Anda di halaman 1dari 11

GESTALT TEORI :

Desain grafis merupakan cabang ilmu dari seni visual yang tidak bisa lepas dari ilmu psikologi. Peran psikologi
dalam desain grafis meliputi bagaimana seseorang secara psikis merespon tampilan visual disekitarnya. Oleh karena
itu, mempelajari teori psikologi sangat dianjurkan bagi desainer grafis untuk menciptakan tampilan visual yang cerdas
dan efektif. Salah satu teori psikologi yang paling populer dan banyak digunakan dalam desain grafis adalah teori
Gestalt.

Gestalt merupakan sebuah teori psikologi yang menyatakan bahwa seseorang akan cenderung mengelompokkan
apa dia lihat disekitarnya menjadi suatu kesatuan utuh berdasarkan pola, hubungan, dan kemiripan. Teori ini
dibangun oleh 3 ilmuwan asal Jerman yaitu: Kurt Koffka, Max Wertheimer, and Wolfgang Köhler.

Gestalt dalam Desain Grafis

Gestalt banyak digunakan dalam desain grafis karena menjelaskan bagaimana persepsi visual bisa terbentuk.
Prinsip-prinsip Gestalt yang banyak diterapkan dalam desain grafis antara lain adalah proximity (kedekatan
posisi), similarity (kesamaan bentuk), closure (penutupan bentuk), continuity (kesinambungan pola), dan figure
Ground.

1. Proximity (kedekatan posisi)


Objek-objek yang berdekatan posisinya akan dikelompokkan sebagai suatu kesatuan.
Objek-objek pada logo unilever diatas dipersepsikan sebagai sebuah kelompok (huruf 'U') karena memiliki kedekatan
posisi satu sama lain.

2. Similarity (kesamaan bentuk)


Objek-objek yang bentuk dan elemennya mirip akan dikelompokkan sebagai suatu kesatuan.
Tiga segitiga di bagian bawah logo diatas sejatinya adalah bagian dari ikon burung di logo tersebut. Namun karena
memiliki kesamaan bentuk dengan segitiga lain, objek tersebut dipersepsikan sebagai bagian kelompok segitiga
yang membentuk lingkaran.

3. Closure (penutupan bentuk)


Suatu objek akan dianggap utuh walaupun bentuknya tidak tertutup sepenuhnya.
Kita dapat mengenali bahwa ikon pada logo WWF adalah seekor panda. Padahal, gambar tersebut tidaklah lengkap
atau belum tertutup sepenuhnya.

4. Continuity (kesinambungan pola)


Objek akan dipersepsikan sebagai suatu kelompok karena adanya kesinambungan pola.
Lingkaran-lingkaran diatas dipersepsikan sebagai suatu kelompok karena polanya berkesinambungan. Walaupun
sebenarnya objek-objek tersebut terpisah satu sama lain.

5. Figure Ground
Sebuah objek bisa dilihat sebagai dua objek dengan permainan foreground dan background. Masing-masing bisa
diidentifikasi sebagai objek tanpa harus membentuknya menjadi solid.
Gambar diatas ini adalah gambar sebuah objek. Namun dengan memanfaatkan teori figure ground, gambar mampu
menampilkan 2 buah objek (objek guci dan siluet wajah)

Gestalt menjelaskan bagaimana secara psikologi seseorang mencerna apa yang dilihatnya. Dengan memahami
prinsip kerja kecenderungan persepsi visual manusia melalui Gestalt, desainer dapat memahami bagaimana fungsi
sampainya suatu pesan terhadap audiens.
Untuk memahaminya lebih jauh, berikut ini merupakan 12 Fungsi Teori Gestalt Dalam Desain Komunikasi
Visual.

1. Sebagai Referensi Dasar Konsep Desain

Desainer konsep komunikasi visual dalam melakukan eksekusi atau preskripsi desain selalu
memperhatikan setiap tendensi dari perilaku manusia dalam melihat sebuah tampilan visual. Seperti
fenomena-fenomena alam yang merupakan referensi dasar dari sebuah konsep desain. Hal ini selaras
dengan prinsip Gestalt yang merupakan bagian dari persepsi visual. Dimana sebuah bentuk merupakan
sebuah hasil kumulatif dari berbagai elemen dan efek serta merupakan proses yang terdiri dari proses
seleksi, organisasi, dan interpretasi terhadap stimulus.

2. Menarik Perhatian Audience Secara Selektif

Dlam proses perhatian selektif terjadi disebabkan oleh adanya keterlibatan yang tinggi terhadap suatu
karya desain, hal ini berarti penglihat telah secara aktif mencari informasi mengenai karya tersebut dari
berbagai sumber. Dengan demikian, maka perhatian selektif hanya terjadi pada karya-karya desain yang
dapat dipahami berdasarkan keterlibatan yang tinggi. Maka jika dihubungkan dengan teori pembelajaran,
perhatian selektif ini akan identik dengan active learning.

3. Memulai Proses Voluntary Attention

Perhatian yang dilakukan oleh penglihat dapat dilakukan secara sengaja atau tidak sengaja. Perhatian
yang dilakukan secara sengaja dikenal sebagai istilah voluntary attention, dimana penglihat akan secara
aktif mencari informasi yang mempunyai relevansi pribadi. Sedangkan persepsi selektif akan terjadi
ketika penglihat melakukan voluntary attention. Ketika penglihat mempunyai keterlibatan yang tinggi
terhadap sebuah suatu karya desain, maka pada pada saat itu penglihat yang mengalami bisa disebut
melakukan proses perhatian selektif (selective attention).

4. Involuntary Attention

Disamping penglihat akan melakukan voluntary attention, penglihat juga akan melakukan involuntary
attention (perhatian secara tidak sengaja). Involuntary attention sendiri terjadi ketika penglihat dipaparkan
sesuatu yang menarik perhtian mereka, yang sifatnya mengejutkan, menantang atau sesuatu yang tidak
diperkirakan sebelumnya,yang tidak ada relevansinya dengan tujuan atau kepentingannya. Stimuli
dengan ciri-ciri di atas akan secara otomatis mendapat tanggapan dari penglihat secara spontan.

5. Memunculkan Persepsi Oaganisasi

Organisasi persepsi (perceptual organization) dapat terjadi ketika penglihat mengelompokkan informasi
dari berbagai sumber ke dalam sebuah pengertian yang menyeluruh untuk memahami lebih baik dan
bertindak atas pemamahaman itu. Prinsip dasar dari organisasi persepsi dimana merupakan penyatuan
yang bermakna, bahwa dari berbagai stimulus akan dirasakan sebagai suatu yang dikelompokkan
secara menyeluruh

6. Prinsip Penutupan

Prinsip penutupan, paling cocok digunakan pada merek produk yang cukup dikenal oleh masyarakat.
Prinsip ini biasa digunakan untuk menguji apakah konsumen atau masyarakat masih mengingat merek
tersebut sebagai sebuah produk. Pemakaian prinsip ini dalam iklan didasarkan bahwa konsumen akan
cenderung mengisi elemen yang kosong atau terputus ketika stimulus tidak didapat secara lengkap.
7. Prinsip Pengelompokan Informasi

Pada prinsip pengelompokan informasi (information grouping) akan memungkinkan penglihat untuk
mengevaluasi karya berdasarkan atribut yang berbeda, sesuai dengan psychological set yang dimiliki.
Terdapat tiga prinsip grouping untuk mengelompokkan stimulus atau obyek yaitu : kedekatan (proximity),
kesamaan (similarity) dan kesinambungan (continuity) sebagai bagian dari komunikasi non verbal .

A. Pengertian
Istilah ‘Gestalt’ merupakan istilah bahasa Jerman yang sukar dicari terjemahannya dalam bahasa-bahasa lain.
Arti Gestalt bisa bermacam-macam sekali, yaitu ‘form’, ‘shape’ (dalam bahasa Inggris) atau bentuk, hal,
peristiwa, hakikat, esensi, totalitas. Terjemahannya dalam bahasa Inggris pun bermacam-macam antara
lain ‘shape psychology’, ‘configurationism’, ‘whole psychology’ dan sebagainya.
Karena adanya kesimpangsiuran dalam penerjemahannya, akhirnya para sarjana di seluruh dunia sepakat untuk
menggunakan istilah ‘Gestalt’ tanpa menerjemahkan kedalam bahasa lain.

Fokus teori Gestalt adalah ide tentang “pengelompokan”, yaitu, karakteristik stimulus menyebabkan kita struktur
atau menafsirkan bidang visual atau masalah dengan cara tertentu (Wertheimer, 1922).

Beberapa hukum gestalt dalam pengamatan adalah :


1) Hukum Pragnanz, yang mengatakan bahwa organisasi psikologis selalu cenderung ke arah yang bermakna atau
penuh arti (pragnanz)
2) Hukum kesamaan, yang mengatakan bahwa hal-hal yang sama cenderung membentuk gestalt (keseluruhan)
3) Hukum kecenderungan, mengatakan bahwa hal hal yang berdekatan cenderung berbentuk gestalt.
4) Hukum ketertutupan, yang mengatakan bahwa hal-hal yang tertutup cenderung membentuk gestalt.
5) Hukum kontinuitas, yang mengatakan bahwa hal-hal yang berkesinambungan cenderung membentuk gestalt.

B.Karakteristik Teori Gestalt


a. Mempunyai Hukum keterdekatan, hukum ketertutupan dan hukum kesamaan.
Hukum menurut Wertheimer tahun 1923, dalam bukunya “Investigation of Gestalt Theory”:
1) Hukum keterdekatan (Law of Proximity)
Hal-hal yang saling berdekatan dalam waktu atau tempat cenderung dianggap sebagai suatu totalitas.
2) Hukum ketertutupan (Law of Closure)
Hal-hal yang cenderung menutup akan membentuk kesan totalitas tersendiri.
3) Hukum kesamaan (Law of Equivalence)
Hal-hal yang mirip satu sama lain, cenderung kita persepsikan sebagai suatu kelompokatau suatu totalitas.
b. Proses pembelajaran secara terus – menerus dapat memperkuat jejak ingatan peserta didik
Menurut Kurt Koffka:
1) Jejak ingatan (memory traces),
Suatu pengalaman yang membekas di otak. Jejak-jejak ingatan ini diorganisasikan secara sistematis mengikuti
prinsip-prinsip Gestalt dan akan muncul kembali jika kita mempersepsikan sesuatu yang serupa dengan jejak-
jejak ingatan tadi.
2) Perjalanan waktu berpengaruh terhadap jejak ingatan.
Perjalanan waktu itu tidak dapat melemahkan, melainkan menyebabkan terjadinya perubahan jejak, karena jejak
tersebut cenderung diperhalus dan disempurnakan untuk mendapat Gestalt yang lebih baik dalam ingatan.
3) Latihan yang terus menerus akan memperkuat jejak ingatan
c. Adanya pemahaman belajar Insight.
Menurut Wolfgang Kohler, Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian di dalam situasi
permasalahan. Insight yang merupakan inti dari belajar menurut teori gestalt, memiliki ciri-ciri sebagai berikut
:
1) Kemampuan Insight seseorang tergantung kepada kemampuan dasar orang, sedangkan kemampuan dasar itu
tergantung kepada usia dan posisi yang bersangkutan dalam kelompok (spesiesnya).
2) Insight dipengaruhi atau tergantung kepada pengalaman masa lalunya yang relevan.
3) Insight tergantung kepada pengaturan dan penyediaan lingkungannya.
4) Pengertian merupakan inti dari insight. Melalui pengertian individu akan dapat memecahkan persoalan.
Pengertian itulah yang dapat menjadi kendaraan dalam memecahkan persoalan lain pada situasi yang berlainan.
5) Apabila insight telah di peroleh,maka dapat digunakan untuk menghadapi persoalan dalam situasi lain.

C. Tokoh-Tokoh yang menciptakan teori Gestalt

Max Wertheimer (1880-1943)


Wertheimer adalah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran psikologi Gestalt. Wertheimer
dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April 1880
Wertheimer dianggap sebagai pendiri teori Gestalt setelah ia melakukan suatu eksperimen dengan
menggunakan sebuah alat yang bernama stroboskop, yaitu suatu kotak yang didalamnya terdapat dua buah
garis yang satu tegak dan yang satu melintang. Jika kedua garis tersebut diperlihatkan secara bergantian terus
menerus maka akan tampak seakan aska garis tersebut bergerak dari melintang menjadi tegak. Inilah yang
disebut gerakan semu.

Kurt Koffka (1886-1941)


Koffka lahir di Berlin tanggal 18 Maret 1886. Kariernya dalam psikologi dimulai sejak dia diberi gelar
doktor oleh Universitas Berlin pada tahun 1908. Pada tahun 1910, ia bertemu dengan Wertheimer dan
Kohler, bersama kedua orang ini Koffka mendirikan aliran psikologi Gestalt di Berlin. Teori Koffka
tentang belajar didasarkan pada anggapan bahwa belajar dapat diterangkan dengan prinsip-prinsip
psikologi Gestalt. Teorinya yang terkenal adalah Memory Trace (jejak ingatan).

Wolfgang Kohler (1887-1967)


Kohler lahir di Reval, Estonia pada tanggal 21 Januari 1887. Kohler memperoleh gelar Ph.D pada tahun 1908
di bawah bimbingan C. Stumpf di Berlin. Ia kemudian pergi ke Frankfurt. Saat bertugas sebagai asisten dari F.
Schumman, ia bertemu dengan Wartheimer dan Koffka.

Eksperimennya adalah : seekor simpanse diletakkan di dalam sangkar. Pisang digantung di atas sangkar. Di
dalam sangkar terdapat beberapa kotak berlainan jenis. Mula-mula hewan itu melompat-lompat untuk
mendapatkan pisang itu tetapi tidak berhasil. Karena usaha-usaha itu tidak membawa hasil, simpanse itu berhenti
sejenak, seolah-olah memikir cara untuk mendapatkan pisang itu. Tiba-tiba hewan itu dapat sesuatu ide dan
kemudian menyusun kotak-kotak yang tersedia untuk dijadikan tangga dan memanjatnya untuk mencapai pisang
itu.

D.Prinsip-prinsip :
a. Principle of Proximity: bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang
pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
b. Principle of Similarity: bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung
akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.
c. Principle of Objective Set: Organisasi berdasarkan mental set yang sudah terbentuk sebelumnya
d. Principle of Continuity: Organisasi berdasarkan kesinambungan pola
e. Principle of Closure/ Principle of Good Form: bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola
obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.
f. Principle of Figure and Ground: yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu
figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warna dan sebagainya
membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka akan terjadi kekaburan
penafsiran antara latar dan figure. Contoh: perubahan nada tidak akan merubah persepsi tentang melodi.
g. Principle of Isomorphism: Organisasi berdasarkan konteks.

I E.Implementasi Teori Gestalt dalam Pembelajaran


a. Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses
pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan
unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
b. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang
pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif
sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi
masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki
makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
c. Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi
akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses
pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu,
guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam
memahami tujuannya.
d. Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia
berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi
lingkungan kehidupan peserta didik.
e. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran
tertentu
ke situasi lain.
F. Kelebihan dan Kekurangan

Adapun Kelebihan teori Kognitif adalah sebagai berikut:


a. Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah (problem solving)
b. Dapat meningkatkan motivasi.
Sedangkan Kekurangan teori kognitif adalah sebagai berikut :
a. Untuk teori belajar kognitif ini keberhasilan sebuah pembelajaran tidak dapat diukur hanya dengan satu orang
siswa saja , maksudnya kemampuan siswa harus diperhatikan. Apabila kita menekankan pada keaktifan siswa,
dan tidak dapat dipungkiri ada saja siswa yang tidak aktif dalam menanggapi suatu pelajaran, otomatis
pembelajaran ini tidak akan berhasil secara menyeluruh guru juga dituntut untuk mengikuti keaktifan siswa,
kionsekuensinya adalah guru harus rajin mempelajari hal-hal baru yang mungkin
b. Konsekuansinya terhadap lingkungan adalah fasilitas-fasilitas dalam lingkungan juga harus mendukung, agar
siswa semakin yakin dengan apa yang telah mereka pelajari .

Anda mungkin juga menyukai