Oleh :
Mega Krisdayanti
NIM : 20211003
Dosen Pengampuh :
Ferdinan Terok ST, M.Ars
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan paper
kami yang berjudul “Reklamasi Waterfront City di Kota Manao” Pada paper ini
kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari
berbagai pihak .oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima
kasih sebesar-sebesarnya
sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan paper ini.
Penyusunan menyadari sepenuhnya bahwa paper ini sangat jauh dari sempurna,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
guna kesempurnaan makalah ini.
Mega Krisdayanti
I
DAFTAR ISI
KESIMPULAN ............................................................................................................... 19
REFERENSI ................................................................................................................... 20
II
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
Kota Manado tidak memiliki lokasi yang representatif untuk menjadi pusat
pelayananuntuk pengembangan wisata bahari. Penelitian ini menyoroti
perencanaan lingkungan untuk waterfront city yang melibatkan berbagai
pemangku kepentingan seperti pemerintah, masyarakat setempat dan sektor
swasta. Dari sudut pandang geografi, dasar hubungan manusia antar
manusia dan lingkungan sebagian besar dibahas karena memberikan
wawasan tentang masalah lingkungan dan membantu mengelola sumber
daya alam secara lebih efektif. Ini membantu untuk menggunakan
keterampilan praktis dan mengolah berbagai macam informasi wilayah studi
sebagai kota wisata waterfront. Ini penelitian sangat bergantung pada
pengumpulan fakta yang mencampuradukkan teknis dan interpretatif
mendekati. Pendekatan kualitatif seperti grounded theory, studi kasus dan
penelitian naratif terutama digunakan. Data yang dikumpulkan adalah
melakukan survei kuesioner dan studi tentang dampak pekerjaan konstruksi
besar seperti pusat perbelanjaan dan mal di sepanjang tepi laut kota Manado.
Ini pada gilirannya menjelaskan bagaimana alam dan masyarakat
berinteraksi.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Pengertian dan Sejarah singkat waterfront city ?
b. Bagaimana kondisi topografi kota manado?
c. Bagaimana Reklamasi Waterfront city Di manado?
C. TUJUAN
a. Untuk mengetahui sejarah singkat waterfront city
b. Untuk mengetahui bagaimana reklamasi waterfront city di Manado
2
BAB 2
PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI KOTA
Ada beragam rumusan pengertian kota menurut para ahli. Keberagaman kondisi
wilayah perkotaan di berbagai negara menjadi salah satu pemicu perbedaan itu. Selain
itu, kota dikaji di berbagai bidang ilmu dengan perspektif berlainan, seperti geografi,
ekonomi, antropologi, sosiologi, hingga planologi (perencanaan wilayah). Definisi-
definisi itu dirumuskan untuk memudahkan penentuan kriteria kota. Dengan ada
perumusan definisi dan kriteria itu, kawasan kota bisa dibedakan dengan jelas dari
jenis wilayah lain, terutama desa. Adanya pembatasan yang jelas antara kota dan desa
dapat membantu proses penelitian kawasan lebih terarah. Apalagi, dalam studi
geografi, fenomena geosfer diteliti memakai pendekatan keruangan, ekologi, serta
kompleks wilayah. Artinya, para peneliti geografi akan mengkaji dimensi fisik
maupun sosial kemasyarakatan di kota. Tanpa adanya pembatasan yang jelas antara
wilayah kota dan bukan, penelitian geografi akan sulit difokuskan.
Di sisi lain, kota atau desa bukan wilayah statis. Pembangunan wilayah membuat
banyak desa dapat berkembang menjadi kota. Biasanya, fenomena itu ditandai dengan
Skemunculan kota-kota kecil di sekitar kota besar. Adapun sebaliknya, meski tidak
sering terjadi, wilayah kota pun bisa berubah menjadi sepi, kembali menjadi desa,
bahkan ditinggalkan penghuninya. Perumusan definisi dan kriteria kota pun
diperlukan untuk pendataan wilayah dan perencanaan pembangunan dari lembaga
pemerintah. Badan Pusat Statistik (BPS) RI, sebagai misal, mendata perkembangan
wilayah administratif desa dengan membuat 2 kategori, yakni desa perkotaan dan desa
perdesaan.
a. Pengertian kota secara umum menurut para ahli
Di sisi lain, kota atau desa bukan wilayah statis. Pembangunan wilayah
membuat banyak desa dapat berkembang menjadi kota. Biasanya, fenomena itu
ditandai dengan kemunculan kota-kota kecil di sekitar kota besar. Adapun
sebaliknya, meski tidak sering terjadi, wilayah kota pun bisa berubah menjadi
sepi, kembali menjadi desa, bahkan ditinggalkan penghuninya. Perumusan definisi
dan kriteria kota pun diperlukan untuk pendataan wilayah dan perencanaan
pembangunan dari lembaga pemerintah. Badan Pusat Statistik (BPS) RI, sebagai
3
misal, mendata perkembangan wilayah administratif desa dengan membuat 2
kategori, yakni desa perkotaan dan desa perdesaan.
Mengutip catatan Iwan Kustiawan dalam modul terbitan UT, "Pengertian Dasar
dan Karakteristik Kota, Perkotaan, dan Perencanaan Kota," setidaknya ada 2
definisi yang sering kali menjadi acuan di Indonesia.
Pertama, pengertian kota adalah tempat di mana konsentrasi penduduk lebih padat
dari wilayah sekitarnya karena pemusatan kegiatan fungsional yang berkaitan
dengan aktivitas masyarakatnya.
Kedua, kota juga dimaknai sebagai permukiman yang berpenduduk relatif besar,
luas areal terbatas, secara umum bersifat non-agraris, kepadatan penduduk relatif
tinggi, tempat orang-orang dalam jumlah tertentu dan bertempat tinggal di suatu
wilayah geografis tertentu yang cenderung punya hubungan rasional, ekonomis
dan individualistis.
Sementara itu, masih merujuk sumber yang sama, sejumlah pengertian kota
menurut ahli adalah sebagai berikut.
4
Kedua, kawasan metropolitan adalah kawasan perkotaan yang terdiri atas
sebuah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan
inti, dengan kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki.
5
keterkaitan fungsional, serta dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah
terintegrasi, yang jumlah penduduknya secara keseluruhan minimal 1 juta jiwa.
6
Warga kota umumnya sangat menghargai waktu.
Cara berpikir dan bertindak warga kota cenderung lebih rasional dan
berprinsip ekonomi.
Masyarakat kota lebih mudah menyesuaikan diri dengan perubahan sosial
karena terbuka ke pengaruh luar.
Pada umumnya masyarakat kota lebih individualistis (dibandingkan warga
desa), sementara sifat solidaritas dan gotong royong sudah tidak kuat lagi.
B. JENIS-JENIS KOTA DI INDONESIA
Sebuah kota akan tumbuh dan berkembang seiring dengan berjalannya waktu.
Kota yang awalnya kecil bisa menjadi begitu besar apalagi jika didukung dengan
pembangunan dalam berbagai sektor seperti pendidikan dan industri. Urbanisasi pun
mendorong penduduk desa meninggalkan kampung halamannya menuju kota. Dengan
demikian, kota akan terus berkembang. Terkadang bahkan ada kota yang telah
dibangun yang ditinggal penghuninya kemudian menjadi kota mati. Berikut ini
penjelasan mengenai jenis-jenis kota berdasarkan pada tingkat perkembangannya.
Indonesia memiliki 98 kota dan kota administrasi. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2008, kota di Indonesia diklasifikasikan menjadi 4
kategori berdasarkan jumlah penduduk, yaitu: kota kecil (sampai dengan 100.000
jiwa), kota sedang (lebih dari 100.000 sampai dengan 500.000 jiwa), kota besar (lebih
dari 500.000 sampai dengan 1.000.000), dan kota metropolitan (lebih dari 1.000.000
jiwa).[1] Kota-kota yang masuk dalam artikel ini hanyalah daerah tingkat II yang
dikepalai seorang wali kota, sehingga tidak termasuk kota-kota nonotonom seperti
Cikarang, Purwokerto, dan Batusangkar.
7
Indonesia merupakan kota dengan jumlah penduduk paling kecil, yakni hanya 41.197
jiwa.
a. Sumatra
Pulau Sumatra memiliki berbagai kota yaitu:
Banda Aceh, Langsa, Lhokseumawe, Sabang, Subulussalam, Binjai,
Gunungsitoli, Medan, Padangsidempuan, Pematangsiantar, Sibolga,
Tanjungbalai, Tebing Tinggi, Bengkulu, Jambi, Sungaipenuh, Dumai,
Pekanbaru, Bukittinggi, Padang, Padang Panjang, Pariaman, Payakumbuh,
Sawahlunto, Solok, Lubuklinggau, Pagar Alam, Palembang, Prabumulih,
Bandar Lampung, Metro, Pangkalpinang, Batam, Tanjungpinang
b. Jawa
Pulau jawa memiliki berbagai kota yaitu :
Bandung, Banjar, Batu, Bekasi, Blitar, Bogor, Cilegon, Cimahi, Cirebon,
Depok, Jakarta, Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan,
Jakarta Barat, Kediri, Madiun, Magelang, Malang, Mojokerto, Pasuruan,
Pekalongan, Probolinggo, Salatiga, Semarang, Serang, Sukabumi, Surabaya,
Surakarta, Tasikmalaya, Tangerang, Tangerang Selatan, Tegal, Yogyakarta.
c. Kalimantan
Pulau kali mantan memiliki berbagai kota yaitu:
Pontianak, Singkawang, Banjar baru , Banjarmasin, Palangka Raya, Balik
papan, Bontang, Samarinda, Tarakan, Nusantara.
d. Nusa tenggara
Pulau nusa ternggara memiliki kota :
Denpasar, Bima, Mataram, dan Kupang.
e. Sulawesi
Pulau sulawesi ternggara memiliki kota :
Gorontalo, Makassar, Palopo, Parepare, Baubau, Kendari, Palu, Bitung,
Kotamobagu, Manado, dan Tomohon.
f. Maluku
Pulau maluku ternggara memiliki kota :
Ambon, Tual, Ternate, dan Tidore Kepulauan
g. Papua
Pulau papua ternggara memiliki kota :
Jayapura, dan sorong
8
Kota-kota di atas yang berada di berbagai pulau di Indonesia memiliki ciri khas serta
tata wilayah yang berbeda-beda tak hanya tata wilaya kota-kota yang tersebar di
seluruh Indonesia ini memiliki kedaan cuaca yang berbeda-beda juga.
C. WATERFRONT CITY
Menurut Butuner (2006) Konsep waterfront city menjelaskan bahwa pertama
kali pada abad ke-19, konsep waterfront diaplikasikan untuk merevitalisasi
kawasan industri yang ada di kawasan pesisir San Fransisco, Boston dan Amerika.
Tujuan dari pengembangan ini dilakukan untuk menata kembali dari suatu
kawasan industri. Oleh karena itu, diterapkan konsep pembangunan waterfront
city ini sebagai pemulihan kondisi kota-kota tepi air tersebut. Menurut Wen-
Cheng Huang dan Sun-Ken Kao (2014), waterfront adalah tempat lahirnya
budaya dan perekonomian, yang mana berawal dari berkembangnya permukiman
maupun desa-desa di tepi air, yang berkembang menjadi jalur
perdagangan.Waterfront City adalah suatu daerah atau area yang terletak di dekat
perbatasan dengan kawasan perairan dimana terdapat kegiatan dan aktivitas berupa
ekonomi maupun sosial pada area pertemuan tersebut (Malone, 1996).
Pengembangan Waterfront City adalah sebagai suatu proses pengelolaan
yang dapat menampung kegiatan ekonomi, sosial maupun fisk lingkungan pada
kawasan tepian air dimana bentuk pengembangan pembangunan wajah kota
berorientasi ke arah perairan (Wren, 1983). Selama proses pengembangan waterfront
city, Pemerintah Daerahperlu mengambilperan utama selama perencanaan dan
administrasi. Sebuah rencana yang komprehensif biasanya terdiri dari
kegiatanpembangunan,yang masing-masing mungkin memiliki perkembangan
danmetode perencanaan tersendiri.Dengan begitu diperlukan empat tahap
pembangunan, yaitu,perencanaan, konstruksi, manajemen, dan realisasi, (Huang et al.,
2008).
Berbagai bidang perkembangan harus ditetapkan sehingga setiap pembagian
wilayah dapat digunakan sesuai fungsi dandapat dikelola secara independen.
Pembagianharusdikategorikan berdasarkan kriteria evaluasi seperti ukuran danlokasi
beberapa bidang, fungsi serta manfaat menurut karakteristik wilayah, hal itu
merupakan salah satu elemen kunci dasar dalampembangunan secara
keseluruhan. Berdasarkan manfaat internal dan eksternalberbagai bidang
pembangunan, ada lima jenis pengembangan bisadibedakan: 1) infrastruktur, 2)
9
tata kelola, 3) aspek sosial, 4) aspek ekonomidan 5) fisk lingkungan, sejarah dan
budaya (Huang et al., 2006).
Menurut Da dan Xu (2016), bahwa di dalam penilitian yang dilakukan dalam
membahas hierarki dan faktor kategori indeks penilaian terhadap waterfront city,
maka mereka meringkas dalam penilian waterfront cityke dalam tiga kategori, yaitu
karakteristik lingkungan pesisir, kegiatan sosial, dan budaya. Pendekatan lain yang
dijelaskan oleh Norclife (1996), bahwa pusat kegiatan waterfront city,bergerak
sangat cepat dan simultan sehingga dapat mempengaruhi tampilan pada kawasan
tersebut, yang diakibatkan oleh penggunaan lahan di kawasan tepian air yang
diketegorikan berdasarkan aspek ekonomi, sosial budaya dan fisik lingkungan.
Waterfront city memiliki dua jenis, berdasarkan tipe pembangunan dan fungsi
menurut Breendan Rigby (1996), sebagai berikut :
a. Berdasarkan tipe pembangunan, waterfrontdapat dibedakan menjadi 3 jenis,
yaitu:
Konservasi adalah penataan waterfrontbersejarah yang masih ada sampai
saat sekarang dan perlu ada pemeliharaan atau konservasi agar tetap bisa
dinikmati masyarakat;
Pembangunan Kembali (redevelopment) adalah memanfaatkan
kembali fungsi-fungsi waterfrontlama yang masih ada sampai saat ini dan
tetap digunakan untuk kepentingan masyarakat dengan merevitalisasi
ataupun merekonstruktsi fasilitas-fasilitas yang ada.
Pengembangan (development) adalah membangun dan menciptakan
waterfront untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun kota dengan
mereklamasi pantai
b. Berdasarkan fungsinya, waterfrontdapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
Mixed-used waterfront, merupakan kombinasi pemanfaatan ruang tepi
pantai, seperti permukiman, perkantoran, restoran, pasar, rumah sakit,
dan/atau tempat kebudayaan.
Recreational waterfront, adalah semua kawasan waterfrontyang
menyediakan sarana-sarana dan prasarana untuk kegiatan rekreasi,
seperti taman, arena main, tempat pemancingan, dan fasilitas untuk
kapal pesiar.
10
Residential waterfront, adalah perumahan, apartemen, dan resortyang
dibangun di pinggir perairan
Working waterfront, adalah tempat-tempat penangkapan ikan
komersial, reparasi kapal pesiar, industri berat, dan fungsi-fungsi
pelabuha
D. REKLAMASI WATERFRONT CITY DI MANADO
a. Topografi kota Manado
11
Wilayah perairan Kota Manado meliputi pulau Bunaken, pulau Siladen dan
pulau Manado Tua. Pulau Bunaken dan Siladen memiliki topografi yang
bergelombang dengan puncak setinggi 200 meter. Sedangkan pulau Manado Tua
adalah pulau gunung dengan ketinggian ± 750 meter. Sementara itu perairan teluk
Manado memiliki kedalaman 2-5 meter di pesisir pantai sampai 2.000 meter pada
garis batas pertemuan pesisir dasar lereng benua. Kedalaman ini menjadi
semacam penghalang sehingga sampai saat ini intensitas kerusakan Taman
Nasional Bunaken relatif rendah.Jarak dari Manado ke Tondano adalah 28 km, ke
Bitung 45 km dan ke Amurang 58 km.
12
a. banyak digunakan sebagai tempat pemancingan tradisional basis bagi nelayan
setempat. Nelayan tradisional di masa lalu secara ekstensif memanfaatkan
pantai dan laut untuk mendukung diri. Mereka dengan bebas mengakses laut
untuk menangkap ikan sejak fajar sampai malam hari. Namun, ini telah
berubah akibat reklamasi tanah yang terjadi di sepanjang Manado Teluk.
Pengamatan di tempat mengungkapkan bahwa nelayan memiliki terpinggirkan
hingga ke ujung-ujung kawasan reklamasi.
13
Gambar 3. Cluster A, B dan C waterfront Manado
Waterfront Manado merupakan lokasi yang sedang melakukan reklamasi
tanah besar-besaran di daerah yang memiliki sumber daya pariwisata penting di
kota menengah di negara berkembang. Untuk keperluan pembangunan, Manado
memiliki waterfront dibagi menjadi tiga klaster yang akan dikembangkan secara
berurutan: klaster A, klaster B dan klaster C (Gambar 3). Kawasan Boulevard
menjadi yang utama zona untuk belanja dan rekreasi lokal dan menyediakan
akses, melalui pelabuhan, ke lepas pantai kepulauan, termasuk Taman Nasional
Bunaken. Ada banyak bangunan yang digunakan untuk perdagangan dan tujuan
bisnis. Distribusi spasial pariwisata, lahan komersial dan perumahan
menggunakan tumpang tindih seperti yang terlihat pada rencana pengembangan
(Site Planning of Developers, 2010).
14
Reklamasi untuk membuat lahan baru tujuan ekonomi telah banyak dilakukan di
banyak tepi laut baik di negara maju maupun negara kurang berkembang.
Reklamasi lahan besar-besaran terjadi di sepanjang tepi pantai Teluk Manado,
Sulawesi Utara, Indonesia. Ini sedang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk
meningkatkan ekonomi dan sosial kota dan pembangunan, dengan implikasi untuk
wilayah sekitarnya. Kawasan tersebut telah ditetapkan sebagai pusat perdagangan
dan bisnis untuk kota tersebut penduduk dan pengunjung oleh pengembang
proyek dengan dukungan pemerintah yang kuat. Manado, yang Ibukota Sulawesi
Utara, sebagai kota yang dinamis di Indonesia sedang berusaha untuk
meningkatkannya profil pariwisata melalui pengembangan produk berdasarkan
permintaan wisatawan. Pariwisata di Manado adalah umumnya dalam fase
ekspansi dan pariwisata digunakan sebagai katalis untuk pembangunan.
Pengembangan pariwisata perkotaan di Manado telah melibatkan pengembangan
pariwisata yang intensif infrastruktur. Hal ini menyebabkan peningkatan
perencanaan untuk pariwisata di kota berdasarkan yang ada sumber daya dan
penciptaan produk baru. Ada kebutuhan untuk berinvestasi dalam sumber daya
pariwisata seperti warisan dan/atau daya tarik sejarah dan infrastruktur dalam
rangka meningkatkan dan memperkuat citra pariwisata, yang mengarah ke
keunggulan kompetitif bagi kota. Selain itu, itu akan menjadi tantangan untuk
mengembangkan pariwisata perkotaan secara berkelanjutan. Oleh karena itu,
lanjut studi tentang pariwisata perkotaan diperlukan terkait untuk lebih memahami
kompleksitas perkotaan fungsi dan cara-cara di mana pariwisata dapat
dikembangkan.
15
Gambar 6. Kawasan reklamasi Manado
16
Kecenderungan perkembangan Kota Manado secara spasial saat ini berada di
sepanjang garis pantai Teluk Manado. Hal ini terlihat dari kegiatan pembangunan
di areal reklamasi. Ini mempunyai implikasi bagi pariwisata. Pengembangan MTH
di kawasan pelabuhan lama melengkapi fasilitas wisata lainnya sudah ada di kota
Manado dan bisa menjadi landmark Manado sebagai kota tepi laut. Wisata belanja
dengan berbagai fasilitas belanja di area tepi laut yang disebut 'Boulevard on
Business' (B on B) dan wisata kuliner di berbagai tempat lokasi di sepanjang garis
pantai teluk Manado juga diupayakan. Pembangunan dan pembangunan kembali
Kota Manado saat ini terkonsentrasi di sepanjang garis pantai teluk Manado.
Berbagai fasilitas jasa dan perdagangan kini tersebar di sepanjang Boulevard,
Jalan Piere Tendean. Namun, pembangunan tepi laut telah menimbulkan kritik
yang semakin meningkat dan kepedulian yang tinggi dari berbagai pihak, seperti
pemerhati lingkungan, perwakilan LSM, dan akademisi mengenai revitalisasi bibir
pantai, khususnya pembuatan lahan baru untuk pengembangan tepi laut dan
kemungkinan implikasi lingkungannya. Mengingat masalah utama ini, itu penting
untuk meninjau secara kritis apa yang telah dilakukan dalam hal perlindungan dan
peningkatan lingkungan yang mengarah pada pembangunan berkelanjutan. Di satu
sisi, tepi laut perkembangan dan potensi daya tarik wisata yang cukup besar yang
melekat padanya telah tercipta dengan baik kesempatan untuk memperoleh
manfaat ekonomi melalui pembangunan daerah dan masyarakat. Pada di sisi lain,
degradasi lingkungan secara bertahap meningkat di dalam dan di sekitar daerah.
Ada kebutuhan untuk mempertimbangkan kembali keseimbangan antara dua
aspek penting ini pengembangan untuk memastikan bahwa sebanyak mungkin
pemangku kepentingan berbagi manfaat. Oleh karena itu, dalam proses
perencanaan dan pengembangan, sangatlah penting untuk berperan aktif
partisipasi dari berbagai jenis kelompok dan lembaga untuk mencari wawasan
mereka dan untuk memasukkannya ke dalam program pembangunan. Tema
pengembangan boulevard dan daerah lainnya adalah sebagai pusat gaya hidup -
sebagai titik pertemuan masyarakat kota atau penumpang dari dan ke luar kota.
Daerah ini telah dibangun untuk menjadi tempat yang modern untuk berbelanja
dalam suasana dengan ornamen modern dan tempat hiburan. Dia mengakomodasi
kebutuhan dan interaksi antara keluarga dan individu dari segala usia. Dia
berfungsi sebagai pusat perbelanjaan modern, dan pusat hiburan dan kuliner
kontemporer. Rekreasi merupakan potensi pemanfaatan kawasan lain yang belum
17
dimanfaatkan dan ada juga potensi wisata perkotaan. Telah ada peningkatan
jumlah konstruksi di sepanjang boulevard area, seperti pusat perbelanjaan,
hiburan, kuliner dan sarana rekreasi, dan juga fasilitas untuk wisata MICE. Area
Boulevard memiliki pemandangan pulau yang menarik, gunung, langit, dan awan
dengan formasi yang berubah-ubah.
18
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Manado memiliki potensi untuk menarik wisatawan ke daerah perkotaan. Hal ini
menyebabkan sebuah peningkatan profil pariwisata melalui pengembangan produk
berdasarkan permintaan wisatawan. Pariwisata dilihat oleh otoritas lokal sebagai sektor yang
signifikan untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi. Ini telah menyebabkan peningkatan
perencanaan untuk pariwisata di kota berdasarkan sumber daya yang ada dan penciptaan
produk baru. Pariwisata di Manado sedang dalam fase ekspansi dan pariwisata sedang
berlangsung digunakan sebagai katalis pembangunan. Pada saat yang sama, ada kebutuhan
untuk berinvestasi di bidang pariwisata lainnya sumber daya, seperti warisan dan/atau atraksi
sejarah, dan juga infrastruktur, untuk meningkatkan citra pariwisata yang mengarah pada
keunggulan kompetitif bagi kota. Namun, perkotaan Perkembangan pariwisata memberikan
banyak tantangan bagi Kota Manado jika ingin menjadi urban tourism direncanakan dan
dikembangkan secara berkelanjutan. Wisata perkotaan di Manado telah muncul sebagai hasil
pengembangan intensif infrastruktur pariwisata dan pengembangan produk yang telah
diperlukan suatu proses perencanaan pariwisata. Namun, studi lebih lanjut diperlukan untuk
memahami fenomena dan kompleksitas fungsi perkotaan yang akan mempengaruhi
pengembangan pariwisata di daerah. Pengembangan waterfront, sebagai bagian dari urban
tourism, telah diadopsi untuk mendukung pertumbuhan kota. Investasi besar-besaran oleh
otoritas lokal di infrastruktur untuk pariwisata, termasuk pengembangan dan pembangunan
kembali tepi laut, memerlukan perencanaan terpadu untuk pengembangan pariwisata
perkotaan secara keseluruhan di daerah dan integrasi dengan masalah pembangunan
perkotaan yang lebih luas. Waterfronts memiliki banyak kegunaan dan, oleh karena itu,
cenderung menarik dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, tidak hanya pariwisata
minat. Jika kepentingan berbagai kelompok akan dimasukkan ke dalam rencana
pembangunan mengarah ke dukungan yang lebih besar, maka keterlibatan pemangku
kepentingan harus terjadi dan, idealnya, kemitraan antar pemangku kepentingan harus
dibangun. Pendekatan Multi Pemangku Kepentingan untuk pembangunan waterfront dapat
memberikan kontribusi yang besar tidak hanya untuk konsep dan teori desain yang berpusat
pada pengguna tetapi juga untuk praktiknya, termasuk strategi yang tepat dan metode.
19
REFERENSI
Andi M Idhom , Tirto.id, (2021), Pengertian kota menurut para ahli dan ciri kota secara fisik
– sosial.
Aristotulus E.T, dkk (2012), Manado Waterfront Development Concept As Sustainable City
Of Tourism
Bet El Silisna Lagarense. (2013),Evaluating Waterfront Uses for Tourism and Recreation
with Acceptance to Changes:The Case of Manado Waterfront Development.
Lagarense, Bet El Silisna, ( 2012), Urban Tourism Planning For Waterfront Development
The Case Of Manado, Indonesia
Rifai notanubun, Mussadun (2017), Kajian perkembangan konsep waterfront city di kawasan
pesisir kota ambon
Seputar sulut. (2014), Konsep WaterFront City, Solusi Mengelolah Bantaran Sungai.
20