Anda di halaman 1dari 45

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan Laporan Fakta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
Kawasan Permukiman Nelayan Kedung Cowek Kota Surabaya sebagai tugas
1 dari Mata Kuliah Dasar – Dasar Perencanaan RTBL.
Laporan Fakta ini merupakan tahap pertama dari keseluruhan rangkaian
penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Permukiman Nelayan
Kedung Cowek Kota Surabaya.
Selama proses penyusunan laporan fakta ini banyak mendapatkan bantuan dari
pihak-pihak lain sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan optimal. Pada
Kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan tugas ini yaitu :
1. Mochamad Yusuf, S.T., M.Sc. sebagai dosen mata kuliah Dasar-Dasar
Perencanaan RTBL yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan laporan
ini serta memberikan ilmu dan saran yang sangat bermanfaat.
2. Serta semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian tugas
ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis berharap Laporan Fakta ini dapat bermanfaat untuk menambah
wawasan pembaca dan memberikan gambaran umum kawasan perencanaan sebagai
bahan dalam menentukan rencana dan arahan penataan dan perancangan kawasan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata kami
ucapkan terimakasih.

Surabaya, 13 Oktober 2017

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 2
1.4 Sistematika Penulisan ............................................................................... 2
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH ...................................................................... 3
2.1 Fakta....................................................................................................... 3
2.1.1 Administrasi dan Geografis Wilayah ................................................... 3
2.1.2 Fisik Dasar ....................................................................................... 3
2.1.3 Penggunaan Lahan ........................................................................... 5
2.1.3.1 Penggunaan Lahan Makro ................................................................. 5
2.1.3.2 Penggunaan Lahan Mikro .................................................................. 7
2.1.4 Kondisi Sosial dan Kependudukan ...................................................... 9
2.1.5 Jaringan Pergerakan ......................................................................... 9
2.1.6 Identitas Lingkungan ...................................................................... 12
2.1.7 Ruang Terbuka Hijau ...................................................................... 15
2.1.8 Tata Bangunan dan Lingkungan ...................................................... 18
2.1.9 Sarana dan Prasarana ..................................................................... 26
2.1.10 Kajian Historis Kawasan .................................................................. 30
2.1.11 Regulasi dan Kebijakan RDTRK UP Tambak Wedi ............................. 32
2.2 Potensi .................................................................................................. 38
2.3 Masalah ................................................................................................. 39
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 41

iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Distribusi Luas Lahan Makro di Kawasan Perencanaan ............................. 5
Tabel 2.2 Distribusi Luas Lahan Mikro di Kawasan Perencanaan .............................. 7
Tabel 2.3 Penduduk di Kelurahan Kedung Cowek berdasarkan Struktur Usia ............ 9
Tabel 2.4 Potensi di Wilayah Perencanaan ........................................................... 38
Tabel 2.5 Masalah di Wilayah Perencanaan .......................................................... 39

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Permukiman Nelayan di Kawasan Perencanaan .................................... 5
Gambar 2.2 Taman dan Fasilitas Peribadatan ......................................................... 5
Gambar 2.3 Cagar Budaya Benteng Kedung Cowek ................................................ 7
Gambar 2.5 Aktivitas penduduk Pesisir Kedung Cowek ........................................... 9
Gambar 2.6 Path yang ada di Wilayah Perencanaan ............................................. 12
Gambar 2.7 Edges yang ada di Wilayah Perencanaan ........................................... 13
Gambar 2.8 Nodes yang ada di Wilayah Perencanaan ........................................... 14
Gambar 2.9 Landmark yang ada di Wilayah Perencanaan ..................................... 14
Gambar 2.10 District yang ada di wilayah perencanaan ........................................ 15
Gambar 2.11 Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perencanaan ................................. 16
Gambar 2.12 KDB Permukiman 80-100%............................................................. 18
Gambar 2.13 KLB Fasilitas Umum 180-200% ....................................................... 19
Gambar 2.14 KDH 30-40% ................................................................................. 20
Gambar 2.15 GSB 0-2 meter pada Sekolah MI...................................................... 20
Gambar 2.16 Gaya Arsitektur Sentra Ikan Bulak ................................................... 25
Gambar 2.17 Gaya Arsitektur Lantai 2 Sentra Ikan Bulak ...................................... 25
Gambar 2.18 Gaya Arsitektur Perkampungan Pesisir ............................................. 26
Gambar 2.18 Street Picture Permukiman Nelayan dan Sentra Ikan Bulak ............... 26
Gambar 2.19 Masjid Al-Mabrur ............................................................................ 27
Gambar 2.20 Madrasah Ibtidaiyah Ribath Darut Tauhid ........................................ 27
Gambar 2.21 Sentra Ikan Bulak........................................................................... 28
Gambar 2.22 Sistem Drainase Terbuka dan Tertutup ............................................ 28
Gambar 2.23 Sistem Jaringan Listrik .................................................................... 28
Gambar 2.24 Benteng Kedung Cowek .................................................................. 30
Gambar 2.25 Benteng Kedung Cowek 1940-an..................................................... 31
Gambar 2.26 Penyerangan di Benteng Kedung Cowek Tahun 1945 ....................... 31

iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penataan bangunan dan lingkungan adalah kegiatan pembangunan untuk
merencanakan, melaksanakan, memperbaiki, mengembangkan atau melestarikan
bangunan dan lingkungan/kawasan tertentu sesuai dengan prinsip pemanfaatan ruang
dan pengendalian bangunan gedung dan lingkungan secara optimal, yang terdiri atas
proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan,
pelestarian dan pembongkaran bangunan gedung dan lingkungan.
Di dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 diatur
tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Kawasan
perencanaan pada kegiatan RTBL dilakukan di kawasan baru berkembang cepat,
kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, dan kawasan
gabungan (campuran). Penyusunan dokumen RTBL berdasarkan pola penataan
bangunan yang ditetapkan pada kawasan perencanaan, yaitu perbaikan kawasan,
pengembangan kembali kawasan, pembangunan baru kawasan, dan perlindungan
kawasan.
Kota Surabaya menjadi kawasan yang vital untuk direncanakan tata bangunan
dan lingkungannya. Hal ini disebabkan letak geografis Surabaya yang berada di pesisir
pantai serta sejarah kota yang panjang. Selain itu, tingginya jumlah penduduk Kota
Surabaya sebagai Kota Metropolitan menyebabkan dinamika perkotaan yang beragam.
Kampung Nelayan Kedung Cowek menjadi salah satu lokasi strategis untuk
direncanakan dalam dokumen RTBL. Kampung Nelayan Kedung Cowek yang berlokasi
di pantai utara tepatnya di Kelurahan Kedung Cowek memiliki pola penataan bangunan
sebagai permukiman nelayan yang cenderung kumuh. Selain itu di lokasi juga terdapat
sempadan pantai yang dimanfaatkan sebagai kawasan lindung mangrove serta yang
menjadi daya tarik adalah keberadaan Benteng Kedung Cowek. Dari kondisi ini,
pemerintah Kota Surabaya sudah berupaya untuk meningkatkan vitalitas kawasan
melalui pembangunan Sentra Ikan Bulak. Namun pembangunan tersebut masih belum
berdampak pada pola permukiman di Kampung Nelayan Kedung Cowek, bahkan tidak
berdampak apapun terhadap keberadaan Benteng Kedung Cowek.
Oleh karenanya penyusunan dokumen RTBL diperlukan selain sebagai produk
pengaturan pemanfaatan ruang serta penataan bangunan dan lingkungan pada
kawasan terpilih, juga sebagai dokumen panduan/pengendali pembangunan dalam
penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan kawasan terpilih supaya
memenuhi kriteria perencanaan tata bangunan dan lingkungan yang berkelanjutan
meliputi pemenuhan persyaratan tata bangunan dan lingkungan, peningkatan kualitas
hidup masyarakat melalui perbaikan kualitas lingkungan dan ruang publik, perwujudan
pelindungan lingkungan, serta peningkatan vitalitas ekonomi lingkungan. Sehingga
diharapkan dapat membentuk pola penataan bangunan yang mampu memperbaiki
kawasan dan melindungi kawasan.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penulisan
laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana fakta, potensi dan masalah di Kawasan Kampung Nelayan
Kedung Cowek Surabaya Timur terkait aspek tata lingkungan dan tata
bangunan?
2. Bagaimana kondisi sejarah / aspek historis yang ada di Kawasan Kampung
Nelayan Kedung Cowek Surabaya Timur?
3. Bagaimana regulasi yang digunakan sebagai dasar penyusunan,
pemanfaatan dan pengendalian RTBL di Kawasan Kampung Nelayan Kedung
Cowek Surabaya Timur?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi fakta, potensi dan masalah di Kawasan Kampung Nelayan
Kedung Cowek Surabaya Timur terkait aspek tata lingkungan dan tata
bangunan.
2. Mengetahui kondisi sejarah / aspek historis yang ada di Kawasan Kampung
Nelayan Kedung Cowek Surabaya Timur.
3. Mengetahui regulasi yang digunakan sebagai dasar penyusunan,
pemanfaatan dan pengendalian RTBL di Kawasan Kampung Nelayan Kedung
Cowek Surabaya Timur.
1.4 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai latar belakang penulisan makalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH
Dalam Bab ini membahas tentang fakta, potensi dan masalah terkait aspek
aspek tata lingkungan dan tata bangunan di Kawasan Permukiman Nelayan
Kedung Cowek. Serta data historis dan regulasi terkait.
BAB III PENUTUP
Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari hasil pendataan yang telah
dilakukan.

2
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH
2.1 Fakta
2.1.1 Administrasi dan Geografis Wilayah
Secara administrasi, lokasi perencanaan Kawasan Permukiman Nelayan
terdapat di Kelurahan Kedung Cowek, Kecamatan Bulak, Surabaya Utara. Luas wilayah
perencanaan sebesar 28,63 Ha.
Secara geografis, wilayah perencanaan terletak di bagian utara Kota Surabaya
dan berbatasan langsung dengan kaki jembatan Suramadu. Batas wilayah
perencanaan meliputi :
Batas Utara : Selat Madura
Batas Timur : Selat Madura
Batas Selatan : Kelurahan Bulak, Kecamatan Bulak
Batas Barat : Jalan Nambangan; Jalan Kali Kedinding
Berikut orientasi wilayah perencanaan Kawasan Permukiman Nelayan Kedung
Cowek.
2.1.2 Fisik Dasar
Kondisi fisik dasar merupakan salah satu bagian penting dalam perencanaan
tata bangunan dan lingkungan. Berdasarkan kondisi fisik dasar yang ada, wilayah
perencanaan cenderung mudah untuk dapat dikembangkan secara optimal. Berikut ini
penjelasan lebih mendetail dari kondisi fisik dasar di wilayah perencanaan :
o Topografi
Kondisi topografi wilayah perencanaan merupakan dataran rendah, hal tersebut
sesuai dengan letak wilayah perencanaan yang berada di daerah pesisir.
o Kemiringan
Kemirigan tanah pada lokasi perencanaan cederung datar. Nilai kemiringan pada
lokasi perencanaan berkisar antara 0% - 2%.
o Ketinggian Tanah
Mengingat bahwa lokasi perencanaan terletak di wilayah pesisir, maka untuk
ketinggian tempat dari atas permukaan laut (dpl) di wilayah perencanaan berkisar
antara 1 meter dpl.
o Hidrologi
Karakteristik hidrologi dari wilayah perencanaan terlihat dengan air lautnya sangat
tenang (tidak berombak). Saat terjadi pasang, ketinggian air dapat mencapai 1,5
sampai dengan 3 meter sedangkan saat surut mencapai 0,1 sd 1,5 meter.

3
2.1.3 Penggunaan Lahan
2.1.3.1 Penggunaan Lahan Makro
Penggunaan lahan makro eksisting pada kawasan perencanaan didominasi
Permukiman. Sementara untuk penggunaan lainnya terdapat fasilitas umum dan
perdagangan dan jasa. Rincian proorsi penggunaan lahan dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.1 Distribusi Luas Lahan Makro di Kawasan Perencanaan
Ratio dengan Luas
No. Penggunaan Lahan Luas (Ha)
Kawasan
1. Permukiman 4,25 14,81%
2. Perdagangan dan Jasa 1,93 6,73%
3. Fasilitas Umum 1,56 5,47%
4. Ruang Terbuka Hijau 8 27,58%
5. Cagar Budaya 0,022 0,07%
6. Tambak 4,64 16,20%
7. Lahan Kosong 8,23 28,74%
Luas Total 28,63 100%
Sumber: Hasil Analisis, 2017

Gambar 2.1 Permukiman Nelayan di Kawasan Perencanaan


Sumber: Survei Primer, 2017
Jika melihat kondisi dilapangan, wilayah ini didominasi oleh permukiman
nelayan dan beberapa perdagangan dan jasa seperti sentra ikan bulak dan nelayan
yang menjual hasil olahan ikan didepan rumahnya. Kawasan ini juga memiliki taman
yang sering digunakan masyarakat sekitar untuk bersantai dan menjadi tujuan wisata
bagi masyarakat di luar kawasan ini. Kawasan ini juga memiliki lahan yang tak terpakai
dan lahan yang digunakan untuk konservasi mangrove.

Gambar 2.2 Taman dan Fasilitas Peribadatan


Sumber: Survei Primer, 2017

5
2.1.3.2 Penggunaan Lahan Mikro
Penggunaan Lahan Mikro pada kawasaan perencanaan terlihat tidak bervariasi.
Dominan pada Permukiman. Terdapat banyak lahan kosong dan beberapa kawasan
lindung hutan mangrove pada kawasan perencanaan. Perumahan di kawasan ini
didominasi oleh nelayan dan para pekerja rumahan (toko depan rumah). Penggunaan
Pelyanan umum pada kawasan diantaranya pendidikan, taman, dan peribadatan.
Pendidikan formal hanya terdapat tingkat Sekolah Dasar. Untuk peribadatan terdapat
persebaran masjid/musholla di kawasan studi.
Tabel 2.2 Distribusi Luas Lahan Mikro di Kawasan Perencanaan
Ratio dengan
No. Penggunaan Lahan Luas (Ha)
Luas Kawasan
1. Permukiman Nelayan 4,25 14,81%
2. Fasilitas Umum – Taman Suroboyo 1,46 5,12%
3. Fasilitas Umum – Peribadatan 0,0456 0,16%
4. Fasilitas Umum – Pendidikan 0,0553 0,19%
Perdagangan dan Jasa – Sentra
5. 1,874 6,54%
Bulak
Perdagangan dan Jasa –
6. 0,055 0,19%
Perdagangan Kecil dan UMKM
Cagar Budaya – Benteng Kedung
7. 0,022 0,07%
Cowek
8. Tambak 4,64 16,20%
9. Ruang Terbuka Hijau 8 27,58%
10. Lahan Kosong 8,23 28,74%
Luas Total 28,63 100%
Sumber: Survei Primer, 2017

Gambar 2.3 Cagar Budaya Benteng Kedung Cowek


Sumber: Survei Primer, 2017

7
2.1.4 Kondisi Sosial dan Kependudukan
Penduduk Kelurahan Kedung Cowek yang merupakan wilayah penelitian pada
tahun 2015 sebesar 1.265 Kepala Keluarga. Total jumlah penduduk ialah 5.219, yang
terdiri dari 2.779 penduduk laki-laki dan 2440 penduduk perempuan.(Demografi
Kelurahan, 2015). Jumlah penduduk menurut agama ialah 5.209 menganut agama
Islam, 5 menganut agama kristen dan 5 menganut agama Katolik. Jumlah penduduk
menurut struktur usia dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.3 Penduduk di Kelurahan Kedung Cowek berdasarkan Struktur Usia
No Kelompok Umur Jumlah Penduduk
1 0-4 tahun 650
2 5-6 tahun 235
3 7-13 tahun 585
4 14-17 tahun 406
5 18-23 tahun 623
6 24-ke atas 2720
Sumber : BPS Kota Surabaya Tahun 2015
Pekerjaan penduduk di kampung nelayan Kedung Cowek tergolong homogen.
Kampung nelayan terdiri dari 49% penduduk yang berprofesi sebagai nelayan, disusul
berprofesi sebagai pelajar, pedagang, karyawan, wiraswasta, ibu rumah tangga, dan
lain-lain. Di kampung nelayan di dominasi oleh nelayan karena posisi kampung terletak
di pesisir pantai. Keadaan ini yang mendorong penduduk kampung nelayan berprofesi
sebagai nelayan. Memudahkan penduduk melaut karena posisi rumah yang
bersebalahan langsung dengan pantai.

Gambar 2.4 Aktivitas penduduk Pesisir Kedung Cowek


Sumber: Survei primer, 2017
2.1.5 Jaringan Pergerakan
Bourne (1971: 250), menyatakan bahwa pola guna lahan di daerah perkotaan
mempunyai hubungan yang erat dengan pola pergerakan penduduk. Setiap bidang
tanah yang digunakan untuk kegiatan tertentu akan menunjukkan potensinya sebagai
pembangkit atau penarik pergerakan. Dapat disimpulkan bahwa pola guna lahan akan
mempengaruhi pola pergerakan dan jarak. Besaran perjalanan bergantung pada
kegiatan kota, sedang penyebab perjalanan adalah adanya keinginan manusia untuk
memenuhi kebutuhannya yang tidak diperoleh di tempat asalnya. Bangkitan dan

9
tarikan perjalanan bervariasi untuk setiap tipe tata guna lahan. Semakin tinggi tingkat
penggunaan lahan akan semakin tinggi pergerakan yang dihasilkan (Tamin, 2000: 60)
Dalam melakukan pergerakan di suatu jaringan transportasi, manusia membentuk
suatu pola pergerakan yang biasa disebut sirkulasi. Pada daerah perencanaan terdapat
sirkulasi yaitu :
 Internal-Internal
Sirkulasi internal ke internal dapat dirtikan sebagai sirkulasi yang hanya terjadi di
sekitar area perencanaan yaitu sirkulasi dengan menggunakan kendaraan di Jalan
Kyai Tambak Deres, Jalan Pantai Kenjeran, Jalan Cumpat, Jalan Nambangan dan
Jalan Kalilom Lor Timur. Sikurlasi internal juga mencakup sirkulasi pejalan kaki
maupun kendaraan roda dua pada Jalan Cumpat Gang 1 hingga Jalan Cumpat
Gang 8.
 Internal-Eksternal
Sirkulasi ini merupakan sirkulasi dimana pergerakan terjadi dari Jalan Pantai
Kenjeran (internal) menuju Jalan Raya Pantai Lama (eksternal), Jalan Kyai Tambak
Deres (internal) ke Jalan Bulak (eksternal), Jalan Cumpat (internal) ke Jalan
Tambak Wedi Baru atau Jalan Kali Kedinding (eksternal) dam Jalan Nambangan
(internal) ke Jalan Kedung Cowek (eksternal). Begitu pula sebaliknya pada
sirkulasi yang terjadi pada pergerakan eksternal-internal.

 Eksternal-Eksternal
Sirkulasi ini merupakan sirkulasi yang terjadi di area perencanaan akibat adanya
tarikan atau bangkitan dari luar area perencanaan. Seperti Jalan Raya Pantai Lama
menuju Jalan Kedung Cowek dan Sebaliknya, Jalan Bulak Setro ke Jalan Kedung
Cowek dan sebaliknya, Jalan Raya Pantai Lama ke Bulak Setro dan Sebaliknya.

10
2.1.6 Identitas Lingkungan
1. Paths
Path adalah elemen yang paling penting dalam citra kota. Kevin Lynch
menemukan dalam risetnya bahwa jika identitas elemen ini tidak jelas, maka
kebanyakan orang meragukan citra kota secara keseluruhan. Path merupakan
rute-rute sirkulasi yang biasanya digunakan orang untuk melakukan pergerakan
secara umum, yakni jalan, gang-gang utama, jalan transit, lintasan kereta api,
saluran, dan sebagainya. Path merupakan identitas yang lebih baik kalau
memiliki tujuan yang besar, serta ada penampakan yang kuat (misalnya fasad,
pohon, dan lain-lain), atau ada belokan yang jelas. (Markus Zahnd, 1999, p.158)
Pada kawasan perencanaan paths atau jalur yang biasa dipakai untuk
masyarakat berkegiatan lalu lintas adalah Jalan Pantai Kenjeran, Jalan Kyai
Tambak Deres, Jalan Cumpat dan Jalan Nambangan. Jalan-jalan tersebut
merupakan rute yang biasa dipilih untuk melakukan pergerakan baik berjalan
kaki maupun dengan kendaraan.

Gambar 2.5 Path yang ada di Wilayah Perencanaan


Sumber: Survei primer, 2017
2. Edges
Edges merupakan batas atau tepian baik alami maupun buatan yang berfungsi
sebagai pembatas antar kawasan (pemutus dua kontinuitas). Dalam hal ini
peranan edges sebagai batas wilayah yang mempunyai peranan sebagai
pemutus suatu kontinuitas serta yang dapat membedakan kawasan yang satu
dengan yang lain dengan karakter yang kuat. Syarat edges adalah mampu
memisahkan secara fisik dua wilayah. Edges (tepian) juga merupakan elemen

12
linear yang tidak dipakai/dilihat sebagai Path. Pada wilayah perencanaan, yang
dapat dikategorikan sebagai edges adalah aliran drainase sekunder yang berada
di bagaian barat wilayah perencanaan dan mangrove serta laut selat madura
yang berada di bagian utara dan timur wilayah perencanaan. Sehingga sampai
saat ini edges yang ada di wilayah perencanaan adalah batas fisik yang alami
dan buatan.

Gambar 2.6 Edges yang ada di Wilayah Perencanaan


Sumber: Survei Primer,2017

Edges gambar pertama merupakan tepian batas buatan yang digunakan untuk
membatasi antara wilayah gang cumpat dengan permukiman di jalan Kalilom
lor. Sedangkan edge yang kedua merupakan batas tepi buatan yang berguna
untuk membatasi wilayah antara permukiman pesisir dan laut. Batas ini juga
digunakan sebagai pemecah ombak.
3. Nodes
Nodes (simpul) merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis dimana arah
atau aktivitasnya saling bertemu dan dapat diubah ke arah atau aktivitas yang
lain. Node juga merupakan suatu tempat di mana orang mempunyai perasaan
masuk dan keluar dalam tempat yang sama. Elemen tersebut merupakan
elemen dasar pembentukan identitas kota dan juga harus dipolakan secara
terpadu sehingga menghasilkan bentuk, sekuen dan pola yang menarik.
Beberapa dipadukan menjadi kesatuan yang selaras, namun ada juga yang
bersifat kontras terhadap elemen lainnya.
Pada wilayah perencanaan, terdapat beberapa tempat yang dapat
dikategorikan sebagai nodes yaitu persimpangan – persimpangan yang ada di
wilayah perencanaan yang cenderung mengubah arah aktivitas pariwisata
menjadi permukiman.

13
Gambar 2.7 Nodes yang ada di Wilayah Perencanaan
Sumber : Survei primer, 2017

4. Landmarks
Landmark merupakan sebuah struktur visual yang mudah diamati dan
digunakan untuk orientasi karena skalanya yang dominan maupun
penempatannya yang strategis. Syarat sebuah landmark adalah skalanya yang
dominan terhadap lingkungan atau penempatan yang strategis, menjadikan
posisinya dalam struktur ruang sekitarnya menjadi penting, mudah diamati dan
mempunyai ciri khas. keberadaan suatu Landmark bertujuan agar mampu
menunjukkan dan mengingatkan orang tentang suatu wilayah tersebut. Pada
wilayah perencanaan terdapat dua bangunan yang dapat menjadi landmark,
yaitu Sentra Ikan Bulak dan Taman Surabaya.
Selain landmark tersebut, terdapat beberapa bangunan bersejarah di bagian
utara kawasan. Namun kondisi yang tidak terawat dan jarang di akses orang
menyebabkan bangunan-bangunan tersebut belum bisa dikatakan sebagai
landmark.

Gambar 2.8 Landmark yang ada di Wilayah Perencanaan


Sumber : Survei Primer, 2017

5. District
Suatu daerah yang memiliki ciri-ciri yang hampir sama dan memberikan citra
yang sama. District merupakan kawasan-kawasan kota dalam skala dua
dimensi. Sebuah kawasan district memiliki ciri khas yang mirip (bentuk, pola,
dan wujudnya) dan khas pula dalam batasnya, di mana orang merasa harus
mengakhiri atau memulainya. District yang terdapat di kawasan perencanaan
14
berupa kampung nelayan. Ciri khas pada kawasan perencanaan sendiri ialah
permukiman nelayan yang mempunyai tema colourful atau berwarna warni
permukiman dengan tema seperti ini kerap disebut permukiman pelangi. Ciri
khas lain pada wilayah ini adalah permukiman dan area pesisir tepi pantai
kenjeran menuju selat Madura.

Gambar 2.9 District yang ada di wilayah perencanaan


Sumber : Survei Primer, 2017

2.1.7 Ruang Terbuka Hijau


Menurut Medco Foundation, Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area yang
memanjang berbentuk jalur dan atau area mengelompok, yang penggunaannya lebih
bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun
yang sengaja di tanam. Dalam Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang penataan
ruang menyebutkan bahwa 30% wilayah kota harus berupa RTH yang terdiri dari 20%
publik dan 10% privat. RTH publik adalah RTH yang dimiliki dan dikelola oleh
pemerintah daerah kota/kabupaten yang digunakan untuk kepentingan masyarakat
secara umum. Contoh RTH Publik adalah taman kota, hutan kota, sabuk hijau (green
belt), RTH di sekitar sungai, pemakaman, dan rel kereta api. Sedangkan RTH Privat
adalah RTH milik institusi tertentu atau orang perseorangan yang pemanfaatannya
untuk kalangan terbatas antara lain berupa kebun atau halaman rumah/gedung milik
masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan. Pada wilayah perencanaan di area Bulak
Kenjeran terdapat ruang terbuka hijau yang sengaja di tanam berupa Taman Bulak,
Taman Suroboyo dan Jalur hijau atau median jalan. Taman bulak dan Taman Suroboyo
merupakan salah satu bangkitan aktivitas yang mengakibatkan banyaknya massa
orang yang mengunjungi area ini untuk melakukan aktivitas sosial maupun
perekonomian.

15
Gambar 2.10 Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perencanaan
Sumber: Survei Primer, 2017

16
2.1.8 Tata Bangunan dan Lingkungan
Tata bangunan di kawasan perencanaan RTBL Kawasan Permukiman Nelayan
ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian, antara lain :
 Tampilan bangunan di dalam wilayah perencanaan bersifat homogeny dengan
luasan yang hampir sama menunjukkan ciri khas permukiman nelayan.
 Kepadatan bangunan yang terlalu rapat, terutama pada kawasan permukiman
nelayan yang dekat dengan sempadan pantai dan jaringan jalan. Hal ini tentu
kurang bagus, baik secara visual ataupun kenyamanan.
 Belum adanya keseragaman wujud dan warna bangunan, sehingga
menyebabkan tampilan bangunan kurang berirama dan kurang bisa dinikmati.
a. Intensitas Pemanfaatan Ruang
- KDB (Koefisien Dasar Bangunan)
KDB merupakan angka prosentase berdasarkan perbandingan luas lantai dasar
bagunan terhadap luas lahan perpetakan/persil yang dikuasai.
Permukiman : KDB 80-100 % pada kawasan perkampungan
padat seperti permukiman nelayan kedung
cowek yang berada di dekat Taman Surabaya
dan Sentra Ikan Bulak
Perdagangan dan Jasa
- Perdagangan : KDB perdagangan di wilayah perencanaan
ialah 80-100%. Kebanyakan pedagang
kelontong menjual barang ditempat ini berada
di depan rumah dan sangat dekat dengan
bahu jalan
- Jasa : KDB 60-80 %. Jasa di wilayah perencanaan ini
ialah Sentra Ikan Bulak (SIB)
Fasilitas umum : KDB 60-80% yang terdapat di fasilitas agama
seperti Masjid Kalikolum,Masjid Al- Marbur,
dan fasilitas pendidikan, Sekolah Madrasah
Ibtidaiyah rekreasi seperti Taman Surabaya.

Gambar 2.11 KDB Permukiman 80-100%


Sumber : Survei Primer , 2017

18
- KLB (Koefisien Lantai Bangunan)
KLB merupakan angka prosentase berdasarkan perbandingan luas seluruh lantai
bagunan terhadap luas lahan perpetakan/persil yang dikuasai. KLB ini juga
mewakili tinggi bangunan.
Permukiman : KLB <120 % pada kawasan perkampungan
padat seperti permukiman nelayan Kedung
Cowek yang berada di Jalan Nambangan.
Sedangkan untuk permukiman yang ada pada
jalan Cumpat memiliki KLB senilai 160-200%
Perdagangan dan Jasa
- Perdagangan : KLB pada toko kelontong sebesar 100%
- Jasa : KLB pada SIB sebesa 180-100%
Fasilitas umum : KLB 180-200 % yang terdapat di fasilitas
agama seperti Masjid Kalikolum,Masjid Al-
Marbur, dan fasilitas pendidikan, Sekolah
Madrasah Ibtidaiyah rekreasi seperti Taman
Surabaya.

Gambar 2.12 KLB Fasilitas Umum 180-200%


Sumber : Survei Primer

- KDH (Koefisien Dasar Hijau)


KDH merupakan angka prosentase berdasarkan perbandingan luas lahan tak
terbangun terhadap luas lahan perpetakan/persil yang dikuasai.
Permukiman : KDH 0-10% pada kawasan perkampungan
padat seperti permukiman nelayan yang ada
disekitar pantai
Perdagangan dan Jasa
- Perdagangan : KDH 0-10 % pada toko kelontong
- Jasa : KDH 10-20 % pada Sentra Ikan Bulak
Fasilitas umum : KDH 0-10 % terdapat di Masjid
Kalikolum,Masjid Al- Marbur, dan fasilitas
pendidikan, Sekolah Madrasah Ibtidaiyah.
Sedangkan KDB Sebesar 30-40% terdapat di
fasilitas rekreasi seperti Taman Surabaya.

19
Gambar 2.13 KDH 30-40%
Sumber : Survei primer , 2017

- GSB (Garis Sempadan Bangunan)


GSB merupakan jarak depan bangunan terluar terhadap tepi jalan/persil
Permukiman : GSB 0-2 meter pada kawasan perkampungan
padat seperti permukiman nelayan yang ada
disekitar pantai
Perdagangan dan Jasa
- Perdagangan : GSB 0-2 meter pada toko kelontong
- Jasa : GSB 3-5 meter pada Sentra Ikan Bulak
Fasilitas umum : GSB 0- 2 meter % terdapat di Masjid
Kalikolum,Masjid Al- Marbur, dan fasilitas
pendidikan, Sekolah Madrasah Ibtidaiyah.

Gambar 2.14 GSB 0-2 meter pada Sekolah MI


Sumber : Survei Primer , 2017

20
b. Wujud Bangunan
- Gaya aristektur Modern Sentra Ikan Bulak
Gaya aristetur bangunan Sentra Ikan Bulak mengukuti gaya aristektur modern.
Pada bagian depan bangunan ini berwarna abu-abu dan kotak-kotak sehingga
memberikan kesan minimalis. Di dalam bangunan ini para penjual juga diberi
ruang-ruang tertentu seperti sekat untuk memberikan kesan tegas terhadap
batas tiap para pedangang. Bentuk ini dibuat untuk bisa memenuhi fungsi
utama bangunan dalam mewadahi kegiatan empat jenis pedagang produk
industri perikanan yaitu makanan kering, ikan basah, ikan asap dan produk
kerajinan

Gambar 2.15 Gaya Arsitektur Sentra Ikan Bulak


Sumber : Survei Primer , 2017
Sedangkan untuk sebelah timur bangunan dari Sentra Ikan Bulak juga
menganut arsitektur modern. Lantai kedua bangunan ini digunakan untuk
wisata kuliner dengan pujasera dengan 40 unit kios dan ruang komunal terbuka.
Lantai dua ini, open space dibuat menghadap view laut lepas. Atap dari lantai
dua diteduhi oleh kenopi yang terbuat dari membran heavy duty berlapis
finishing antisinar ultraviolet. Membran tarik berbahan PVC dengan teknik pre-
constraint srta ini memiliki tulang yang terlebih dahulu agar memiliki tekanan
kuat yang menjadi fitur utama memahkotai bangunan sehingga seperti
membentuk layar kapal.

Gambar 2.16 Gaya Arsitektur Lantai 2 Sentra Ikan Bulak


Sumber : Survei Primer , 2017
- Gaya Arsitektur Perkampungan Pesisir

25
Gaya arsitektur perkampungan pesisir terdapat di permukiman padat nelayan.
Bangunan perkampungan pesisir ini terletak kurang dari 500 meter dari bibir
pantai. Dinding yang digunakan kebanyakan menggunakan batako dan atap
asbes atau genteng. Adapun bentuknya sebagai berikut.

Gambar 2.17 Gaya Arsitektur Perkampungan Pesisir


Sumber : Survei Primer, 2017
c. Street Picture
Street picture merupakan merupakan penggambaran wajah bangunan secara
faktual.

Gambar 2.18 Street Picture Permukiman Nelayan dan Sentra Ikan Bulak
Sumber : Survei Primer , 2017
Berdasarkan street picture tampak kurang serasi permukiman nelayan di Bulak.
Ada beberapa bangunan yang menjulang tinggi dan tidak sama tinggi dengan
bangunan lainnya. Sedangkan sentra Ikan bulak terlihat memiliki keterpaduan
gaya arsitektur antar bangunan.
2.1.9 Sarana dan Prasarana
1. Sarana Peribadatan
Sarana peribadatan merupakan sarana penting sebagai tempat ibadah umat
manusia dalam mendekatkan diri kepada sang pencipta. Adapun jenis fasilitas
peribadatan yang terdapat di kawasan perencanaan meliputi Masjid dan
Mushola.

26
Gambar 2.19 Masjid Al-Mabrur
Sumber : Survei Primer , 2017
2. Sarana Pendidikan
Tingkat pembangunan manusia dapat diketahui melalui tingkat pendidikan yang
ada, dimana pendidikan dapat berjalan dengan baik apabila didukung oleh
tersedianya sarana pendidikan. Pada kawasan Kedung Cowek, sarana
pendidikan yang ada hanya berupa Madrasah Ibtidaiyah Ribath Darut Tauhid.
Sarana pendidikan lain kebanyakan terdapat diluar wilayah perencanaan.

Gambar 2.20 Madrasah Ibtidaiyah Ribath Darut Tauhid


Sumber : Survei Primer , 2017
3. Sarana Perdagangan dan Jasa
Kegiatan perdagangan dan jasa sebagai kegiatan ekonomi berperan penting
dalam pembangunan dan pengembangan perekonomian serta sebagai salah
satu ukuran tumbuh dan berkembangnya suatu kawasan perkotaan.
Keberadaan fasilitas tersebut sangat besar peranannya dalam mengurangi
tingkat pengangguran dan membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat.
Keberdaaan fasilitas perdagangan dan jasa yang ada di kawasan perencanaan
berupa Sentra Ikan Bulak/pusat olahan hasil ikan.

27
Gambar 2.21 Sentra Ikan Bulak
Sumber : Survei Primer , 2017
4. Sistem Jaringan Infrastruktur
Jaringan infrastruktur pendukung yang sudah terdapat di wilayah perencanaan selain
prasarana jalan adalah sistem drainase, sistem jaringan air bersih, jaringan listrik dan
persampahan. Sistem drainase menggunakan drainase terbuka dan tertutup namun di
dominasi oleh drainase tertutup pada kawasan permukiman. Sistem jaringan air bersih
pada kawasan perencanaan di dukung dengan adanya PDAM yang mengalirkan air
bersih melalui pipa yang ada di bawah tanah. Jaringan listrik telah terhubung pada
kawasan perencanaan dan di dominasi oleh jaringan dengan jenis SUTR (Saluran
Udara Tegangan Rendah). Sedangkan sistem persampahan pada kawasan
perencanaan sebagian besar masih di kelola sendiri oleh rumah tangga kemudian
diangkut ke TPS terdekat.

Gambar 2.22 Sistem Drainase Terbuka dan Tertutup


Sumber : Survei Primer , 2017

Gambar 2.23 Sistem Jaringan Listrik


Sumber : Survei Primer , 2017

28
2.1.10 Kajian Historis Kawasan
Kawasan Permukiman Nelayan Kedung Cowek tidak memiliki banyak sejarah
karena posisinya di pesisir yang dahulunya cenderung sebagai lahan kosong ataupun
mangrove. Namun terdapat peninggalan sejarah di bagian utara wilayah perencanaan
yaitu sebuah Benteng yang disebut dengan nama Benteng Kedung Cowek. Ada juga
yang menyebutnya Benteng Gudang Peluru karena dulu benteng-benteng yang ada di
sana digunakan sebagai tempat menyimpan peluru.
Sayangnya, tidak banyak yang mengetahui keberadaan benteng tersebut.
Selain lokasinya yang berada di kawasan yang mirip hutan, kawasan itu juga tertutup
untuk umum. Bahkan untuk berkunjung kesana diharuskan menggunakan sepatu dan
celana panjang untuk menghindari gigitan ular dan sengatan binatang berbisa yang
masih banyak. Karena berada dalam pengawasan militer, pengunjung harus
melaporkan tujuannya kesana pada petugas tentara yang berjaga di Benteng Kedung
Cowek.
Di benteng kuno itu terdapat beberapa bangunan yang sudah dibersihkan dan
bisa dimasuki. Ada juga benteng yang masih kotor dan belum dibersihkan sehingga
hanya bisa dilihat dari kejauhan saja. Di benteng itu ada yang memiliki ruangan-
ruangan kosong dengan lubang kecil untuk ventilasi dan pengintaian musuh. Ada juga
terdapat bangunan cor yang berbentuk setengah lingkaran yang dulu digunakan
sebagai landasan tank atau meriam.

Gambar 2.24 Benteng Kedung Cowek


Dalam sejarahnya, setelah Jepang menyerah, benteng-benteng tersebut masih
utuh. Sejumlah meriam yang besar dilindungi oleh beton yang tebal dan kokoh
dimaksudkan untuk menghadapi kapal musuh yang mendekati pelabuhan dan pantai
Surabaya. Belanda tak sempat menembakkan satu peluru pun pada waktu pasukan
matahari terbit itu menyerang dan kemudian menduduki wilayah jajahan Belanda,
termasuk Pulau Jawa. Tentara Jepang kemudian menambah persenjataan dan
memperkuat perlindungan. Namun, Jepang pun tak sempat memanfaatkan benteng-
benteng itu, sehingga lokasi pertahanan yang kokoh dan lengkap dengan
persenjataannya boleh dikatakan jatuh secara utuh ke tangan Republik Idonesia yang
baru diproklamasikan.

30
Gambar 2.25 Benteng Kedung Cowek 1940-an
Di sinilah anggota pasukan Sriwijaya yang terlatih dan mempunyai pengalaman
tempur ditempatkan. Sebab itu, pada waktu kapal perang Inggris menembaki Kota
Surabaya, pihak Inggris sangat terkejut melihat perlawanan dari arah benteng-
benteng di Kedung Cowek ke pangkalan mereka di kawasan Ujung Dermaga.
Dari kualitas tembakan yang bisa menjangkau sasaran sejauh sekitar 4 km,
Inggris menyangka yang melayani meriam-meriam itu adalah anggota tentara Jepang
yang tidak tunduk pada perintah Sekutu. Sehingga perlawanan itu disangka sebagai
tindakan penjahat-penjahat perang (war criminals).
Di kemudian hari, dari sejumlah orang Indonesia yang ada di pasukan Inggris
itu, terungkap Inggris tidak memperhitungkan kalau pihak Indonesia memiliki anggota
pasukan berkemampuan melayani meriam-meriam berat di benteng-benteng Kedung
Cowek. Akhirnya, sepanjang pertempuran 3 hari di penghujung Oktober 1945 dan
dalam pertempuran mempertahankan Surabaya yang berlangdung sejak 10
November 1945, diperkirakan lebih dari sepertiga pasukan Sriwijaya tewas. Sebagian
besar dari mereka tewas di benteng-benteng Kedung Cowek. Banyak jenazah mereka
yang tidak sempat dikuburkan karena perang berkecamuk cukup panjang.

Gambar 2.26 Penyerangan di Benteng Kedung Cowek Tahun 1945

31
2.1.11 Regulasi dan Kebijakan RDTRK UP Tambak Wedi

WILAYAH PERENCANAAN RTBL


KAWASAN PERMUKIMAN
NELAYAN KEDUNG COWEK

1. Rencana Pola Ruang Wilayah


Berdasarkan RDTRK UP Tambak Wedi rencana pola ruang wilayah pada kawasan
perencanaan berupa:
a. Mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh
persen) dari luas kawasan perkotaan
b. Kawasan peruntukkan pariwisata ditetapkan dengan kriteria memiliki objek
dengan daya tarik wisata dan mendukung upaya pelestarian budaya, keindahan
alam, dan lingkungan

32
c. Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukkan pariwisata disusun dengan
memperhatikan :
o Pemanfataan potensi alam dan budaya masyarakat sesuai daya dukung dan
daya tampung lingkungan
o Pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan
pariwisata
d. Sempadan pantai Kenjeran diperlukan adanya garis sempadan pantai yang
dibatasi oleh RTH dan badan jalan inspeksi sekurang-kurangnya 15 meter dari
tepi pantai
e. RTH di daerah sempadan panta dapat ditanami tanaan pohon pelindung yang
berbunga, tidak mudah roboh, berumur panjang, akar tidak merusak atau juga
bisa menggunakan tanaman produktif. Selain itu juga dapat menggunakan
tanaman perdu hias dengan penutup tanahnya menggunakan rumput.
2. Rencana Pusat Kegiatan
Berdasarkan RDTRK UP Tambak Wedi, pusat pelayanan utama berlokasi di koridor Jl.
Kedung Cowek. Kegiatan yang mendukung terjadinya pusat ini adalah perdagangan
dan jasa, Jembatan Suramadu, permukiman, dan pendidikan khususnya sekolah
menengah Umum.
3. Rencana Sistem Transportasi
Berdasarkan RDTRK UP Tambak Wedi, pola jaringan jalan yang akan dikembangkan
akan tetap berpola grid. Perkembangannya akan mengarah kepada pembentukan
jalan tembusan baru dan pelebaran jalan-jalan utama. Terdapat pembentukan dan
pengembangan jalan sirip akses utama jalan Kedung Cowek yang diprediksi akan terus
berkembang. Pada Jalan Kedung Cowek sendiri terdapat konsep rencana dengan
frontage road yang mencakup keseluruhan jalan Kedung Cowek dua sisi jalan yaitu
sebelah kanan dan kiri jalan. Dalam pengembangan jaringan jalan nantinya akan ada
pengelompokkan terhadap jalan-jalan yang akan dikembangkan.
Rencana pengembangan dimensi jalan akan mengarah kepada pelebaran jalan-jalan
utama. Pembentukan jalan baru tersebut difungsikan sebagai pendukung jalan utama
yang nantinya akan memperkuat sirkulasi pergerakan masyarakat dalam beraktivitas
pada wilayah perencanaan.
4. Rencana Jalur Pejalan Kaki
Keberadaan jalur pejalan kaki pada UP.Tambak Wedi terbilang minimal terutama jalan-
jalan koridor utama yang difungsikan sebagai media masyarakat dalam berinteraksi.
Adapun pengembangan pedestrian way di UP.Tambak Wedi meliputi :
a. Peningkatan keselamatan pejalan kaki yang dapat diwujudkan melalui langkah-
langkah sebagai berikut :
o Menciptakan penyebrangan (zebra cross) pda setiap persimpangan jalan-
jalan utama
o Mengembangkan pedestrian yang representatif bagi pejalan kaki, baik dari
kapasitas maupun kualits kenyamanan

33
o Sistem pedestrian harus terhubung dengan simpul-simpul transportasi
umum, fasilitas publik, erkreasi, taman/RTH dan kegiatan lian yang emmiliki
skala pejalan kaki.
b. Pengembangan pedestrian merupakan bagian dari kebutuhan pengembangan
sistem trasnportasi
c. Untuk menciptakan kualitas fungsional pedestrian, memerlukan pembangunan
rambu-rambu, penanaman vegetasi penuh, yang menyatu dengan arsitektural
bangunan yang ada di sepanjang koridor tersebut.
5. Rencana Perdagangan dan Jasa
Perkembangan pelayanan fasilitas perdagangan dan jasa akan terus meningkat,
sehingga diperlukan adanya konsep rencana kedepan bagi fasilitas perdagangan dan
jasa di UP.Tambak Wedi. Konsep tersebut antara lain:
a. Peremajaan kawasan pasar dengan bangunan bertingkat
b. Konsep perdagangan koridor dengan memberikan ruang dalam persil untuk
kebutuhan parkir sehingga menimimalisir kepadatan lalu lintas
c. Penanganan PKL sepanjang koridor dengan konsep penataan dan penertiban
PKL dengan kesamaan bentuk dan ukuran desain sarana berjualan serta
pengalokasian
d. Sepanjang jalan Kedung Cowek diarahkan sebagai kawasan perdagangan
dengan fungsi primer (skala pelayanan kota atau lebih luas)
6. Rencana Permukiman
Berdasarkan RDTRK UP Tambak Wedi, rencana pemanfaatan ruang untuk perumahan
antara lain :
a. Kawasan perumahan non formal yang ada tetap dipertahankan dengan
penataan lingkugan. Secara bertahap dapat di konsolidasikan agar menjadi
tempat berkualitas
b. Kawasan permukiman non formal yang padat tidak memiliki kenyamanan bagi
penduduk setempat, perlu dilakukan perbaikan kualitas lingkungan permukiman
yang merupakan intensitas penggunaan tertinggi pada UP. Tambak Wedi.
Dilakukan penataan kawasan agar lebih rapi dan ertata agar menciptakan
lingkungan yang sehat, aman, dan nyaman.
c. Kawasan perumahan formal dan non formal yang terkena program pelebaran
jalan, pembuatan sempadan sungai dan pembangunan jalan baru dan jalan tol,
perlu diarahkan pada konsolidasi lahan dan rumah susun pada lokasi yang ada
d. Kawasan perumahan formal eksisiting yang tidak mengalami perubahan perlu
dipertahankan secara proporsional, agar seimbang antara perumahan dengan
kegiatan perdagangan dan jasa.
7. Rencana Ruang Terbuka Hijau
Strategi pengembangan kawasan terbuka hijau termasuk jalur hijau yang ada di UP
Tambak Wedi dengan penetapan sebagai berikut :
a. Penataan makam, agar lebih banyak meresap air ke tanah
b. Pembuatan taman untuk kegiatan publik dengan berbagai fasilitas
34
c. Penataan stren kali dengan konsep multifunction (ekologis, estetika,ekonomi)
d. Pembuatan taman disepanjang jalan dengan marka taman ditinggikan
e. Terdapat ruang terbuka hijau dalam bentuk jalur hijau tepi sungai, jalur hijau
tepi/tengah jalan, dan jalur hijau tepi pantai. Kawasan ini kurang lebih 90% dari
luas arealnya harus dihijaukan dengan jenis vegetasi pohon, perdu, semak hias,
dan pentup tanah/rumput. Jalur hijau tepi sungai : sempadan sungai yang
terletak di kelurahan Bulak Banteng, Kelurahan Sidotopo Wetan, Kelurahan
Tanah Kali Kedinding dan Kelurahan Tambak Wedi.
f. Kawasan hijau pertamanan kota, pemanfaatannya lebih difungsikan sebagai
taman dengan jenis tanaman tahunan maupun semusin bervariasi, 90% dari
luas area yang dihijaukan. Sedangkan 10% lainnya dapat digunakan untuk
kelengkapan taman, seperti jalan setapak, bangku taman, kolam hias, dan
bangunan penunjang taman lainnya. Kawasan hijau pertamanan kota yang
direncanakan adalah taman edukasi hutan mangrove
g. Kawasan hijau rekreasi kota merupakan ruang terbuka hijau yang
pemanfaatannya sebagai tempat rekreasi baik aktif maupun pasif, vegetasi
yang ditanam bervariasi, 60% dari luas areal harus dihijaukan. Areal yang tidak
dihijaukan digunakan untuk sarana/bangunan penunjang seperti
gazebo/balebale, kantor pengelola, ruang pameran, tempat bermain anak,
parkir dan kelengkapan taman lainnya. Kawasan hijau rekreasi kota yang
terdapat di UP.Tambak Wedi yaitu THP dan Pantai Ria Kenjeran.
8. Rencana Tata Bangunan
o Rencana Koefisien Lantai Bangunan (KLB) :
a. Perumahan dengan kepadatan tinggi diarahkan memiliki KLB sebesar
150%
b. Untuk perumahan terencana dan perumahan dengan kepadatan rendah
dipertahankan dengan KLB 80-120%
c. Untuk kawasan terbangun dengan kepadatan rendah dapat
dikembangkan dengan KLB maksimum 150% untuk sistem biasa dan
250% untuk sistem blok
d. Perdagangan berupa pertokoan yang banyak berkembang pada koridor
Jalan Kedung Cowek dipertahankan memiliki KLB rata-rata 120-180%
dengan kewajiban menyediakan tempat parkir tiap persilnya
e. Untuk pasar dipertahankan mempunyai KLB rata-rata sekitar 90% di
sekitar koridor Jl.Nambangan
f. Untuk pengembangan kawasan perdagangan dan jasa selanjutnya,
maka maksimum KLB yang diperkenankan adalah 140%
g. Untuk perdagangan yang cenderung menyatu dengan penggunaan lahan
lain dipertahankan mempunyai KLB 100%
h. Penataan KLB pada kawasan KKJS diarahkan untuk dikembangkan
dengan sistem blok dan tidak terikat dengan KLB 200%-300%

35
i. Industri pegudangan yang banyak berkembang di koridor jalan
Nambangan memiliki KLB 120-160% dipertahankan kondisinya
j. Untuk jenis industri rumah tangga dipertahankan untuk emmpunyai nilai
KLB yang sama dengan bangunan rumah umumnya
k. Fasilitas perkantoran yang ada di wilayah perencanaan dipertahankan
rata-rata sebesar 80-120%
l. Fasilitas pendidikan di UP.Tabak Wedi dipertahankan rata-rata 80-120%
m. Fasilitas kesehatan yang ada di UP.Tambak Wedi dipertahankan dengan
KLB 120160%
n. Untuk fasilitas di sebelah utara Jl.Pogot direncanakan dengan KLb 140%
o. at
rekreasi direncanakan dengan KLB 160%
o Rencana Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
a. Perumahan pada kawasan perkampungan padat dipertahankan dengan
kondisi KDB rata-rata berkisar antara 80-100%
b. Perumahan terencana dengan kepadatan rendah diarahkan dengan KDB
rata-rata 40-60%
c. Untuk kawasan pertokoan pada koridor Jl.Kedung Cowek dipertahankan
rata-rata 60-80%
d. Perdagangan yang cenderung menyatu dengan penggunaan lahan lain
dan pasar dipertahankan KDB rata-rata 80-100%
e. Untuk kawasan yang belum terbangun dan direncanakan
pengembangannya sebagai kawasan komersial dengan dominasi
perdagangan dan jasa, maka KDB disarankan sebesar 50% untuk tempat
parkir dalam setiap persilnya
f. Industri dan pergudangan yang masih beraktivitas pada koridor
Jl.Nambangan dipertahankan memiliki KDB rata-rata 60-80%
g. Bangunan pemerintah yang terdapat pada UP.Tambak Wedi
dipertahankan dengan KDB rata-rata 40-60%
h. Untuk fasilitas umum yang ada di pertahankan KDB nya seperti fasilitas
pendidikan dipertahankan rata-rata 40-60%, fasilitas kesehatan dengan
KDB rata-rata 60-80%
i. Untuk rencana pengembangan fasilitas umum pada KKJS diarahkan
memiliki KDB sebesar 50%.
o Rencana Garis Sempadan Sungai (GSS)
a. Garis Sempadan sungai bertanggul ditetapkan sebagai berikut :
 Garis sempadan sungai bertanggul didalam kawasan perkotaan
ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter disebelah luar
sepanjang kaki tanggul
 Dengan pertimbangan untuk peningkatan fungsinya, tanggul
sebagaimana dapat diperkuat, diperlebar, dan ditinggikan yang dapat
berakibat bergesernya letak garis sempadan sungai.
36
b. Garis Sempadan Sungai tak bertanggul didalam kawasan perkotaan
didasarkan pada:
 Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 meter, garis
sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 meter dihitung dari
tepi sungai pada waktu yang ditetapkan
 Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 meter sampai
dengan 20 meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya
15 meter dihitung dari tepi sungai pada waktu yang ditetapkan
 Anak sungai yang mengalir ke sungai kecil yang biasanya
dimanfaatkan untuk irigasi (pengairan) dan drainase sekunder untuk
yang bertanggul ditetapkan garis sempadan 1 meter disebelah luar
sepanjang kaki tanggul untuk yang berada di dalam kawasan
permukiman dan 3 meter yang tidak bertanggul dihitung dari tepi
sungai
c. Garis Sempadan sungai tak bertanggul yag berbatasan dengan jalan
adalah tepi bahu jalan yang bersangkutan, dengan ketentuan kontruksi
dan penggunaan jalan harus menjamin bagi kelestarian dan keamanan
sungai serta bangunan sungai. Apabila hal tersebut tidak terpenuhi,
maka segala perbaikan atau kerusakan yang timbul pada sungai dan
bangunan sungai menjadi tanggungjawab pengelola jalan.
d. Pemanfaatan lahan di daerah sempadan sungai di UP. Tambak Wedi
dapat dilakukan oleh masyarakat untuk kegiatan tertentu sebagai berikut
:
 Untuk jenis tanaman yang diizinkan
 Pemanfaatan untuk fasilitas umum yag menjaga kelestarian
sempadan sungai baik untuk RTH maupun untuk makam
 Pembuatan taman bermain dan rekreasi
 Untuk kegiatan niaga, penggalian, dan penimbunan
 Pemasangan papan reklame, papan penyuluh, peringatan, serta
rambu-rambu pekerjaan
 Untuk pemasangan rentangan kabel listrik, kabel telepon, dan pipa
air minum
 Pemasangan tiang atau pondasi prasarana jalan/jembatan baik
umum maupun kereta api
 Untuk penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial dan
kemasyarakatan yag tidak menimbulkan dampak merugikan bagi
kelestarian dan keamanan fungsi serta fisik lingkungan
 Pembangunan prasarana lalu lintas air dan bangunan pengambilan
dan pembuangan air
e. Memberi arahan, penyuluhan pada masyarakat, khususnya masyarakat
yang berada di sekitar bantaran sungai untuk turut serta beperan
menjaga dan melindungi kawasan konservasi di sekelilingnya.
37
f. Pada daerah sempadan dilarang :
 Membuang sampah, limbah padat atau cair
 Mendirikan bangunan permanen untuk hunian dan tempat usaha

2.2 Potensi
Potensi yang terdapat di kawasan dan dapat dikembangkan dalam rencana tata
bangunan dan lingkungan Kawasan Permukiman Nelayan disebutkan dalam tabel
berikut.
Tabel 2.4 Potensi di Wilayah Perencanaan
No Aspek Potensi
1 Fisik Dasar  Lahan yang berkontur datar dapat dengan mudah
untuk dikembangkan
 Kemiringan yang rendah juga menjadi potensi dalam
pengembangan wilayah
 Ombak yang tidak terlalu besar meskipun berada di
pinggir pantai
2 Penggunaan Lahan  Masih banyak terdapat lahan kosong
 Masyarakat yang sejenis dapat memudahkan dalam
branding kawasan
 Sudah ada penetapan khusus pengembangan
kawasan
3 Sosial dan Kependudukan  Banyak paguyuban nelayan yang ada di wilayah
perencanaan menunjukkan kondisi sosial yang baik.
Masih dipertahankan juga budaya gotong royong di
wilayah perencanaan
 Penduduk merupakan penduduk homogen yang
terdiri dari nelayan
4 Jaringan Pergerakan  Sudah memadainya areal parkir di Jalan Pantai
Kenjeran sekitar Taman Suroboyo dan Sentra Bulak
 Adanya taman yang berdekatan memudahkan akses
bagi pejalan kaki
5 Identitas Lingkungan  Sudah terdapat landmark dan batas yang jelas,
tinggal diperkuat keberadaannya
6 Ruang Terbuka Hijau  Sudah terdapat du ataman yang difungsikan sebagai
RTH dan dipergunakan secara efektif oleh
masyarakat sekitar utuk bersosialisasi di ruang
terbuka
7 Tata Bangunan dan  Kondisi administrasi wilayah dan kondisi fisik dasar di
Lingkungan wilayah perencanaan sudah sangat baik. Dataran
rendah mendukung untuk pemanfaatan lahan di
wilayah perencanaan dalam bentuk pariwisata
 Identitas lingkungan di wilayah perencanaan sudah
cukup jelas dan mudah dilihat

38
 Beberapa rumah di dekat SIB sudah di cat warna-
warni sehingga mengurangi kesan kumuh
 Desain dari Sentra Ikan Bulak sangat menarik dan
menyajikan pemandangan pantai bagi wisatawan
 Sentra Ikan bulak mendukung kegiatan
perekonomian masyarakat di Wilayah perencanaan
8 Sarana dan Prasarana  Dari segi sarana perdagangan dan jasa, pada
kawasan Kedung Cowek terdapat Sentra Ikan
Bulak/pusat hasil ikan olahan yang dapat
ditingkatkan kualitas pelayanannya sehingga dapat
menarik lebih banyak pengunjung.
 Sistem jaringan infrastruktur pendukung di kawasan
Kedung Cowek yang terdiri atas sistem drainase,
jaringan listrik, air bersih dan persampahan mampu
melayani dengan baik.
Sumber : Analisis, 2017
2.3 Masalah
Masalah yang terdapat di kawasan yang dapat mengganggu fungsi dan
kegiatan di Kawasan Permukiman Nelayan sehingga perlu penanganan dalam RTBL
disebutkan dalam tabel berikut.
Tabel 2.5 Masalah di Wilayah Perencanaan
No Aspek Masalah
1 Fisik Dasar  Jaraknya yang dekat dengan laut
 Hanya memiliki ketinggian tanah sebesar 2-3 mdpl
 Berpotensi terkena bencana
 Berpotensi mengalami penurunan tanah
2 Penggunaan Lahan  Permukiman yang terlalu padat
 Kawasan permukiman kurang terstruktur
 Terlalu didominasi oleh permukiman
 Penggunaan lahan yang kurang bervariasi
 Akses menuju permukiman nelayan yang terlalu
sempit
3 Sosial dan Kependudukan  Kondisi masyarakat yang kebanyakan
berpenghasilan rendah menjadikan wilayah
perencanaan terlihat kumuh dan tidak terawat
4 Jaringan Pergerakan  Terdapat rumah nelayan yang bernuansa pelangi
namun jalan atau akses untuk berkunjung sangat
sempit dan kotor sehingga tidak menarik para
wisatawan untuk berkunjung kesana
 Banyaknya aktivitas di badan jalan seperti proses
penjemuran ikan laut yang memakan badan jalan
dan menyebabkan kemacetan
5 Identitas Lingkungan  Keberadaan benteng kedung cowek belum
mempengaruhi aktivitas sekitar

39
6 Ruang Terbuka Hijau  Taman pada area perencanaan masih baru sehingga
pohon masih sedikit
7 Tata Bangunan dan  Kebanyakan intensitas pemanfaatan ruang di
Lingkungan wilayah perencanaan sangat padat, sehingga
terkesan padat. Jarak antar rumah sangat
berdekatan dengan GSB yang sangat kecil juga.
 Wujud bangunan perkampungan nelayan kurang
rapi dan tidak teratur
 Lingkungan lantai bawah SIB terkesan kotor
8 Sarana dan Prasarana  Masih kurangnya beberapa sarana penunjang di
wilayah perencanaan sseperti sarana pendidikan,
sarana peribadatan dan sarana kesehatan.
Sumber : Analisis, 2017

40
BAB III PENUTUP
Kawasan Permukiman Nelayan di Kedung Cowek memiliki potensi untuk
dikembangkan menjadi tempat publik yang dapat menarik wisatawan untuk
berkunjung sehingga mampu memberikan nilai ekonomi. Namun kondisi saat ini yang
belum terawat dan tidak teraturnya penataan bangunan dan lingkungan menjadi
tantangan dalam pengembangan kawasan. Oleh karena itu perlu adanya penataan
bangunan dan lingkungan yang memenuhi elemen keberlanjutan yaitu ekologi, sosial,
dan ekonomi.
Rencana pengembangan selanjutnya diharapkan akan sesuai dengan arahan
RDTR UP Tambak Wedi yang mengarahkan sebagai fungsi komersial dan wisata
namun tidak menghilangkan kesan ruang permukiman nelayan dan mengoptimalkan
fungsi cagar budaya yang ada.

41

Anda mungkin juga menyukai