Anda di halaman 1dari 2

Seorang ilmuwan dan ahli filsafat dari Scotlandia, Patrick Geddes (1854-1932), menekuni

botani dan biologi, statistik dan ekonomi, serta ahli ilmu sosial dan ilmu-ilmu yang sistematik lainnya,
merupakan salah seorang yang menginginkan perbaikan permukiman, terutama bagi masyarakat
miskin di kota-kota besar. Ia ikut menyebarkan ide Garden City di seluruh dunia. Ia merintis konsep
modern mengenai lingkungan hidup dengan menyatakan bahwa perencanaan harus dilakukan
dalam lingkup regional dan harus berakar kuat pada kondisi geografi setempat/lokal. Pemikirannya
tersebut merupakan suatu pemikiran radikal pada zamannya, karena pada waktu itu semua
perencana kota masih meyakini bahwa dasar perencanaan kota yang utama adalah estetika dan
seni. Ia juga telah memulai melakukan advokasi untuk pemberdayaan masyarakat di permukiman
kumuh dalam proyek di Edinburg. Dalam bukunya Cities in Evolution,1915 menulis: "slum, semi-
slum,and super-slum, to this has come the Evolution of Cities". (LeGates R dan Stout F,1996: hal361).
Pemikiran-pemikiran P. Geddes secara luas mempengaruhi para ahli perkotaan abad ke-20, di
antaranya Patrick Abercombie dan Lewis Mumford.

Konsep compact city ini muncul sebagai konsep baru dibalik dianggap gagalnya konsep
urban sprawl yang muncul pada awal era industrialisasi. Ada beberapa faktor sosial-ekonomi yang
mempercepat terjadinya urban sprawl saat itu, antara lain (Compact city, Dantzig:1973) :
-Bertambahnya jumlah penduduk
-Perpindahan dari perkebunan (farms) ke kota-Kepadatan penduduk dipusat kota
-Penurunan kualitas perumahan di pusat kota
-Berkembangnya perumahan dengan kualitas dan ukuran yang baik pada suburban
-Pengembangan dan perluasan sistem jalan raya (highway)
-Relokasi industri
-Pengembangan ‘multicay family’
-Meningkatnya permasalahan transportasi pada kawasan urban

Istilah Compact City menunjukkan kebalikan dari urban sprawl. Compact City, menurut kami,
lebih hemat energi dan lebih sedikit polusi karena penduduk kota yang padat dapat tinggal lebih
dekat dengan pertokoan dan bekerja serta dapat berjalan kaki, bersepeda, atau transit. Para
pendukung mengklaimnya mempromosikan lebih banyak pola sosial yang berorientasi pada
komunitas (Katz1994).

Karakteristik compact city


1. Kepadatan tempat tinggal dan pekerjaan yang tinggi
2. Campuran penggunaan lahan
3. Penggunaan lahan yang sangat halus (kedekatan penggunaan yang bervariasi dan ukuran bidang
tanah yang relatif kecil)
4. Peningkatan interaksi sosial dan ekonomi
5. Pembangunan yang berdekatan (beberapa bidang atau bangunan mungkin kosong atau
terbengkalai atau parkir di permukaan)
6. Pembangunan kota yang dibatasi, dibatasi oleh batas-batas yang dapat dibaca
7. Infrastruktur perkotaan, terutama saluran air limbah dan saluran air
8. Transportasi multimoda
9. Tingkat aksesibilitas yang tinggi: lokal / regional
10. Tingkat konektivitas jalan yang tinggi (internal / eksternal), termasuk trotoar dan jalur sepeda
11. Tingkat cakupan permukaan yang tinggi
12. Rasio ruang terbuka rendah
13. Kontrol kesatuan atas perencanaan pengembangan lahan, atau kontrol yang terkoordinasi
dengan erat
14. Kapasitas fiskal pemerintah yang memadai untuk membiayai fasilitas dan infrastruktur perkotaan

Anda mungkin juga menyukai