Anda di halaman 1dari 8

Teks Biografi 1

Lionel Messi
Pemilik nama lengkap Lionel Andreas Messi adalah putra kelahiran Rosario, Argentina Tengah
pada 24 Juni 1987 dari pasangan Jorge Messi dan Celia Cuccittini. Messi hidup dengan keluarga
pecinta sepakbola yang turut memberikan pengaruh besar bagi Messi dalam bermain sepakbola
sejak usia dini.

Pada usia lima tahun, Messi sudah bergabung dengan klub sepakbola lokal yang bernama Grandoli
yang dilatih oleh ayahnya sendiri. Walau begitu, pengaruhnya sangat besar dalam karir
sepakbolanya justru datang dari ibunya, Celia yang selalu setia menemani Messi saat sedang
latihan dan ikut pertandingan. Selama 3 tahun Messi bermain di klub Grandioa sebelum
memutuskan pindah ke klub Newell’s Old Boys.

Pada usia 8 tahun, messi bergabung dengan klub lokal Rosario bernama Newell’s Old Boys.
Namun pada usia 11 tahun, Messi sempat terpuruk akibat ia di diagnosa mengalami kekurangan
hormon pertumbuhan. Lebih parahnya lagi,asurani kesehatan milik ayahnya hanya mampu
menutupi pembiayaan penyakit Messi yang mencapai $1000 per bulan hanya untuk masa dua
tahun, kemudian mereka mencari bantuan. Newell bersedia membantu membiayai akan tetapi pada
akhirnya menarik kembali bantuannya. Dari sinilah perjuangan pemain terbaik dunia ini bermula.

Hingga pada akhirnya keluarga Messi ingat jika mereka memiliki kerabat di Catalonia dimana
mereka merencanakan untuk mencoba memasukkan Messi di klub Barcelona untuk mendapatkan
bantuan biaya perawatan penyakitnya di tahun 2000. Hingga akhirnya ia bertemu dengan Carles
Rexach, Direktur klub sepak bola Barcelona (1996) dan menawarkan sebuah kontrak yang pada
waktu itu hanya ditulis dengan selembar sapu tangan. Messi tumbuh dan menjadi bagian dari
Barcelona hingga saat ini.

Bergabung dengan klub terkenal di La Liga, Messi kecil menunjukkan talenta dan prestasi yang
gemilang. Berkat kemampuannya yang gemilang, Messi tidak membutuhkan waktu lama untuk
masuk dalam tim senior FC.Barcelona. Pada usia 17 tahun, Messi mampu mencetak Gol
Perdananya di musim perdananya pada 1 Mei 2005, sekaligus dinobatkan sebagai Pemain
Barcelona Termuda yang dapat mencetak Gol.
Tahun 2011/2012 adalah masa keemasan bagi Lionel Messi, ia mampu mencetak gol sebanyak
232 sepanjang karirnya. Hal ini sekaligus mengalahkan pemegang rekor sebelumnya yaitu Cesar
Rodriguez. Messi juga tercatat sebagai pemain pertama yang menerima 4 kali gelar pemain terbaik
dunia FIFA Ballon d’Or (2009-2012). Ia juga mencatatkan dirinya selama 3 kali secara berturut-
turut mendapatkan penghargaan sepatu emas yang biasa diberikan bagi pemain terbaik di Eropa.

Teks Biografi 2

Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan
pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Terlahir dengan
nama kecil Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga bangsawan
kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut
hitungan Tahun Caka, mengubah namanya menjadi Ki Hajar Dewantara. Sejak saat itu, ia tidak
lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan agar ia dapat
bebas dan dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya. Perjalanan hidupnya benar-benar
diwarnai dengan perjuangan dan pengabdian demi kepentingan bangsa. Ia menamatkan Sekolah
Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda). Setelah itu, sempat melanjutkan ke STOVIA (Sekolah
Dokter Bumiputera), namun tidak sampai tamat dikarenakan sakit.

Kemudian Ki Hajar Dewantara bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar, diantaranya De
Express, Midden Java, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Poesara, Tjahaja Timoer dan Sedyotomo.
Pada eranya, ia termasuk penulis fenomenal. Pada eranya, ia termasuk penulis fenomenal. Tulisan-
tulisan Ki Hajar Dewantara sangat komunikatif namun juga tajam dan patriotik, sehingga mampu
membangkitkan semangat anti-kolonial bagi pembacanya. Selain gigih sebagai seorang wartawan
muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, Ki Hajar Dewantara aktif
di seksi propaganda organisasi Boedi Oetomo untuk bersosialisasi dan menggugah kesadaran
masyarakat Indonesia pada waktu itu tentang pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa
dan bernegara. Kemudian, bersama dengan Dr. Danudirdja Setyabudhi atau yang lebih dikenal
Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, Ki Hajar Dewantara mendirikan Indische Partij
(partai politik pertama yang beraliran nasionalisme di Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912
yang bertujuan untuk kemerdekaan Indonesia. Mereka berusaha mendaftarkan organisasi ini demi
memperoleh status badan hukum pada pemerintah kolonial Belanda. Namun pemerintah kolonial
Belanda melalui Gubernur Jenderal Idenburg mencoba menghalangi kehadiran partai ini dengan
menolak pendaftaran itu pada tanggal 11 Maret 1913. Alasan penolakan tersebut ialah karena
organisasi ini dianggap dapat menumbuhkan dan membangkitkan rasa nasionalisme rakyat serta
menggerakkan kesatuan untuk menentang pemerintah kolonial Belanda.

Lantas setelah ditolaknya pendaftaran status badan hukum Indische Partij Ki Hajar Dewantara pun
ikut membentuk Komite Boemipoetra pada bulan November 1913. Komite ini sekaligus sebagai
komite tandingan dari Komite Perayaan Seratus Tahun Kemerdekaan Bangsa Belanda.
Komite Boemipoetra melancarkan kritik kepada Pemerintah kolonial Belanda yang bermaksud
merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik uang
dari rakyat jajahannya untuk membiayai pesta perayaan tersebut.

Sehubungan dengan rencana perayaan tersebut, Ki Hajar Dewantara mengkritik lewat tulisannya
yang berjudul Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk
Satu Juga) dan Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda). Tulisan
“Seandainya Aku Seorang Belanda” yang dimuat dalam surat kabar de Expres yang dimotori dr.
Douwes Dekker itu antara lain berbunyi:
“Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta kemerdekaan di negeri
yang kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Selaras dengan jalan pikiran itu, bukan saja
tidak adil, namun juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk
dana perayaan itu. Gagasan untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka
dan sekarang kita garuk pula kantongnya. Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku
seorang Belanda. Apa yang menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku terutama
adalah kenyataan bahwa bangsa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu pekerjaan yang ia
sendiri tidak ada kepentingannya sedikitpun”.
Akibat tulisan tersebut, pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jenderal Idenburg
menjatuhkan hukuman tanpa proses pengadilan, berupa hukuman internering (hukum buang)
yakni sebuah hukuman dengan menunjuk sebuah tempat tinggal yang boleh bagi seseorang untuk
ia bertempat tinggal. Ki Hajar Dewantara pun dihukum buang ke Pulau Bangka. Cipto
Mangoenkoesoemo dan Douwes Dekker merasakan kawan seperjuangannya diperlakukan tidak
adil. Mereka pun menerbitkan tulisan yang bernada membela Raden Mas Soewardi. Akan tetapi
pihak kolonial menganggap tulisan itu menghasut rakyat untuk memusuhi dan memberontak pada
pemerinah Belanda. Akibatnya keduanya juga terkena hukuman internering. Dr. Cipto
Mangoenkoesoemo dibuang ke pulau Banda dan dr. Douwes Dekker dibuang di Kupang. Namun
mereka menghendaki dibuang ke Negeri Belanda sebab di sana mereka bisa mempelajari banyak
hal dari pada di daerah terpencil. Akhirnya mereka diizinkan ke Negeri Belanda sejak Agustus
1913 sebagai bagian dari pelaksanaan hukuman. Kesempatan itu dimanfaatkan untuk mendalami
masalah pendidikan dan pengajaran, sehingga Ki Hajar Dewantara berhasil memperoleh
Europeesche Akte. Setelah itu, ia kembali ke Indonesia di tahun 1918. Di tanah air ia memusatkan
perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan menyongsong kemerdekaan.

Setelah kembali dari pengasingan, bersama dengan rekan-rekan seperjuangannya, Ki Hajar


Dewantara mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional, Nationaal Onderwijs Instituut
Taman Siswa (Perguruan Nasional Taman Siswa) pada 3 Juli 1922. Perguruan ini sangat
menekankan pendidikan mengenai pentingnya rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka
mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk mendapatkan kemerdekaan. Tidak sedikit aral
rintangan yang dihadapi dalam membina Taman Siswa. Pemerintah kolonial Belanda berusaha
membatasi dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932. Namun dengan
keteguhan memperjuangkan haknya, akhirnya ordonansi itu kemudian dicabut. Di tengah
keseriusannya dalam dunia pendidikan di Taman Siswa, Ki Hajar Dewantara juga tetap rajin
menulis. Tetapi tema tulisannya beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan
berwawasan kebangsaan. Karya tulisannya berjumlah ratusan. Melalui tulisan-tulisan itulah ia
berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia. Sementara itu, pada
zaman Pendudukan Jepang, kegiatan di bidang politik dan pendidikan tetap dilanjutkan. Waktu
Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dalam tahun 1943, Ki Hajar
Dewantara duduk sebagai salah seorang pimpinan di samping Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta
dan K.H. Mas Mansur. Setelah zaman kemerdekaan, Ki Hajar Dewantara menjabat sebagai
Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama.

Nama Ki Hajar Dewantara sendiri bukan saja diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan
pendidikan (Bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari
Pendidikan Nasional, namun juga ditetapkan sebagai pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat
keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959. Penghargaan lain yang
diterimanya ialah gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gadjah Mada pada tahun 1957.
Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, ia meninggal dunia pada tanggal 28
April 1959 di Yogyakarta dan sekaligus dimakamkan di sana. Kemudian untuk mengingat jasanya,
pihak penerus perguruan Taman Siswa mendirikan Museum Dewantara Kirti Griya,Yogyakarta.
Selain dari tujuan awalnya sebagai pengingat jasa Ki Hajar Dewantara, tujuan museum ini untuk
melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan beliau. Dalam museum ini juga terdapat benda-benda
atau karya-karya Ki Hajar Dewantara sebagai pendiri Taman Siswa dan kiprahnya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

Koleksi museum ini berupa karya tulis atau konsep dan risalah-risalah penting serta data surat-
menyurat semasa hidup Ki Hajar Dewantara sebagai jurnalis, pendidik, budayawan dan sebagai
seorang seniman telah diabadikan dalam mikrofilm dan dilaminasi atas bantuan Badan Arsip
Nasional. Bangsa ini perlu mewarisi buah gagasannya mengenai tujuan pendidikan, yakni
memajukan bangsa secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, adat, budaya, etnis, suku,
kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan lain sebagainya, serta harus didasarkan kepada nilai-
nilai kemerdekaan yang berasas Pancasila. Kuatnya pengaruh Ki Hajar Dewantara di dunia
pendidikan Indonesia sehingga membuat semboyan hidupnya diabadikan dalam logo pendidikan
bangsa kita. Nah berikut adalam semboyan abadi tersebut.
• Ing ngarso sung tuladha artinya di depan menjadi teladan

• Ing ngarso mangun karsa artinya di tengah memberi semangat

• Tut wuri handayani artinya dari belakang memberi dorongan


Pertanyaan untuk teks biografi 1 dan teks biografi 2:

1. Bagian mana saja struktur biografi tersebut?


2. Mengapa teks tersebut tergolong ke dalam biografi?
3. Apa isi dari teks biografi tersebut?
4. Siapakah nama tokohnya?
5. Hal apa yang bisa dipelajari dari tokoh tersebut?
6. Pelajaran apa yang bisa diteladani dari teks tersebut?
7. Permasalahan apa yang dihadapi tokoh tersebut?
8. Bagaimana masa muda dari tokoh tersebut?
9. Sebutkan 5 kata sifat dan 5 kata kerja yang menjelaskan peristiwa-peristiwa di teks biografi
tersebut!
10. Apabila bertemu dengan tokoh tersebut, apa yang ingin kamu tanyakan?
Nama : Salwa Izzati
Kelas : X IPS 1
No. Absen : 32

1. Kedua struktur teks biografi tersebut terdiri dari bagian :

- Orientasi atau Setting, yaitu pengenalan tokoh. Teks 1 memperkenalkan tokoh bernama
Lionel Messi sedangkan teks 2 memperkenalkan tokoh bernama Ki Hajar Dewantara.

- Kejadian Penting, yaitu kejadian yang pernah dialami tokoh. Pada teks 1 diceritakan Lionel
Messi bergabung dengan klub sepakbola lokal yang bernama Grandoli yang dilatih oleh
ayahnya sendiri, hingga dia bisa bergabung dengan klub sepakbola bernama Barcelona.
Pada teks 2 diceritakan bahwa Ki Hajar bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar,
sampai beliau dijadikan Bapak Pendidikan Nasional.

- Reorientasi, yaitu bagian penutup berdasarkan pandangan penulis. Teks 1 penulis


menceritakan prestasi yang sudah diperoleh Lionel Messi sejak bergabung dengan klub
Barcelona. Teks 2 penulis beberapa koleksi musem karya tulis semasa hidup Ki Hajar
Dewantara serta penulis menuliskan semboyan milik Ki Hajar Dewantara.

2. Kedua teks tersebut termasuk teks biografi karena kedua teks tersebut menceritakan kehidupan
tokoh secara rinci, serta bagaimana para tokoh dapat mencapai kesuksesan. Kedua teks tersebut
juga lengkap stukturnya, mulai dari Orientasi, Kejadian penting, hingga Reorientasi.

3. Isi dari teks biografi tersebut adalah, Teks 1 yang menceritakan perjalanan Lionel Messi hingga
dia bisa bergabung dengan klub sepak bola Barcelona dan mejadi pemain sepak bola terkenal,
dan Teks 2 menceritakan perjalan Ki Hajar Dewantara hingga beliau bisa menjadi seorang
Bapak Pendidikan Nasional.

4. Nama tokoh dari teks 1 adalah Lionel Messi dan nama tokoh dari Teks 2 adalah Ki hajar
Dewantara

5. Hal yang bisa dipelajari adalah bagaimana perjuangan mereka selama hidup, meskipun banyak
rintangan yang meraka hadapi, mereka tetap semangat mengejar impian mereka.

6. Pelajaran yang bisa diteladani adalah semangat untuk meraih impian, meskipun banyak
rintangan, kita harus tetap berusaha hingga kita dapat mencapai tujuan kita.

7. Permasalah yang dihadapi tokoh adalah :

- Teks 1, Lionel Messi pada usia 11 tahun sempat terpuruk akibat ia di diagnosa mengalami
kekurangan hormon pertumbuhan. Lebih parahnya lagi,asurani kesehatan milik ayahnya
hanya mampu menutupi pembiayaan penyakit Messi yang mencapai $1000 per bulan hanya
untuk masa dua tahun.

- Teks 2, Ki Hajar Dewantara mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang
beraliran nasionalisme di Indonesia), namun organisasi tersebut ditolak oleh pemerintah
kolonial Belanda.
8. Masa muda dari kedua tokoh tersebut penuh dengan rintangan, namun mereka tidak pernah
putus asa sehingga merekan dapat meraih keinginan mereka.

9. Kata sifat : Hidup, terpuruk, gemilang, aktif, dan gigih.

Kata Kerja : Bergabung, merencanakan, mendirikan, membentuk, dan mengkritik.

10. Apabila saya menemui tokoh tersebut, saya ingin menanyakan, bagaimana cara mereka bisa
selalu semangat dalam meraih impian dan tujuan hidup, meskipun banyak rintangan. Saya ingin
menanyakan hal itu karena saya merasa saya mudah putus asa dan saya belum memiliki tujuan
hidup yang pasti.

Anda mungkin juga menyukai