BAB - 1
PENDAHULUAN
Kawasan Pecinan Medan Labuhan pada beberapa abad lalu dikenal dengan
sebutan Labuhan Deli dan sangat terkenal dengan kawasan perdagangannya.
Diawali pada tahun 1862 ketika dibuat perjanjian yang berpengaruh terhadap
perkembangan Labuhan Deli, yaitu perjanjian kerjasama antara Sultan Deli dengan
Belanda kemudian dihadirkannya sektor pelabuhan Deli. Maraknya penanaman
tembakau di Labuhan Deli oleh Neinhuys menarik perhatian pengusaha-pengusaha
Eropa untuk ikut membuka usaha tanaman keras lain seperti pala, kelapa, dan lain-
lain. Dengan adanya perjanjian tersebut dan banyaknya badan usaha milik Eropa di
Labuhan Deli, kawasan ini menjadi berkembang lebih pesat dari Medan, dan
dijadikan oleh Belanda sebagai basis kekuatan kedudukannya, dan menempatkan
rumah kontrolir di Labuhan Deli.
Di depan Istana Kesultanan Melayu Deli, berdirilah Masjid Al-Oesmani yang
dibangun oleh Sultan Osman Perkasa Alamsyah. Masjid yang sifatnya permanen ini
dulunya hanya terbuat dari papan dan tidak berukuran besar. Desain masjid ini
dipengaruhi oleh arsitektur Moorish (Yenni, 1999 dalam Ratna, 2006). Seiring
dengan berkembangnya aktifitas industri perkebunan, Kota Medan perlahan ikut
berkembang (Ratna, 2006). Kantor Neinhuys dipindahkan ke Medan karena
pertimbangan letak geografis Medan yang lebih tinggi dari Labuhan Deli untuk
mengantisipasi banjir. Kemudian, kedudukan Asisten Residen Belanda dipindahkan
juga ke Medan pada tahun 1879 dan kota Medan pun dijadikan sebagai ibukota
Residen Sumatera Timur pada tahun 1887. Pemindahan pusat kerajaan Deli pada
tahun 1891 kemudian mengakibatkan mundurnya peranan Labuhan Deli. Selain itu,
akibat adanya endapan lumpur, Labuhan Deli sebagai pusat pelabuhan tidak dapat
berfungsi lagi dan akhirnya dipindahkan ke kawasan Belawan yang tepat berada di
pinggir pantai dan sebelumnya sudah dibangun oleh Belanda pada waktu itu.
Akibatnya, peranan dan pengaruh kawasan Labuhan Deli terus merosot, deretan
ruko-ruko bernuansa arsitektur cina yang sebelumnya menjadi pusat aktifitas
perdagangan, beralih fungsi menjadi tempat perjudian dan prostitusi. Labuhan Deli
yang terkenal di mancanegara pun mulai dilupakan.
Pada dasarnya, hingga kini kawasan Labuhan Deli tetap memiliki banyak
potensi yang perlu diperhatikan secara khusus untuk dikembangkan kembali oleh
pemerintah Kota Medan. Namun nyatanya sekarang Labuhan Deli merupakan suatu
daerah dimana karakteristiknya memudar (Ratna, 2006). Hilangnya karakteristik
tersebut semakin ditambah oleh buruknya kebersihan dan sanitasi di kawasan
tersebut, sehingga seolah-olah kawasan tersebut tidak pernah menjadi pusat kota,
pusat pelabuhan, pusat perdagangan, tempat dimana pernah berjayanya Kesultanan
Deli pada masa lalu.
Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah kegiatan yang
bertujuan mengendalikan pemanfaatan ruang dan menciptakan lingkungan yang
tertata, berkelanjutan, berkualitas serta menambah vitalitas ekonomi dan kehidupan
masyarakat. Oleh karenanya penyusunan dokumen RTBL Kawasan Pecinan Medan
Labuhan, selain sebagai pemenuhan aspek legal-formal, yaitu sebagai produk
pengaturan pemanfaatan ruang serta penataan bangunan dan lingkungan pada
kawasan tersebut, juga sebagai dokumen panduan/pengendali pembangunan dalam
penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan kawasan terpilih supaya
memenuhi kriteria perencanaan tata bangunan dan lingkungan yang berkelanjutan
meliputi: pemenuhan persyaratan tata bangunan dan lingkungan, peningkatan
kualitas hidup masyarakat melalui perbaikan kualitas lingkungan dan ruang publik,
perwujudan perlindungan lingkungan, serta peningkatan vitalitas ekonomi
lingkungan.
Selain hal tersebut RTBL Kawasan Pecinan Medan Labuhan mempunyai
manfaat untuk mengarahkan jalannya pembangunan sejak dini, mewujudkan
pemanfaatan ruang secara efektif, tepat guna, spesifik setempat dan konkret sesuai
dengan rencana tata ruang wilayah, melengkapi peraturan daerah tentang bangunan
gedung, mewujudkan kesatuan karakter dan meningkatkan kualitas bangunan
gedung dan lingkungan/kawasan, mengendalikan pertumbuhan fisik suatu
lingkungan/kawasan, menjamin implementasi pembangunan agar sesuai dengan
aspirasi dan kebutuhan masyarakat dalam pengembangan lingkungan/kawasan yang
Maksud:
Dokumen RTBL ini disusun sebagai panduan umum yang menyeluruh dan
memiliki kepastian hukum tentang perencanaan tata bangunan dan lingkungan di
Kawasan Pecinan Medan Labuhan, selain itu juga sebagai perangkat
pengendalian berupa panduan rancangan pengembangan kawasan terpilih untuk
mewujudkan kesatuan karakter serta kualitas bangunan gedung dan lingkungan
yang berkelanjutan.
Tujuan:
Tersusunnya dokumen penataan bangunan dan lingkungan di Kawasan
Pecinan Medan Labuhan Kota Medan, sesuai dengan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan (RTBL) guna mewujudkan tata bangunan dan dan
lingkungan layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan, sebagaimana
diamanatkan oleh UU No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung. Beberapa
kiteria perencanaan tata bangunan dan lingkungan yang berkelanjutan
meliputi:
a. Persyaratan tata bangunan dan lingkungan;
Sasaran:
Dalam rangka memenuhi tujuan kajian ini secara menyeluruh, maka
ditetapkan beberapa sasaran. Sasaran dari kajian ini adalah:
a. Tersusunnya Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan
Pecinan Medan Labuhan sebagai instrumen pengendalian pembangunan,
pedoman penyusunan rencana operasional, dan panduan teknis
pengembangan/ pemanfaatan lahan.
b. Tersusunnya Status Legal dari RTBL dengan target tersusunnya Perda/SK
Walikota untuk mengoperasionalkan RTBL yang telah disusun.
c. Tersusunnya Program Investasi Pembangunan Kawasan Pecinan Medan
Labuhan yang telah disetujui semua pihak yang terkait sebagai bagian
upaya peningkatan kualitas permukiman dengan menyertakan
masyarakat sebagai bagian integral dari upaya pembangunan di
lingkungan/kawasan.
1.3 MANFAAT
Secara garis besar materi pokok dari RTBL Kawasan Pecinan Medan Labuhan,
Kota Medan mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan, pasal 3 yaitu:
LAPORAN ANTARA 1 - 10
RTBL KAWASAN PECINAN MEDAN LABUHAN
c. Rencana Investasi;
a) Bersifat jangka menengah (5 tahun)
Mengindikasikan investasi untuk macam-macam kegiatan yang
konsisten dengan program bangunan dan lingkungan, meliputi
tolok ukur/kuantitas pekerjaan, besaran rencana pembiayaan,
perkiraan waktu pelaksanaan dan usulan sumber pendanaannya.
b) Tidak hanya meliputi investasi pembiayaan yang akan dibiayai
oleh pemerintah dari berbagai sektor, daerah dan pusat, tetapi
terutama dari yang akan dapat dibiayai oleh dunia usaha dan
masyarakat.
Keluaran dari kegiatan ini adalah konsep perancangan tata bangunan dan
lingkungan, yang merupakan hasil tahapan analisis program bangunan dan lingkungan,
memuat gambaran dasar penataan pada lahan perencanaan yang selanjutnya
ditindaklanjuti dengan penjabaran gagasan desain secara lebih detail dari masing-masing
elemen desain. Adapun komponen dasar perancangan RTBL meliputi:
1. Visi pembangunan, yaitu gambaran spesifik karakter lingkungan dimana
mendatang yang akan dicapai sebagai hasil akhir penataan suatu kawasan
yang direncanakan, disesuaikan dengan seluruh kebijakan dan rencana tata
ruang yang berlaku di Kota Medan.
2. Konsep perancangan struktur tata bangunan dan lingkungan, yaitu suatu
gagasan perancangan dasar pada skala makro, dari intervensi desain struktur
tata bangunan dan lingkungan yang hendak dicapai pada kawasan
LAPORAN ANTARA 1 - 12
RTBL KAWASAN PECINAN MEDAN LABUHAN
Laporan antara ini terdiri dari 5 (lima) bab, dimana secara garis besar isi dari
masing-masing bab dapat dikemukakan sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang mengemukakan latar belakang yang
mendasari perlunya penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
Kawasan Pecinan Medan Labuhan serta sekaligus mengemukakan secara rinci
tentang maksud, tujuan, manfaat dan sasaran, dasar hukum, ruang lingkup serta
hasil akhir yang diharapkan keluar dalam penyusunan RTBL ini.
LAPORAN ANTARA 1 - 14