SKRIPSI
Oleh:
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah tertulis
atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebutkan dalam daftar pustaka.
NIM. 2181210003
i
ABSTRAK
Suri Purnama Sari Manik, NIM. 2181210003, Klasifikasi dan Fungsi Peribahasa
Pakpak di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat;
Kajian Folklor, Skripsi Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan
Seni Universitas Negeri Medan Tahun 2022.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan klasifikasi serta fungsi peribahasa Pakpak
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Pakpak khususnya di Kecamatan Sitellu Tali
Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat. Adapun upaya yang dilakukan untuk
memperoleh data penelitian yaitu dengan melakukan wawancara langsung dengan
masyarakat Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe serta membaca buku, jurnal dan
skripsi yang berkaitan dengan peribahasa Pakpak. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif deskriptif, dimana bentuk metode penelitian kualitatif digunakan
sebagai prosedur untuk memecahkan masalah yang diteliti dengan menghasilkan data
deskriptif berupa data tertulis atau lisan. Penelitian kualitatif deskriptif bertujuan
untuk memahami fenomena yang dialami oleh objek penelitian melalui berbagai
metode ilmiah, seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, yang
terdapat dalam lingkungan alam yang khusus (Moleong, 2017:6). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dalam peribahasa Pakpak terdapat lima klasifikasi peribahasa,
yaitu (1) peribahasa mengenai hewan (fauna), (2) peribahasa mengenai tanam-
tanaman (flora), (3) peribahasa mengenai manusia, (4) peribahasa mengenai anggota
kerabat, (5) peribahasa mengenai fungsi anggota tubuh. Selain klasifikasi, ditemukan
juga empat fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak, yaitu; (1) sebagai sistem
proyeksi (projective system), (2) sebagai alat pengesahan pranata-pranata atau
lembaga kebudayaan, (3) sebagai alat pendidikan, (4) sebagai alat pemaksa dan
pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya
yang senantiasa penulis rasakan dan yang senantiasa memberikan kekuatan dan
kesabaran kepada penulis sehingga penulisan skripsi yang berjudul Klasifikasi dan
Fungsi Peribahasa Pakpak di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak
Bharat; Kajian Folklor dapat penulis selesaikan pada waktunya. Adapun penulisan
skripsi ini yaitu mengkaji tentang klasifikasi dan fungsi peribahasa Pakpak yang
Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu
syarat untuk dapat melaksanakan sidang meja hijau dalam program studi Sastra
Indonesia, jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, fakultas Bahasa dan Seni.
skripsi ini masih terdapat berbagai kekurangan. Untuk itu saran, bimbingan serta
kritikan yang membangun sangat penulis butuhkan guna perbaikan agar penyusunan
skripsi ini dapat sesuai dengan yang diharapkan. Dalam penyelesaian skripsi ini,
penelitian ini juga tidak terlepas dari motivasi, bantuan serta dorongan dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan motivasi dan kemudahan bagi penulis baik dari segi moril maupun
material yang sangat berarti, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
i
1. Dr. Syamsul Gultom, SKM., M.Kes., rektor Universitas Negeri Medan yang
Negeri Medan,
Negeri Medan,
3. Dr. Syamsul Arif, M.Pd., ketua jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
Indonesia,
5. Dr. Oky Fardian Gafari, S.Sos., M.Hum., ketua program studi Sastra
penulis,
8. Seluruh dosen dan staf program studi Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan
9. Kedua orang tua penulis yang paling tersayang, Ayahanda Pos Manik dan
Ibunda Dahlia Bancin selaku orang tua penulis yang sudah memberikan
dukungan berupa materi, perhatian, cinta kasih, nasihat, dan doa yang tulus
ii
10. Camat Sitellu Tali Urang Jehe yang telah memberikan izin kepada penulis
11. Saudara kandung penulis, kakak saya (Poda dan Hayati) adik saya (Lolona,
12. Kepada sahabat terkasih ku TINOSUMA (Tian, Nova dan Hema) yang
13. Sahabat KKN Desa Sinambela tahun 2021 (Angga, Junita, Hema, Ferdinand,
Angel, Tian, dan Sahrul) yang selalu memberikan dukungan dan motivasi
kepada penulis,
14. Sahabat rohani “KECE DOMINIC” (Kak Intan Rajagukguk, Tian, Hema,
15. Penghuni kost 87A jalan Sering (Jonipar, bg Martin, bg Kardo, bg Duafa,
16. Sahabat kost lama Kasih Karunia (Imia Berutu, Lenni Bancin, Samaria
iii
18. Seluruh teman-teman Sastra Indonesia A 2018 yang telah memberikan
iii
19. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang telah banyak
wawasan yang lebih luas baik kepada penulis maupun kepada semua
Penulis,
NIM 2181210003
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK…………………………………………………………………………
DAFTAR ISI........................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
2.2 Folklor..................................................................................................13
2.3 Peribahasa............................................................................................19
ii
3.1. Metode Penelitian.......................................................................................27
4.2 Pembahasa…………………………………………………………………
BAB V PENUTUP…………………………………………………………………
5.1 Simpulan…………………………………………………………………..
5.2 Saran………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
iii
iv
DAFTAR LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan
maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu
1
2
Hal ini dinilai sangat penting karena saat ini sastra daerah terutama
kalangan masyarakat.
dalam versi yang berbeda, dalam bentuk lisan maupun tulisan. Danandjaya
kolektif macam apa saja, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang
disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat. Terdapat tiga
Berdasarkan asalnya, suku Pakpak dapat dibagi ke dalam lima puak (suak)
yang juga sering disebut sebagai Pakpak si lima suak, kelima bagian
tersebut adalah Pakpak Boang, yaitu orang Pakpak yang berasal dan
Kelasen, yakni orang Pakpak yang berasal dari Parlilitan, Pakkat, dan
Dengan jumlah penduduk sekitar 3.551 jiwa pada data tahun 2022
(Sinurat, Kardo. 2022. An. Camat Sitellu Tali Urang Jehe Kasi
sebagai bagian dari tradisi atau kultur budaya yang ada di daerah Pakpak
yang disampaikan secara lisan atau dari mulut ke mulut oleh nenek
5
kritik, teguran, pesan, serta ajaran moral melalui makna yang terkandung
aktivitas lingkaran hidup dan adat istiadat lainnya. Hal ini terbukti dari
nama fauna atau flora maupun istilah-istilah yang digunakan selalu terkait
terhadap anak-anaknya.
Pakpak.
6
terutama generasi muda umumnya tidak paham dan tidak tahu tentang
Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe terlihat sangat jarang memakai bahkan
ada juga yang tidak mengetahui apa saja bentuk dan fungsi yang
Sitellu Tali Urang Jehe dan kebanyakan adalah para orang tua yang
berumur 40 tahun keatas dan orangtua yang sudah lanjut usia serta orang-
jika mengeluarkan anjing yang sedang terjepit, anjing itu akan menggigit
diteliti oleh Susi Lolo Karina Sidabutar, (2022) dalam skripsinya yang
anggota dan teori fungsi folklor Wiliam R. Bascom, yaitu: (1) sebagai
(pedagogical device), dan (4) sebagai alat pemaksa dan pengawas agar
masyarakat Pakpak.
9
akan diteliti agar penelitian dapat dilakukan dengan baik dan terarah.
Folklor” yang dibatasi pada lokasi penelitian yaitu Kecamatan Sitellu Tali
Urang Jehe meliputi; desa Bandar Baru, desa Kaban Tengah, desa
Maholida, desa Malum, desa Mbinalun, desa Perjaga, desa Perolihen, desa
untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Penelitian ini juga diharapkan
1. Manfaat Teoretis
Pakpak,
Pakpak,
2. Manfaat Praktis
KERANGKA TEORETIS
sebagai karya sastra pada umumnya, yang meliputi puisi, prosa, nyanyian,
dan drama lisan. Sastra lisan (oral literature) adalah bagian dari tradisi
dapat ditarik kesimpulan yang jelas bahwa sastra lisan itu sekumpulan
karya sastra atau teks-teks lisan yang memang disampaikan dengan cara
lisan atau sekumpulan karya sastra yang bersfat dilisankan yang memuat
ke mulut secara turun-temurun. Ciri-ciri sastra lisan, yakni (1) lahir dari
jenaka, dan pesan mendidik; (4) sering melukiskan tradisi kolektif tertentu.
(Endaswara 2011:151).
11
12
Sastra lisan yang disebut juga tradisi lisan oleh Skatman (2009:6)
dibagi ke dalam beberapa bagian, yakni: (a) bahasa rakyat (folk speech)
teki), (d) puisi rakyat, seperti pantun, gurindam, dan syair, (e) cerita prosa
rakyat, seperti mite, legenda, dan dongeng, dan (f) nyanyian rakyat.
Bentuk dari sastra lisan sendiri dapat berupa prosa (seperti mite,
dongeng, dan legenda), puisi rakyat (seperti syair, gurindam, dan pantun),
budaya lain, seperti budaya Cina, Hindu-Budha, India, dan arab. Sastra
Fungsi dari sastra lisan sendiri tidak hanya sekedar untuk kebutuhan
didalamnya, seperti nilai moral dan nlai agama dalam masyarakat. Salah
satu contoh sastra lisan yang berkaitan dengan moral adalah Gurindam.
Gurindam adalah puisi Melayu Lama sarat dengan pengaruh sastra Hindu.
Sastra lisan yang merupakan bagian dari sastra rakyat adalah salah satu
kebudayaan.
2.2 Folklor
berasal dari kata , yaitu folk dan lore. Folk adalah sekelompok
folklor di Indonesia.
yaitu:
suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat dan alat pembantu
g. Folklor menjadi milik bersama dari kolektif tertentu. Hal ini sudah
merasa memilikinya.
Sedangkan folklor mencakup lebih dari itu, seperti tarian rakyat dan
arsitektur rakyat.
16
a. Folklor lisan
1). Mite
2). Legenda
3). Sage
Kundang.
4). Fabel
5). Parabel
Kelumpai.
adat desa maupun tokoh agama desa, (4) tari rakyat adalah
setempat.
yaitu folklor bukan lisan material dan folklor bukan lisan yang
rakyat.
2.3 Peribahasa
menyampaikan tersirat untuk suatu hal yang dapat dipahami pembaca atau
yaitu:
20
a. Pepatah
b. Perumpamaan
c. Ibarat/Tamsil
semakin menjadi.
d. Semboyan
e. Bidal/Pameo
yaitu (a) peribahasa yang sesungguhnya, (b) peribahasa yang tidak lengkap
mengenai anggota tubuh (Keyzer, 1862 dan 1862a). Pada penelitian ini
musim kemarau”.
peribahasa Pakpak.
arahan kepada masyarakat agar dapat mencela rang lain, (4) sebagai alat
yaitu: (1) sebagai system proyeksi (projective system), yakni sebagai alat
fungsi, yaitu:
pola pikir masyarakat folk pada saat itu dan sebagai alat pencermin angan-
angan suatu kolektif. Contohnya dari Jawa Barat misalnya adalah Legenda
Pranata adalah sistem tingkah laku sosial yang bersifat resmi serta
adat-istiadat yang mengatur tingkah laku itu. Ada kalanya folklor menjadi
tersebut bersumber dari folklor itu sendiri. Contohnya dari Jawa Timur
oleh binatang cecak pada waktu Beliau sembunyi di dalam goa, sewaktu
Folklor memiliki unsur yang tidak lepas dari pengetahuan dan nilai
kehidupan atau pendidikan, agar anak dapat menerima hal tersebut dengan
untuk ditanamkan pada anggota masyarakat sejak usia muda. “Lapuk oleh
fungsi yang terdapat dalam sebuah folklor, seperti cerita rakyat, nyanyian
METODOLOGI PENELITIAN
tindakan, dan lain-lain, yang terdapat dalam lingkungan alam yang khusus
untuk digunakan dalam penelitian ini. Hal ini disebabkan karena metode
1. Lokasi penelitian
27
28
2. Waktu penelitian
Sumber data penelitian ini adalah data tertulis dan lisan. Data
tertulis dan lisan dalam penelitian ini adalah peribahasa Pakpak dalam
Jehe Kabupaten Pakpak Bharat. Sumber data tertulis berasal dari buku,
jurnal dan skripsi, sedangkan data lisan berasal dari 2 orang dari tiap desa
yang ada di kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe yaitu desa Bandar Baru,
desa Kaban Tengah, desa Maholida, desa Malum, desa Mbinalun, desa
Perjaga, desa Perolihen, desa Simberuna, desa Tanjung Meriah dan desa
alat untuk foto, alat perekam suara dan perekam video. Dalam hal ini
pelapor hasil penelitian. Selain itu, ada beberapa instrumen lain yang
29
(dua) metode, yaitu metode pustaka dan metode lapangan. Kedua metode
pustaka. Data lisan hanya dapat diperoleh dari masyarakat, maka dari itu
a) Teknik Wawancara
yaitu:
3. Orangtua, istri atau suami informan lahir dan dibesarkan di desa itu
b) Teknik Rekaman
agar peneliti dapat secara mudah mengingat kembali data dari hasil
wawancara.
c) Teknik Pencatatan
dasar.
dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan
32
apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada
orang lain.
terarah, dan teliti terhadap sumber data. Teknik yang digunakan dalam
BAB IV
Pada bab ini disajikan data mengenai laporan dari hasil penelitian dan
pembahasan serta analisis data tentang klasifikasi dan fungsi peribahasa Pakpak di
Kecamatan Sitellu tali Urang Jehe. Penelitian ini telah dilakukan secara sistematis.
Laporan hasil penelitian dibagi menjadi 2 (dua) kelompok yaitu (1) Hasil
atau kultur budaya yang ada di daerah Pakpak yang disampaikan secara lisan atau
dari mulut ke mulut oleh nenek moyang terdahulu, peribahasa dijadikan sebagai
sarana untuk memberikan kritik, teguran, pesan, serta ajaran moral melalui makna
35
No Data Arti Klasifikasi Fungsi
Peribahasa
1. Ulang bage Jangan seperti Peribahasa Sebagai alat
menolong biang menolong anjing mengenai pendidikan
terkapit yang terjepit hewan (fauna)
2. Gajah merubat Gajah beradu kancil Peribahasa Sebagai alat
pelanduk terkapit yang terjepit mengenai pemaksa dan
hewan (fauna) pengawas agar
norma-norma
masyarakat
akan selalu
dipatuhi
anggota
kolektifnya
3. Ulang bage Jangan seperti Peribahasa Sebagai alat
biahat merdokar harimau beranak mengenai pendidikan
hewan (fauna)
4. Ulang bage Jangan seperti Peribahasa Sebagai alat
berrek kelegoen beludru di musim mengenai pemaksa dan
kemarau hewan (fauna) pengawas agar
norma-norma
masyarakat
akan selalu
dipatuhi
anggota
kolektifnya
5. Ulang bage Jangan seperti Peribahasa Sebagai alat
perdalan biang perjalanan anjing mengenai pendidikan
tonggal jantan hewan (fauna)
6. Ulang bage Jangan seperti Peribahasa Sebagai alat
rengkaber kelelawar mengenai pendidikan
hewan (fauna)
7. Ulang bage olong Jangan seperti ulat Peribahasa Sebagai sistem
nangka nangka mengenai proyeksi
hewan (fauna) (projective
system)
8. Ulang bage toran Jangan seperti Peribahasa Sebagai alat
binanga musang muara mengenai pemaksa dan
hewan (fauna) pengawas agar
norma-norma
masyarakat
akan selalu
dipatuhi
anggota
kolektifnya
9. Bage perlangi Seperti berenang Peribahasa Sebagai alat
tekkuk katak mengenai pendidikan
hewan (fauna)
33
32
32
33
33
34
dipatuhi
anggota
kolektifnya
30. Tongkoh lelen mi Tunggul akan Peribahasa Sebagai sistem
terruh, tunas kebawah, tunas mengenai proyeksi
lelen mi dates akan ke atas tanam-tanaman (projective
(flora) system)
31. Ulang telpus Jangan tembus daun Peribahasa Sebagai alat
bulung mengenai pengesahan
tanam-tanaman pranata-pranata
(flora) atau lembaga
kebudayaan
32. Ulang bage Jangan rajin-rajin Peribahasa Sebagai alat
ngkasah-ngkasah seperti daun terrep mengenai pendidikan
bulung nterrep tanam-tanaman
(flora)
33. Ulang bage Jangan seperti buah Peribahasa Sebagai alat
perbuah ringadar ringadar mengenai pemaksa dan
tanam-tanaman pengawas agar
(flora) norma-norma
masyarakat
akan selalu
dipatuhi
anggota
kolektifnya
34. Mbelgah- Besar-besar Peribahasa Sebagai sistem
mbelgah cemun mentimun mengenai proyeksi
tanam-tanaman (projective
(flora) system)
35. Ndaoh nola tobis Jauh pula rebung Peribahasa Sebagai alat
ibenana nai dari pohonnya mengenai pendidikan
tanam-tanaman
(flora)
36. Bage buah page Seperti buah padi Peribahasa Sebagai alat
munduk runduk mengenai pendidikan
tanam-tanaman
(flora)
37. Bage bulung Seperti daun gomet Peribahasa Sebagai alat
gomet mengenai pendidikan
tanam-tanaman
(flora)
38. Bage cina bugun Seperti cabe rawit Peribahasa Sebagai alat
mengenai pendidikan
tanam-tanaman
(flora)
39. Bage rambu Seperti rambu Peribahasa Sebagai alat
nangka nangka mengenai pengesahan
tanam-tanaman pranata-pranata
34
35
35
36
dipatuhi
anggota
kolektifnya
49. Bage menaka Seperti membelah Peribahasa Sebagai alat
buluh sikedekna bambu yang kecil mengenai pemaksa dan
itingkah dipijak tanam-tanaman pengawas agar
(flora) norma-norma
masyarakat
akan selalu
dipatuhi
anggota
kolektifnya
50. Bage menangkih Seperti memanjat Peribahasa Sebagai sistem
keppeng pohon keppeng mengenai proyeksi
tanam-tanaman (projective
(flora) system)
51. Bage batang- Peribahasa Sebagai alat
batang petindih, Seperti batang- mengenai pemaksa dan
kan dates batang pohon tanam-tanaman pengawas agar
siteridahna tertindih, sebelah (flora) norma-norma
atas yang paling masyarakat
kelihatan akan selalu
dipatuhi
anggota
kolektifnya
52. Ulang bage Jangan seperti nasib Peribahasa Sebagai alat
pernasib kecur kencur mengenai pemaksa dan
tanam-tanaman pengawas agar
(flora) norma-norma
masyarakat
akan selalu
dipatuhi
anggota
kolektifnya
53. Ulang bage Jangan membantu Peribahasa Sebagai alat
urupen si tangis orang menangis mengenai pemaksa dan
manusia pengawas agar
norma-norma
masyarakat
akan selalu
dipatuhi
anggota
kolektifnya
54. Pala-pala meridi Bila mandi haruslah Peribahasa Sebagai alat
taptap mo basah mengenai pendidikan
manusia
55. Dua kali mangan Dua kali makan dua Peribahasa Sebagai alat
mak dua kali kali pula cuci mengenai pemaksa dan
36
37
37
38
juga masyarakat
akan selalu
dipatuhi
anggota
kolektifnya
66. Tunande i kayu Bersandar di kayu Peribahasa Sebagai alat
temmes kokoh mengenai pendidikan
manusia
67. Nggeddang Panjang dipotong, Peribahasa Sebagai alat
ipantik, panjang dipikul mengenai pemaksa dan
nggeddang manusia pengawas agar
persanen norma-norma
masyarakat
akan selalu
dipatuhi
anggota
kolektifnya
68. Ndates Tinggi panjatan, Peribahasa Sebagai alat
penangkihen, tinggi pula jika mengenai pemaksa dan
ndates ma mula jatuh manusia pengawas agar
ndabuh norma-norma
masyarakat
akan selalu
dipatuhi
anggota
kolektifnya
69. Tarik-tarik Hendak meraup Peribahasa Sebagai alat
mengraok banyak, mendapat mengenai pemaksa dan
menjemput poda sedikitpun tidak manusia pengawas agar
norma-norma
masyarakat
akan selalu
dipatuhi
anggota
kolektifnya
70. Lebbe idegger Setelah digoyang Peribahasa Sebagai alat
asa ndabuh baru jatuh mengenai pendidikan
manusia
71. Menencen bage Memaksa masuk Peribahasa Sebagai sistem
basi seperti basi mengenai proyeksi
manusia (projective
system)
72. Tubuhen Mudah-mudahan Peribahasa Sebagai alat
matawari mo tumbuhlah matahari mengenai pengesahan
kene untuk keluarga ini anggota pranata-pranata
kerabat atau lembaga
kebudayaan
73. Bage ate rejeki Seperti hati rejeki Peribahasa Sebagai alat
38
39
39
40
4.2 Pembahasan
yaitu:
40
41
(fauna) yang terdapat dalam data (1) tersebut terdapat dalam kata biang yang jika
41
42
42
43
Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat, yaitu sebagai
berikut:
43
44
44
45
45
46
perbuah ringadar yang jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia adalah buah
ringadar, ringadar adalah sejenis tumbuhan melata yang berbuah sangat cantik
luarnya dengan warna merah keuning-kuningan, tetapi biji yang ada di dalamnya
dilapisi sari yang berbau dan beracun.
46
47
47
48
48
49
hari masyarakat Pakpak Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak
49
50
ayaken yang jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia adalah berhenti, ditunggu,
berlari dan dikejar.
50
51
anggota kerabat, seperti om, tante, paman, ayah, ibu, adik dan sebagiannya.
51
52
fungsi anggota tubuh seperti, mata, kaki, tangan, hidung, kepala, hati, jantung, dan
52
53
(83). Mella memerre tangan kamuhun, ulang pella ibettoh tangan kambirang
53
54
yaitu:
pikir masyarakat folk pada saat itu dan sebagai alat pencermin angan-angan suatu
kolektif. Adapun fungsi folklor pada peribahasa Pakpak mengenai sistem proyeksi
Sitellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat, yaitu sebagai berikut:
Pada data (1) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
sebagai sistem proyeksi (projective system), pada peribahasa Ulang bage olong
tinggal dari tempat yang satu ke tempat lain atau tidak betah menetap pada suatu
tempat dan dapat juga dituju. Dapat juga ditujukan kepada seorang gadis centil
54
55
Pada data (2) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
dan memenuhi kebutuhannya hidupnya, sehingga dia gigih untuk bekerja dan
berusaha tanpa mengenal siang dan malam, dia tidak mudah menyerah dan putus
asa.
Pada data (3) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
sebagai sistem proyeksi (projective system), pada peribahasa Enggo bage ikan I
para merupakan keinginan atau harapan seseorang dalam melakukan suatu usaha
Pada data (4) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
sebagai sistem proyeksi (projective system), pada peribahasa Menencen bage basi
lain, padahal orang lain susah untuk menerima bahkan tidak menyukainya.
Pada data (5) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
sebagai sistem proyeksi (projective system), pada peribahasa Sada itembak dua
mendapatkan hasil yang cukup, tetapi kenyataannya akibat dari perbuatan tersebut
55
56
Pada data (6) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
yang belum pasti memperoleh hasil, bisa juga dikatakan untuk seseorang yang
berlaku ceroboh.
Pada data (7) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
atau kepada generasi muda berupa nasehat supaya selalu bekerja keras, rajin dan
Pada data (8) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
kurang berkemampuan supaya tidak pernah putus asa apa dan bagaimanapun hasil
yang diperolehnya.
Pada data (9) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
sebagai sistem proyeksi (projective system), pada peribahasa Bage kayu maledang
melihat seorang gadis yang berparas cantik, tinggi semampai dan anggun.
56
57
Pada data (10) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
cemun dimana dikatakan saat kerabat seorang ibu yang melahirkan dating
menjenguk bayi yang baru lahir atau saat peristiwa lain pada masa kanak-kanak.
Jadi merupakan suatu harapan kepada si bayi agar dilindungi yang maha kuasa
sehingga cepat besar dan sehat walafiat, seperti layaknya buah mentimun yang
Pranata adalah sistem tingkah laku sosial yang bersifat resmi serta adat-
istiadat yang mengatur tingkah laku itu. Ada kalanya folklor menjadi alat untuk
bersumber dari folklor itu sendiri. Adapun fungsi folklor pada peribahasa Pakpak
Folklor memiliki unsur yang tidak lepas dari pengetahuan dan nilai
kehidupan atau pendidikan, agar anak dapat menerima hal tersebut dengan mudah.
Adapun fungsi folklor pada peribahasa Pakpak mengenai Sebagai alat pendidikan
57
58
Pada data (11) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
malam hari keluar dari sarangnya, dimana seorang pemuda yang suka keluyuran
pada malam hari dan pada waktu siang tidak kemana-mana atau bekerja tetapi
tidur atau dirumah saja, dimana dalam peribahasa tersebut kita diajarkan untuk
Pada data (12) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
sebagai alat pendidikan, pada peribahasa I kerrut menci ekur kocing terdapat
tersebut digambarkan orang besar atau orang yang berkedudukan tinggi tidaklah
kekal adanya, sebaliknya juga bisa terjadi pada orang kecil atau orang yang
Dimana pada peribahasa tersebut kita diajarkan untuk tidak merasa angkuh atau
sombong atas pencapaian atau posisi yang telah didapatkan karena pencapaian
Pada data (13) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
58
59
tersebut digambarkan suami istri yang selalu bersama-sama dan seia sekata. Pada
peribahasa tersebut kita diajarkan untuk selalu setia terhadap pasangan ataupun
terhadap orang-orang yang kita cintai, kita juga diajarkan selalu rukun dalam
Pada data (14) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
sebagai alat pendidikan, pada peribahasa Ulang bage anak kerabang terdapat
diajarkan untuk memiliki rasa tanggung jawab yang besar serta kesadaran diri atas
sesuatu hal.
Pada data (15) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
sebagai alat pendidikan, pada peribahasa Bage wangkah tonggal mela mengembek
permasalahan hidup tetapi malu minta tolong kepada saudaranya atau orang lain.
Pada peribahasa tersebut kita diajarkan untuk saling berinteraksi dengan orang
lain, mencari pergaulan karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial
59
60
Pada data (16) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
sampai selesai dan tuntas. Pada peribahasa tersebut kita diajarkan untuk
Pada data (17) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
sebagai alat pendidikan, pada peribahasa Oda termelaken cining i abe terdapat
kejujuran atau keterusterangan seserang terhadap siapa dirinya dan apa yang
dilakukannya. Pada peribahasa tersebut kita diajarkan untuk mengatakan hal yang
sebenarnya tentang segala sesuatu atau kita harus mengakui siapa diri kita yang
sebenarnya karena orang lain akan mengetahuinya juga kelak sehingga rasa malu
semakin besar.
Pada data (18) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
sebagai alat pendidikan, pada peribahasa Simengkaisken api i gurung nai terdapat
bertanggung jawab dalam segala masalah terlebih dahulu tanpa meminta bantuan
orang lain.
60
61
Pada data (19) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
memperoleh hasil yang diharapkan. Pada peribahasa tersebut kita diajarkan untuk
melakukan pertimbangan yang matang terhadap sesuatu hal, supaya sesuatu hal
Pada data (20) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
tangan gunanya untuk bekerja harus dimanfaatkan sesuai dengan talentanya. Pada
sesuatu karena setiap orang sudah Tuhan berikan talenta masing-masing pada
dirinya dan untuk itu kita harus mensyukuri dan mempergunakannya dengan
Pada data (21) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
digambarkan seseorang yang menyalahkan orang lain, tapi dilain pihak dia sendiri
membenarkan perbuatan orang yang sama tersebut. Pada peribahasa tersebut kita
61
62
diajarkan untuk tidak menjadi pribadi yang bermuka dua, tetapi menjadi pribadi
yang berkata tegas ketika orang tersebut salah dan dan berkata tegas ketika orang
tersebut benar.
Pada data (22) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
tersebut digambarkan seseorang yang tidak memiliki perasaan kasih dan tidak
pernah mau menolong orang lain terutama yang sedang susah. Pada peribahasa
tersebut kita diajarkan untuk memiliki rasa empati dan simpati terhadap orang di
sekitar kita.
Pada data (23) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
sebagai alat pendidikan, pada peribahasa Ulang mendurung i lae meletuk terdapat
tersebut digambarkan seseorang yang membuat situasi panas menjadi lebih panas
dan juga digambarkan seseorang yang membuat orang lain susah atau sedih
menjadi semakin lebih susah atau sedih. Pada peribahasa tersebut kita diajarkan
untuk memiliki rasa pengertian terhadap sesuatu hal yang dialami orang lain,
karena bisa saja hal tersebut bisa berbalik mengenai orang tersebut.
Pada data (24) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
62
63
peribahasa tersebut mengajari kita agar dalam bertindak lebih hati-hati dan harus
lebih dahulu dipikirkan secara matang akibat yang ditimbulkan oleh perbuatan
sendiri.
Pada data (25) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
sebagai alat pendidikan, pada peribahasa Mlla memere tangan kamuhen, ulang i
sesame dengan ikhlas dari dalam hati dan tulus, seseorang yang penuh kasih tidak
perlu membanggakan diri dengan promosi agar orang lain tahu bahwa dia telah
menolong seseorang.
Pada data (26) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
sebagai alat pendidikan, pada peribahasa Bage ki roroh bulung lateng terdapat
sembrono dalam berprilaku atau bertindak. Pada peribahasa tersebut kita diajarkan
apabila bertindak dengan tidak berhati-hati maka akibatnya akan fatal dan harus
ditanggung sendiri.
Pada data (27) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
63
64
sesuatu pekerjaan, akibatnya dia sendiri tidak mendapat hasil malah mungkin akan
bekerja, jika kita bersungguh-sungguh maka kita akan mendapatkan hasil yang
Pada data (28) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
sebagai alat pendidikan, pada peribahasa Bage mengambul buah mbara terdapat
tanpa adanya usaha sendiri. Pada peribahasa tersebut kita diajarkan untuk tidak
selalu bergantung kepada orang lain, tetapi sebaliknya kita harus berusaha.
Pada data (29) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
dalam melakukan pekerjaan tetapi bersifat temprore terutama saat memulai suatu
pekerjaan, tetapi selanjutnya tidak konsisten atau malah berhenti sama sekali.
Pada peribahasa tersebut kita diajarkan teruma pada anak-anak atau orang lain
Pada data (30) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
sebagai alat pendidikan, pada peribahasa Ndaoh nola tobis i benana nai terdapat
64
65
tersebut digambarkan jika orangtua jahat atau baik biasanya akan menurun kepada
seseorang. Pada peribahasa tersebut kita diajarkan untuk berbuat baik kepada
orang lain, karena apa yang kita tanam itulah yang akan kita tuai, jika kita
menanam kebaikan maka kebaikan pula lah yang akan kita dapatkan.
Pada data (31) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
sebagai alat pendidikan, pada peribahasa Bage buah page munduk terdapat
bertambahnya usia diikuti dengan semakin matangnya cara berpikir dan bersikap
menuju ke hal yang lebih baik. Pada peribahasa tersebut kita diajarkan untuk lebih
Pada data (32) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
tersebut digambarkan seseorang yang tidak dapat dipercaya, tidak jujur, tidak
prinsip. Pada peribahasa tersebut kita diajarkan untuk menjadi pribadi yang lebih
jujur, menjaga kepercayaan orang lain dan memiliki tujuan yang pasti dalam
hidup.
65
66
Pada data (33) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
sebagai alat pendidikan, pada peribahasa Bage cina bugun terdapat penyampaian
digambarkan seseorang yang berbadan kecil tetapi cukup lincah, licik atau pandai.
Pada peribahasa tersebut kita diajarkan untuk tidak sepele terhadap orang yang
memiliki badan kecil, karena bisa saja dibalik badan yang kecil terdapat sifat yang
Pada data (34) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
tersebut tetesan air nira sangat lambat atau sedikit demi sedikit akhirnya banyak
juga. Pada peribahasa tersebut kita diajarkan agar hemat, rajin, sabar, dan tabah.
Karena jikalau kita terus berusaha maka pasti akan mendapatkan hasil yang baik.
Pada data (35) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
sebagai alat pendidikan, pada peribahasa Ulang bage perdabuh pola terisang
peribahasa tersebut air nira seharusnya masuk melalui mulut bukan pada dagu saat
kita meminumnya. Pada peribahasa tersebut kita diajarkan untuk sesuatu pada
66
67
Pada data (36) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
sebagai alat pendidikan, pada peribahasa Ulang bage kayu keburun terdapat
tersebut kita diajarkan untuk selalu bekerja sama dan hidup rukun.
Pada data (37) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
sebagai alat pendidikan, pada peribahasa Ulang bage sanggar i uruk-uruk terdapat
Pada data (38) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
sebagai alat pendidikan, pada peribahasa Lebbe idegger asa ndabuh terdapat
tersebut digambarkan seseorang yang sulit untuk mengerti tentang sesuatu atau
pura-pura tidak tahu dan bisa juga dikatakan kepada seseorang yang sangat kikir,
setelah diberi isyarat tertentu agar dijelaskan secara terus terang baru mau
mengerti. Pada peribahasa tersebut kita diajarkan untuk menjadi orang yang muda
peka terhadap sesuatu hal, supaya orang lain tidak merasa risih dengan
keberadaan kita.
67
68
Pada data (39) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
berprilaku adil dan pintar, sesuai jenis bantuan yang kita harapkan, sesuai jenis
Pada data (40) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
sebagai alat pendidikan, pada peribahasa Mbue kunu ukum benben, sada pe tapi
pada peribahasa tersebut dikatakan pada kemampuan manusia yang tidak diukur
dari jumlah yang banyak tetapi terutama diukur oleh kepandaian seseorang. Pada
peribahasa tersebut kita diajarkan walaupun sedikit tetapi mempunyai peran yang
cukup berarti bagi orang lain sebagai suatu hal yang positif.
Pada data (41) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
sebagai alat pendidikan, pada peribahasa Mulak nola kambing i Boang nai
peribahasa tersebut kita diajarkan bahwa pemberian tidak boleh ditolak atau
68
69
Pada data (42) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
sebagai alat pendidikan, pada peribahasa Naruh oda merneneh tapi pekastuk
peribahasa tersebut dikatakan bahwa telur yang tidak berkaki tapi dapat
kehidupan nyata pasti setiap orang pernah bertengkar atau berselisih pendapat
Pada data (43) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
tersebut dikatakan seseorang yang tidak memikirkan akibatnya kepada orang lain.
Pada peribahasa tersebut kita diajarkan untuk bersikap tidak egois atau
Pada data (44) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
sebagai alat pendidikan, pada peribahasa Bage laklak galuh terdapat penyampaian
pelepah pisang bila dipisah atau sama lain akan sangat lembek dan lemah, tapi
bila mereka menyatu satu sama lain akan sangat kuat. Pada peribahasa tersebut
kita diajarkan supaya dalam keluarga selalu seia sekata sehingga mudah untuk
69
70
Pada data (45) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
peribahasa tersebut kita diajarkan untuk selalu menuruti, was-was, dan tanggap
terhadap nasehat yang berguna yang diberikan oleh orang yang berpengalaman
Pada data (46) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
sebagai alat pendidikan, pada peribahasa Ku bettoh kin nggatel gurungmu terdapat
tersebut dikatakan seseorang yang tidak mau berterus terang kepada orang lain,
dimana orang lain tidak mengetahui keinginannya. Butuh sesuatu dari orang lain
tetapi tidak pernah meminta dan berterus terang sehingga orang lain tidak tahu,
untuk berterus terang terhadap hal-hal yang dianggap pantas untuk diungkapkan,
Pada data (47) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
peribahasa tersebut kita diajarkan untuk bertindak lebih hati-hati dan harus lebih
dahulu dipikirkan secara matang akibat yang ditimbulkan oleh perbuatan sendiri.
70
71
Pada data (48) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
lingkungan sekitarnya, bisa juga dikatakan seseorang yang sulit dalam pergaulan
untuk memiliki jiwa bersosialisasi, karena hidup akan terasa lebih mudah jika kita
Pada data (49) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
atau masyarakat. Pada peribahasa tersebut kita diajarkan untuk tidak membatasi
diri kita terhadap hal-hal yang dapat memicu rasa tidak percaya orang lain
terhadap kita.
Pada data (50) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
sebagai alat pendidikan, pada peribahasa Ulang bage perdalan biang tonggal
peribahasa tersebut anjing jantan biasanya kalau berjalan selalu singgah, sehingga
lama sampai ke tempat tujuan karena selalu memperhatikan anjing betina. Pada
peribahasa tersebut kita diajarkan khususnya pada anak laki-laki yang menjelang
71
72
remaja (mulai masa pacaran). Para pemuda jika pergi ke suatu tempat hendaknya
jangan terlalu sering singgah, tetapi harus sampai ke tujuan terlebih dahulu baru
Pada data (51) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
sebagai alat pendidikan, pada peribahasa Ulang bage menolong biang terkapit
maksud hati berbuat baik, malah sebaliknya mendapat pukulan, makian maupun
hinaan. Pada peribahasa tersebut kita diajarkan untuk lebih berhati-hati dalam
menolong seseorang, karena bisa saja kita sudah membantu tetapi malah kita yang
Pada data (52) merupakan fungsi folklor dalam peribahasa Pakpak yaitu
sebagai alat pendidikan, pada peribahasa Ulang bage biahat merdokar terdapat
tersebut dikatakan seperti harimau beranak pemangsa, lebih buas, tidak boleh di
dekati oleh binatang lain, juga dikatakan pada seseorang yang selalu marah, mata
merah, kejam, tidak pandang bulu dan brutal. Pada peribahasa tersebut kita
diajarkan untuk tidak perlu meniru sifat tersebut, karena pasti banyak orang yang
72
73
kepada masyarakat terhadap suatu tindakan, yang secara tidak sadar dipatuhi oleh
peribahasa Pakpak mengenai Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-
73
74
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Simpulan
atau kultur budaya yang ada di daerah Pakpak yang disampaikan secara lisan atau
dari mulut ke mulut oleh nenek moyang terdahulu, peribahasa dijadikan sebagai
sarana untuk memberikan kritik, teguran, pesan, serta ajaran moral melalui makna
yang terkandung dalam peribahasa Pakpak. Berdasarkan analisis data yang telah
dilakukan oleh penulis, terdapat beberapa hal yang menjadi simpulan, yaitu:
kerabat, seperti om, tante, paman, ayah, ibu, adik dan sebagiannya, (5)
74
75
2. Pada tataran fungsi, terdapat empat fungsi folklor yang ditemukan dalam
folk pada saat itu dan sebagai alat pencermin angan-angan suatu
resmi serta adat-istiadat yang mengatur tingkah laku itu. Ada kalanya
Sebagai alat pendidikan, folklor memiliki unsur yang tidak lepas dari
menerima hal tersebut dengan mudah, (4) Sebagai alat pemaksa dan
75
76
masyarakat folk nya. Dari keempat fungsi folklor yang terdapat dalam
pendidikan.
5.2 Simpulan
penulis sajikan, penulis memiliki beberapa saran yang penulis harap dapat
maupun sumber yang lebih banyak, agar hasil penelitian dapat lebih
maksimal.
3. Penulis juga berharap agar peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih dalam
peribahasa Pakpak ataupun hasil karya sastra lainnya dengan teori yang
berbeda.
76
77
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Salim. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara
Wacana
Danandjaja, James. 2016. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, Dan Lain-
Lain. Jakarta: Grafitti
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa dan Sastra: tahapan strategi, metode,
tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
77
78
Pribumi, Sri .R, dkk. 2003. PERIBAHASA JAWA SEBAGAI CERMIN WATAK, SIFAT, DAN
PERILAKU MANUSIA JAWA. Jakarta: PUSAT BAHASA DEPARTEMEN
PENDIDIKAN NASIONAL.
Rafiek, M. 2015. Teori Sastra Kajian Teori Dan Praktik. Bandung: PT Refika Aditama.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa (Pengantar Penelitian Wahana
Kebudayaan Secara Linguistis). Yogyakarta: Duta Wacana University Press
Wiyadi, Albertus dkk. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed. Kedua. Jakarta: Balai Pustaka
Yulisma, dkk. 1997. STRUKTUR SASTRA LISAN DAERAH JAMBI. Jakarta: Pusat Pembinaan
dan pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
https://www.gramedia.com/literasi/peribahasa/amp
78
79
Lampiran 1
Daftar pertanyaan wawancara ini berfungsi untuk menjawab rumusan masalah pada
penelitian yang berjudul “Klasifikasi dan Fungsi Peribahasa Pakpak di Kecamatan Sitellu
Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat; Kajian Folklor”. Berikut daftar pertanyaan
wawancara untuk menjawab rumusan masalah bagaimana klasifikasi dan fungsi Peribahasa
Daftar pertanyaan:
1. Apakah bapak/ibu pernah mendengar istilah peribahasa Pakpak dalam kehidupan sehari-
3. Dapatkah bapak/ibu memaparkan apa saja peribahasa Pakpak yang biasa digunakan
4. Menurut bapak/ibu, apakah peran penting peribahasa Pakpak dalam kehidupan sehari-
5. Selain dalam kehidupan sehari-hari, apakah peribahasa Pakpak juga digunakan pada
79
80
Lampiran 3
Narasumber I
Nama :
T.T.L :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
Narasumber II
Nama :
T.T.L :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
Narasumber I
Nama :
T.T.L :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
Narasumber II
80
81
Nama :
T.T.L :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
Narasumber I
Nama :
T.T.L :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
Narasumber II
Nama :
T.T.L :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
Narasumber I
Nama :
T.T.L :
Jenis Kelamin :
81
82
Alamat :
Pekerjaan :
Narasumber II
Nama :
T.T.L :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
5. Desa Simberuna
Narasumber I
Nama :
T.T.L :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
Narasumber II
Nama :
T.T.L :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
82
83
6. Desa Perolihen
Narasumber I
Nama :
T.T.L :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
Narasumber II
Nama :
T.T.L :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
7. Desa Maholida
Narasumber I
Nama :
T.T.L :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
Narasumber II
Nama :
T.T.L :
Jenis Kelamin :
83
84
Alamat :
Pekerjaan :
8. Desa Perjaga
Narasumber I
Nama :
T.T.L :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
Narasumber II
Nama :
T.T.L :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
9. Desa Malum
Narasumber I
Nama :
T.T.L :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
Narasumber II
Nama :
84
85
T.T.L :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
Narasumber I
Nama :
T.T.L :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
Narasumber II
Nama :
T.T.L :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
85