Anda di halaman 1dari 33

EKSISTENSI STUPA PADA VIHARA SALAPRAKCHA

SEMAKHOM DALAM ARSITEKTUR RELIGIUS

SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR II


EKSISTENSI STUPA PADA VIHARA SALAPRAKCHA
SEMAKHOM DALAM ARSITEKTUR RELIGIUS

Nama:
Daniel Triska 150406053

Dosen:
Ir. Sri Gunana Sembiring, M.T.

RTA 3224
SEM. A 2017-2018
Progam Studi Teknik Arsitektur USU
i

1 SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR II


RTA 3224 ARSITEKTUR USU
EKSISTENSI STUPA PADA VIHARA SALAPRAKCHA
SEMAKHOM DALAM ARSITEKTUR RELIGIUS

DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

Bab 1. PENDAHULUAN .............................................................................................1


1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................
1.3 Tujuan .............................................................................................................
Bab 2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................
2.1 Pengertian Arsitektur Religius ........................................................................
2.2 Aspek Spiritual dari Arsitektur Religius .........................................................
2.3 Perspektif Antropologis Arsitektur Religius ...................................................
2.4 Arsitektur India................................................................................................
2.5 Arsitektur Buddhis ..........................................................................................
2.6 Awal Mula Perkembangan Arsitektur Buddhis...............................................
2.7 Seni dan Arsitektur Buddhis............................................................................
2.7.1 Gua ..............................................................................................................
2.7.2 Stupa ............................................................................................................
2.7.3 Pagoda .........................................................................................................
2.7.4 Vihara ..........................................................................................................
2.7.5 Cetiya ...........................................................................................................
2.7.6 Lukisan ........................................................................................................
2.7.7 Sthambas atau Pilar .....................................................................................
2.8 Simbol pada Stupa ...........................................................................................
2.9 Analogi dengan Simbol pada Stupa ................................................................
2.10 Contoh Stupa .................................................................................................

Bab 3. PEMBAHASAN MATERI .................................................................................


3.1 Salaprakcha Semakhom ..................................................................................
3.2 Proses Peletakan Batu Pertama ......................................................................
3.3 Konstruksi Ulang Stupa...................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................


LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................................

2 SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR II


RTA 3224 ARSITEKTUR USU
EKSISTENSI STUPA PADA VIHARA SALAPRAKCHA
SEMAKHOM DALAM ARSITEKTUR RELIGIUS

ii

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Arsitektur religius merupakan arsitektur yang telah ada sejak
perkembangan arsitektur gothik. Dimana arsitektur religius hingga sekarang
sangat dibutuhkan untuk membangun rumah ibadah berdasarkan kepercayaan
saat ini di seluruh dunia. Untuk membuat arsitektur religius juga tidak semudah
yang kita bayangkan, karena dalam prosesnya sang arsitek juga harus
mengetahui dan mempelajari secara dalam terlebih dahulu kepercayaan dan
budaya yang ada di suatu tempat. Sehingga penempatan konsep haruslah tepat.
Bagi umat awam, arsitektur religius hanya sekedar tempat untuk
beribadah, akan tetapi untuk orang khusus yang telah mengkukuhkan diri
menjadi salah satu penggerak kepercayaan tersebut, fungsi dari bangunan
sangatlah penting. Arsitektur religius tanpa disadari mampu membangkitkan
niat dan usaha kita untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Karenanya, bangunan arsitektur religius umumnya menjulang tinggi dan
terdapat satu lokasi dimana kita bisa mencurahkan hati dan berdoa berdasarkan
kepercayaannya masing-masing.
Di Indonesia, arsitektur religius berkembang pesat, hal ini dikarenakan
penduduk Indonesia yang memiliki ragam kepercayaan dan budaya pada
masing-masing daerahnya. Di Medan sendiri, terdapat empat jenis arsitektur
religius yang sering ditemui, yakni arsitektur hindu, arsitektur islam, arsitektur
gereja, arsitektur buddhis. Uniknya dari masing-masing jenis arsitektur religius
tersebut, terdapat perubahan dan penambahan sesuai dengan budaya yang
berkembang di daerah tersebut.

3 SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR II


RTA 3224 ARSITEKTUR USU
EKSISTENSI STUPA PADA VIHARA SALAPRAKCHA
SEMAKHOM DALAM ARSITEKTUR RELIGIUS

Arsitektur Buddhis merupakan salah satu arsitektur religius yang


banyak berkembang setelah tahun 1998. Banyak ditemukan vihara, cetiya,
stupa, dan klenteng di sekitar kota Medan. Perkembangannya pun tidak luput
dari seorang guru agama Buddha yang terkenal pada waktu itu, Bhikkhu Ashin
Jinarakkhita yang telah berjuang untuk menyebarkan agama Buddha ke seluruh
wilayah Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditarik rumusan
masalah yang akan dibahas pada laporan ini berupa:
1. Apa dampak dan pentingnya arsitektur religius buddhis di
Indonesia?
2. Apa makna dari stupa pada arsitektur religius Salaprakcha
Semakhom, Sunggal?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang akan dicapai pada laporan kali ini meliputi:
1. Pentingnya keberadaan dan pengetahuan mengenai arsitektur
religius buddhis di Indonesia
2. Mengetahui makna sesungguhnya dari stupa, serta memahami
penerapannya pada Salaprakcha Semakhom, Sunggal.

4 SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR II


RTA 3224 ARSITEKTUR USU
EKSISTENSI STUPA PADA VIHARA SALAPRAKCHA
SEMAKHOM DALAM ARSITEKTUR RELIGIUS

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Arsitektur Religius


Arsitektur sakral (juga dikenal sebagai arsitektur religius) adalah praktik
arsitektur religius yang berkaitan dengan perancangan dan pembangunan tempat
ibadah atau ruang suci atau disengaja, seperti gereja, masjid, stupa, sinagog, dan kuil.
Banyak budaya mencurahkan banyak sumber daya ke arsitektur sakral dan tempat
ibadah mereka. Ruang religius dan sakral merupakan bangunan monolitik paling
mengesankan dan permanen yang diciptakan oleh umat manusia.
Struktur suci sering berevolusi selama berabad-abad dan merupakan bangunan
terbesar di dunia, sebelum pencakar langit modern. Sementara berbagai gaya yang
digunakan dalam arsitektur sakral terkadang mencerminkan tren di bangunan lain,
gaya ini juga tetap unik dari arsitektur kontemporer yang digunakan pada bangunan
lain. Dengan bangkitnya monoteisme Abraham (terutama Kristen dan Islam),
bangunan keagamaan semakin menjadi pusat ibadah, doa dan meditasi.
Disiplin ilmu sejarah sejarah arsitektur religius sendiri mengikuti sejarah
arsitektur keagamaan dari zaman kuno sampai periode Baroque setidaknya. Geometri,
ikonografi, dan penggunaan semiotika canggih seperti rambu, simbol dan motif
religius bersifat endemik terhadap arsitektur sakral.
Sejarah arsitektur lebih diperhatikan dengan bangunan keagamaan daripada
tipe lainnya, karena di sebagian besar budaya masa lalu, daya tarik agama yang
universal dan agung membuat gereja atau kuil menjadi bangunan paling ekspresif,
paling permanen, dan paling berpengaruh di komunitas manapun.
Tipologi arsitektur religius itu rumit, karena tidak ada persyaratan dasar seperti
ciri khas arsitektur domestik yang umum bagi semua agama dan karena fungsi satu
agama melibatkan banyak jenis aktivitas, yang semuanya berubah dengan evolusi pola
budaya. Arsitektur religius sebagian besar dibangun dengan bentuk yang lebih
menonjolkan bagian dari bangunan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha
Esa, sehingga arsitektur religius pada masa itu selalu tinggi dan memiliki puncak.

2.2 Aspek Spiritual dari Arsitektur Religius

5 SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR II


RTA 3224 ARSITEKTUR USU
EKSISTENSI STUPA PADA VIHARA SALAPRAKCHA
SEMAKHOM DALAM ARSITEKTUR RELIGIUS

Arsitek Norman L. Koonce telah menyarankan bahwa tujuan arsitektur sakral


adalah untuk membuat "transparan batas antara materi dan pikiran, daging dan roh."
Dalam membahas arsitektur sakral, pendeta Protestan Robert Schuller menyarankan
agar "menjadi sehat secara psikologis, manusia perlu mengalami keadaan alami
mereka - setting yang kita rencanakan, yaitu kebunnya." Sementara itu, Richard
Kieckhefer mengemukakan bahwa memasuki sebuah bangunan keagamaan
merupakan metafora untuk masuk ke dalam hubungan spiritual. Kieckhefer
menunjukkan bahwa ruang suci dapat dianalisis oleh tiga faktor yang mempengaruhi
proses spiritual: ruang longitudinal menekankan prosesi dan kembalinya tindakan
sakramen, ruang auditorium sugestif dari proklamasi dan tanggapan, dan bentuk baru
ruang komunal yang dirancang untuk berkumpul dan kembali bergantung kepada yang
besar. derajat pada skala diminimalkan untuk meningkatkan keintiman dan partisipasi
dalam ibadah.

2.3 Perspektif Antropologis Arsitektur Religius


Mengingat banyak orang beragama cenderung meremehkan pentingnya
bangunan keagamaan hanya mewakili luar atau yang dangkal Bagian dari agama
mereka, sungguh luar biasa berapa banyak waktu, energi dan - di atas semua - uang
dimasukkan ke dalam konstruksi bangunan keagamaan baru semua seluruh dunia.
Mengklaim kelompok Kristen di AS, Eropa atau Afrika telah membangun sejumlah
gereja baru yang menakjubkan, beberapa di antaranya ada cukup mahal dan
spektakuler, dan mereka akan terus melakukannya (LeCavalier 2009).
Sejak berakhirnya komunisme di bekas Uni Soviet, banyak gereja-gereja
ortodoks baru Rusia telah dibangun dan yang lainnya telah ada dipulihkan atau
dibangun kembali (Köllner 2011). Kuil Hindu baru telah didirikan di India di beberapa
tempat yang paling diuntungkan dari ekonomi pembebasan sejak tahun 1980an
(Valenta 2010). Kami menemukan banyak baru, tujuan- membangun masjid di Eropa
Barat dan kita serta di negara-negara dimana umat Islam menjadi mayoritas.
Sebuah contoh yang luar biasa tapi sedikit diperhatikan arsitektur religius
kontemporer adalah ledakan sinagoga baru-baru ini bangunan di Jerman berkat
masuknya orang-orang Yahudi dari yang pertama Uni Soviet sejak tahun 1990an.
Selain itu, didominasi sekuler dan masyarakat multikultural dan ruang, kita melihat

6 SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR II


RTA 3224 ARSITEKTUR USU
EKSISTENSI STUPA PADA VIHARA SALAPRAKCHA
SEMAKHOM DALAM ARSITEKTUR RELIGIUS

kemunculan sekuler baru atau retret multi iman yang menawarkan beberapa fasilitas
masjid, gereja, sinagog dan kuil juga menawarkan (Hewson 2011; Holsappel- Brons
2010). Di seluruh dunia, bangunan keagamaan dipulihkan situs warisan.

2.4 Arsitektur India

Sanchi Temple
Sumber: www.wikipedia.org

Arsitektur India berhubungan dengan sejarah dan agama pada periode waktu
serta geografi dan geologi anak benua India. India saling silang dengan rute
perdagangan pedagang dari tempat yang jauh seperti Siraf dan China serta
melancarkan invasi oleh orang asing, yang mengakibatkan banyak pengaruh unsur
asing pada gaya asli. Keragaman budaya India terwakili dalam arsitekturnya.
Arsitektur India terdiri dari perpaduan antara tradisi kuno dan beragam, dengan tipe
bangunan, bentuk dan teknologi dari Barat, Asia Tengah, dan Eropa. Ada dua jenis
arsitektur religius di India, yaitu arsitektur Buddhis dan arsitektur Hindu.

2.5 Arsitektur Buddhis


Arsitektur Buddhis yang dikembangkan di Asia Selatan dimulai pada abad
ketiga SM. Dua jenis struktur dikaitkan dengan Buddhisme awal: vihara dan stupa.
Awalnya, Viharas adalah tempat penampungan sementara yang digunakan oleh
biarawan yang berkeliaran selama musim hujan, namun bangunan ini kemudian
berkembang untuk mengakomodasi monastisisme Budean yang semakin berkembang.
Contoh yang ada ada di Nalanda (Bihar).

7 SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR II


RTA 3224 ARSITEKTUR USU
EKSISTENSI STUPA PADA VIHARA SALAPRAKCHA
SEMAKHOM DALAM ARSITEKTUR RELIGIUS

Fungsi awal stupa adalah pemujaan dan pengawalan relik dari peninggalan
Sang Buddha. Contoh stupa yang paling awal ada di Sanchi (Madhya Pradesh). Sesuai
dengan perubahan dalam praktik keagamaan, stupa secara bertahap dimasukkan ke
dalam chaitya-grihas (stupa aula). Ini mencapai titik puncak mereka pada abad pertama
SM, yang dicontohkan oleh kompleks gua Ajanta dan Ellora (Maharashtra).

The Great Stupa


Sumber: www.wikipedia.org

Pagoda tersebut merupakan evolusi dari stupa India yang ditandai dengan
menara bertingkat dengan beberapa atap umum di China, Jepang, Korea, Nepal dan
bagian lain Asia. Kuil Buddha dikembangkan agak kemudian dan di luar Asia Selatan,
di mana Buddhisme berangsur-angsur menurun dari abad-abad awal Masehi dan
seterusnya, meskipun contoh awal adalah Kuil Mahabodhi di Bodh Gaya di Bihar.
Struktur arsitektur stupa tersebar di Asia, mengambil berbagai bentuk karena rincian
yang spesifik untuk daerah yang berbeda dimasukkan ke dalam keseluruhan desain.
Itu menyebar ke China dan wilayah Asia oleh Araniko, seorang arsitek Nepal pada
awal abad ke-13 untuk Kubilai Khan.

2.6 Awal Mula Perkembangan Arsitektur Buddhis


Permulaan dari sekolah arsitektur Buddhis dapat ditelusuri kembali ke 255 SM
ketika kaisar Maurya Asoka mendirikan agama Buddha sebagai agama negara dari
kerajaan besarnya. Buddhisme menyebar dengan cepat ke seluruh India dan bagian
lain Asia. Buddhisme adalah, seperti sebuah kredo grafis, dan bersamaan dengan
ekspansinya disertai dengan gaya khas arsitektur yang mengekspresikan ajaran Sang
Buddha. Di India, seni Buddhis awal ini sangat dipengaruhi oleh Asoka. Dia

8 SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR II


RTA 3224 ARSITEKTUR USU
EKSISTENSI STUPA PADA VIHARA SALAPRAKCHA
SEMAKHOM DALAM ARSITEKTUR RELIGIUS

bertanggung jawab atas pembangunan beberapa stupa, yang merupakan kumpulan


peringatan batu bata yang sakral bagi Sang Buddha. Asoka juga membangun pilar batu
yang melambangkan kepercayaannya. Ini adalah kolom monolitik bebas berdiri tegak
yang didirikan di tempat-tempat suci. Yang paling terkenal di sini adalah di Sarnath.
Dinasti Mauryan hancur setelah kematian Asoka di 232 SM; Pada akhirnya
datang Sungas, yang pada gilirannya digantikan oleh Andhras. Kedua dinasti
Brahmana ini memperlakukan umat Buddha dengan toleransi. Langkah awal gerakan
arsitektural baru ini melibatkan pembesaran stupa Asoka. Misalnya, stupa di Sanchi
diperbesar hampir dua kali ukurannya dan gerbang yang rumit ditambahkan.
Pada saat bersamaan, komunitas Buddhis menguraikan stupa Asoka, bentuk
arsitektur yang sama sekali berbeda berkembang di India barat. Struktur ini tidak
dibangun dari batu atau kayu, tapi diukir dari batuan hidup. Oleh karena itu, sangat
disayangkan bahwa struktur ini sekarang disebut sebagai "gua", seolah-olah itu adalah
gua alami di lereng gunung, karena candi tersebut sebenarnya candi besar dan
direncanakan dengan baik. Beberapa spesimen terbaik dari arsitektur potongan batu
ini seharusnya terlihat di Ajanta.
Perkembangan baru yang khas di tempat-tempat keagamaan Buddhis adalah
stupa. Stupa awalnya patung lebih dari bangunan, pada dasarnya penanda dari
beberapa situs suci atau memperingati seorang suci yang tinggal di sana. Bentuk
selanjutnya lebih rumit dan juga dalam banyak kasus merujuk kembali ke model
Gunung Meru.
Salah satu situs Budha paling awal yang masih ada ada di Sanchi, India, dan
ini berpusat pada sebuah stupa yang dikatakan telah dibangun oleh Raja Ashoka (273-
236 SM). Struktur sederhana aslinya terbungkus dalam bentuk yang lebih dekoratif
dan lebih dari dua abad keseluruhan keseluruhan situs dijabarkan. Keempat titik
kardinal ditandai oleh gerbang batu yang rumit.
Seperti halnya seni Buddhis, arsitektur mengikuti penyebaran Buddhisme di
seluruh Asia selatan dan timur dan itu adalah model India awal yang menjadi referensi
pertama, walaupun Buddhisme benar-benar lenyap dari India sendiri pada abad ke-10.
Dekorasi situs Buddhis menjadi semakin rumit selama dua abad terakhir SM,
dengan diperkenalkannya tablet dan friez, termasuk figur manusia, terutama pada
stupa. Namun, Sang Buddha tidak terwakili dalam bentuk manusia sampai abad ke-1

9 SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR II


RTA 3224 ARSITEKTUR USU
EKSISTENSI STUPA PADA VIHARA SALAPRAKCHA
SEMAKHOM DALAM ARSITEKTUR RELIGIUS

Masehi. Sebagai gantinya, simbol aniconik digunakan. Hal ini diperlakukan secara
lebih rinci dalam seni Buddhis, fase Aniconic. Ini mempengaruhi perkembangan kuil,
yang akhirnya menjadi latar belakang citra Buddha dalam banyak kasus.
Di bawah pemerintahan penguasa abad ke-8 Lalitaditya, lembah Kashmir
utama menjadi situs artistik yang penting. Sebuah kuil Surya yang megah dibangun di
Martand. Meski kini hancur, ini tetap menjadi mahakarya arsitektur Kashmir.
Buddhisme Mahayana berkembang di lembah Ladakh yang gersang, di luar
pegunungan Himalaya yang tinggi. Biara di Alchi, yang berasal dari abad ke-11,
memiliki lukisan-lukisan indah yang menggambarkan panteon Mahayana. Kuil gua
dibangun pada abad ke-13 sampai 15 di Saspol dan Karsha. Biara di Leh dan Phiyang
terus direnovasi bahkan sampai hari ini, dan kebangkitan Buddhisme India baru-baru
ini, tidak hanya terkait dengan konversi agama Hindu kasta rendah ke Buddhisme di
bawah pengaruh Ambedkar namun dengan pembentukan komunitas Buddhis Tibet,
terutama di India utara, telah memperkenalkan bab baru dalam sejarah arsitektur
Budha di India.
Seiring penyebaran agama Buddha, arsitektur Buddhis menyimpang dalam
gaya, mencerminkan kecenderungan serupa dalam seni Buddhis. Bentuk bangunan
juga dipengaruhi oleh berbagai bentuk Buddhisme di negara-negara utara, yang
mempraktikkan Buddhisme Mahayana di utama dan di selatan tempat Buddhisme
Theravada menang.

2.7 Seni dan Arsitektur Buddhis


Hingga sekarang Arsitektur Buddhis berakar kuat di tanah India tempat
kelahiran ajaran Sang Buddha. Arsitektur Buddhis dimulai dengan berkembangnya
berbagai simbol, mewakili aspek kehidupan Sang Buddha (563 SM - 483 SM). Untuk
pertama kalinya, kaisar India Ashoka, yang tidak hanya mendirikan agama Buddha
sebagai agama negara kerajaan Magadh yang besar, namun juga memilih monumen
arsitektur untuk menyebarkan agama Buddha ke tempat yang berbeda. Struktur dan
patung arsitektur khas Khas seperti Stupa, Pagoda, Biara dan Gua, yang hanya
penonton belaka dari era yang berbeda dengan tenang berbicara tentang fase tahap
Buddhis.

10 SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR II


RTA 3224 ARSITEKTUR USU
EKSISTENSI STUPA PADA VIHARA SALAPRAKCHA
SEMAKHOM DALAM ARSITEKTUR RELIGIUS

2.7.1 Gua

Gua
Sumber: www.indiapicks.com

Gua adalah bentuk tertua dari arsitektur Budha. Mereka juga dikenal sebagai
vihara-fajar yang dipenuhi tebing batu, yang dipahat dari tebing dan dinding batu
lembah. Gua Buddha menelusuri kembali awal mereka sekitar tahun 100 SM. Di India,
gua yang paling penting adalah gua Ajanta, dekat Aurangabad modern, Maharashtra.
Para biksu Buddha India membawa seni gua ini ke China, di mana kuil-kuil gua paling
awal dibangun pada abad ke-4 di Dunhuang atau Tun-Huang, yang selanjutnya dihiasi
dengan ukiran relief, lukisan dan gambar batu Buddha atau Bodhisattva.

2.7.2 Stupa

Dhammekh Stupa, Sarnath


Sumber: Courtesy Archaeological Survey of India

11 SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR II


RTA 3224 ARSITEKTUR USU
EKSISTENSI STUPA PADA VIHARA SALAPRAKCHA
SEMAKHOM DALAM ARSITEKTUR RELIGIUS

Stupas memegang tempat yang paling penting di antara semua patung Budha
paling awal. Stupa adalah monumen berbentuk kubah, digunakan untuk menampung
relik umat Budha atau untuk memperingati fakta penting Buddhisme. Meskipun Stupa
adalah patung paling menonjol di seluruh dunia, namun Myanmar atau Burma
dikreditkan untuk memiliki lebih banyak Stupas daripada di tempat lain. Di India, situs
yang paling penting dan terpelihara dengan baik ada di Sanchi, di mana orang dapat
menemukan rangkaian penuh seni dan arsitektur Buddhis dari abad ke-3 SM sampai
abad ke-12 Masehi.
Stupas dibangun dari batu atau batu bata untuk memperingati peristiwa penting
atau menandai tempat-tempat penting yang terkait dengan Buddhisme atau untuk
menampung peninggalan penting Buddha. Ashoka Maurya yang meletakkan fondasi
dari kelompok monumen ini konon telah membangun 84.000 stupa, yang sebagian
besar telah musnah.

2.7.3 Pagoda

Pagoda
Sumber: www.indiapicks.com

Pagoda adalah bentuk prinsip arsitektur Buddhis, yang digunakan sebagai


menara Budha bertaraf religius, yang didirikan sebagai peringatan atau tempat suci.
Mereka adalah simbol dari lima elemen alam semesta - bumi, air, api, udara dan eter,
dan bersama mereka, faktor yang paling penting - Kesadaran, yang merupakan realitas
tertinggi.

12 SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR II


RTA 3224 ARSITEKTUR USU
EKSISTENSI STUPA PADA VIHARA SALAPRAKCHA
SEMAKHOM DALAM ARSITEKTUR RELIGIUS

Umat Buddha awal telah mulai menggunakan simbol kerajaan 'Pagoda',


dengan menerapkan struktur seperti payung untuk melambangkan Sang Buddha, yang
segera mengambil alih fungsi Stupa. Pada abad ke 3 SM, seorang kaisar India Ashoka,
yang telah beralih ke agama Buddha, mempromosikan Pagodas dengan membangun
84.000 di antaranya di seluruh India, dan sejak saat itu, Pagoda telah menjadi bagian
yang tak terpisahkan dari semua negara, yang mempraktekkan Buddhisme: Cina,
Jepang , Korea, India dan Asia Tenggara. Myanmar menampung Pagoda Mahamuni,
salah satu pagoda paling penting di Mandalay, yang memiliki patung Buddha kuno,
dibawa ke sana oleh raja Bodawpaya pada tahun 1784 M.
Pagodas India, penuh dengan ukiran dan pahatan, terutama berbentuk piramid
dan lancip sampai apex, sedangkan China dan wilayah Asia lainnya adalah pagoda
stereotip dengan atap melengkung dan ke atas.

2.7.4 Vihara

Vihara
Sumber: www.majalahasri.com

Vihara yang dibangun dengan batu bata atau digali dari bebatuan ditemukan di
berbagai belahan India. Biasanya dibangun sesuai rencana, mereka memiliki aula yang
dimaksudkan untuk sholat berjamaah dengan beranda yang sedang berjalan di tiga sisi
atau halaman terbuka yang dikelilingi deretan sel dan beranda berpilar di depan. Sel-
sel ini berfungsi sebagai tempat tinggal bagi para bhikkhu. Bangunan monastik yang
dibangun dari batu bata ini adalah unit mandiri dan memiliki aula Chaitya atau mandat
Chaitya yang menempel pada sebuah stupa - objek utama pemujaan.

13 SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR II


RTA 3224 ARSITEKTUR USU
EKSISTENSI STUPA PADA VIHARA SALAPRAKCHA
SEMAKHOM DALAM ARSITEKTUR RELIGIUS

Beberapa vihara-vihara penting adalah yang ada di Ajanta, Ellora. Nasik, Karle,
Kanheri, Bagh dan Badami. Vihara Hinayana yang ditemukan di tempat ini memiliki
banyak fitur menarik yang membedakannya dari jenis Mahayana di wilayah yang sama.
Meskipun jelas dari sudut pandang arsitektur, mereka berukuran besar dengan sel-sel
yang digali di dinding di tiga sisi. Aula memiliki satu atau lebih pintu masuk. Sel-sel
kecil, masing-masing dengan pintu memiliki satu atau dua batu platform untuk
dijadikan tempat tidur.
Penggalian vihara di Nagarjunakonda menunjukkan halaman persegi panjang
besar dengan balok-balok tengah yang diratakan batu. Di sekitar halaman, deretan sel,
kecil dan besar, menyarankan tempat tinggal dan ruang makan untuk para biarawan.
Dua puluh lima gua tebing Ajanta adalah vihara dan merupakan vihara terbaik.
Empat vihara termasuk ke abad ke-2 SM. Kemudian, gua-gua lainnya digali pada masa
pemerintahan penguasa Vakataka yang sezaman dengan Gupta Rulers. Beberapa
vihara yang paling indah termasuk dalam periode ini. Yang terbaik dari mereka. Gua
1, jenis Mahayana terdiri dari beranda, aula, kelompok sel dan tempat perlindungan.
Memiliki fasad dihiasi. Portico ini didukung oleh pilar-pilar berukir indah. Kolom
tersebut memiliki basis persegi dengan sosok kerdil dan kurung dan ibu kota yang
diukir dengan rumit. Di bawah ibu kota adalah sempoa persegi dengan motif makara
yang diukir dengan halus. Dinding dan langit-langit gua berisi lukisan yang paling
indah. Para vihara dari Ellora tanggal 400 AD sampai abad ke 7 Masehi adalah satu,
dua, dan tiga lantai dan merupakan tipe yang terbesar. Mereka berisi patung-patung
pahatan dan milik kedua Buddhisme Hinayana dan Mahayana.

2.7.5 Cetiya

14 SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR II


RTA 3224 ARSITEKTUR USU
EKSISTENSI STUPA PADA VIHARA SALAPRAKCHA
SEMAKHOM DALAM ARSITEKTUR RELIGIUS

Cetiya
Sumber: www.indiapicks.com

Cetiya griha atau ruang ibadah dibangun di seluruh wilayah negeri baik dari
batu bata atau digali dari bebatuan. Reruntuhan sejumlah besar gejolak chaologis
struktural Buddha ditemukan di distrik timur Andhra Pradesh, di lembah, dekat sungai
dan danau. Reruntuhan yang terletak di distrik Srikakulam di Salihundam,
Visahkapatnam di Kotturu, dari Godavari Barat di Guntapalli, dari Krishna di
Vijayawada, Guntur di Nagajunakonda dan Amaravati berada pada abad ke-3 SM dan
kemudian. Bilik chaitya batu bata terbesar digali di Guntapalli.
Cetiya memiliki fasad bertingkat ganda dan memiliki tiga pintu di bagian
bawah. Ini memiliki galeri atas di mana ada lengkungan biasa. Dinding ruang depan
ke ruang cetiya dihiasi dengan patung-patung pahatan pasangan. Pilar-pilar yang
memisahkan nave tengah dari gang memiliki dasar pot, poros segi delapan, modal
teratai terbalik dengan sempoa. Sempoa itu memiliki sepasang gajah yang diukir
dengan indah berlutut, masing-masing dengan pasangan di depan dan kuda-kuda yang
bertabrakan dengan pengendara di atasnya. Stupa di ujung apse tinggi dan silinder
dengan dua lapis pagar di sekitar drum. Ini dinobatkan oleh chhatra kayu asli. Inilah
yang paling indah dari cetiya.

2.7.6 Lukisan

15 SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR II


RTA 3224 ARSITEKTUR USU
EKSISTENSI STUPA PADA VIHARA SALAPRAKCHA
SEMAKHOM DALAM ARSITEKTUR RELIGIUS

Lukisan Bodhisatva
Sumber: www.indiapicks.com

Lukisan yang telah menjadi seni yang diterima sejak awal mencapai tingkat
kesempurnaan dalam periode Gupta. Lukisan atau lukisan indah ini harus dilihat di
gua Ajanta. Seluruh permukaan gua dilukis dengan indah dan menunjukkan standar
tinggi yang dicapai dalam lukisan mural.
Tema lukisan di dinding ini kebanyakan adalah kehidupan Buddha dan
Bodhisattva dan cerita Jataka. Topik-topik ini mencakup narasi peristiwa yang terus
berlanjut mengenai semua aspek kehidupan manusia sejak lahir sampai mati. Setiap
jenis emosi manusia digambarkan. Lukisan-lukisan tersebut mencerminkan kehidupan
kontemporer zaman, pakaian, ornamen, budaya, senjata yang digunakan, bahkan
kepercayaan mereka digambarkan dengan kenyataan seperti kehidupan. Lukisan
meliputi dewa, yakshas, kinneras, gandharvas, apsaras dan manusia.
Lukisan tersebut menunjukkan perasaan intens mereka terhadap alam dan
pemahaman tentang berbagai aspek dari semua makhluk hidup. Langit-langitnya
ditutupi dengan desain, bunga, tanaman, burung, binatang, buah dan orang yang rumit.
Tanah untuk lukisan disiapkan dengan cara membukanya dengan lapisan kasar tanah
dan pasir yang dicampur dengan serat nabati, kulit dan rumput. Lapisan kedua lumpur
dicampur dengan pasir halus dan bahan nabati berserat. Hasil akhir diberikan dengan
lapisan tipis kapur, lem digunakan sebagai pengikat. Pada permukaan yang disiapkan
ini, garis besar ditarik dan ruangan dipenuhi dengan warna yang dibutuhkan; dengan
banyak perhatian diberikan pada nuansa dan nada. Merah, kuning, hitam, oker, biru
dan gypsum banyak digunakan.

16 SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR II


RTA 3224 ARSITEKTUR USU
EKSISTENSI STUPA PADA VIHARA SALAPRAKCHA
SEMAKHOM DALAM ARSITEKTUR RELIGIUS

2.7.7 Sthambas atau Pilar

Pilar Asokha
Sumber: www.indiapicks.com

Sthambas atau Pilar dengan lambang agama disiapkan oleh umat Buddha yang
saleh untuk menghormati Buddha atau Budha agung lainnya. Fragmen sthambas milik
Mauryan kali dan kemudian ditemukan di Sanchi, Sarnath, Amaravati dan
Nagarjunkonda.
Sebagian dari Pilar Ashoka, tingginya 15,25 meter, diimbangi oleh ibukota
singa yang terkenal dan cakra dharma di atas kepala keempat singa berdiri di dekat
stupa Dharmarajika di Sarnath. Pilar tersebut memuat perintah Ashoka untuk
memperingatkan para bhikkhu dan biarawati agar tidak menciptakan perpecahan
dalam tatanan monastik. Potongan-potongan yang terputus dari Pilar sekarang ada di
Museum di Sarnath.
Patung magnificient patung Mauryan setinggi 2,31 meter. Ini terdiri dari empat
bagian - (i) vas berbentuk lonceng yang ditutupi dengan kelopak teratai terbalik, (ii)
sempoa bulat, (iii) empat singa duduk dan (iv) mahkota hati mahkota dengan tiga puluh
dua jari. Keempat singa tersebut dipahat dengan indah. Pada sempoa ada empat
binatang yang sedang berlari - seekor gajah, seekor banteng, seekor kuda dan seekor.
singa dengan dharmachakra kecil di antara mereka. Dharmachakra melambangkan
dharma atau hukum; Keempat singa yang menghadap ke empat arah itu adalah bentuk
Buddha atau Sakyasimha, keempat hewan berkaki empat adalah empat perempatnya
menurut buku Buddhis dan empat dharmachrara yang lebih kecil berdiri di daerah

17 SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR II


RTA 3224 ARSITEKTUR USU
EKSISTENSI STUPA PADA VIHARA SALAPRAKCHA
SEMAKHOM DALAM ARSITEKTUR RELIGIUS

antara dan teratai merupakan simbol aktivitas kreatif. Permukaan pilar ini memiliki
cermin seperti finish.
Pilar Ashokan yang lain adalah yang ada di Lauriya Nandangarh di Bihar.
Didirikan pada abad ke-3 SM itu terbuat dari batu pasir Chunar yang sangat halus.
Berdiri 9,8 meter tingginya naik dari tanah dan tidak memiliki struktur dasar. Hal ini
diatasi dengan teratai terbalik berbentuk lonceng. Sempoa di atasnya dihiasi dengan
angsa terbang dan mahkota itu adalah singa duduk. Pilar adalah contoh keterampilan
teknik pengrajin zaman Mauryan.

2.8 Simbol pada Stupa


Proporsi tubuh Buddha yang sempurna sesuai dengan rancangan monumen
keagamaan. Arsitekturnya berkembang dari gundukan makam pra-Buddha India. Di
bawah gundukan ini, pertapa suci dikuburkan; tubuh mereka duduk di tanah dan
ditutupi dengan tanah. Makam berbentuk kubah ini, atau tumuli, orang-orang kudus
dianggap sebagai tempat-tempat suci. Dan merupakan tujuan ziarah untuk kesalehan
dan tempat praktik bagi para meditator.

Barisan Stupa Tibet Chortens


Sumber: www.buddhanet.net

Ruwanweliseya, atau "Stupa Besar", di atas, dianggap sebagai stupa terpenting


di Anuradhapura, Sri Lanka. Berdiri di 300 kaki, itu adalah yang tertua tapi terkecil
dari tiga bangunan raksasa di batu bata di dunia. Stupa, dihiasi oleh karang yang

18 SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR II


RTA 3224 ARSITEKTUR USU
EKSISTENSI STUPA PADA VIHARA SALAPRAKCHA
SEMAKHOM DALAM ARSITEKTUR RELIGIUS

dibawa dari Mediterania oleh seorang utusan raja Sri Lanka yang memiliki pendengar
dengan Roman Emporer Caesar Augustus, dipulihkan oleh penguasa berturut-turut.
Stupa yang dibangun oleh Raja Duttugamunu, dikelilingi oleh dinding gajah, desain
yang dipulihkan dari ungkapan sebelumnya. Desain ini telah diulang di Thailand,
Burma, dan negara-negara lain di mana ajaran Buddha diajarkan oleh para bhikkhu
dari Sri Lanka.
Struktur dasar sebuah Chorten terdiri dari pondasi persegi yang melambangkan
bumi, sebuah kubah yang melambangkan air, dan tiga belas langkah meruncing
pencerahan yang melambangkan elemen api. Langkah-langkah ini mengarah pada
payung bergaya, simbol angin, yang berada di puncak bola halus oleh 'simbol kembar'
yang terkenal yang menyatukan matahari dan bulan, yang merupakan mahkota
Chorten yang berkilauan.
Stupa Besar di Sanchi, di India tengah, adalah salah satu stupa paling awal; Ini
berfungsi sebagai prototipe arsitektur untuk semua yang lain yang diikuti. Stupa yang
terkenal di dunia - yang pertama kali dibangun pada abad ke-3 SM Maurya penguasa
Ashoka di batu bata (bahan yang sama dengan yang dimiliki Sri Lanka) - kemudian
diperluas menjadi dua kali ukuran aslinya di batu.
Dalam pengertian yang paling mendasar, sebagai representasi arsitektur dari
sebuah situs pemakaman suci, sebuah stupa tidak peduli di mana letaknya di dunia
atau ketika dibangun - memiliki tiga ciri dasar, yaitu:
1. Gundukan hemispherical (Anda)
Bentuk kubah Anda (sorotan hijau) mengingatkan gundukan kotoran yang
digunakan untuk menutupi jenazah Buddha. Seperti yang Anda duga, ia
memiliki inti yang solid dan tidak dapat dimasuki. Konsisten dengan
asosiasi simbolis mereka, stupa paling awal berisi peninggalan sebenarnya
dari Sang Buddha; Ruang relik, terkubur jauh di dalam dirimu, disebut
tabena. Seiring waktu, gundukan hemispherical ini telah menghasilkan
asosiasi simbolis yang lebih megah: rumah dewa di puncak alam semesta.
2. Pagar persegi (Harmika)
The harmika (sorotan merah) terinspirasi oleh pagar persegi atau pagar
yang mengelilingi gundukan tanah, menandainya sebagai tempat
pemakaman suci.

19 SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR II


RTA 3224 ARSITEKTUR USU
EKSISTENSI STUPA PADA VIHARA SALAPRAKCHA
SEMAKHOM DALAM ARSITEKTUR RELIGIUS

3. Sebuah pilar utama yang mendukung bentuk triple payung (Chattra)


Chattra, pada gilirannya, berasal dari payung yang ditempatkan di atas
gundukan untuk melindunginya dari elemen (highlight ungu). Sama seperti
nilai simbolis Anda yang berkembang dari waktu ke waktu, pilar utama
yang memegang payung telah datang untuk mewakili pivot alam semesta,
poros mundi dimana dewa turun dari surga dan dapat diakses oleh manusia.
Dan tiga disket seperti cakram melingkar mewakili tiga Permata, atau
Triantha, Buddhisme, yang menjadi kunci pemahaman sejati tentang iman:
(a) Buddha; (b) dharma (ajaran Budha atau hukum agama); dan (c) sangha
(komunitas monastik).

Di sekitar tiga blok bangunan inti ini ditambahkan fitur sekunder, seperti:
1. Dinding kandang dengan gireways dihiasi pada arah kardinal.
Dinding - dengan merek dagangnya tiga batangan batu horisontal (di
gambar atas) - mengelilingi keseluruhan struktur. Dindingnya ditandai
dengan highlight biru terang dan torana berwarna kuning.
2. Teras melingkar (Medhi).
Teras yang dikelilingi pagar tiga bar yang serupa mendukung Anda dan
mengangkatnya dari tanah (sorot hitam); Ini kemungkinan dijadikan
tempat untuk ritual keliling.

20 SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR II


RTA 3224 ARSITEKTUR USU
EKSISTENSI STUPA PADA VIHARA SALAPRAKCHA
SEMAKHOM DALAM ARSITEKTUR RELIGIUS

Potongan dan Denah Great Stupa Sanchi


Sumber: www.approachguides.com

2.9 Analogi dengan Simbol pada Stupa

Pagoda dan Stupa


Sumber: www.buddhanet.net

21 SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR II


RTA 3224 ARSITEKTUR USU
EKSISTENSI STUPA PADA VIHARA SALAPRAKCHA
SEMAKHOM DALAM ARSITEKTUR RELIGIUS

Benih Pencerahan Tertinggi, juga digambarkan sebagai Lidah Api (Bindu)


yang bisa direalisasikan di atas simbol ganda yang menobatkan Chorten.
Simbol ganda (Surya Chandra) Matahari dan terbitnya bulan adalah lambang
dari Kebenaran Mutlak (dari lingkup yang melampaui pemahaman normal) dan
Kebenaran Relatif (dari dunia duniawi).
Parasol bergaya (Chattra) secara simbolis memberi perlindungan dari semua
kejahatan.
Tiga belas Langkah Pencerahan, yaitu Sepuluh Langkah Pencerahan pertama
(Dasha-Bhumi) dan tiga tingkat kesadaran super yang lebih tinggi (Avenida-smriti
upasthana).
Kubah, sesuai dengan gundukan purba, sebagai Tempat Peninggalan Relik atau
sesaji (Dhatu-Garbha); bangunan dome-line Indian Stupas Lama juga disebut
gelembung telur atau air (Budbuda).
Basis (Parishada) persegi dan empat langkah, sisi-sisinya menghadap ke empat
arah. Analog ke dunia bawah.

2.10 Contoh Stupa


Contoh stupa terbaik adalah yang dibangun di Amaravati, Sanchi, Barhut dan
Gaya. "Salah satu suaka arsitektur yang paling mencolok di India kuno" dan stupa
paling awal dan terbesar dari tiga stupa yang ditemukan di Sanchi dibangun oleh
Ashoka (273-236 SM).
Sanchi di distrik Raisen di Madhya Pradesh terkenal dengan monumen dan
bangunan Budha yang megah. Terletak di atas bukit, stupa-stupa yang indah dan
terpelihara dengan baik ini menggambarkan berbagai tahap perkembangan seni
Buddha dan arsitektur kuno selama periode seribu tiga ratus tahun dari abad ketiga SM.
ke abad kedua belas A.D. Prasasti menunjukkan bahwa monumen ini dikelola oleh
pedagang kaya di wilayah tersebut.
Stupa yang dibangun oleh Ashoka rusak saat pecahnya Kekaisaran Maurya.
Pada abad ke 2 SM, selama. Aturan Sungas itu benar-benar direkonstruksi. Kegiatan
religius menyebabkan peningkatan dan pembesaran stupa dan pagar batu dibangun di
sekitarnya. Itu juga dihiasi dengan pembangunan gerbang yang diukir dengan sangat
ketat.

22 SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR II


RTA 3224 ARSITEKTUR USU
EKSISTENSI STUPA PADA VIHARA SALAPRAKCHA
SEMAKHOM DALAM ARSITEKTUR RELIGIUS

Stupa Agung memiliki kubah hemispherical besar yang rata di atas, dan
dimahkotai oleh payung tiga atau Chattra di alas yang dikelilingi pagar persegi atau
Karmika. Peninggalan Buddha diletakkan di ruang peti mati di pusat Dome. Di dasar
kubah adalah teras melingkar tinggi yang mungkin dimaksudkan untuk parikrama atau
keliling dan langkan yang melingkar. Pada tingkat dasar adalah jalur prosesi batu yang
diaspal dan satu batu lain Balustrade dan dua tangga menuju teras melingkar. Akses
ke sana adalah melalui empat gerbang ukir yang indah atau Toranas di Utara, Selatan,
Timur dan Barat. Diameter stupa adalah 36,60 meter dan tingginya 16,46 meter. Ini
dibangun dari batu bata bakar besar dan lesung lumpur. Diperkirakan bahwa Toranas
yang diukir dengan rumit dibangun oleh pekerja gading atau logam di kelas 1. Abad
SM pada masa pemerintahan Raja Satakarni dari Dinasti Satavahana. Tambahan
terakhir stupa dibuat pada awal abad ke-4 Masehi di era Gupta ketika empat gambar
Buddha duduk di dhyana mudra atau meditasi dipasang di empat pintu masuk.

Great Stupa Sanchi, India


Sumber: www.approachguides.com

Pintu gerbang Torana pertama yang akan dibangun adalah pintu masuk utama
di Selatan. Setiap gateway memiliki dua pilar persegi. Memahkotai setiap pilar.
keempat sisinya adalah empat gajah, empat singa dan empat kurcaci. Keempat kurcaci
tersebut mendukung suprastruktur tiga architraves atau panel berukir satu di atas yang
lain. Antara ini adalah gajah diukir dengan rumit dan pengendara dengan menunggang

23 SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR II


RTA 3224 ARSITEKTUR USU
EKSISTENSI STUPA PADA VIHARA SALAPRAKCHA
SEMAKHOM DALAM ARSITEKTUR RELIGIUS

kuda. Architrave terendah didukung pada angka bracket yang diukir dengan indah.
Panelnya dihiasi dengan ukiran ukiran halus pria, wanita, yakshas, singa dan gajah.
Seluruh panel gerbang ditutupi dengan pemandangan pahatan dari kehidupan Buddha,
Kisah Jataka, peristiwa masa Buddha dan deretan motif bunga atau bunga teratai.
Adegan dari pertunjukan Buddha Buddha yang diwakili oleh simbol - teratai,
mengendarai kuda caparisoned tanpa rider, payung yang dipegang di atas takhta, jejak
kaki dan triratnas yang merupakan simbol Buddha, Dharma dan Sangha. Panel atas
memiliki cakra Dharma dengan dua Yakshas di kedua sisi memegang chamaras.
Pemandangan Selatan yang digambarkan dari kehidupan Buddha adalah Pencerahan
Buddha (sebuah takhta di bawah pohon peepul); Khotbah Pertama (sebuah chakra
Dharma ditempatkan di atas takhta); Keberangkatan Besar (kuda tanpa rider dan kereta
kosong dengan payung di atas); Persembahan Sujata dan godaan dan penyerangan oleh
Mara.
Stupa besar di Bharhut juga di Madhya Pradesh dibangun pada abad ke-2 SM
di Periode Sunga. Ini adalah kubah hemispherical yang dibangun dari batu bata dan
diatasi dengan poros dan payung untuk mewakili kedaulatan spiritual Buddhisme.
Pagar yang mengelilinginya terbuat dari batu pasir merah. Pemandangan dari
kehidupan Buddha dan Kisah Jataka dipahat di gerbang, pilar, tegak lurus dan palang
palang dari pagar.
Pada periode yang sama, sejumlah stupa, chaityas, viharas dan pilar dibangun
di Sanchi, Bodh-Gaya, Mathura, Gandhara, Amaravati dan Nagarjunakonda.
Meskipun sebagian besar ini tidak seluruhnya ada, reruntuhannya memiliki
kepentingan arsitektural.
Stupas Nagajunakonda dan Amaravati, keduanya di Distrik Guntur, Andhra
Pradesh, menunjukkan bahwa Stupas di wilayah Selatan berbeda dari struktur Utara.
Arsitektur di sini adalah pergeseran dari gaya Buddhis yang biasa, yang mencerminkan
dua divisi utama dalam Buddhisme - Hinayana dan Mahayana. Kecenderungan dan
gaya yang berbeda digabungkan di sini sehingga menghasilkan bentuk arsitektur baru,
yaitu kuil segi empat, kuil persegi dan empat persegi panjang, aula berpilar dan a. stupa
kecil di atas panggung persegi.
Stupa Nagarjunakonda berbentuk kubah hemispherical yang bertumpu pada
drum rendah yang terbungkus panel yang dipahat dengan pemandangan kejadian yang

24 SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR II


RTA 3224 ARSITEKTUR USU
EKSISTENSI STUPA PADA VIHARA SALAPRAKCHA
SEMAKHOM DALAM ARSITEKTUR RELIGIUS

menggambarkan kehidupan Buddha. Sebuah fitur penting dari stupa di sini adalah
ayaka platform di empat arah dengan lima pilar tertulis pada masing-masing. Lima
pilar tersebut melambangkan lima peristiwa penting dalam kehidupan Buddha -
Kelahiran, Penolakan, Pencerahan, Khotbah Pertama dan Mencapai Parinibana (tidak
lahir kembali).
Beberapa stupa dibangun di atas panggung persegi yang memiliki tempat suci
apsidal di kedua sisi dan aula berpilar di dalam sebuah biara kuadran. Beberapa stupa
berbentuk roda yang memiliki empat sampai sepuluh jari dan dua atau tiga vihara
bersayap.
Yang paling awal dari stupa Nagarjunkonda adalah Maha Chaitya yang berisi
peninggalan gigi Buddha. Stupa ini berbentuk roda dengan platform ayaka yang
diunggulkan oleh pilar. Stupa terkecil di sini hanya memiliki dua sel dan Chaitya griha
mengabadikan citra Buddha.
Reruntuhan stupa telah ditemukan di Rajgriha atau Rajgir (Bihar) di mana
Konsili Buddhis Pertama diadakan; di Vaisali (Bihar) di mana Konsili Buddhis Kedua
diadakan dan di Sravasti (U.P.) salah satu dari delapan tempat ziarah Buddhis dimana
Buddha dikatakan telah melakukan Keajaiban Agung. Untuk menunjukkan kekuatan
spiritualnya, dia membuat pohon mangga untuk tumbuh dalam satu hari dan
menciptakan banyak gambar dirinya sendiri, duduk dan berdiri di atas teratai dengan
api dan air yang memancar dari tubuhnya. Konversi Raja Prasenajit dan dacoit
Angulimala juga dikatakan telah terjadi di sini.
Reruntuhan stupa utama di Kusinagara di U.P. dimana Buddha meninggal
dunia dan dikremasi, diyakini mengandung sisa-sisa jasad Buddha. Baik Fa-hien
maupun Hiuen Tsang telah mencatat kunjungan mereka ke tempat-tempat ini.
Stupa Dhamekh dan stupa Dharmarajika di Sarnath diyakini dibangun oleh
Asoka dan kemudian dibangun kembali pada masa Gupta. Stupa ini berisi peninggalan
Buddha dan oleh karena itu merupakan tempat ziarah Buddhis yang penting. Buddha
memberikan Khotbah Pertama di Sarnath dan juga mendirikan Sangha atau Ordo para
bhikkhu di sini. Stupa Dhamekh asli yang dibangun dengan lumpur atau bata adalah
struktur silindris 43,5 m. tinggi. Ruang bawah tanah batu memiliki delapan wajah yang
memproyeksikan dengan ceruk di dalamnya. Diukir dengan indah dengan pola bunga
dan geometris yang indah, diyakini telah terpasang pada periode Gupta.

25 SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR II


RTA 3224 ARSITEKTUR USU
EKSISTENSI STUPA PADA VIHARA SALAPRAKCHA
SEMAKHOM DALAM ARSITEKTUR RELIGIUS

BAB 3
PEMBAHASAN MATERI

3. 1 Salaprakcha Semakhom

Vihara Salaprakcha Semakhom


Sumber: www.youtube.com

Vihara Salaprakcha Semakhom merupakan salah satu vihara yang


berada di Sumatera Utara, Kota Medan Sunggal. Vihara ini beralamat di Jalan
Tapian Nauli, Pasar 3, Sunggal, Medan. Vihara ini didirikan pada tahun 2010
dan selesai setahun kemudian.
Vihara ini terletak pada kavling yang cukup luas, mencapai kurang
lebih 2500m2. Akan tetapi luas lahan dimanfaatkan untuk kegiatan ritual
diluar bangunan. Sedangkan bangunannya hanya menempatkan ¼ kavling
saja.

Vihara Salaprakcha Semakhom


Sumber: www.youtube.com

26 SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR II


RTA 3224 ARSITEKTUR USU
EKSISTENSI STUPA PADA VIHARA SALAPRAKCHA
SEMAKHOM DALAM ARSITEKTUR RELIGIUS

Vihara Salaprakcha Semakhom


Sumber: www.youtube.com

Bangunan ini terbagi menjadi dua berdasarkan fungsinya. Yang


pertama adalah gedung vihara itu sendiri, gedung ini berbentuk persegi
panjang yang dibagi menjadi beberapa bagian berdasarkan budaya yang
diadopsi dari negara Thailand. Bangunan yang kedua merupakan deretan
rumah-rumah kecil dengan atap yang khas dan berfungsi sebagai tempat
tinggal biksu-biksuni.

Vihara Salaprakcha Semakhom


Sumber: www.youtube.com

Pada bangunan utama, terdapat dua buah atap perisai di sisi kiri dan
kanan, serta satu buah stupa raksasa yang menjadi simbol dari ajaran Budha.

3. 2 Proses Peletakan Batu Pertama


Pada dasarnya membangun vihara ini sama saja dengan bangunan
lainnya. Akan tetapi terdapat beberapa bagian penting yang mengikuti sejarah
dari ajaran tersebut. Hal ini juga diukur dari budaya yang dianut oleh umatnya.
Pada bagian pondasi bangunan ini menggunakan pondasi batu kali
menerus yang dipadu dengan pondasi setempat. Hal ini dikarenakan akan
membangun atap datar yang akan menjadi tempat Stupa diletakkan.
Berdasarkan budaya yang ada, untuk memulai pembangunan, maka
penting sekali berdoa dan melakukan ritual kecil. Contohnya adalah dengan

27 SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR II


RTA 3224 ARSITEKTUR USU
EKSISTENSI STUPA PADA VIHARA SALAPRAKCHA
SEMAKHOM DALAM ARSITEKTUR RELIGIUS

penanaman sebuah batang kayu yang ditancap ke lantai kerja yang belum
diproses.

Vihara Salaprakcha Semakhom


Sumber: http://vihara-salaprakchasemakom.blogspot.co.id

Setelah menancapkan batang kayu yang sudah didoakan, para umat


diperbolehkan untuk melapisi dengan koin berupa mata uang.

Vihara Salaprakcha Semakhom


Sumber: http://vihara-salaprakchasemakom.blogspot.co.id

Setelah itu barulah menyusun batu bata yang telah diberikan warna
emas. Hal ini dikenal dengan istilah peletakkan batu pertama yang dilakukan
oleh pemuka agama.

28 SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR II


RTA 3224 ARSITEKTUR USU
EKSISTENSI STUPA PADA VIHARA SALAPRAKCHA
SEMAKHOM DALAM ARSITEKTUR RELIGIUS

Vihara Salaprakcha Semakhom


Sumber: http://vihara-salaprakchasemakom.blogspot.co.id

Akan ada satu prasasti yang telah diukir dan ditandatangani oleh pihak
yang berkonstribusi besar ataupun biksu-biksuni yang memiliki peran penting
dalam pembangunan vihara tersebut. Prasasi ini nantinya akan di tanam diatas
batu yang telah diberi warna emas atau perak tadi.

Vihara Salaprakcha Semakhom


Sumber: http://vihara-salaprakchasemakom.blogspot.co.id

29 SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR II


RTA 3224 ARSITEKTUR USU
EKSISTENSI STUPA PADA VIHARA SALAPRAKCHA
SEMAKHOM DALAM ARSITEKTUR RELIGIUS

Vihara Salaprakcha Semakhom


Sumber: http://vihara-salaprakchasemakom.blogspot.co.id

Setelah itu, barulah diadakan doa bersama dan ritual kecil sebagai
pertanda mulainya pembangunan Vihara Salaprakcha Semakhom ini.
Sebenarnya, proses ini tidak hanya dilakukan pada vihara ini, pada vihara lain
juga dilakukan, akan tetapi tidak menjadi sebuah keharusan.

3. 3 Konstruksi Ulang Stupa


Proses ini dilakukan beberapa tahun berselang setelah vihara ini
didirikan. Hal ini dilakukan karena stupa yang sebelumnya masih belum
memenuhi standar stupa yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli. Selain
itu, stupa yang lama merupakan stupa yang bentuknya mirip dengan stupa di
India. Sedangkan vihara Salaprakcha Semakhom lebih didominasi dengan
nuansa Thailand.

Vihara Salaprakcha Semakhom


Sumber: http://vihara-salaprakchasemakom.blogspot.co.id

30 SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR II


RTA 3224 ARSITEKTUR USU
EKSISTENSI STUPA PADA VIHARA SALAPRAKCHA
SEMAKHOM DALAM ARSITEKTUR RELIGIUS

Vihara Salaprakcha Semakhom


Sumber: http://vihara-salaprakchasemakom.blogspot.co.id

Vihara Salaprakcha Semakhom


Sumber: http://vihara-salaprakchasemakom.blogspot.co.id

Proses konsturksi ini juga dibarengi dengan pembaharuan pada lokasi


taman dan area parkiran. Taman yang berada tepat di depan vihara ini juga
telah diberikan leveling, sehingga mendukung proses ritual keagamaan.

31 SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR II


RTA 3224 ARSITEKTUR USU
EKSISTENSI STUPA PADA VIHARA SALAPRAKCHA
SEMAKHOM DALAM ARSITEKTUR RELIGIUS

DAFTAR PUSTAKA

https://www.buddhanet.net/e-learning/history/buddhist-art/chinese_temple.html

http://indiapicks.com/annapurna/B_Buddhist.html

http://www.buddhanet.net/stupa.htm

http://www.approachguides.com/blog/buddhist-stupa-architecture-symbolism/

https://www.britannica.com/topic/architecture/Religious-architecture

http://www.buddhist-tourism.com/buddhism-information/buddhist-architecture.html

https://www.wikipedia.org

https://academy.gktoday.in/article/key-elements-of-buddhist-architecture/

http://vihara-salaprakchasemakom.blogspot.co.id

https://plus.google.com/101418337833984175657

Brown, Percy. Indian Architecture. Bombay: Taraporevala and co., 1959.

Michell, George. The Penguin guide to the monuments of India, Vol I. London:
Viking, 1989.

Tadgell, Christopher. The History of Architecture in India. London: Phaidon Press,


1990.

32 SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR II


RTA 3224 ARSITEKTUR USU
EKSISTENSI STUPA PADA VIHARA SALAPRAKCHA
SEMAKHOM DALAM ARSITEKTUR RELIGIUS

LAMPIRAN – LAMPIRAN

Gambar Kerja Stupa


Sumber: http://vihara-salaprakchasemakom.blogspot.co.id

Gambar Kerja Denah


Sumber: http://vihara-salaprakchasemakom.blogspot.co.id

Gambar Suasana dalam Vihara


Sumber: http://vihara-salaprakchasemakom.blogspot.co.id

33 SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR II


RTA 3224 ARSITEKTUR USU

Anda mungkin juga menyukai