Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Mengoptimalkan nilai perusahaan merupakan tujuan perusahaan dalam jangka
panjang. Semakin tinggi nilai perusahaan maka semakin tinggi tingkat
kemakmuran yang diterima oleh pemegang saham. Peningkatan nilai perusahaan
tersebut dapat dicapai jika perusahaan mampu beroperasi dengan mencapai laba
yang ditargetkan. Meningkatnya nilai perusahaan dapat menarik para investor
untuk menanamkan modal sahamnya, terutama pada perusahaan Manufaktur Sub
Sektor Industri Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di BEI. Nilai perusahaan
adalah persepsi investor terhadap perusahaan go public, yang sering dikaitkan
dengan harga saham (Adil, 2019). Terdapat faktor yang mempengaruhi nilai
perusahaan di dalam penelitian ini yaitu rasio likuditas dan leverage.
Likuiditas adalah untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek yang segera harus dipenuhi (Riyanto, 2018). Likuiditas
yang merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya
melalui sejumlah kas dan setara kas, seperti giro atau simpanan lain di bank yang
dapat ditarik setiap saat yang dimiliki perusahaan. “Semakin tinggi likuiditas
menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi (membayar)
kewajiban jangka pendeknya”. Semakin tinggi likuiditas maka semakin baiklah
posisi nilai perusahaan di mata kreditur. Hasil penelitian Lestari (2019),
menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Menurut Kasmir (2018), leverage adalah Perbandingan atau imbangan
pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan
hutang terhadap modal sendiri. Leverage merupakan indikator penting bagi
perusahaan dalam menentukan sumber pendanaan yang digunakan untuk
membiayai aktivitas operasionalnya. Pendanaan perusahaan dapat menggunakan
modal sendiri, utang, maupun gabungan dari keduanya sesuai kebutuhan.
Umumnya perusahaan yang memiliki rasio utang yang tinggi memiliki risiko yang
tinggi terhadap kondisi keuangan perusahaan. Risiko yang tinggi tersebut akan
berakibat pada nilai perusahaan. Hal ini dikarenakan investor tentu akan lebih
menyukai perusahaan yang memiliki risiko keuangan yang rendah, sehingga akan
berdampak pada nilai perusahaan. Hasil penelitian Jayaningrat (2019),
menunjukkan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Tabel 1.1 Rata-Rata Likuiditas, Leverage dan Nilai Perusahaan Pada
Manufaktur Sub Sektor Industri Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di
BEI Tahun 2014 sampai 2020
Tahun Likuditas (%) Leverage (%) Nilai Perusahaan (X)
2014 223,13 126,79 15,01
2015 223,73 113,79 17,22
2016 224,47 97,22 18,18
2017 225,81 76,27 17,18
2018 223,51 107,04 23,43
2019 256,27 71,42 17,36
2020 220,47 101,53 19,34

1
2

Berdasarkan Tabel 1.1 di atas, dapat diketahui bahwa dapat diketahui bahwa
terjadi penurunan rata-rata likuiditas pada tahun 2018 sebesar 223,51% dan tahun
2020 sebesar 220,47%. Rata-rata leverage menurun meningkat pada tahun 2018
sebesar 107,04% dan tahun 2020 sebesar 101,53%. Rata-rata nilai perusahaan
menurun pada tahun 2017 sebesar 17,18 kali dan tahun 2019 sebesar 17,36 kali.
Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Rasio Likuiditas Dan Leverage Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan
Manufaktur Sub Sektor Industri Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar di
BEI”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah likuiditas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Industri Makanan
Dan Minuman Yang Terdaftar di BEI?
2. Apakah leverage secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Industri Makanan
Dan Minuman Yang Terdaftar di BEI?
3. Apakah likuiditas dan leverage secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor
Industri Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar di BEI?

1.3 Landasan Teori


1.3.1 Likuiditas
Menurut Riyanto (2018:25), likuiditas adalah untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang segera
harus dipenuhi. Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio
lancar. Rasio ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh aktiva lancar
perusahaan digunakan untuk melunasi utang (kewajiban) lancar yang akan jatuh
tempo atau segera dibayar. Menurut teori pecking order, perusahaan yang nilai
likuiditasnya tinggi lebih memilih pendanaannya dengan menggunakan dana
internal. Tingginya nilai likuiditas perusahaan membuat perusahaan tersebut
memiliki kelebihan dana, sehingga perusahaan akan melunasi hutang lancarnya.
Sehingga lunasnya hutang lancar akan menurunkan tingkat hutang perusahaan.
Dengan kata lain, perusahaan yang memiliki kemampuan untuk melunasi hutang
jangka pendeknya, berarti perusahaan tersebut dalam kondisi yang sehat. Menurut
Riyanto (2018:27), pengukuran likuiditas dalam penelitian ini dengan current
ratio yang dirumuskan sebagai berikut:
Aset Lancar
Current Ratio = x 100%
Hutang Lancar

1.3.2 Leverage
Leverage adalah penggunaan aset dan sumber dana (source of funds) oleh
perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) dengan maksud agar
meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Menurut Sudana
3

(2019:143), “leverage adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka


panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang terhadap modal
sendiri”. Menurut Brealey (2018:4) leverage adalah bauran pendanaan utang
jangka panjang dan ekuitas”. Leverage adalah perbandingan atau imbangan
pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan
hutang terhadap modal sendiri. Leverage merupakan masalah penting bagi
perusahaan karena baik atau buruknya leverage akan mempunyai efek langsung
terhadap posisi keuangan perusahaan. Menurut Sudana (2019:45), leverage diukur
dengan Debt to Equity Ratio (DER) yang dirumuskan sebagai berikut:
Total Hutang
DER = x 100%
Total Equity

1.3.3 Nilai Perusahaan


Nilai perusahaan adalah merupakan persepsi investor terhadap perusahaan
go public, yang sering dikaitkan dengan harga saham (Adil, 2019). Harga saham
yang tinggi membuat nilai perusahaan semakin tinggi. Menurut Wongso (2014)
Nilai perusahaan atau value of the firm merupakan konsep penting bagi investor
karena merupakan indikator bagaimana pasar menilai perusahaan secara
keseluruhan. Nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti dengan tingginya
kemakmuran para pemegang saham. Memaksimalkan nilai perusahaan sangat
penting artinya bagi suatu perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai
perusahaan berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang
merupakan tujuan utama perusahaan. Menurut Herawati (2018), nilai perusahaan
merupakan harga yang dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut
akan dijual. Nilai Perusahaan didefinisikan sebagai persepsi investor terhadap
tingkat keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumber daya. Nilai Perusahaan
dapat di ukur dengan menggunakan Price Earning Ratio (PER).
Menurut Herawati (2018), Price Earning Ratio (PER) adalah ukuran tingkat
harga pasar per saham terhadap laba per saham. PER menunjukkan jumlah rupiah
yang harus dibayar investor untuk setiap 1 rupiah pada periode berjalan. Semakin
tinggi PER, semakin banyak mereka membayar, sehingga semakin besar pula
pendapatan yang mereka harapkan. Rumus yang digunakan adalah:

Harga Pasar Saham


PER =
Laba Per Saham

1.4 Kerangka Konseptual


Kerangka konseptual penelitian menjelaskan secara teoritis model konseptual
variabel-variabel penelitian, tentang bagaimana pertautan teori-teori yang
berhubungan dengan variabel-variabel penelitian yang ingin diteliti, yaitu variabel
bebas dengan variabel terikat.
1.4.1 Pengaruh Likuiditas Terhadap Nilai Perusahaan
Likuiditas yang merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
jangka pendeknya melalui sejumlah kas dan setara kas, seperti giro atau simpanan
lain di bank yang dapat ditarik setiap saat yang dimiliki perusahaan. “Semakin
tinggi likuiditas menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi
4

(membayar) kewajiban jangka pendeknya”. Semakin tinggi likuiditas maka


semakin baiklah posisi nilai perusahaan di mata kreditur. Hasil penelitian Lestari
(2019), menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan
1.4.2 Pengaruh Leverage Terhadap Nilai Perusahaan
Leverage merupakan indikator penting bagi perusahaan dalam
menentukan sumber pendanaan yang digunakan untuk membiayai aktivitas
operasionalnya. Pendanaan perusahaan dapat menggunakan modal sendiri, utang,
maupun gabungan dari keduanya sesuai kebutuhan. Umumnya perusahaan yang
memiliki rasio utang yang tinggi memiliki risiko yang tinggi terhadap kondisi
keuangan perusahaan. Risiko yang tinggi tersebut akan berakibat pada nilai
perusahaan. Hal ini dikarenakan investor tentu akan lebih menyukai perusahaan
yang memiliki risiko keuangan yang rendah, sehingga akan berdampak pada nilai
perusahaan. Hasil penelitian Jayaningrat (2019), menunjukkan bahwa leverage
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan
Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar
1.1 berikut:
Likuiditas
(X1)
Nilai Perusahaan
(Y)
Leverage
(X2)

Sumber : Diolah Penulis 2022


Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

1.5 Hipotesis
Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis yang dapat dikemukakan
sehubungan dengan permasalahan tersebut:
1. Likuiditas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan
pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Industri Makanan Dan Minuman
Yang Terdaftar di BEI.
2. Leverage secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan
pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Industri Makanan Dan Minuman
Yang Terdaftar di BEI.
3. Likuiditas dan leverage secara simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Industri Makanan Dan
Minuman Yang Terdaftar di BEI.

Anda mungkin juga menyukai