NIM : 171910501048
JUDUL : PENGARUH POLA JARINGAN JALAN SEBAGAI PEMBENTUK ZONE MODEL STRUKTUR
BANYUWANGI
i
MORFOLOGI KOTA
Di Kerjakan Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2018
ii
DAFTAR ISI
JUDUL...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
KATA PENGANTAR.............................................................................................vi
RINGKASAN.......................................................................................................vii
BAB I PENDAHULAN...........................................................................................1
1.3. Tujuan........................................................................................................3
iii
2.2.6. Linkage Kolektif..............................................................................11
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................18
BAB V KESIMPULAN.........................................................................................22
LAMPIRAN PETA................................................................................................23
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pola Konfigurasi Massa Bangunan (Solid) Dan Ruang Terbuka
(Void).....................................................................................................................7
v
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas Karya Tulis Ilmiah pada mata kuliah
Morfologi Kota dengan dengan baik. Makalah ini berjudul “Pengaruh Pola
Jaringan Jalan Sebagai Pembentuk Zone Model Struktur Banyuwangi”
1. Bapak Ivan Agusta Farizkha S.T, M.T dan Ibu Dr. Rr. Dewi Junita K.
S.T.,M.T. selaku Dosen pengajar pada mata kuliah Morfologi Kota.
Tiada yang sempurna tanpa adanya kesalahan oleh Karena itu, penulis
harapkan kritik dan saran dari semua pihak perbaikan dimasa yang akan datang.
Akhir kata, semoga penulis laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
bagi perkembangan ilmu teknologi di masa yang akan datang.
vi
RINGKASAN
Morfologi terdiri dari dua suku kata, yaitu morf yang berarti bentuk dan logos
yang berarti ilmu, Sedangkan kota merupakan kawasan pemukiman yang secara
fisik ditunjukan oleh kumpulan rumah – rumah yang mendominasi tata ruangnya
dan memiliki berbagai fasilitas untuk mendukung kehidupan warganya secara
mandiri. Secara Umum morfologi kota merupakan ilmu terapan yang mempelajari
tentang sejarah terbentuknya pola suatu kota atau ilmu yang mempelajari tentang
perkembangan suatu kota. Bentuk morfologi kawasan tercermin pada pola tata
ruang, bentuk arsitektur bangunan, serta elemen – elemen fisik kota. Carmona et
al (2003: 61) menjelaskan bahwa “morfologi adalah studi mengenai form dan
shape. Form berarti bentuk yang dapat diamati dan merupakan konfigurasi dari
beberapa objek, sementara shape adalah fitur geometrik atau bentuk eksternal dan
outline dari sebuah benda.” Banyuwangi merupakan salah satu kota yang
memiliki perkembangan dari segi struktur dan aksesbilitas sehingga dalam
perkembangan tersebut Banyuwangi memiliki zone modelnya yang terbangun.
Zone model merupakan gambaran dari karakteristik yang dimiliki oleh wilayah
perkotaan yang selalu mengalami perkembangan. Zone model memiliki beberapa
teori seperti Teori kosentrik, Teori Sektoral, Teori Lipat Ganda, Teori Guttenberg,
dan Teori Tempat Sentral Walter Christaller. Zone model merupakan aspek
penting yang harus di ketahui oleh pemerintah karena hal ini dapat mengkibatkan
perkembangan kota menurut aksesbilitas maupun pusat pelayananya. Dalam
melakukan pengidentifikasian zone model di Kota Banyuwangi di lakukan dengan
teknik pengumpulan data Snow Ball, Sehingga data yang di dapat akan lebih
banyak.
vii
BAB I
PENDAHULAN
1.1. Latar Belakang
Morfologi terdiri dari dua suku kata, yaitu morf yang berarti bentuk dan
logos yang berarti ilmu, Sedangkan kota merupakan kawasan pemukiman
yang secara fisik ditunjukan oleh kumpulan rumah – rumah yang
mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk
mendukung kehidupan warganya secara mandiri. Secara Umum morfologi
kota merupakan ilmu terapan yang mempelajari tentang sejarah
terbentuknya pola suatu kota atau ilmu yang mempelajari tentang
perkembangan suatu kota. Bentuk morfologi kawasan tercermin pada pola
tata ruang, bentuk arsitektur bangunan, serta elemen – elemen fisik kota.
Carmona et al (2003: 61) menjelaskan bahwa “morfologi adalah studi
mengenai form dan shape. Form berarti bentuk yang dapat diamati dan
merupakan konfigurasi dari beberapa objek, sementara shape adalah fitur
geometrik atau bentuk eksternal dan outline dari sebuah benda.”
Perkembangan suatu kota dapat di lihat dari beberapa dasar teori seperti
morfologi kota, struktur kota, dan image kota. Struktur kota adalah pola atau
wujud yang terbangun dari sebaran kegiatan perkotaan atau komponen
pembentuk kota. Struktur kota di pengaruhi olleh beberapa hal seperti pola
jaringan jalan, daya dukung lahan, sebaran sumber daya alam,
kebijaksanaan pemerintah dan lain lain. Menurut Danang Endarto, Hal. 209
“Teori Tentang Struktur Ruang Kota Ialah Hubungan interaksi antara
manusia dengan lingkungannya mengakibatkan adanya pola penggunahan
lahan yang beraneka ragam. Hal ini disebabkan karena situasi dan kondisi
lahan yang berbeda-beda sehingga menuntut manusia yang
mengggunakannya harus menggunakan cara penggunaan yang berbeda pula.
Penggunaan alam sekitar harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang
meliputi keadaan fisik lingkungan, keadaan sosial dan keadaan dari segi
ekonomi. Nah, sehubungan dengan hal ini, munculah beberapa teori seperti
teori konsentris, sektoral, inti ganda, konsektoral, poros dan historis.” Salah
1
satu kota yang berkembang dari aspek struktur kotanya ialah kota
banyuwangi di kawasan simpang lima dan taman Sritanjung.”
2
3) Bagaimana perkembangan Struktur (zone model) kota Banyuwangi
menurut Periodesasi?
1.3. Tujuan
1) Mengetahui Pengaruh aspek pola jaringan jalan terhadap struktur kota
Banyuwangi
2) Mengetahui Zone Model Di kota Banyuwangi kawasan Simpang lima
dan taman sritanjung yang tercipta oleh perkembangan Aspek pola
jaringan jalan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Morfologi
Kata Morfologi berasal dari bahasa Yunani yaitu morphos, yang berarti
bentuk atau form dalam bahasa inggris. Pengertian kata morfologi adalah
ilmu tentang bentuk atau the science of form, juga berarti mempelajari
bentuk (shape), forma (form), Struktur eksternal (external structure) atau
pengaturan (arrangement) (oxford, 1970). Teori morfologi kota
menjelaskan pentingnya melakukan kajian morfologi kota berdasarkan
beberapa teori sebagai berikut :
2.1.1. Teori Konsentris (Concentric Theory)
Teori tentang struktur ruang kota yang pertama adalah teori konsentris
yakni teori yang dikemukakan oleh Ernest W. Burgess, seorang
sosiolog asal Amerika Serikat yang meneliti kota Chicago pada tahun
1920. Ia berpendapat bahwa kota Chicago telah mengalami
perkembangan dan pemekaran wilayah seiring berjalannya waktu dan
bertambahnya jumlah penduduk. Perkembangan itu semakin meluas
menjauhi titik pusat hingga mencapai daerah pinggiran. Zona yang
terbentuk akibat pemekaran wilayah ini mirip sebuah gelang yang
melingkar.
Teori tentang struktur ruang kota yang kedua adalah teori sektoral
yakni teori yang dikemukakan oleh Hommer Hoyt dari hasil
penelitiannya yang dilakukannya pada tahun 1930-an di kota Chicago.
Hommer Hoyt berpendapat bahwa unit-unit kegiatan di perkotaan
tidak menganut teori konsentris melainkan membentuk unit-unit yang
lebih bebas. Ia menambahkan bahwa daerah dengan harga tanah yang
mahal pada umumnya terletak di luar kota sedangkan harga tanah
yang lebih murah biasanya merupakan jalur-jalur yang bentuknya
memanjang dari pusat kota (pusat kegiatan) menuju daerah
4
perbatasan. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar di bawah
ini.
Teori inti ganda yakni teori yang dikemukakan oleh dua orang ahli
geografi yang bernama Harris dan Ullman pada tahun 1945. Mereka
berdua berpendapat bahwa teori konsentris dan sektoral memang
terdapat di perkotaan namun apabila dilihat lebih dalam lagi, maka
akan didapati kenyataan yang lebih kompleks. Kenyataan yang
kompleks ini disebabkan karena dalam sebuah kota yang berkembang
akan tumbuh inti-inti kota yang baru yang sesuai dengan kegunaan
sebuah lahan, misalnya adanya pabrik, universitas, bandara, stasiun
kereta api dan sebagainya. perdagangan kecil dan sebagainya yang
tentunya semua ini akan ikut mempengarui struktur ruang kota.
Biasanya faktor keuntungan dari segi ekonomilah yang melatar
belakangi munculnya inti-inti kota ini.
5
2.1.6. Teori Poros
Teori tentang struktur ruang kota yang keenam adalah teori poros
yakni teori yang dikemukakan oleh Babcock pada tahun 1932. Teori
ini menekankan bahwa jalur tranportasi dapat memberikan pengaruh
yang sangat besar terhadap struktur ruang kota.
secara teoritik ada enam tipologi pola yang dibentuk oleh hubungan
massa dan ruang yaitu pola anguler, aksial, grid, kurva linier, radial
konsentris dan organis. Pola anguler adalah konfigurasi yang dibentuk
oleh massa dan ruang secara menyiku. Pola aksial adalah konfigurasi
massa bangunan dan ruang di sekitar poros keseimbangan yang tegak
lurus terhadap suatu bangunan monumentalis. Pola grid adalah
6
konfigurasi massa dan ruang yang dibentuk perpotongan jalan-jalan
secara tegak lurus. Pola kurva linier adalah konfigurasi massa
bangunan dan ruang secara linier (lurus menerus). Pola radial
konsentris adalah konfigurasi massa dan ruang yang memusat.
Sedangkan pola organis merupakan konfigurasi massa dan ruang yang
Gambar 2.1 Pola konfigurasi massa bangunan (solid) dan ruang terbuka (void).
7
Gambar 2.2 Tekstur konfigurasi massa bangunan dan lingkungan.
9
2.2.5. Linkage Visual
10
yang massanya agak tipis, bahkan hanya merupakan sebuah wajah
yang massanya kurang penting. Elemen tersebut bersifat massif di
belakang tampilannya, sedangkan di depan bersifat spasial. Elemen
sumbu mirip dengan elemen koridor yang bersifat spasial. Namun
perbedaan ada pada dua daerah yang dihubungkan oleh elemen
tersebut, yang sering mengutamakan salah satu daerah tersebut.
Elemen irama menghubungkan dua tempat dengan variasi massa dan
ruang. Elemen tersebut jarang diperhatikan dengan baik, walaupun
juga memiliki sifat yang menarik dalam menghubungkan dua tempat
secara visual.
11
BAB III
METODE PENULISAN
12
metode penelitian deskriptif adalah sebuah metode yang berusaha
mendeskripsikan, menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau
hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang
berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau tentang kecenderungan
yang sedang berlangsung.
Objek dalam penelitian ini yaitu struktur pola ruang yang berada di
banyuwangi khususnya di kawasan alun – alun sritanjung dan simpang
lima Banyuwang. Pengidentifikasian ini bermaksud untuk mengetahui
Pengaruh Aspek Pola jaringan jalan terhadap perkembangan pembentuk
Zone Model di kabupaten Banyuwangi.
13
3.5. Data dan Jenis Data
1. Data Primer
2. Data Sekunder
14
1. Observasi
2. Wawancara
15
3. Dokumentasi
16
sebagai rujukan maupun landasan dalam penelitian tentang tema yang
sudah ditentukan oleh peneliti sebelum penelitian dilakukan.
Kesimpulan berisi tentang uraian dari jawaban yang peneliti ajukan pada
tujuan penelitian dengan berlandaskan hasil penelitian yang sudah
peneliti lakukan selama proses penelitian dan pada akhirnya peneliti
memberikan penjelasan simpulan dari jawaban pertanyaan penelitian
yang diajukan
17
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Aspek Pola Jaringan Jalan
Morfologi kota Banyuwangi khususnya untuk teori struktur di pengaruhi
olleh beberapa hal sebagai berikut :
4.1.1. Pola Jaringan di Banyuwangi
18
titik yaitu Alun – alun Sritanjung dan juga pusat pemerintahan
banyuwangi. Hal ini di karenaka didukungnya sektor pedagangan jasa
yang terletak di dekat pusat tersebut.
19
4.3. Zone Model Di Banyuwangi
Dari Peta di atas dapat di lihat bahwa Kota banyuwangi memiliki dua
pusat kosentrasi yang mana hal tersebut terletak di daerah sekitar alun
alun sritanjung dan pusat pemerintahan. Hal ini di dinamakan Teori
inti ganda, Teori inti ganda yakni teori yang dikemukakan oleh dua
orang ahli geografi yang bernama Harris dan Ullman pada tahun 1945.
Mereka berdua berpendapat bahwa teori konsentris dan sektoral
memang terdapat di perkotaan namun apabila dilihat lebih dalam lagi,
maka akan didapati kenyataan yang lebih kompleks. Kenyataan yang
kompleks ini disebabkan karena dalam sebuah kota yang berkembang
akan tumbuh inti-inti kota yang baru yang sesuai dengan kegunaan
sebuah lahan, misalnya adanya pabrik, universitas, bandara, stasiun
kereta api dan sebagainya. perdagangan kecil dan sebagainya yang
20
tentunya semua ini akan ikut mempengarui struktur ruang kota.
Biasanya faktor keuntungan dari segi ekonomilah yang melatar
belakangi munculnya inti-inti kota ini.
21
BAB V
PERIODISASI STRUKTUR ZONE MODEL BANYUWANGI
22
5.1. PETA BANYUWANGI TAHUN 1915
Pada gambar diatas menjelaskan bahwa kota Banyuwangi pada tahun 1915
memiliki perkembangan kota banyuwangi terpusat yaitu di daerah alun - alun
Sritanjung dan juga taman Belambangan, sehingga Banyuwangi pada masa itu
dapat di lihat sebagai kota yang memiliki zone model terpusat. Perkembangan
zone model dari kota Banyuwangi di pengaruhi oleh pusat kegiatan dan juga pola
jaringan jalan kota banyuwangi pada masa itu. Pusat kegiatan kota banyuwangi
berupa perdagangan jasa
23
24
25
5.2. PETA BANYUWANGI THUN 1926
27
BAB VI
KESIMPULAN
Dalam Melihat perkempbangan kota perlu kita tinjau dari zone model. Hal ini di
karenakan kondisi eksisting yang di ciptakan dari pemanfaatan zone model
tersebut. Dalam penganalisahan pola aspek jaringan jalan di kota banyuwangi
mengahsilkan zone model berupa Inti ganda, yang mana hal tersebut terletak di
Alun – alun Sritanjung dan pusat pemerintahan (BAPEDA) dan juga. Hal ini di
dukung oleh pola struktur ruangnya yang mana merupakan group form. Group
form di kota banyuwangi membantu untuk membentuk zone model inti ganda
yang mana berupa perdagangan dan jasa. Hal ini sesuai dengan teori ganda yang
berbunyi “Teori inti ganda yakni teori yang dikemukakan oleh dua orang ahli
geografi yang bernama Harris dan Ullman pada tahun 1945. Mereka berdua
berpendapat bahwa teori konsentris dan sektoral memang terdapat di perkotaan
namun apabila dilihat lebih dalam lagi, maka akan didapati kenyataan yang lebih
kompleks. Kenyataan yang kompleks ini disebabkan karena dalam sebuah kota
yang berkembang akan tumbuh inti-inti kota yang baru yang sesuai dengan
kegunaan sebuah lahan, misalnya adanya pabrik, universitas, bandara, stasiun
kereta api dan sebagainya. perdagangan kecil dan sebagainya yang tentunya
semua ini akan ikut mempengarui struktur ruang kota. Biasanya faktor
keuntungan dari segi ekonomilah yang melatar belakangi munculnya inti-inti kota
ini.”
28
LAMPIRAN PETA
29
30
Daftar Pustaka
Lynch, Kevin. (1969) The Image of The City. Cambridge, Massachusetts: MIT
Press.
Paul D. Spreiregen, 1965, Urban Design, The Architecture of Town and Cities,
Mc. Graw Hill Book Company.
Spiro Kostof, 1991, City Shaped : Urban Pattern and Meanings Tough History,
London : Thames and Hudson, Ltd.
Yunus, Hadi Sabari. (2000) Struktur Tata Ruang Kota, Yogyakarta: Penerbit
Pustaka Pelajar.
31