A. Pendahuluan
Timbulnya Postmodernisme disebabkan oleh adanya kritik atau ketidakpercayaan
terhadap Modernisme yang dianggap gagal mewujudkan cita-cita suatu kelompok yaitu ingin
mensejahterakan seluruh umat manusia. Modernisme dianggap telah gagal dan telah
merusak tatanan kehidupan masyarakat, yaitu kehidupan masyarakat yang sudah terlalu
menjadi individualis, yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Modernisme
dianggap sudah usang dan harus diganti dengan paradigma baru yaitu postmodernisme.
Istilah postmodernisme pertama kali diperkenalkan oleh filsuf Jerman, Rudolf
Pannwitz pada tahun 1917, untuk menggambarkan nihilisme budaya barat abad ke-20.
Istilah ini pertama kali muncul pada bidang seni dan kemudian juga arsitektur.
Postmodernisme adalah suatu pergerakan ide yang menggantikan ide-ide zaman modern.
Postmodernisme memiliki cita-cita, ingin meningkatkan kondisi ekonomi dan sosial,
kesadaran akan peristiwa sejarah dan perkembangan dalam bidang penyiaran. Postmodern
mengkritik modernisme yang dianggap telah menyebabkan desentralisasi di bidang ekonomi
dan teknologi, apalagi hal ini ditambah dengan pengaruh globalisasi. Selain itu,
Postmodernisme menganggap media yang ada saat ini hanya berkutat pada masalah yang
sama dan saling meniru satu sama lain.
Terdapat beberapa tokoh pemikir arsitektur dalam aliran Postmodernisme, antara
lain Robert Venturi, Charles Jenks, Khiso Kurokawa dan Henrich Klotz. Dari beberapa tokoh
tersebut, pemikiran dan karya arsitektur Postmodernisme dari Robert Venturi yang akan
dianalisa.
Robert Venturi
(sumber : google)
Robert Venturi lahir pada tangga 25 Juni 1925 (92 tahun) di Philadelphia,
Pennsylvania, Amerika Serikat. Pada tahun 1947, Venturi lulus summa cum laude dari
Universitas Princeton dan menerima gelar Master of Fine Art, juga dari Princeton, pada
tahun 1950. Dia melanjutkan studinya sebagai Rekan Hadiah Roma di Akademi Amerika di
Roma dari tahun 1954 sampai 1956.
Robert Venturi merupakan arsitek masa Postmodernisme yang mencetuskan teori
“less is bore” pada tahun 1966 pada bukunya yang berjudul “Complexity and Contradiction in
Architecture” sebagai pandangan terhadap arsitekture modern, dimana teori tersebut
menentang teori sebelumnya yang dicetuskan oleh Mies Van der Rohe , yaitu “less is a
more”. Di buku itu Ia menjelaskan dengan tegas bahwa ada yang lebih dari sekedar
mengusung arsitekture modern pada masa itu, arsitekture pada masa itu menerapkan
bentuk-bentuk geometri yang sederhana, serta memangkas segala aspek yang dirasa kurang
perlu. Menurut Robert Venturi, ciri khas yang dibawa oleh arsitekture modern dirasa
sangatlah hambar.
Robert Venturi dikenal dengan pemikiran tentang “Hybrid Architecture”. Hybrid
adalah salah satu metode perancangan dalam sebuah karya arsitektur yang muncul di era
Postmodernisme. Hybrid merupakan penggabungan beberapa aspek yang berbeda (binary
oposisi), tentunya dalam bidang Arsitektur. Di Indonesia konsep Hybrid ini dapat kita lihat di
bangunan yang dimana menggabungkan antara Arsitektur Vernakular dengan Arsitektur
Modern. Sehingga adanya penggabungan tersebut muncul sebuah konsep/ide gagasan yang
baru yang menghasilkan sebuah karya berbeda.
Adapun prinsip-prinsip bangunan arsitekture menurut Robert Venturi :
1. Kompleksitas dan Kontradiktif bukan Simplikasi
Simplisitas pada modernisme membuat arsitekture dan interior berbentuk
terlalu sederhana, seakan diagram kehidupan manusia disederhanakan.
Sehingga muncullah pemikiran “less is bore”.
2. Prinsip “Ambiguitas” dan Kaya Makna
Arsitektur postmodern identik dengan desain yang kompleks.
Kekompleksitasan tersebut membentuk desain yang ambigu, dari bentuk,
tekstur dan material. Ambiguitas kemudian menyajikan berbagai makna
(richness of meaning).
3. Tradisi “Both and” dan “Either or”
Fenomena “both and” merupakan hierarki tingkatan makna terhadap suatu
elemen. Dalam kaya makna tersebut, suatu elemen juga memiliki “either or”.
Misalnya apakah elemen arsitektur itu,
- Baik dan juga buruk
- Besar dan kecil
- Tertutup dan terbuka
- Menerus dan terputus
- Lingkaran dan persegi
- Struktural dan parsial
4. Elemen dan Fungsi Ganda
Double function berkaitan dengan kegunaan elemen tertentu yang memiliki
lebih dari 1 fungsi, misalnya struktur yang dapat difungsikan menjadi elemen
lain. Elemen ini jarang sekali diterapkan dalam arsitekture modern. Arsitekture
modern tidak menyukai ambiguitas baik bentuk dan fungsi serta bentuk dan
struktur (semua harus jelas).
5. Mengakomodasi dan Membatasi Order
Pada prinsip ini berlaku aturan :
- Mengontrol dan membiarkan spontanitas
- Ketepatan sekaligus kemudahan
- Kualifikasi sekaligus kompromi
Caranya adalah :
B. Pembahasan
Robert Venturi menyatakan bahwa “Hybrid Architecture” menggabungkan masa
lalu dalam bentuk sejarah dan tradisional “kekinian” sebagai budaya populer, menggunakan
bahan bangunan yang modern “hi-tech” dan menggunakan teknik. Hal tersebut menjadi
kunci untuk arsitekture Robert Venturi. Robert Venturi lebih menyukai bentuk ruang yang
sederhana karena dia melihat kebutuhan akan bangunan yang berantakan, jelek, kacau,
membosankan, biasa, ikonis, ironis, dan double coded.
Banyak bangunan Venturi berukuran kecil, tapi semuanya diciptakan melalui
seperangkat kriteria termasuk kompleksitas, kontradiksi, ambiguitas, kekayaan makna,
vitalitas, redundansi dan keabsahan selain mengacu pada sejarah.
Beberapa karya dari Robert Venturi yang menggunakan konsep “Hybrid
Architecture” ialah Vanna Venturi House, Philadelphia (1964) [First Project], Sainsbury Wing,
National Gallery, Inggris (1991) [Seminal Project], Children’s Museum of Houston, Texas
(1992) [Seminal Project], Episcopal Academy Chapel, Pennsylvania (2008) [Present Project]
dan masih banyak lagi karya yang dihasilkan.
Children’s Museum of Houston menjadi topik pembahasan ini. Museum ini
menggunakan konsep “Hybrid Architecture” dengan penggabungan arsitekture modern dan
penekanan pada sejarah arsitekture klasik. Penggabungan ini diharapkan dapat memberikan
pengalaman baru terutama pengalaman modern dengan kepekaan sejarah dan tidak
melupakan sejarah.
Museum ini didirikan pada tahun 1980 yang diharapkan dapat meningkatlan
perkembangan anak di usia dini menjadi prioritas masyarakat luas. Museum ini dibuka pada
tahun 1984, untuk ruang galeri Blaffer disewakan dari Universitas Houston. Beberapa tahun
kemudian museum ini pindah di tempat bekas Star Engraving Company Building di Allen
Parkway.
Bangunan Children’s Museum of Houston ini diatur secara linear dan menggunakan
aula besar sebagai poros utamanya. Bangunan ini didominasi dengan warna-warna yang
cerah. Museum ini menjadi contoh yang sempurna mengenai dekorasi bangunan tersebut.
Museum Children’s of Houston ini adalah bangunan (gudang) yang didekorasi semenarik
mungkin. Ruang pameran yang besar ini dapat dibongkar pasang atau disusun kembali dan
dirancang ulang. Museum ini terdiri dari kuil di bagian depan, menggunakan kolom-kolom
besar seperti kolom Yunani, dan ornamen sejarah.
Caryatid merupakan pahatan bersosok perempuan yang berfungsi sebagai pendukung arsitektur.
Meskipun asal usul caryatid tidak jelas, seorang arsitek romawi bernama Vitruvius menulis dalam
karyanya DE ARCHITECTURA, bahwa caryatid berasal dari Erechtheion yang mewakili hukuman bagi
para wanita pekerja, yang diperbudak setelah menghianati para atlet dengan memihak pada Persia
dalam perang Yunani.
(sumber : google)
Aula utama
Ruang bangunan yang paling besar dari museum ini adalah ruang aula utama, atau “Kid’s Hall”. Di
aula utama ini terdapat ruang permanen seperti auditorium, studio seni, toko oleh-oleh, dan kantor
untuk para pegawai. Ruang aula utama ini sangat luas, diterangi oleh jendela-jendela tinggi, dan
dihiasi dengan lengkungan-lengkungan besar berwarna cerah yang membentang di sepanjang langit-
langitnya.
Organization
Bangunan ini diatur secara linear di sepanjang “Kid’s Hall”. Ruang-ruang yang permanen seperti
perpustakaan, auditorium dll berada paling dekat dengan Jl Binz, sedangkan area pameran yang lain
berada pada bagian dalam bangunan. Karena ada beberapa hambatan seperti kebisingan dan debu
yang dihasilkan, ruang bengkel untuk membuat pameran dipisahkan dari bagian museum lainnya
dan berada di bagian belakang bangunan.
C. Penutup
Robert Venturi dipandang sebagai tokoh posmodernisme yang cukup berpengaruh pada
masanya. Berdasarkan pemikiran serta berbagai karya yang Ia hasilkan dapat disimpulkan
bahwa arsitektur haruslah memiliki keseimbangan antara visual dan konteks yang dibawa.
Konsep yang diusung pada masa modernisme mungkin dinilai sangat efektif dari segi
komposisi serta fungsi karena menghilangkan unsur-unsur yang tidak perlu, namun dalam
prakteknya seringkali ditemui bangunan-bangunan arsitektur modern yang justru terlalu
menekankan strandar tersebut hingga akhirnya justru menjadi hambar tak tidak hidup. Oleh
karena itu perlu karakter yang perlu disematkan pada bangunan. Hal itulah yang dilakukan
Robert Venturi dengan memasukkan “historical symbol” pada karya buatannya. Namun
jangan sampai dengan memberikan simbol atau ornamen tertentu justru menimbulkan
pemborosan pada proses produksi. Penyematan “historical symbol” tidaklah harus secara
terang-terangan namun dalam berupa implisit tetapi tetap memiliki karakter yang
diharapkan. Sehingga tercapai dua tujuan yang diharapkan, yaitu efektifitas produksi dalam
perancangan serta karakter bangunan itu sendiri.
Daftar pustaka
http://ahmadhariantosilaban.blogspot.com/2011/06/makalah-postmodernisme.html?m=1
https://www.booksie.com/posting/ellen-martin/the-childrens-museum-of-houston-a-
decorated-shed-440081
https://dimarsitek.wordpress.com/2018/03/27/pemikiran-arsitek-robert-venturi/