keterampilan Proses Sains Siswa SMA. Diakses pada tanggal 02 Maret 2021,
dari http://jurnal.um-palembang.ac.id/dikbio/article/view/770.
Hamdan Husein Batubara. Pengunaan Google Form Sebagai Alat Penilaian Kinerja
Dosen Di Priodi PGMI Uniska Muhammad Arsyad Al Banjari. Universitas
Islam Kalimantan. 2016. Jurnal Pendidikan Dasar Islam:Banjarmasin.
Istiyono, E. (2013). Pengembangan Instrumen untuk Mengukur Kemampuan Berpikir
Tingkat Tinggi dalam Mata Pelajaran Fisika di SMA, Optika:Rowokele.
Iwan Hariono (2021) Pengembangan Instrumen Penilaian Kognitif Berbasi Google
Form Pelajaran Matematika, Edcomtech: Surabaya.
Julianingsih, S., Rosidin, U., & Wahyudi, I. (2017). Pengembangan Instrumen HOTS
Untuk Mengukur Dimensi Pengetahuan IPA Siswa di SMP,Jurnal
Pembelajaran Fisika:Bandar Lampung.
Kuntum An Nisa Imania (2019) Rancangan Pengembangan Instrumen Penilaian
Pembelajaran Berbasis Daring, Institut Pendidikan Indonesia.
Nunung Fika Amalia ( 2014) Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia: Semarang.
Rachmawati (2020) Pengembangan Instrumen Penilaian Tes Berbasis Mobile Online
Pada Prodi Pendidikan Matematika, Prima: Malang.
Sriadhi (2018). Instrumen penelitian Multimedia Pembelajaran. Medan. Unimed
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
56

Wardani, K. (2015). Penyusunan Instrumen Tes Higher Order Thingking Skill pada
Materi Ekosistem SMA Kelas X: Jurnal Pembelajaran Biologi: Surakarta.
Wisman, Rio Kurniawan (2020) Pengembangan Media Pembelajaran Keterampilan
menyimak Berbasis Online Menggunakan Google form, Silampari Bisa:
Bengkulu.

Anda mungkin juga menyukai