RB/PWK
5
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat, inayah, taufik dan hinayah Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca mengenai Teori Lokasi Von Thunen.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki masih sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
5
Keberadaan Kota Bandar Lampung yang merupakan ibukota Provinsi
Lampung selain menjadi pusat pemerintahan juga menjadi pusat kegiatan
perekonomian, pendidikan, perdagangan, dan sektor informal. Dengan kodisi
demikian maka banyak para pendatang dari daerah sekitar maupun dari luar
daerah yang datang ke Surabaya dengan tujuan untuk bekerja, sekolah, berdagang,
dan sebagainya. Keadaan ini di satu sisi menimbulkan masalah tempat tinggal
bagi masyarakat pendatang, tetapi di sisi lain merupakan peluang bagi
pengembang perumahan untuk menyediakan sarana hunian dengan membangun
perumahan-perumahan yang dibutuhkan.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dasar dasar penentuan lokasi menurut teori Von
Thunen
2. Untuk pengetahui pengaruh harga lahan dengan harga pasar
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori Von Thunen
dalam menentukan lokasi
6
1.4.2 Ruang Lingkup Materi
Dalam makalah ini kami membahas tentang pengaruh sewa
lahan terhadap harga pasar yang dijelaskan dalam teori Von
Thunen.
7
BAB II
TEORI DASAR
1. Kota terletak pada dataran yang seragam dan homogeny dimana lahan
memiliki tingkat kesuburan yang sama di semua tempat.
8
2. Kota tidak memiliki batas ruang sehingga dapat dianggap sebagai sebuah
titik.
3. Pemilik lahan memiliki informasi sempurna tentang harga, biaya
transportasi dan metode produksi dan berperilaku memaksimalkan
keuntungan.
4. Tidak ada barang antara (keterkaitan antar industry) dan biaya produksi
konstan terhadap ruang.
5. Seluruh harga dan biaya transportasi satuan adalah konstan.
6. Kota menganut sistem pasar tunggal yang terpusat di CBD.
7. Tidak ada skala ekonomi dalam produksi.
8. Tipe pemukiman adalah padat dipusat wilayah (pusat pasar) dan makin
kurang padat apabila menjauh dari pusat wilayah
9
Ilustrasi Teori Von Thunen
Zona-zona yang konsentris yang dibentuk menggambarkan
penggunaan lahan:
Zona kesatu yang paling mendekati kota/pasar, diusahakan
tanaman yang mudah rusak (highly perishable) seperti sayuran
dan kentang(free cash cropping)
Zona kedua merupakan hutan dengan hasil kayu (foresting)
Zona ketiga menghasilkan biji-biji seperti gandum, dg hasil yang
relatif tahan lama dan ongkos transportasi murah
Zona keempat merupakan lahan garapan dan rerumputan, yang
ditekankan pada hasil perahan seperti susu, mentega dan keju
Zona kelima untuk pertanian yang berubah-ubah, dua sampai tiga
jenis tanaman
Zona keenam, berupa lahan yang paling jauh dari pusat, digunakan
untuk rerumputan dan peternakan domba dan sapi.
Gambar 2 Kurva perbedaan sewa tanah sesuai dengan perbedaan jarak ke pasar
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa harga sewa tanah yang paling
mahal terdapat di pusat pasar.
10
Perkembangan dari teori von thunnen selain harga tanah yang tinggi di
pusat kota dan makin menurun bila makin menjauh dari pusat kota, juga adalah
harga tanah tinggi pada jalan-jalan utama. Makin tinggi kelas jalan utama, maka
semakin tinggi sewa tanah disekitarnya. Namun, akan ada kantong-kantong lokasi
yang menimpang dari ketentuan karena disebabkan oleh beberapa faktor.
Atau
Karena harga pasar dan ongkos produksi per unit komoditas dan per unit
jarak adalah konstan untuk komoditas yang sama, maka :
11
Dimana ongkos transportasi ditemukan oleh jarak lokasi lahan pertanian
dari CDB
Dalam teori von Thunen ini, terdapat beberapa asumsi yang sudah
tidak relevan lagi, diantaranya adalah :
12
1. Jumlah Pasar di daerah pengamatan tidak hanya ada 1
market centre, tetapi 2 pusat dimana petani dapat menjual
komoditinya.
2. Topografis Kondisi Topografi dan kesuburan tanah tidak
selalu sama, pada dasarnya kondisi ini selalu berbeda untuk
tiap-tiap wilayah pertanian. Jadi untuk hasil pertanian yang
akan diperoleh juga akan berbeda pula.
3. Biaya Transportasi Keseragaman biaya transportasi ke
segala arah dari pusat kota yang sudah tidak relevan lagi,
karena tergantung dengan jarak pemasaran dan bahan baku,
dengan kata lain tergantung dengan biaya transportasi itu
sendiri (baik transportasi bahan baku dan distribusi barang).
4. Petani tidak semata-mata ‘profit maximization’
Petani yang berdiam dekat dengan daerah perkotaan
mempunyai alternative komoditas pertanian yang lebih
banyak untuk diusahakan. Sedangkan petani yang jauh dari
perkotaan mempunyai pilihan lebih terbatas.
13
BAB III
PEMBAHASAN
1. Terdapat suatu daerah terpencil yang terdiri atas daerah perkotaan dengan
daerah pedalamannya dan merupakan satu-satunya daerah pemasok
kebutuhan pokok yang merupakan komoditi pertanian. – isolated stated;
2. Daerah perkotaan tersebut merupakan daerah penjualan kelebihan
produksi daerah pedalaman dan tidak menerima penjualan hasil pertanian
dari daerah lain. – single market;
3. Daerah pedalaman tidak menjual kelebihan produksinya ke daerah lain
kecuali ke daerah perkotaan. – single destination;
14
4. Daerah pedalaman merupakan daerah berciri sama (homogenous) dan
cocok untuk tanaman dan peternakan dalam menengah;
5. Daerah pedalaman dihuni oleh petani yang berusaha untuk memperoleh
keuntungan maksimum dan mampu untuk menyesuaiakan hasil tanaman
dan peternakannya dengan permintaan yang terdapat di daerah perkotaan.
– maximum oriented;
6. Satu-satunya angkutan yang terdapat pada waktu itu adalah angkutan darat
berupa gerobak yang dihela oleh kuda. – one moda transportation;
7. Biaya angkutan ditanggung oleh petani dan besarnya sebanding dengan
jarak yang ditempuh. Petani mengangkut semua hasil dalam bentuk segar.
– equidistant.
15
Pola Penggunaan Lahan dari von Thunen
Di sekitar kota akan ditanam produk-produk yang kuat
hubungannya dengan nilai (value), dan karenanya biaya transportasinya
yang mahal, sehingga distrik di sekitarnya yang berlokasi lebih jauh tidak
dapa menyuplainya. Ditemukan juga produk-produk yang mudah rusak,
sehingga harus digunakan secara cepat. Semaikn jauh dari kota, lahan akan
secara progresif memproduksi barang dengan biaya transportasi murah
dibandingkan dengan nilainya. Dengan alasan tersebut, terbentuk
lingkaran-lingkaran konsentrik di sekeliling kota, dengan produk
pertanian utama tertentu. Setiap lingkaran produk pertanian, sistem
pertaniannya akan berubah, dan pada berbagai lingkaran akan ditemukan
sistem pertanian yang berbeda.
Konsep von Thunen pada dasarnya menjelaskan bahwa
penggunaan lahan sangat ditentukan oleh biaya angkut produk yang
diusahakan yang pada akhirnya menentukan sewa ekonomi tanah (land
rent). Dalam hal konsep sewa tanah ini, begawa ekonomi Paul Samuelson
(1976) mengatakan bahwa konsep von Thunen masih lebih orisinil
dibandingkan dengan dengan teori sewa tanah yang dikembangkan oleh
David Ricaedo, The Principles of Political Economy and Taxation, tahun
1911.
16
lokasinya berdekatan dengan jalan lingkungan tertata berdasar
blokplan, saluran drainase, jaringan listrik, jaringan PDAM, juga
tamanlingkungan, dan lainnya membuat harga tanah semakin
istimewa.
2. Penguasaan Tanah oleh Beberapa Pihak
Kenyataannya harga tanah bisa meningkat disebabkan oleh
penguasaan tanah yang dilakukan beberapa pihak.pihak-pihak tertentu
ini biasanya adalah para pengembang, investor serta kumpulanpemilik
modal. Mereka bisa membeli lahan dalam skala ribuan hektar
kemudian diolah dan dijual kembali. Dengan begitu mereka bisa
meraup keuntungan dua hingga tiga kali lipat.
3. Meningkatnya Permintaan Properti
Permintaan pembangunan properti terutama perumahan menjadi
salah satu faktor penyebab harga tanah meningkat.
Pasalnya,perkembangan property di Indonesia terus meningkat,
khususnya di Jakarta. Saat ini hampir semua jenis rumah diminati
masyarakat.
4. Terletak di Kawasan Padat Penduduk.
Bagi Anda pemilik tanah yang terletak di kawasan padat penduduk
harga tanah akan cenderung terus meningkat. Hal ini diperkuat fakta
bahwa tanah yang terletak di kawasan penduduk lazimnya menuai
aktivitas. Pembangunan dan ekonomi lebih tinggi dari ada kawasan
yang kurang padat penduduk. Semakin maju kawasannya maka akan
semakin mahal harga tanahnya. Tanah yang berada di kawasan padat
penduduk atau perumahan pasti memiliki legalitas yang lebih lengkap
dan aman, melindungi pemiliknya disbanding tanah biasa. Legalitas
utama terwujud dalam bentuk Sertifikat Hak Milik (SHM).
5. Keberadaan Benda-benda di atas Tanah
Ternyata meningkatnya harga tanah juga dipengaruhi oleh
keberadaan benda-benda yang terletak diatasnya. Benda-benda tersebut
bisa berupa bangunan tertentu maupun tanaman yang bernilai
ekonomis serta produktif. Faktor ini memang masih disangsikan
17
masyarakat. Nyatanya, dengan adanya tanaman produktif dan
ekonomis seperti kelapa, karet, coklat, hingga sawit mumpuni
meningkatnya harag tanah. Apalagi tanaman tersebut bisa
dibudidayakan dan menghasilkan keuntungan pula.
6. Tingginya Biaya Pematangan Lahan
Harga tanah yang melejit, terpacu karena rumitnya pengurussan
dan perizinan di belakang. Ada biaya-biaya lain yang ikut melekat saat
mengurus pematangan lahan. Jadi, Anda bukan hanya harus membayar
biaya pembelian tanah saja melainkan ada pula biaya registrasi,
sertifikat hingga perizinan pengembangan di atasnya. Tujuan dari
pengeluaran biaya-biaya lainnya tersebut demi membantu pematangan
lahan suapaya tanah yang dimiliki atau beli terbebas dari persoalan
izin illegal.
Jadi jika harga lahan semakin tinggi maka akan tinggi pula harga
pasar dari suatu perumahan yang ingin kita beli. Diatas adalah faktor-
faktotr yang meningkatnya harga suatu lahan. Dan akan berpengaruh
terhadap harga pemasaran.
18
berbagai kegiatan
perekonomian.
Antara produksi
dan konsumsi
telah terbentuk
usaha bersama
menyangkut
pemasarannya
19
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
Teori Von Thunen menjelaskan bahwa pertanian
berhubungan dengan pola tata guna lahan di wilayah sekita pusat
pasar atau kota, harga sewa suatu lahan akan berbeda-beda
nilainya tergantung tata guna lahannya. Lahan yang berada pada
pusat pasar atau kota memiliki sewa lahan lebih mahal
dibandingkan yang jauh dari pusat pasar. Karna semakin jauh dari
pusat pasar maka meningkatkan biaya transportasi. Dalam teori ini
yang sangat ditekankan adalah harga sewa lahan terhadap jarak
pasar, dikarnakan tingginya biayanya trasnportasi. Harga dan lahan
dari tahun ketahun akan semakin mahal dikarnakan jumlah
permintaan yang tinggi sedangkan jumlah tetap.
Dalam teori Von Thunen ini terdapat beberapa kelemahan
yang yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi saat ini, seperti
semakin majunya moda trasnportasi saat ini yang menyebabkan
jarak bukanlah menjadi suatu penghalang lagi sehingga teori ini
akan kurang relevan dengan kondisi digitalisasi saat ini, kemudian
adalah kondisi topografi setiap daerah akan berbeda-beda sehingga
menyebabkan hasil pertanian setiap daerah akan berbeda-beda.
Akan tetapi untuk kondisi saat ini harga perumahan yang menjadi
study kasus kami mengemukakan bahwa harga perumahan yang
semakin dekat dengan pusat kota masih tetap mahal berbeda
dengan permahan yang jauh dari pusat kota misalnya pada studi
kasus kami adalah daerah korpri.
20
4.2 SARAN
1. Teori Von Thunen pada saat ini dalam era revolusi industri akan
semakin melemah dikarnakan kemajuan digitalisasi saat ini makan
diperlukannya pengkajian ulang tentang teori lokasi Von Thunen.
2. Jarak bukanlah menjadi sebuah masalah pada saat ini, trasnportasi
sudah sanggat bermacam-macam jenisnya sehingga kemudahan
menuju suatu tempat dapat lebih cepat dan murah.
21
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardjo. 2010. Pembangunan Kawasan dan Tata Ruang. Graha
Ilmu: Yogyakarta.
www.rumah.com/faktor-penting-penentu-meningkatnya-harga-tanah
www.academia.edu/27608030/TEORI_LOKASI
smartestary14.wordpress.com/2012/11/23/dasar-teori-von-thunen/
22