Anda di halaman 1dari 39

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pendidikan dalam arti teknis merupakan proses dimana masyarakat,


melalui lembaga pendidikan (sekolah, perguruan tinggi atau lembaga-lembaga
lain) dengan sengaja mentransformasikan warisan budayanya, seperti
pengetahuan, sikap dan keterampilan dari generasi ke generasi dalam suatu proses
belajar (Rahmawati, 2016). Proses belajar dapat dikatakan tuntas dapat dilihat dari
hasil belajar siswa. Hasil belajar merupakan gabungan antara pengetahuan awal
yang dimiliki siswa dengan pengetahuan baru yang dapat diperoleh dari
lingkungannya sehingga memunculkan pembentukan konsep (Afifah, 2019:21).
Hasil belajar memiliki evaluasi berupa penilaian siswa yang digunakan untuk
mengetahui penguasaan kompetensi yang diajarkan oleh guru, kemajuan dan
perkembangan hasil belajar siswa sesuai dengan potensi yang dimiliki, sekaligus
sebagai umpan balik kepada guru guna menyempurnakan perencanaan dan proses
pembelajaran (Novita, Darmawijoyo, et. al, 2016). Oleh karena itu, hasil belajar
siswa berfungsi sebagai salah satu indikator dari keberhasilan pendidikan yang
meliputi beberapa aspek seperti pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Aisyanah & Kurniasari (2017:34) mengatakan bahwa dalam dunia
pendidikan menunjukkan hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran
matematika kategori rendah. Dimana banyak siswa yang mengeluh karena
matematika dianggap sulit sehingga hasil belajar matematika belum memuaskan.
Hal ini dikarenakan kurang bervariasi strategi bahkan media pembelajaran yang
digunakan guru. Guru lebih mendominasi kelas sedangkan pada K13 siswa harus
lebih dominan dan pembelajaran lebih terfokus pada pemecahan masalah. Yusri
(2018) berpendapat bahwa hasil belajar siswa kategori rendah dikarenakan
kurangnya kemampuan pemecahan masalah terlihat saat siswa menghadapi soal
matematika yang baru, dimana siswa tidak bisa menjelaskan langkah-langkah
1
2

penyelesaian soal seperti menentukan rumus yang akan digunakan, sulit


menggunakan cara ataupun strategi berbeda untuk menyelesaikan masalah. Selain
itu, hasil belajar siswa kategori rendah juga dikarenakan media pembelajaran yang
monoton sehingga siswa merasa bosan dan jenuh yang mengakibatkan sulit
menimbulkan rasa ingin tahu terhadap konsep matematika.
Diperkuat dengan adanya fakta berdasarkan penelitian terdahulu
menunjukkan bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh siswa dalam mempelajari
matematika hanya sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh guru, sehingga dalam
menyelesaikan soal hanya sebatas mengikuti contoh soal yang diberikan. Hal
tersebut dikarenakan kurangnya pemahaman siswa pada materi yang diajarkan
oleh guru, akibatnya siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah.
Untuk mengatasi masalah tersebut, salah satu alternatif yang dapat digunakan
dalam proses pembelajaran adalah efektivitas penggunaan media pembelajaran
berbasis masalah. Menurut Wulandari, Yayat, et. al. (2020:270), media
pembelajaran merupakan seperangkat benda konkret yang dirancang dan dibuat
secara sengaja digunakan untuk membantu mengembangkan konsep dalam
pembelajaran, sehingga media pembelajaran mampu mengatasi permasalahan
siswa, menarik perhatian siswa dan membantu siswa dalam memahami suatu
materi. Adanya pemilihan media pembelajaran yang tepat dan menarik maka
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Namun di tengah wabah pandemi covid-19, menyebabkan sistem
pendidikan dihadapkan dengan situasi yang menuntut para guru untuk dapat
menguasai media pembelajaran online untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Kusuma (2020:98) menyatakan bahwa sistem pembelajaran online menjadi salah
satu solusi untuk mengatasi kesulitan dalam pembelajaran secara langsung dengan
adanya aturan social distancing. Upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia
selalu menjadi isu penting dalam penyelenggaraan sistem pendidikan nasional.
Salah satu peningkatan mutu pendidikan adalah pembelajaran online. Istilah
pembelajaran online tersebut sudah lama diterapkan oleh para guru maupun siswa
dalam suatu proses pembelajaran yang dilakukan secara terpisah di luar kelas.
Interaksi guru dan siswa dilakukan secara langsung maupun tidak langsung, misal
2
3

dengan melakukan chatting maupun dengan berkirim email untuk sekedar


mengumpulkan tugas (Rahmawati, 2016).
Supriani (2017) mengatakan bahwa setelah kehadiran guru dalam arti
sesungguhnya, internet akan menjadi wakil guru yang mewakili sumber belajar
yang penting di dunia. Hal ini semakin diperparah dengan adanya wabah Pandemi
Covid 19, dimana ruang kelas maupun interaksi kelas dilaksanakan dari jarak
jauh, menghindari keramaian dan berkumpul. Menurut beberapa pakar
mengatakan bila kebijakan pencegahan gagal dan langkah-langkah menjaga jarak
sosial tidak dapat dipertahankan sampai vaksin tersedia, pendekatan terbaik
berikutnya adalah menggunakan intervensi yang mengurangi angka kematian dan
mencegah infeksi berlebih (Darmalaksana et. al., 2020). Oleh karena itu guna
mendukung pemerintah dalam proses pembelajaran di sekolah maupun kampus
digantikan dengan pembelajaran online. Dalam pengembangannya, saat ini sudah
banyak bermunculan aplikasi khusus digunakan sebagai media pembelajaran
online di antaranya dengan menggunakan aplikasi whatsapp.
Kusuma (2020:100) mendefinisikan whatsapp sebagai aplikasi chatting
dimana anda bisa mengirim pesan teks, gambar, suara, lokasi dan bahkan video ke
orang lain dengan menggunakan smartphone. Whatsapp dalam penggunaannya
sebagai media chat digital yang mencakup whatsapp group, pesan teks, gambar,
video, dan dapat untuk menelpon menjadi satu kesatuan yang lengkap untuk
membantu masyarakat dalam menjalin komunikasi di seluruh belahan dunia.
Whatsapp group tersebut merupakan wadah diskusi untuk memecahkan berbagai
masalah, pertanyaan dan sesuatu yang penting yang harus disampaikan terhadap
orang-orang yang tergabung di dalamnya. Diskusi melalui whatsapp group ini
sangat membantu penggunanya untuk berkomunikasi dalam pembelajaran online
(Sidiq, 2016). Tapi dalam penggunaan aplikasi ini dikeluhkan oleh beberapa siswa
dikarenakan minimnya interaksi dan guru cenderung terlalu sering memberikan
tugas ketika pembelajaran online. Sehingga siswa merasa terbebani oleh tugas-
tugas tersebut. Berdasarkan uraian tersebut perlu adanya media pembelajaran
berupa LKS dan quiz online yang menunjang pembelajaran whatsapp agar tidak
membosankan.
3
4

Barlenti, Hasan, et. al. (2017:81) mengatakan bahwa salah satu media
pembelajaran yang dapat mendukung proses pembelajaran adalah LKS. Namun
LKS yang digunakan dalam proses pembelajaran hanya berupa soal evaluasi saja,
tanpa memuat serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa dalam
memahami materi tersebut. Pada LKS juga ditemukan beberapa kekurangan
lainnya yaitu LKS yang digunakan siswa kurang menarik, karena materi hanya
disajikan berupa kalimat dan kurang komunikatif tanpa adanya gambar yang dapat
memperjelas pemahaman siswa. Dengan adanya gambar siswa akan merasa
tertantang dan berpikir untuk mencari dan mendalami lebih lanjut tentang materi
tersebut. Pada penelitian ini menggunakan LKS yang mencakup kompetensi inti,
kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, peta
konsep, ringkasan materi, permasalahan, contoh dan 6 jenis latihan soal.
Selain mempertimbangkan media pembelajaran LKS penelitian ini juga
mempertimbangkan media pembelajaran quiz online agar memberi dorongan
semangat belajar siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa. Quiz online yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan bantuan smartphone dan computer.
Menurut Siskawati (2018:31) menjelaskan bahwa penggunaan komputer dalam
pembelajaran memberikan banyak keutamaan yang meliputi: (1) Penggunaan
komputer dapat merangsang pikiran, perasaan, minat serta perhatian siswa
sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat terjadi; (2) Penggunaan
komputer dalam proses pembelajaran akan lebih efektif karena memungkinkan
teratasinya hambatan dalam proses komunikasi antara guru dengan siswa; (3)
Efektifitas belajar yang memiliki persentase tinggi yaitu ketika belajar dilakukan
dengan melihat dan mendengar serta yang paling tinggi yaitu ketika siswa
melakukan sendiri apa yang dipelajarinya. De Porter & Hernacki (2015) juga
mengatakan efektifitas belajar yaitu 10% informasi diserap dari proses membaca,
20% dari proses mendengar, 30% dari proses melihat, 50% dari proses melihat
dan mendengar, 70% dari proses pengucapan atau apa yang kita katakan, 90%
dari proses pengucapan dan perilaku kita. Sesuai dengan pendapat ahli tersebut,
penggunaan teknologi informasi tepatnya komputer memenuhi persyaratan

4
5

sebagai media pembelajaran yang efektif, karena mampu menyuguhkan informasi


berupa video, audio, grafik, dan animasi, serta melibatkan ketrampilan kinestetik.
Sidiq (2016) menyebutkan bahwa tes yang dilakukan dengan bantuan alat
elektronik dan internet disebut quiz online atau tes online. Quiz online yang
digunakan dalam penelitian ini berisi 5 jenis latihan soal meliputi menjodohkan,
pilihan ganda, jawaban singkat, benar salah, dan melengkapi dengan
menggunakan aplikasi proprofs quizzes. Aplikasi ini merupakan aplikasi online
disajikan dalam bentuk website dan play store. Aplikasi ini didirikan oleh Sameer
Bhatia, seorang Master in Computer Science kelulusan University of Southern
California. Aplikasi ini terbagi menjadi dua bagian free trial dan premium,
perbedaan keduanya terlihat pada batasan fasilitasnya (Wijaya, 2018:21). Untuk
mendukung proses pembelajaran online menggunakan media pembelajaran
berupa LKS dan quiz online juga dibutuhkan tes di awal dan di akhir
pembelajaran online untuk mengukur kemampuan siswa. Tes ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat kemampuan berpikir kritis siswa, minat serta perhatian siswa
dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah maupun dalam memahami konsep
matematika selama pembelajaran online (Irawati, 2017:173).
Adapun penelitian terdahulu untuk memperkuat penjelasan di atas sebagai
berikut. Pembelajaran online dimasa pandemi di MTs. Ma’arif Ambulu siswa
kelas VIII menggunakan media pembelajaran buku bupena, whatsapp, dan
youtube. Pada pembelajaran materi PGL (Persamaan Garis Lurus) siswa diberi
tambahan media pembelajaran berupa quiz online berbantuan aplikasi proprofs
quizzes. Pembelajaran tersebut menunjukkan siswa mampu memecahkan masalah
dan adanya peningkatan hasil belajar matematika siswa sebesar 30% dari nilai
materi sebelumnya relasi dan fungsi. Pembelajaran tersebut mampu merangsang
pikiran, perasaan, minat serta perhatian siswa, memecahkan masalah dan
memperkuat konsep materi yang telah dijelaskan.
Berdasarkan pemaparan hasil belajar menggunakan media pembelajaran
berupa quiz online berbantuan aplikasi proprofs quizzes dapat membantu siswa
memecahkan masalah dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Sehingga proses pembelajaran online dimasa pandemi sangat diperlukan suatu
5
6

media pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa tanpa


mengganggu kondisi psikologis siswa. Adapaun media pembelajaran tersebut
diberi nama PRISMA LEKR WAIZ. Media pembelajaran tersebut berisi LKS
elektronik dan quiz online yang menunjang proses pembelajaran agar siswa tidak
bosan, malas dan jenuh. Berpandangan pada kondisi tersebut membuat peneliti
semakin tertarik untuk meneliti pengaruh media PRISMA LEKER WAIZ
terhadap hasil belajar matematika siswa.

1.2 Penegasan Judul

Berdasarkan penjabaran dari latar belakang di atas maka dapat dijelaskan


penegasan judul dalam penelitian ini yaitu :
a. Media PRISMA LEKER WAIZ
Media PRISMA LEKER WAIZ merupakan media pembelajaran berbasis
masalah pada materi pythagoras dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran
materi pythagoras itu sendiri telah disesuaikan dengan media PRISMA
LEKER WAIZ yaitu terdapat penyediaan paket ringkas materi yang disertai
LKS berbasis masalah dengan bantuan proprofs quizzes.
b. Hasil belajar matematika
Hasil belajar matematika merupakan pencapaian dalam memperoleh
kemampuan sesuai dengan tujuan yang direncanakan, dalam pembelajaran
matematika khususnya materi pythagoras berdasarkan aspek kognitif pada
siswa kelas VIIIA SMPN 1 Ambulu.

1.3 Batasan Masalah

Luasnya lingkup permasalahan tidak semua masalah yang diidentifikasi


dijadikan bahan kajian dalam penelitian ini. Penelitian ini dibatasi pada masalah-
masalah sebagai berikut :
a. Sekolah yang digunakan dalam penelitian ini adalah SMPN 1 Ambulu.
b. Kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas VIIIA.

6
7

c. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi pythagoras. Hal ini
dikarenakan materi pythagoras telah disesuaikan dengan media PRISMA
LEKER WAIZ yang telah diprosidingkan.
d. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah waktu periodesasi
semester genap tahun ajaran 2020/2021. Hal ini dikarenakan materi
pythagoras dipelajari pada semester genap di tahun ajaran 2020/2021.
e. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah PRISMA LEKER WAIZ.
Media ini terdapat dua bagian yaitu LKS elektronik dan quiz online yang akan
digunakan selama proses pembelajaran materi pythagoras.
f. Hasil belajar matematika siswa yang digunakan dalam penelitian ini
berdasarkan media PRISMA LEKER WAIZ adalah hasil belajar pada aspek
kognitif dimana siswa diberi pretest dan posttest berupa soal uraian materi
pythagoras dalam bentuk PDF.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas maka dapat


disusun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu adakah pengaruh media
PRISMA LEKER WAIZ terhadap hasil belajar matematika siswa?
1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka dapat


ditentukan tujuan dalam penelitian ini yaitu mengetahui adanya pengaruh media
PRISMA LEKER WAIZ terhadap hasil belajar matematika siswa.

7
8

1.6 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah diajukan,


adapun kegunaan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain :
a. Secara Teoritis
Dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam pembelajaran
matematika umumnya untuk mengetahui pengaruh media PRISMA LEKER
WAIZ terhadap hasil belajar matematika siswa.
b. Secara Praktis
Diharapkan dapat menjadi masukan yang berguna bagi sekolah, guru, orang
tua dan peneliti selanjutnya untuk mengetahui pengaruh media PRISMA
LEKER WAIZ terhadap hasil belajar matematika siswa.

8
9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Belajar

Sanjaya (2014:16) mengartikan bahwa belajar merupakan proses


perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon
baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan.
Pendapat lain menurut Slameto (2015:2) mengatakan bahwa belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
Sardiman (2018:20) mendefinisikan bahwa belajar adalah proses
perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari
pengalaman. Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan
pengertian belajar adalah hasil dari suatu proses yang diperoleh dari respon dan
diadakan penguatan kembali, sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang relatif
permanen yang disebabkan adanya interaksi individu dengan lingkungannya.

2.2 Hasil Belajar Matematika

2.2.1 Hasil Belajar

Sudjana (2019:45) mendefinisikan bahwa hasil belajar adalah kemampuan


yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Pendapat lain menurut
Sani (2019:38) menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku atau
kompetensi (sikap, pengetahuan, keterampilan) yang diperoleh siswa setelah
melalui aktivitas belajar.
Kustandi & Darmawan (2020:84) mengatakan bahwa hasil belajar
merupakan suatu proses untuk melihat sejauh mana siswa dapat menguasai
pembelajaran setelah mengikuti proses belajar mengajar. Berdasarkan beberapa
9
10

pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan ukuran


tingkat keberhasilan yang dapat dicapai oleh siswa dari proses belajar serta
menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku berupa kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Dalam proses belajar pasti memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai. Ada
beberapa hal yang menjadi tujuan dalam proses belajar. Berikut klasifikasi hasil
belajar menurut Sudjana (2019:46), yaitu meliputi:
1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek yaitu meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi.
2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu
meliputi penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar berupa ketrampilan dan
kemampuan bertindak yang terdiri dari enam aspek yaitu meliputi gerakan
refleks, keterampilan gerak dasar, kemampuan perseptual, ketepatan,
keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
Namun pembelajaran online dimasa pandemi hasil belajar yang dapat
dilihat maupun dihitung adalah hasil belajar pada ranah kognitif yang berkenaan
dengan hasil belajar intelektual.

2.2.2 Matematika

Hamzah (2014:9) berpendapat bahwa matematika adalah pengetahuan


struktur yang terorganisasi, sifat-sifat dalam teori dibuat secara deduktif
berdasarkan kepada unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang
telah dibuktikan kebenarannya. Pendapat lain menurut Shadiq (2018:33)
menyatakan bahwa matematika adalah bahasa, sebab matematika merupakan
bahasa simbol yang berlaku secara universal dan sangat padat makna.
Rosmala (2019:12) mengatakan bahwa matematika adalah ilmu deduktif,
ilmu tentang pola keteraturan, seni, bahasa, ilmu tentang struktur yang
terorganisasi. Berdasarkan uraian pengertian matematika dari beberapa pendapat

10
11

ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan


yang terstruktur dan terorganisasi, memiliki banyak makna, sifat-sifat dalam teori
dibuat secara deduktif berdasarkan teori yang telah dibuktikan kebenaranya.

2.2.3 Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar merupakan ukuran tingkat keberhasilan yang dapat dicapai


oleh siswa dari proses belajar serta menyebabkan terjadinya perubahan tingkah
laku berupa kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan matematika
merupakan ilmu pengetahuan yang terstruktur dan terorganisasi, memiliki banyak
makna, sifat-sifat dalam teori dibuat secara deduktif berdasarkan teori yang telah
dibuktikan kebenaranya. Berdasarkan penjelasan tersebut peneliti menyimpulkan
bahwa hasil belajar matematika merupakan suatu perubahan tingkah laku berupa
kognitif, afektif, dan psikomotorik yang merujuk pada pemberian ilmu
pengetahuan yang terstruktur dan terorganisasi pada proses pembelajaran
matematika yang bermakna melalui teori yang telah dibuktikan kebenaranya.
Namun pembelajaran matematika online dimasa pandemi hasil belajar yang dapat
dilihat maupun dihitung adalah hasil belajar pada ranah kognitif yang berkenaan
dengan hasil belajar intelektual.

2.2.4 Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Berhasil atau tidaknya siswa dalam belajar disebabkan beberapa faktor


yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar di antaranya yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Berikut menurut beberapa ahli yang berpendapat.
Menurut Slameto (2015:54), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu :
1.) Faktor internal
a) Faktor jasmaniah
b) Faktor psikologis
2.) Faktor eksternal
a) Faktor keluarga
b) Faktor sekolah
11
12

c) Faktor masyarakat
Menurut Afifah (2019:22), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu :
1.) Faktor internal
a) Aspek fisiologis
b) Aspek psikologis
2.) Faktor eksternal
a) Faktor lingkungan sosial
b) Faktor lingkungan nonsosial
Menurut Sabri (2011:60), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu :
1.) Faktor internal
a) Faktor fisiologis, seperti kondisi kesehatan dan kebugaran fisik, serta
kondisi panca inderanya terutama penglihatan dan pendengaran.
b) Faktor psikologis, seperti minat, bakat, intelegensi, motivasi, dan
kemampuan kognitif seperti kemampuan persepsi, ingatan, berpikir dan
kemampuan dasar pengetahuan yang dimiliki.
2.) Faktor eksternal
a) Faktor lingkungan
Faktor ini terbagi dua, yaitu pertama, faktor lingkungan alam atau non
sosial seperti keadaan suhu, kelembaban udara, waktu (pagi, siang, sore,
malam), letak madrasah, dan sebagainya. Kedua, faktor lingkungan sosial
seperti manusia dan budayanya.
b) Faktor instrumental
Yang termasuk faktor instrumental antara lain gedung atau sarana fisik
kelas, sarana atau alat pembelajaran, media pembelajaran, guru, dan
kurikulum atau materi pelajaran serta strategi pembelajaran.
Tinggi rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi banyak faktor yang ada,
baik yang bersifat internal maupun eksternal. Faktor tersebut sangat
mempengaruhi upaya pencapaian hasil belajar dan mendukung terselenggaranya
kegiatan proses belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan
pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa sebagai berikut :
12
13

1.) Faktor internal yakni kondisi jasmani dan rohani siswa.


2.) Faktor eksternal yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.

2.2.5 Cara Mengukur Hasil Belajar

Penilaian dalam pembelajaran berfungsi untuk mengukur hasil belajar


siswa, perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar
guru, dan keberhasilan pencapaian suatu program tertentu. Hasil belajar dapat
diukur dengan menggunakan dua teknik, yaitu tes dan non tes.
1.) Tes
Sudjana (2019:35) menyatakan bahwa tes adalah sebagai alat penilaian berupa
pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapatkan jawaban dari
siswa dalam bentuk lisan, bentuk tulisan, maupun tindakan. Menurut Sudjana
(2019:35) tes dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a) Tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawab dalam
bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan,
memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan
pertanyaan dengan menggunakan kata-kata sendiri.
b) Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan
secara objektif. Macam-macam tes objektif diantaranya menjodohkan,
pilihan ganda, benar salah dan tes isian (melengkapi dan uraian singkat).
Purwanto (2018:33), mengatakan bahwa tes dalam penelitian dapat dibedakan
menjadi , yaitu :
a) Entry behaviors test, yaitu suatu tes yang diadakan sebelum suatu
program pengajaran dilaksanakan, dan bertujuan untuk mengetahui sampai
batas mana penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki
siswa yang dapat dijadikan dasar untuk menerima program pengajaran
yang akan diberikan.
b) Pretest, yaitu tes yang diberikan sebelum pengajaran dimulai, dan
bertujuan untuk mengetahui sampai di mana penguasaan siswa terhadap
bahan pengajaran. Dalam hal ini fungsi pretest adalah untuk melihat

13
14

sampai di mana keefektifan pengajaran, setelah hasil pretest tersebut


nantinya dibandingkan dengan hasil posttest.
c) Posttest, yaitu tes yang diberikan setelah pengajaran selesai (berakhir).
Tujuan posttest ialah untuk mengatahui sampai di mana pencapaian siswa
terhadap bahan pengajaran setelah mengalami suatu kegiatan pengajaran.
Seperti yang telah disebutkan di atas, jika hasil posttest dibandingkan
dengan hasil pretest, maka keduanya berfungsi untuk mengukur sampai
sejauh mana keefektifan pelaksanaan program pengajaran. Guru dapat
mengetahui apakah kegiatan itu berhasil atau tidak.
d) Embedded test, yaitu tes yang dilaksanakan di sela-sela atau pada waktu
tertentu selama proses pengajaran berlangsung. Embedded test berfungsi
untuk mengetes siswa secara langsung sesudah suatu unit pengajaran
sebelum post-test, dan merupakan data yang berguna sebagai evaluasi
formatif bagi pengajaran tersebut. Tujuan kedua adalah berhubungan
dengan akhir tiap langkah kegiatan pengajaran, mengecek untuk kemajuan
siswa, dan jika diperlukan untuk kegiatan remidial sebelum diadakan post-
test. Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli di atas,
disimpulkan bahwa tes adalah alat yang digunakan untuk mengukur
pengetahuan dan penguasaan terhadap materi pelajaran yang telah
diberikan oleh guru kepada peserta didik dalam jangka waktu tertentu.
2.) Non Tes
Hasil belajar dan proses belajar tidak hanya dinilai oleh tes, tetapi juga dapat
dinilai oleh alat non tes. Menurut Sudjana (2019:67), secara umum alat
penilaian non tes dapat dibagi menjadi , yaitu :
a) Wawancara sebagai alat penilaian yang digunakan untuk mengetahui
pendapat, aspirasi, harapan, prestasi, keinginan, keyakinan, dan lain-lain
sebagai hasil belajar yang dijawab siswa secara lisan.
b) Kuesioner sebagai alat penilaian yang digunakan untuk mengetahui
pendapat, aspirasi, harapan, prestasi, keinginan, keyakinan, dan lain-lain
sebagai hasil belajar yang dijawab siswa secara tertulis. Kelebihan

14
15

kuesioner daripada wawancara adalah sifatnya yang praktis, hemat waktu,


tenaga dan biaya.
c) Skala sebagai alat untuk mengukur nilai, sikap, minat, dan perhatian.
Skala sendiri dibagi menjadi , yaitu skala penilaian dan skala sikap.
d) Observasi sebagai alat penilaian yang banyak digunakan untuk mengukur
tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat
diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.

2.3 Media Pembelajaran

2.3.1 Pengertian Media Pembelajaran

Sukiman (2012:29) mengartikan bahwa media pembelajaran adalah segala


sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta kemauan siswa
sedemikian rupa proses belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran secara efektif. Pendapat lain menurut Sani (2019:321) mengatakan
bahwa media pembelajaran adalah suatu alat atau cara yang digunakan oleh guru
kepada siswa selama proses belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Kustandi & Darmawan (2020:6) mendefinisikan media pembelajaran
adalah alat yang dapat membantu proses belajar yang berfungsi memperjelas
makna pesan yang disampaikan sehingga pembelajaran lebih baik dan sempurna.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan media pembelajaran merupakan
alat yang digunakan untuk menyampaikan isi materi pembelajaran dari guru
kepada siswa agar dalam proses belajar dapat mencapai tujuan pembelajaran.

2.3.2 Perkembangan Media Pembelajaran

Perkembangan media secara umum terdiri atas tiga generasi utama, yaitu:
(1) media pada generasi ini meliputi surat kabar/majalah; (2) radio, film, dan
televisi; dan (3) telematika komputer (Kustandi & Darmawan, 2020:7).

15
16

Ciri-ciri Media Generasi I:


a) Arus informasi satu arah
b) Informasi tercetak
c) Informasi langsung dapat dibaca
d) Informasi di atas kertas, papan dll
e) Daya rangsang rendah
f) Biaya operasional murah
g) Cara kerja mekanis-elektis
Ciri-ciri Media Generasi II:
a) Arus informasi satu arah
b) Informasi dalam bentuk audio, audiovisual, pita kaset
c) Informasi dapat dibaca dan didengar ketika disiarkan serta diputar ulang
d) Informasi di radio, layar televisi, monitor
e) Daya rangsang tinggi
f) Biaya operasional mahal
g) Cara kerja elektis
Ciri-ciri Media Generasi III:
a) Arus informasi dua arah
b) Informasi audio, audiovisual, vit kaset atau disket
c) Informasi dapat didengar dan dilihat ketika disiarkan atau diputar ulang
d) Informasi tayangan TV, layar monitor/komputer
e) Daya rangsang tinggi
f) Biaya operasional mahal
g) Cara kerja elektis

2.3.3 Ciri-ciri Media Pembelajaran

Menurut Gerlach & Ely (dalam Kustandi & Darmawan, 2020:10)


mengemukakan bahwa tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media
digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru
tidak mampu melakukannya.

16
17

a) Ciri Fiksatif (fixative Property)


Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan,
melestarikan, dan merekonstruksi. Suatu peristiwa atau objek dapat diurutkan
dan disusun kembali dengan media seperti fotografi, videotape, audio tape,
disket komputer, compact disk, dan film. Suatu objek yang telah diambil
gambarnya (direkam) dengan video dapat direproduksi dengan mudah kapan
saja diperlukan. Dengan ciri ini, media pembelajaran memungkinkan suatu
rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada satu waktu tertentu
ditransportasikan tanpa mengenal waktu.
b) Ciri Manipulatif (Manipulative Property)
Transformasi suatu kejadian yang dimungkinkan karena media pembelajaran
memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat
disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dipercepat atau
diperlambat dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording.
c) Ciri Distributif (Distributive Property)
Ciri ini memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui
ruang dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar
siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu.
Media tidak hanya terbatas pada satu kelas atau beberapa kelas pada sekolah-
sekolah, tetapi media itu misalnya rekaman video, disket komputer dapat
disebarkan ke seluruh penjuru tempat yang diinginkan kapan saja.

2.3.4 Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Menurut Levie & Lentz (dalam Kustandi & Darmawan, 2020:16)


mengemukakan bahwa empat fungsi media pembelajaran khususnya media visual,
yaitu fungsi atensi; fungsi afektif; fungsi kognitif; dan fungsi kompensatoris.
a) Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan
perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan
dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
Sering kali pada awal pelajaran siswa tidak tertarik dengan materi pelajaran

17
18

atau mata pelajaran itu merupakan salah satu pelajaran yang tidak disenangi
oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan.
b) Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika
belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual
dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang
menyangkut masalah sosial atau ras.
c) Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang
mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar
pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang
terkandung dalam gambar yang disediakan.
d) Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa
media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu
siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam
teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran
berfungsi untuk mengakomodasikan peserta didik yang lemah dan lambat
menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau
disajikan secara verbal.
Media pemebelajaran menurut Kemp & Dayton (dalam Kustandi &
Darmawan, 2020:17) dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu
digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar
jumlahnya, yaitu (a) memotivasi minat atau tindakan; (b) menyajikan informasi;
dan (c) memberi instruksi. Untuk memenuhi fungsi motivasi, media pembelajaran
dapat direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan. Untuk tujuan informasi,
media pembelajaran dapat digunakan dalam rangka penyajian informasi di
hadapan sekelompok siswa. Isi dan bentuk penyajian bersifat sangat umum,
berfungsi sebagai pengantar, ringkasan laporan, atau pengetahuan latar belakang.
Penyajian dapat pula berbentuk hiburan, drama, atau teknik motivasi.
Kustandi & Darmawan (2020:20) mengatakan beberapa manfaat praktis
dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai
berikut : (1) media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan
informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil
18
19

belajar; (2) media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian


siswa sehigga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi langsung antara
siswa dan lingkungannya, serta kemungkinan siswa untuk belajar sendiri sesuai
dengan kemampuan dan minatnya; (3) media pembelajaran dapat mengatasi
keterbatasan indra, ruang dan waktu.

2.3.5 Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran

Kustandi & Darmawan (2020:30) menyebutkan bahwa terdapat beberapa


tips yang dapat digunakan guru dalam melakukan pemilihan media pembelajaran
yang akan digunakan, sebagai berikut :
a) Menyesuaikan jenis media pembelajaran dengan materi kurikulum
b) Keterjangkauan dalam pembiayaan
c) Ketersediaan perangkat keras untuk pemanfaatan media pembelajaran
d) Ketersediaan media pembelajaran di pasaran
e) Kemudahan memanfaatkan media pembelajaran
Kustandi & Darmawan (2020:34) mengatakan bahwa terdapat 5 jenis prinsip
penggunaan dalam media pembelajaran, sebagai berikut :
a) Media berbasis manusia (guru, tutor, main peran, kegiatan kelompok, dll).
b) Media berbasis cetakan (buku, penuntun, buku latihan, lembar kerja, dan
lembaran lepas).
c) Media berbasis visual (buku charts, grafik, peta, figur/gambar, transparansi,
film bingkai atau slide).
d) Media berbasis audiovisual (video, film, slide bersama tape, televisi).
e) Media berbasis komputer (pembelajaran berbantuan komputer dan video
interaktif).

2.4 Prisma Leker Waiz

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Aniza & Siskawati
(2020:70), PRISMA LEKER WAIZ merupakan kepanjangan dari “Paket
Ringkasan Materi dengan Lembar Kerja Siswa beserta Quiz berbantuan
19
20

Proprofs”. PRISMA LEKER WAIZ dalam penelitian ini adalah sekumpulan dari
kesatuan materi secara umum dan pertanyaan-pertanyaan yang menuntut
pemecahan masalah dengan alat penilain berupa kuis yang disajikan berupa
latihan-latihan soal secara menarik. Sejarah singkat dari PRISMA LEKER WAIZ
adalah prisma melambangkan simbol dari unsur matematika. Matematika
merupakan ilmu pasti, jika tidak dapat diganggu gugat seperti leker bentuknya
bulat tidak akan berubah bentuk lainnya. Waiz merupakan stasiun radio intinya
alat sebagai penyampai informasi, penelitian ini menggunakan aplikasi proprofs.
Media ini dikembangkan berdasarkan materi pythagoras dengan
kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi sebagai berikut :
Tabel 2.1 Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar Pengetahuan Kompetensi Dasar Keterampilan


3.6 Menjelaskan dan 4.6 Menyelesaikan masalah yang berkaitan
membuktikan kebenaran dengan teorema pythagoras dan tripel
teorema pythagoras dan tripel pythagoras.
pythagoras.
IPK Pengetahuan IPK Keterampilan
3.6.1 Memeriksa kebenaran teorema 4.6.1 Menunjukkan perbandingan sisi pada
pythagoras. segitiga siku-siku dengan sudut khusus.
3.6.2 Penggunaan teorema 4.6.2 Menerapkan teorema pythagoras untuk
pythagoras. menyelesaikan masalah sehari-hari.
4.6.3 Mengidentifikasikan bangun ruang untuk
menyelesaikan teorema pythagoras.
Sumber : Aniza & Siskawati (2020:72)
Media ini juga memiliki tujuan pemebalajaran yang telah disesuaikan
dengan materi pythagoras sebagai berikut :
Tabel 2.2 Tujuan Pembelajaran

Tujuan Pembelajaran
1. Menunjukkan luas persegi dan luas segitiga siku-siku
2. Membuktikan kebenaran teorema Pythagoras
3. Menunjukkan perbandingan sisi pada segitiga siku-siku dengan sudut dan
4. Menunjukkan perbandingan sisi pada segitiga siku-siku dengan sudut
5. Menjelaskan penerapan bidang kartesius pada teorema Pythagoras
6. Mengidentifikasikan bangun ruang untuk menyelesaikan teorema Pythagoras
Sumber : Aniza & Siskawati (2020:73)

20
21

Media ini dirancang dalam dua bagian. Bagian pertama dirancang berupa
lembar kerja siswa elektonik PRISMA LEKER WAIZ. Lembar kerja siswa
tersebut berisi identitas (nama mata pelajaran, kelas/semester, materi pokok,
alokasi waktu, KI, KD, IPK, dan tujuan pembelajaran), peta konsep, ringkasan
materi 4 pertemuan, isi modul disusun mengikuti pendekatan saitifik (mengamati,
menanya, menggali informasi dan contoh), dan ada 6 jenis latihan soal
(menjodohkan, pilihan ganda, jawaban singkat, benar salah, melengkapi, dan
uraian) beserta kunci jawaban. Selain itu, lembar kerja siswa (LKS) elektronik ini
dirancang dengan ukuran berstandar ISO yakni ukuran ( ), isi
LKS menggunakan format penulisan font Times New Roman, font size 12, line
and paragraph spacing 1.15. Kemudian, bagian sampul dari LKS didesain
fullcolour agar mampu menarik perhatian siswa. Berdasarkan penjelasan bagian
pertama LKS elektronik PRISMA LEKER WAIZ dapat dilihat pada gambar 2.1.

Sumber : Aniza & Siskawati (2020), link youtube: https://youtu.be/AnwqdRPJZRQ


Gambar 2.1 LKS Elektronik PRISMA LEKER WAIZ
Bagian kedua adalah bagian utama yaitu quiz online PRISMA LEKER
WAIZ yang dirancang berbasis aplikasi proprofs quiz maker yang dapat di akses
melalui website dan playstore. Hal ini dilakukan karena aplikasi proprofs quiz
maker mudah digunakan baik dengan handphone atau computer sehingga dapat
memudahkan siswa dalam memainkan quiz online tersebut. Selain itu pada quiz
online berisi 5 jenis latihan soal (menjodohkan, pilihan ganda, jawaban singkat,
benar salah, dan melengkapi) beserta kunci jawaban. Setiap quiz online dibedakan
dengan 4 cover yang berfungsi mempermudah siswa dalam membedakan kuis

21
22

pertemuan pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Berdasarkan penjelasan bagian


kedua quiz online PRISMA LEKER WAIZ dapat dilihat pada gambar 2.2.

Sumber : Aniza & Siskawati (2020), link youtube: https://youtu.be/AnwqdRPJZRQ


Gambar 2.2 Quiz Online PRISMA LEKER WAIZ

2.5 Materi Pythagoras

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Aniza & Siskawati
(2020), media pembelajaran PRISMA LEKER WAIZ menggunakan materi
pythagoras, sebagai berikut :
Luas Persegi Luas Segitiga Siku-Siku

satuan luas

Teorema Pythagoras

Luas daerah persegi yang panjang sisinya adalah sisi miring suatu segitiga siku-
siku sama dengan jumlah luas daerah persegi yang panjang sisinya adalah sisi
siku-siku segitiga tersebut.
Untuk setiap segitiga siku-siku, berlaku kuadrat panjang sisi miring sama dengan
jumlah kuadrat panjang sisi siku-sikunya. Teorema Pythagoras tersebut
dirumuskan , jika siku-siku di .

22
23

Kebalikan Teorema Pythagoras Menentukan Jenis Suatu Segitiga

Untuk setiap segitiga jika jumlah kuadrat panjang dua sisi yang saling tegak lurus
sama dengan kuadrat panjang sisi miring maka segitiga tersebut merupakan
segitiga siku-siku. Untuk dengan panjang sisi-sisinya , , dan :
Jika , maka merupakan segitiga lancip di . Sisi
dihadapkan sudut .
Jika , maka merupakan segitiga siku-siku di . Sisi
dihadapkan sudut .
Jika , maka merupakan segitiga tumpul di . Sisi
dihadapkan sudut .
Tripel Pythagoras

Tripel Pythagoras adalah kelompok tiga bilangan bulat positif yang memenuhi
kuadrat bilangan terbesar sama dengan jumlah kuadrat dua bilangan lainnya.
Sudut 𝟑𝟎 dan Sudut 𝟔𝟎
Gambar 2.3(a) menggunakan teorema pythagoras diperoleh :

√( ) √ √
Dengan demikian, diperoleh perbandingan
√ √
Perbandingan tersebut dapat digunakan untuk menyelesaikan soal yang berkaitan
dengan segitiga siku-siku khusus.
Sudut 𝟒𝟓

Gambar 2.3(b) menggunakan teorema pythagoras diperoleh :

√ √ √
Dengan demikian, diperoleh perbandingan
√ √
Perbandingan tersebut dapat digunakan untuk menyelesaikan soal yang berkaitan
dengan segitiga siku-siku sama kaki.

23
24

Sumber : Aniza & Siskawati (2020), link youtube: https://youtu.be/AnwqdRPJZRQ


Gambar 2.3 Segitiga Siku-siku Sudut Khusus

2.6 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan penelitian terdahulu tentang proses pembelajaran yang


dilakukan secara daring di MTs. Ma’arif Ambulu. Beberapa guru kesulitan dalam
memberikan bahan ajar secara online khususnya pada mata pelajaran matematika
dan hasil belajar siswa rendah. Aisyanah & Kurniasari (2017:34) mengatakan
bahwa dalam dunia pendidikan menunjukkan hasil belajar siswa khususnya mata
pelajaran matematika kategori rendah. Dimana banyak siswa yang mengeluh
karena matematika dianggap sulit sehingga hasil belajar matematika belum
memuaskan. Hal ini dikarenakan kurang bervariasi strategi bahkan media
pembelajaran yang digunakan guru. Guru lebih mendominasi kelas sedangkan
pada K13 siswa harus lebih dominan dan pembelajaran lebih terfokus pada
pemecahan masalah. Yusri (2018) berpendapat bahwa hasil belajar siswa kategori
rendah dikarenakan kurangnya kemampuan pemecahan masalah terlihat saat
siswa menghadapi soal matematika yang baru, dimana siswa tidak bisa
menjelaskan langkah-langkah penyelesaian soal seperti menentukan rumus yang
akan digunakan, sulit menggunakan cara ataupun strategi berbeda untuk
menyelesaikan masalah. Selain itu, hasil belajar siswa kategori rendah juga
dikarenakan media pembelajaran yang monoton sehingga siswa merasa bosan dan
jenuh yang mengakibatkan sulit menimbulkan rasa ingin tahu terhadap konsep
matematika selama pembelajaran online.
Diperkuat dengan adanya fakta berdasarkan penelitian terdahulu
menunjukkan bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh siswa dalam mempelajari
24
25

matematika hanya sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh guru, sehingga dalam
menyelesaikan soal hanya sebatas mengikuti contoh soal yang diberikan. Hal
tersebut dikarenakan kurangnya pemahaman siswa pada materi yang diajarkan
oleh guru, akibatnya siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah.
Untuk mengatasi masalah tersebut, salah satu alternatif yang dapat digunakan
dalam proses pembelajaran adalah efektivitas penggunaan media pembelajaran
berbasis masalah. Menurut Wulandari, Yayat, et. al. (2020:270), Media
pembelajaran merupakan seperangkat benda konkret yang dirancang dan dibuat
secara sengaja digunakan untuk membantu mengembangkan konsep dalam
pembelajaran, sehingga media pembelajaran mampu mengatasi permasalahan
siswa, menarik perhatian siswa dan membantu siswa dalam memahami suatu
materi. Adanya pemilihan media pembelajaran yang tepat dan menarik maka
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Namun di tengah wabah
pandemi covid-19, menyebabkan sistem pendidikan dihadapkan dengan situasi
yang menuntut para guru untuk dapat menguasai media pembelajaran online
untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Kusuma (2020:98) menyatakan bahwa
sistem pembelajaran online menjadi salah satu solusi untuk mengatasi kesulitan
dalam pembelajaran secara langsung dengan adanya aturan social distancing.
Upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia selalu menjadi isu penting
dalam penyelenggaraan sistem pendidikan nasional. Salah satu peningkatan mutu
pendidikan adalah pembelajaran online. Istilah pembelajaran online tersebut
sudah lama diterapkan oleh para guru maupun siswa dalam suatu proses
pembelajaran yang dilakukan secara terpisah di luar kelas. Adapun kerangka
pemikiran dalam penelitian ini ditunjukkan dalam gambar 2.4 sebagai berikut.

25
26

Pembelajaran
matematika

Hasil belajar rendah

Siswa kurang mampu


Media pembelajaran
dalam memecahkan
monoton
masalah

Media pembelajaran
berbasis masalah

Pandemi Covid-19

Pembelajaran Online

Penerapan PRISMA
LEKER WAIZ
berbasis masalah

Ada pengaruh
Pengaruh media
PRISMA LEKER
WAIZ terhadap hasil
belajar matematika
siswa
Tidak ada pengaruh

Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran

2.7 Hipotesis

Istilah hipotesis dari bahasa yunani yang mempunyai dua kata ialah kata
hupo (sementara) dan thesis (pernyataan atau teori). Karena hipotesis merupakan
pernyataan sementara yang masih lemah kebenarannya. Kemudian menurut
Harnovinsah (2018) mengatakan bahwa hipotesis adalah sebagai dugaan terhadap
hubungan antara dua variable atau lebih. Pendapat lain menurut Sudjana (2019)

26
27

mengartikan hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai suatu hal yang dibuat
untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya.
Menurut Sugiyono (2018:413) mendefinisikan bahwa hipotesis penelitian
merupakan hipotesis kerja (hipotesis alternatif Ha dan Ho) yaitu hipotesis yang
dirumuskan untuk menjawab permasalahan. Ha diperoleh dari teori-teori yang ada
hubungannya dengan masalah penelitian dan belum berdasarkan fakta serta
dukungan data yang nyata di lapangan. Ho diperoleh dari hipotesis statistik yang
diuji kebenarannya menggunakan uji statistik. Berdasarkan definisi para ahli
diatas dapat disimpulkan hipotesis merupakan dugaan sementara yang harus diuji
lagi kebenarannya. Berpandangan dari hal tersebut maka dapat ditentukan
hipotesis awal dalam penelitian ini sebagai berikut :
Ha : Ada pengaruh media PRISMA LEKER WAIZ terhadap hasil belajar
matematika siswa
Ho : Tidak ada pengaruh media PRISMA LEKER WAIZ terhadap hasil belajar
matematika siswa

27
28

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian asosiatif dengan pendekatan


kuantitatif. Penelitian asosiatif bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh
antara variabel terhadap variabel . Penelitian ini nantinya akan mencari
pengaruh media PRISMA LEKER WAIZ terhadap hasil belajar matematika.
Selain itu, pada penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 1 Ambulu dan waktu
yang digunakan pada semester genap tahun ajaran 2020/2021. Desain penelitian
yang digunakan one group pretest posttest design dimana dalam rancangan ini
digunakan satu kelompok sampel (Suryabrata, 2011:101). Adapun desain dalam
penelitian ini dijelaskan melalui gambar 3.1 sebagai berikut :

Pretest Treatment Prosttest


𝑻𝟏 X 𝑻𝟐

Sumber : Suryabrata (2011:102)


Gambar 3.1 One Group Pretest Posttest Design
Ratmingsih (2016:31) membagi macam-macam desain penelitian
eksperimen menjadi tiga yaitu (a) pra-eksperimental, (b) true eksperimental, (c)
quasi eksperimental. Berikut penjelasan terkait beberapa penelitian eksperimen:
a) Pra-eksperimental
Desain ini menggunakan desain penelitian eksperimen pada umumnya, namun
tidak menggunakan kelompok kontrol. Desain yang termasuk pra-
eksperimental adalah studi kasus satu tembakan (the one shot case study); satu
kelompok prates-postes (one group pretest-posttest); dan perbandingan
kelompok statis (the static group comparison).

28
29

b) True eksperimental
Ada beberapa jenis desain penelitian dalam kategori ini, antara lain the
pretest-posttest control group design; the posttest only control group design;
the solomon four group design.
c) Quasi eksperimental
Desain eksperimen semu lebih baik dengan pra-eksperimen karena masih
menggunakan perbandingan kelompok, namun kelemahannya yaitu
randominasi. Dengan kata lain, penelitian semu tidak menerapkan
randominasi kelompok baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.
Jenis desain yang termasuk dalam kategori ini adalah the nonequivalent
control group design; the time series design; counterbalanced design.
Jadi, dapat disimpulkan penelitian ini termasuk jenis penelitian asosiatif yang
menggunakan pra-eksperimental, dikarenakan tidak menggunakan kelas kontrol.

3.2 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah suatu rangkaian, susunan, tatacara ataupun


suatu proses yang secara umum digunakan dalam melakukan sebuah penelitian
(Sugiyono, 2018:414). Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
mengambil sumber dari (Fadlia, 2012:23) diantaranya sebagai berikut :
1. Melakukan uji kualitas instrumen
a. Uji validitas
b. Uji reliabilitas
c. Daya pembeda
d. Tingkat kesukaran
2. Uji pra peneliti (Uji normalitas)
3. Memberikan pretest soal pythagoras uraian berupa file PDF
4. Penerapan media PRISMA LEKER WAIZ
a. Pertemuan 1, pada waktu mengajar guru menyediakan PPT dan penjelasan
melalui whatsapp group. Kemudian siswa diminta mempelajari materi
pythagoras dalam PPT tersebut. Setelah itu siswa mengamati

29
30

permasalahan, menanya, dan menggali informasi yang telah disediakan di


LKS elektronik. Untuk mengasah kemampuan siswa pada pertemuan
pertama bisa mengerjakan quiz online yang telah disediakan.
b. Pertemuan 2, pada waktu mengajar guru menyediakan PPT dan video
penjelasan via youtube. Kemudian siswa diminta mempelajari materi
pythagoras yang tersedia di dalam video tersebut. Selanjutnya siswa
mengamati permasalahan, menanya, dan menggali informasi yang telah
disediakan di LKS elektronik. Untuk mengasah kemampuan siswa pada
pertemuan kedua bisa mengerjakan quiz online yang telah disediakan.
5. Memberikan posttest soal pythagoras uraian berupa file PDF
6. Uji hipotesis penelitian
7. Penarikan kesimpulan
Adapun diagram alur prosedur dalam penelitian ini akan dijelaskan
melalui gambar 3.2 sebagai berikut :

30
31

Start

Uji kualitas Uji pra


instrumen penelitian

Memberikan pretest
soal pythagoras
uraian file PDF

Penerapan media
PRISMA LEKER
WAIZ

Pertemuan 2
Pertemuan 1
1. Pembelajaran
1. Pembelajaran
menggunakan media
menggunakan media
PRISMA LEKER WAIZ
PRISMA LEKER WAIZ
yang meliputi LKS
yang meliputi LKS
elektronik dan quiz online
elektronik dan quiz online
2. Penjelasan pada proses
2. Penjelasan pada proses
pembelajaran
pembelajaran
menggunakan bantuan
menggunakan bantuan
whatsapp, PPT, dan
whatsapp dan PPT
youtube

Memberikan posttest soal


pythagoras uraian file PDF

Uji hipotesis penelitian

Penarikan kesimpulan

Tidak ada pengaruh Ada pengaruh

Finish

Keterangan :
Start / Finish Proses pengambilan informasi Alur proses

Gambar 3.2 Diagram Alur Prosedur Penelitian

31
32

3.3 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini yaitu berupa variabel bebas (independent


variables) dan variabel terikat (dependent variables). Dalam penelitian ini, yang
berkedudukan sebagai variabel bebas ( ) yaitu media PRISMA LEKER WAIZ,
dan variabel terikatnya ( ) yaitu hasil belajar matematika.

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan suatu definisi yang diberikan pada sebuah


variabel dengan cara memberikan atau mengkhususkan kegiatan yang diperlukan
untuk mengukur variabel tersebut (Sugiyono, 2018:414). Adapun definisi
operasional dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1. Media PRISMA LEKER WAIZ
Media PRISMA LEKER WAIZ merupakan media pembelajaran berupa paket
ringkasan materi dengan lembar kerja siswa beserta quiz berbantuan proprofs.
Media ini memuat dua bagian yaitu LKS elektronik dan quiz online pada
materi pythagoras. LKS tersebut berisi identitas (nama mata pelajaran,
kelas/semester, materi pokok, alokasi waktu, KI, KD, IPK, dan tujuan
pembelajaran), peta konsep, ringkasan materi 4 pertemuan, isi modul disusun
mengikuti pendekatan saitifik (mengamati, menanya, menggali informasi dan
contoh), dan ada 6 jenis latihan soal (menjodohkan, pilihan ganda, jawaban
singkat, benar salah, melengkapi, dan uraian) beserta kunci jawaban.
Sedangkan quiz online berisi 5 jenis latihan soal (menjodohkan, pilihan ganda,
jawaban singkat, benar salah, dan melengkapi) beserta kunci jawaban. Namun
dalam penelitian ini mengambil 2 pertemuan pada LKS tersebut dikarenakan
pada penelitian asosiatif hanya mencari pengaruh. Sehingga 2 pertemuan pada
LKS tersebut cukup untuk mencari pengaruh dari hasil belajar matematika
siswa. Adapun penjelasan pada pertemuan tersebut di LKS elektronik
meliputi, yaitu pertemuan pertama membahas kebenaran teorema pythagoras,
pertemuan kedua membahas perbandingan sisi pada segitiga siku-siku dengan
sudut khusus ( ).
32
33

2. Hasil belajar matematika


Hasil belajar matematika merupakan suatu perubahan tingkah laku berupa
kognitif, afektif, dan psikomotorik yang merujuk pada pemberian ilmu
pengetahuan yang terstruktur dan terorganisasi pada proses pembelajaran
matematika yang bermakna melalui teori yang telah dibuktikan kebenaranya.
Hasil belajar matematika yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
perubahan tingkah laku berupa kognitif saja di karenakan masa pandemi.
Adapun hasil belajar matematika siswa dapat di peroleh dari hasil pemberian
pretest dan posttest soal pythagoras uraian berupa file PDF.

3.5 Dasar Pengambilan Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada prinsipnya adalah semua anggota kelompok manusia,


binatang, peristiwa atau benda yang tinggal bersama dalam sautu tempat secara
terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian (Sugiyono,
2018:414). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMPN 1 Ambulu
tahun ajaran 2020/2021 yang terdiri dari siswa putri dan putra. Sedangkan sampel
adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti (Sugiyono, 2018:414).
Pengambilan sampel hanya menggunakan 1 kelas saja yaitu kelas VIIIA SMPN 1
Ambulu. Pengambilan sampel tersebut menggunakan cara yang dijelaskan pada
desain penelitian yaitu one group pretest posttest design dimana dalam rancangan
ini digunakan satu kelompok sampel (Suryabrata, 2011:101). Dikarenakan
penelitian asosiatif tujuannya mencari pengaruh antara variabel dan merupakan
penelitian eksperimen semu diperbolehkan menggunakan 1 kelas saja.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah tahap proses riset dimana peneliti


menerapkan cara dan teknik ilmiah tertentu dalam rangka mengumpulkan data
secara sistematis guna keperluan analisis (Sugiyono, 2018:415). Penelitian ini
menentukan metode pengumpulan data kuantitatif dimana data bersifat angka atau

33
34

numerik. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi tes dan dokumentasi.
1) Metode tes
Tes adalah semua perangkat latihan yang diberikan oleh guru untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama proses pembelajaran (Sudjana,
2019:40). Teknik tes dilakukan untuk memperoleh data nilai siswa berupa
angka yang akan dilaksanakan pada awal pertemuan dan akhir pertemuan
dalam pembelajaran matematika melalui penerapan media PRISMA LEKER
WAIZ. Adapun penjelasan terkait tes tersebut yaitu dilakukan 2 kali dimana
tes awal sebelum diberi treatment media PRISMA LEKER WAIZ (pretest)
dan tes akhir sesudah diberi treatment media PRISMA LEKER WAIZ
(posttest). Kedua tes tersebut memiliki soal sama persis, yaitu soal uraian yang
berjumlah soal. Serta pengambilan soal tetap meliputi materi yang telah
diberikan kepada siswa selama proses pembelajaran.
2) Metode dokumentasi
Dokumentasi merupakan alat bantu yang digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data-data dalam bentuk dokumen yang memuat garis besar
atau kategori data yang akan dicari. Data dokumentasi bisa berupa literatur,
buku harian, notulen, audio, video dan foto (Sugiyono, 2018:213). Adapun
dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa daftar-daftar terkait
data siswa dan guru, daftar nilai siswa, foto pelaksanaan selama penelitian dan
hasil belajar siswa selama proses pembelajaran matematika menggunakan
media PRISMA LEKER WAIZ.

3.7 Metode Analisis Data

Metode analisis data adalah suatu cara untuk mengolah sebuah data
menjadi informasi sehingga karakteristik data tersebut menjadi mudah dipahami
dan juga bermanfaat untuk menemukan solusi permasalahan, utamanya masalah
tentang sebuah penelitian (Sugiyono, 2018:415). Metode analisis data yang

34
35

digunakan dalam penelitian ini meliputi uji kualitas instrumen, uji pra penelitian,
dan uji hipotesis penelitian.
1) Uji kualitas instrumen
Uji kualitas instrumen yaitu uji yang dilakukan sebelum instrumen
digunakan dalam penelitian. Uji kualitas instrumen yang dimaksud dalam
penelitian ini merupakan uji validitas, uji reliabilitas, daya pembeda dan
tingkat kesukaran yang dilakukan terhadap siswa bukan sampel penelitian. Hal
tersebut bertujuan untuk mengetahui instrumen yang digunakan valid, reliabel
serta memenuhi kriteria daya pembeda dan tingkat kesukaran saat dilakukan
terhadap siswa yang merupakan sampel penelitian. Selain itu, instrumen
tersebut akan di validasi oleh ahli materi yaitu dosen matematika dan guru
matematika apakah instrumen layak digunakan kepada siswa. Adapun skor
penilaian dan kriteria penilaian lembar validasi instrumen sebagai berikut :
Skor Penilaian :

( )

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian


Interval rata-rata skor Kriteria
Sangat Layak
Layak
Cukup Layak
Kurang Layak
Tidak Layak
Sumber : Krismasari (2016:100)
Kriteria ahli materi atau validator sebagai berikut :
Tabel 3.2 Kriteria Validator
Validator Kriteria Bidang Ahli

Dosen Lulusan S2 Ahli pembelajaran matematika

Guru Lulusan S1 Ahli pembelajaran matematika SMP


Sumber : Sarjianto (2017:28)
a) Uji validitas
Uji validitas merupakan derajat ketetapan antara data yang sesungguhnya
terjadi pada objek dengan data yang dikelompokan. Uji ini digunakan
35
36

untuk mengetahui apakah setiap butir dalam instrumen itu valid


(Sugiyono, 2018:226). Perhitungan uji validitas pada penelitian ini
menggunakan bantuan SPSS versi 20. Hipotesis uji validitas (Soal
nomer 1 sampai 10 valid) dan (Soal nomer 1 sampai 10 tidak valid).
Adapun kriteria pengambilan kesimpulan uji validitas diantaranya
meliputi: (1) Jika diterima ditolak maka
instrumen tidak valid; (2) Jika diterima ditolak
maka instrumen valid; (3) Dimana yang digunakan berupa
(Trihendradi, 2013:199).
b) Uji reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan hasil pengukuran tingkat konsistensi dari suatu
instrumen dengan menggunakan objek yang sama akan menghasilkan
data yang sama. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah setiap butir
dalam instrumen itu reliabel (Sugiyono, 2018:226). Perhitungan uji
reabilitas pada penelitian ini menggunakan bantuan SPSS versi 20.
Hipotesis uji reliabilitas (Soal nomer 1 sampai 10 reliabel) dan
(Soal nomer 1 sampai 10 tidak reliabel). Adapun kriteria pengambilan
kesimpulan uji reabilitas diantaranya meliputi: (1) cronbach’s alpha atau
product moment atau diterima ditolak maka
instrumen tidak reliabel; (2) cronbach’s alpha atau product
moment atau diterima ditolak maka instrumen reliabel
(Trihendradi, 2013:203).
c) Daya pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah (Irawati, 2016:48). Rumus mencari daya pembeda :

Keterangan :
Indeks daya pembeda
Jumlah skor siswa kelompok atas
36
37

Jumlah skor siswa kelompok bawah


Banyak siswa kelompok atas yang menjawab benar
Banyak siswa kelompok bawah yang menjawab benar
Proporsi siswa kelompok atas yang menjawab benar

Proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab benar

Tabel 3.3 Klasifikasi Daya Pembeda


Klasifikasi Daya Pembeda
Sangat Jelek (SJ)
Jelek (J)
Cukup (C)
Baik (B)
Sangat Baik (SB)
Sumber : Irawati (2016:49)
d) Tingkat kesukaran
Tingkat kesukaran bertujuan untuk mengetahui apakah soal tersebut
tergolong mudah, sedang, sukar. Tingkat kesukaran merupakan bilangan
yang menunjukan sukar atau mudahnya suatu soal (Irawati, 2016:49).
Rumus mencari tingkat kesukaran :

Keterangan :
Indeks tingkat kesukaran
Banyak siswa yang menjawab benar
Jumlah seluruh siswa tes

Tabel 3.4 Klasifikasi Tingkat Kesukaran


Klasifikasi Tingkat Kesukaran
Sukar (S)
Sedang (Sd)
Mudah (M)
Sumber : Irawati (2016:49)

37
38

2) Uji pra penelitian


Uji pra penelitian yaitu uji yang dilakukan sebelum penelitian
dilaksanakan. Uji pra penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini
menggunakan uji normalitas. Uji normalitas merupakan sebuah uji yang
dilakukan dengan tujuan untuk menilai sebaran data pada sebuah kelompok
atau variabel tersebut berdistribusi normal. Uji ini digunakan untuk
mengetahui apakah sampel yang diambil berasal dari populasi yang
berdistribusi normal (Sugiyono & Susanto, 2017:321). Perhitungan uji
normalitas pada penelitian ini menggunakan bantuan SPSS versi 20. Hipotesis
uji normalitas (Kelas berdistribusi normal) dan (Kelas tidak
berdistribusi normal). Adapun kriteria pengambilan kesimpulan uji normalitas
diantaranya meliputi: (1) Jika diterima ditolak maka sampel
yang diambil berasal dari populasi normal; (2) Jika diterima
ditolak maka sampel yang diambil berasal dari populasi tidak normal; (3)
Dimana yang digunakan berupa (Trihendradi, 2013:56).
Selain itu, uji normalitas memiliki tujuan lain yaitu untuk menentukan
rumus statistik parametris dan non parametris. Adapun kriteria statistik
parametris yaitu membutuhkan terpenuhi banyak asumsi, di antaranya asumsi
yang utama yaitu data yang di analisis harus berdistribusi normal. Sedangkan
kriteria statistik non parametris tidak menuntut terpenuhi banyak asumsi yaitu
data yang di analisis tidak harus berdistribusi normal dan penggunaan salah
satu tes tidak diharuskan data homogen (Sugiyono, 2018:229). Dalam
perhitungan statistik parametris dan non parametris dapat menggunakan
bantuan SPSS versi 20. Menurut Trihendradi (2013:89) ukuran data pada uji
statistik parametrik adalah scale yang memakai mean (rata-rata) sebagai nilai
tengah. Dengan bantuan SPSS memampukan kita melakukan berbagai uji
statistik parametrik meliputi: One Sample T Test, Independent Sample T Test,
Paired Sample T Test dan Analisis Varian. Sedangkan pada uji statistik non
parametrik ukuran data yang digunakan adalah nominal atau ordinal, sehingga
nilai pemusatan data juga tidak harus mean (rata-rata) mengingat jarak di
antara nilai skala juga belum tentu sama. Dengan bantuan SPSS memampukan
38
39

kita melakukan berbagai uji statistik non parametrik meliputi: Uji Chi Square,
Binomial, Runs, One Sample Kolmogorov-Smirnov, Two Independent Sample
Test, K Independent Samples Test, Two Related Samples, dan K Related
Samples (Trihendradi, 2013:107).
3) Uji hipotesis penelitian
Hipotesis penelitian merupakan hipotesis kerja (hipotesis alternatif Ha dan
Ho) yaitu hipotesis yang dirumuskan untuk menjawab permasalahan. Ha
diperoleh dari teori-teori yang ada hubungannya dengan masalah penelitian
dan belum berdasarkan fakta serta dukungan data yang nyata di lapangan. Ho
diperoleh dari hipotesis statistik yang diuji kebenarannya menggunakan uji
statistik (Sugiyono, 2018:413). Hipotesis dalam penelitian ini yaitu Ha (Ada
pengaruh media PRISMA LEKER WAIZ terhadap hasil belajar matematika
siswa) dan Ho (Tidak ada pengaruh media PRISMA LEKER WAIZ terhadap
hasil belajar matematika siswa). Untuk menguji hipotesis tersebut dengan
membandingkan antara nilai pretest dan posttest pada sampel yaitu kelas
VIIIA SMPN 1 Ambulu. Pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan uji test (paired sample test) berbantuan SPSS versi 20.
Adapun kriteria pengambilan kesimpulan uji test diantaranya meliputi: (1)
Jika Ho diterima Ha ditolak maka tidak ada pengaruh; (2) Jika
Ha diterima Ho ditolak maka ada pengaruh; (3) Dimana yang
digunakan berupa (Trihendradi, 2013:97).

39

Anda mungkin juga menyukai