Anda di halaman 1dari 26

PERANCANGAN KOTA PESISIR

Manado Sebagai Waterfront City

OLEH:

NAMA: Arief Corneles Kantor


NIM: 20211021

DOSEN PENGAMPU:
Ferdinan Semuel Runtuwene Pauner Terok, St, M.Ars
KATA PENGANTAR

Kami ucapkan puji syukur serta nikmat kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya
yang melimpah sehingga kami dapat menyelesaikan Paper tentang “Manado Sebagai
Waterfront City” Paper ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembautan paper ini. Untuk
itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya meyadari sepenuhnya bahwa masih ada keku rangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki paper ilmiah ini.
Akhir kata saya berharap semoga paper tentang “Manado Sebagai Waterfront City” ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Tanggerang selatan, 7 Desember 2022

Arief Corneles kantor


DAFTAR ISI
BAB.1 PENDAHULUAN............................................................................................................ 4
1.1 LATAR BELAKANG ...................................................................................................... 4
BAB.2 TINJAWAN PUSTAKA.................................................................................................. 5
2.1 Pengertian Kota ............................................................................................................. 5
2.1.1 Pengertian Kota Menurut Para Ahli ..................................................................... 5
2.1.2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2009 Tentang
“Pedoman Pengelolaan Kawasan Perkotaan ” ................................................................. 7
2.1.3 Klasifikasi Kota ....................................................................................................... 7
2.1.4 Fungsi Kota ............................................................................................................. 8
2.1.5 Ciri-Ciri Kota .......................................................................................................... 10
2.2 Waterfront City ............................................................................................................. 12
2.2.1 Pengertian Waterfront City ................................................................................. 12
2.2.2 Jenis-jenis Waterfront City .................................................................................. 12
2.2.3 Fungsi-fungsi Waterfront City............................................................................. 13
2.2.4 Kriteria-kriteria Waterfron City ............................................................................ 13
2.2.5 Aspek-Aspek Yang Menjadi Dasar Perancangan Konsep Waterfront City 13
2.2.6 Prinsip Pelaksanaan Waterfront City ................................................................ 14
2.2.7 Waterfront City di Indonesia ............................................................................... 15
2.3 MANADO SEBAGAI Waterfront City ........................................................................ 17
2.4 Hasil kelayakan ............................................................................................................ 24
BAB.3 Kesimpulan ................................................................................................................... 25
BAB.1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Lapisan masyarakat di dalam perkotaan sangat beragam, begitu juga dengan
bangunannya. Oleh sebab itu, kota dapat dikatakan sebagai suatu wilayah yang di mana
bangunan dan lapisan masyarakatnya sudah menjadi satu kesatuan. Senada dengan
pengertian kota di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kota adalah daerah
pemukiman yang terdiri atas bangunan rumah yang merupakan kesatuan tempat tinggal
dari berbagai lapisan masyarakat.
Kota itu sendiri secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu wilayah yang sangat
potensial dari segi manapun, mulai dari sektor pekerjaan, sektor kesehatan, sektor
pendidikan, dan sebagainya. Maka dari itu, di dalam suatu perkotaan kita pasti mudah
menemukan berbagai macam hal karena fasilitas-fasilitas di perkotaan lebih banyak bila
dibandingkan dengan fasilitas-fasilitas pedesaan.
Selain itu, bangunan-bangunan yang ada di dalam kota akan terlihat lebih padat karena
jumlah penduduk di kota lebih banyak. Tak hanya itu, bangunan yang ada di kota juga
lebih sering vertikal, sehingga kita akan melihat gedung-gedung tinggi. Bahkan, teknologi
yang ada di kawasan perkotaan akan terlihat lebih modern mengikuti perkembangan
zaman. Oleh sebab itu, kawasan perkotaan sering dijadikan sebagai pusat ekonomi suatu
pemerintahan.
Sama halnya pengertian kota berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
Tentang Pemerintahan Daerah. Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai
kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
pemukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa serta perubahan nama
dan pemindahan ibukota pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Dari dua pengertian kota yang berasal dari KBBI dan UU No 22 Tahun 1999, maka kota
adalah suatu kawasan yang terdapat bangunan-bangunan dari lapisan masyarakat yang
sudah menjadi satu kesatuan sekaligus sebagai pusat pelayanan sosial, kegiatan
ekonomi, pusat pemerintahan.
BAB.2 TINJAWAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kota


Menurut Branch (1996: 2) Kota diartikan sebagai tempat tinggal dari beberapa ribu atau
lebih penduduk, sedangkan perkotaan diartikan sebagai area terbangun dengan struktur
dan jalan-jalan, sebagai suatu permukiman terpusat pada suatu area dengan kepadatan
tertentu (Branch, 1996:2). Dalam pengertian lain kota adalah wilayah dengan kepadatan
penduduk tinggi, yang sebagian besar lahannya terbangun dan perekonomiannya
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 2 Tahun 1987 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Kota, kota adalah permukiman dan kegiatan penduduk yang
mempunyai batasan wilayah administrasi yang diatur dalam peraturan perundangan
serta permukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan kekotaan.
Sedangkan perkotaan adalah satuan kumpulan pusat-pusat permukiman yang berperan
di dalam suatu wilayah pengembangan dan atau Wilayah Nasional sebagai simpul jasa.
Dalam Inmendagri nomor 34 tahun 1986 tentang Pelaksanaan Permendagri nomor 7
tahun 1986 tentang Batas-batas Wilayah Kota Di Seluruh Indonesia, ciri-ciri wilayah kota
dapat dilihat dari aspek fisik dan aspek sosial ekonomi.
Sementara itu definisi modern Amor Rapoport merumuskan definisi baru yang dapat
diterapkan pada daerah permukiman kota dimana saja yaitu, sebuah permukiman dapat
dirumuskan sebagai sebuah kota bukan dari segi morfologis tertentu, atau bahkan
kumpulan ciri-cirinya, melainkan dari segi suatu fungsi khusus yaitu menyusun sebuah
wilayah dan menciptakan ruang-ruang efektif melalui pengorganisasian sebuah daerah
pedalaman yang lebih besar berdasarkan hierarki-hierarki tertentu (Zahnd, 1999:5).
2.1.1 Pengertian Kota Menurut Para Ahli
a) Grunfeld
Grunfeld menyatakan bahwa kota adalah suatu wilayah yang di mana jumlah
penduduk yang tinggal cukup padat dan lebih padat daripada kepadatan wilayah nasional
dan bagi para penduduk yang tinggal di perkotaan biasanya bekerja di sektor non agraris
atau bukan sektor pertanian. Selain itu, Grunfeld juga mengatakan bahwa bangunan
yang ada di perkotaan berupa gedung-gedung tinggi dan jarak antar gedungnya tidak
jauh.

b) Max Weber
Menurut Max Weber, kota adalah sebuah wilayah atau daerah yang di mana
penduduk dari wilayah tersebut mayoritas bisa memenuhi semua kebutuhan ekonomi
pasar lokal yang ada di wilayah tersebut.
c) Burkhard Hofmeister
Menurut Burkhad Hofmeister, kota adalah sebuah pemusatan keruangan mulai dari
tempat tinggal, tempat kerja bagi manusia itu sendiri, hingga kegiatan umum. Dalam hal
ini, kegiatan umum dibagi menjadi dua sektor, yaitu sektor sekunder berupa industri dan
perdagangan serta sektor tersier yang berupa jasa dan pelayanan masyarakat. Selain itu
Hofmeister juga mengatakan bahwa pertumbuhan yan g terjadi di pemusatan keruangan
terjadi karena adanya pendatang yang memiliki kemampuan untuk melayani atau
memenuhi kebutuhan barang dan jasa bagi wilayah yang letaknya jauh.

d) Bintarto
Bintarto menyatakan bahwa kota adalah sebuah kesatuan bagi kehidupan manusia
yang diberi tanda dengan hadirnya kepadatan penduduk yang sangat tinggi serta ditandai
dengan adanya strata ekonomi yang heterogen bercorak materialistis. Bintarto juga
mengungkapkan bahwa penduduk yang ada di kota terdiri dari penduduk asli dari wi layah
tersebut dan penduduk yang datang dari wilayah lain. Bintarto juga menjelaskan bahwa
masyarakat kota adalah kumpulan individu yang heterogen, baik itu dari hal pekerjaan,
adat, kebudayaan, dan agama.

e) Northam
Menurut Northam, kota adalah sebuah wilayah atau daerah yang memiliki kepadatan
penduduk yang cukup tinggi daripada jumlah kepadatan populasi. Penduduk yang ada di
wilayah tersebut memiliki kegiatan ekonomi di luar sektor pertanian, sehingga tidak
tergantung dengan sektor pertanian. Kota menurut Northam juga bisa dijadikan sebagai
pusat dari ekonomi, administrasi antar wilayah, dan pusat kebudayaan.
f) Amos Rappoport
Amos Rappoport mengatakan bahwa kota adalah sebuah pemukiman yang cukup
besar, padat, dan permanen serta terdiri dari berbagai macam kelompok individu yang
sifatnya heterogen dari segi sosial.
2.1.2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2009
Tentang “Pedoman Pengelolaan Kawasan Perkotaan”
Pasal 1 , Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Pengelolaan Kawasan Perkotaan adalah serangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian dalam upaya pencapaian tujuan
pembangunan Kawasan Perkotaan secara efisien dan efektif.

2. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya.
3. Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian,
dengan susunan fungsi Kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan
dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
6. Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan adalah hasil dari suatu proses untuk
menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan
rencana tata ruang di Kawasan Perkotaan.
Pasal 2 ,Kawasan Perkotaan dapat berbentuk:

a. kota sebagai daerah otonom;

b. bagian daerah kabupaten yang memiliki ciri perkotaan;

c. bagian dari dua atau lebih daerah yang berbatasan

langsung dan memiliki ciri perkotaan.


2.1.3 Klasifikasi Kota
Ada banyak hal yang selalu menarik pembahasan tentang perkotaan. Oleh karenanya,
sebelum memutuskan untuk tinggal di wilayah perkotaan, sebaiknya kita mengenali
klasifikasi perkotaan. Pada umumnya, klasifikasi kota dapat dikategorikan berdasarkan
jumlah penduduknya. Berikut ini lima klasifikasi kota yang terdiri dari:

− Kota Kecil (20.000 sampai 50.000 jiwa)


Sebuah kota dapat dikategorikan atau diklasifikasikan menjadi kota kecil, jika penduduk
yang tinggal di kota itu berjumlah 20.000 sampai 50.000 jiwa. Oleh karena itu, kita dapat
mengklasifikasikan kota dengan melihat informasi yang ada, sebaiknya informasi yang
didapatkan berasal dari lembaga resmi pemerintah. Selain itu, dengan mengetahui
jumlah penduduk yang ada di kota kecil, maka pembangunan di kota kecil dapat
dilaksanakan dengan baik dan tepat, sehingga kebutuhan hidup penduduk di kota ini
dapat terpenuhi dengan baik.
− Kota Sedang (50.000 sampai 100.000 jiwa)
Klasifikasi kota berikutnya adalah kota sedang. Sebuah kota dapat diklasifikasikan ke
dalam kota sedang apabila jumlah penduduk sudah mencapai 50. 000 hingga 100.000
jiwa. Apabila kamu tinggal di suatu wilayah perkotaan, sebaiknya kenali dulu klasifikasi
dari kota tersebut. Hal ini perlu dilakukan agar pembangunan di kota sedang ini dapat
berjalan dengan semestinya.

− Kota Besar (100 ribu hingga 1 juta jiwa)


Setelah kota kecil dan kota sedang, klasifikasi selanjutnya adalah kota besar. Jika, jumlah
penduduk yang ada di suatu perkotaan berjumlah 100.000 sampai satu juta jiwa, maka
kota itu diklasifikan menjadi kota besar. Pembangunan yang ada di kota besar, biasanya
dapat dilihat melalui banyaknya industri yang membuka lowongan pekerjaan, sehingga
akan ada banyak masyarakat yang hidupnya semakin sejahtera.

− Kota Metropolitan (sekitar 1 juta jiwa)


Terkadang di dalam suatu wilayah jumlah penduduk bertambah dengan cukup cepat
termasuk wilayah perkotaan. Semakin banyak jumlah penduduk yang ada di suatu
perkotaan, maka klasifikasi kota semakin meningkat. Jika, jumlah penduduk sekitar 1
sampai 5 juta jiwa membuat kota itu termasuk ke dalam klasifikasi perkotaan
metropolitan. Pembangunan yang terjadi di kota metropolitan biasanya bangunannya
akan terlihat lebih modern. Selain itu, pembangunan akan disesuaikan dengan
perkembangan zaman, sehingga kota metropolitan akan selalu up to date.

− Kota Megapolitan (lebih dari 5 juta jiwa)


Klasifikasi kota yang terakhir adalah kota megapolitan. Kota megapolitan ini memiliki
jumlah penduduk lebih dari 5 juta jiwa. Pembangunan di kota metropolitan ini akan
dilakukan sesegera supaya pelayanan masyarakat dapat berjalan dengan baik, sehingga
penduduk di kota metropolitan kebutuhan hidupnya bisa terpenuhi.
2.1.4 Fungsi Kota
Fungsi dari dibentuknya kota ini bisa dibilang sangat penting karena bisa memengaruhi
kondisi suatu negara. Dengan kata lain, apabila fungsi kota berjalan dengan lancar, maka
kondisi negara bisa berjalan sedikit lebih baik. Namun, jika kota tidak berfungsi
semestinya, maka akan ada gangguan terhadap pertumbuhan negara. Berikut ini fungsi
kota berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan
Daerah.
1. Sebagai Pusat Pemerintah
Fungsi pertama dari kota adalah sebagai pusat pemerintah. Seperti yang sudah diketahui
oleh banyak orang bahwa kota itu sendiri memiliki fasilitas pelayanan yang lebih lengkap
bila dibandingkan dengan pelayanan yang ada di pedesaan. Selain itu, dalam
menjalankan sebuah pelayanan masyarakat dibutuhkan aparatur negara. Tanpa adanya
aparatur negara, maka sebuah pelayanan masyarakat tidak dapat berjalan dengan baik.
Apabila suatu pelayanan masyarakat tidak dapat berjalan dengan baik tidak menutup
kemungkinan akan ada hal yang terhambat. Dalam hal ini, hal yang akan terhambat
berupa kebutuhan hidup untuk masyarakat, administratif masyarakat, dan sosial budaya.
Oleh karenanya, agar semua hal itu tidak terjadi keterlambatan, maka sangat diperlukan
fasilitas pelayanan masyarakat yang baik dan aparatur negara yang dapat menjalankan
tugasnya dengan maksimal. Tidak hanya itu, “kota” juga harus dijadikan sebagai pusat
pemerintah.
Maka dari itu, “kota” dapat dikatakan sebagai pusat pemerintah karena dapat
mengendalikan berbagai jenis pelayanan masyarakat dan bisa mengendalikan sistem
pemerintah. Selain itu, kota juga dikenal sebagai pusat pemerintahan, bahkan juga
dikenal sebagai ibu kota negara atau ibu kota provinsi.

2. Sebagai Pusat Pendidikan


Fungsi kedua dari kota adalah sebagai pusat pendidikan. Sudah menjadi hal umum
bahwa pendidikan yang ada di suatu wilayah atau daerah harus benar-benar diperhatikan
karena akan memengaruhi Sumber Daya Manusia (SDM) di wilayah tersebut. Bah kan,
bisa saja SDM dari wilayah itu berperan dalam kemajuan negaranya. Dalam memajukan
pendidikan harus memiliki suatu wilayah yang dapat menjadi pusat dari sistem
pendidikan. Jika, pusat pendidikan sudah ditentukan, maka sistem pendidikan dapat
dikembangkan dengan optimal.
Wilayah yang bisa dijadikan sebagai pusat pendidikan adalah kota, mengapa kota?
Karena kota memiliki fasilitas yang lebih lengkap dan yang lebih penting kehidupan
masyarakatnya lebih heterogen, sehingga dapat melihat berbagai jenis individu. Oleh
sebab itu, tak heran jika di dalam suatu kota jumlah lembaga pendidikannya lebih banyak
dibandingkan dengan kabupaten. Banyaknya lembaga pendidikan ini bertujuan untuk
menampung individu yang ingin menempuh pendidikan.
3. Sebagai Pusat Informasi
Fungsi kota yang ketiga adalah sebagai pusat informasi. Pembangunan pada setiap
wilayah, baik itu kota atau desa harus dilakukan agar semua fasilitas pelayanan, fasilitas
umum, dan sebagainya juga ikut berkembang menjadi lebih baik. Dalam mewujudkan
pembangunan pada suatu wilayah sangat dibutuhkan informasi yang akurat dan tepat.
Hal ini sangat diperlukan karena informasi yang akurat dan tepat merupakan sumber data
untuk mengarahkan suatu pembangunan.
Pembangunan yang dilakukan berdasarkan informasi sebagai su mber datanya, maka
wilayah itu dapat berjalan dengan baik dan penduduk yang ada di wilayah itu akan
merasa senang. Informasi yang bisa dijadikan sebagai sumber data untuk membangun
suatu wilayah bisa didapatkan dari mana saja, mulai dari majalah, koran, radio, televis,
hingga internet. Semakin cepat informasi diterima, maka semakin cepat pembangunan
dilakukan.
2.1.5 Ciri-Ciri Kota
Supaya lebih memahami tentang apa itu kota, maka kita perlu mengetahui ciri-ciri dari
kota itu sendiri. Ciri-ciri kota ini terbagi menjadi dua kelompok, yaitu fisik kota dan
masyarakat kota.

a. Fisik Kota

Berikut ini ciri-ciri fisik kota di antaranya:

• Mempunyai gedung pemerintahan


• Mempunyai gedung hiburan dan perkantoran
• Mempunyai lahan parkir yang cukup
• Mempunyai sarana olahraga untuk masyarakat
• Mempunyai daerah terbuka seperti taman yang berfungsi sebagai paru -paru kota
• Mempunyai hunian rumah yang dapat digunakan masyarakat berekonomi rendah,
sedang, dan elite.
• Mempunyai alun-alun

b. Masyarakat Kota

Ciri-ciri masyarakat kota sebagai berikut:

• Sifat individualisme dan egois dimiliki oleh mayoritas penduduk kota


• Hubungan sosial antar individu memiliki sifat gesselschaft
• Pandangan hidup yang dimiliki oleh penduduk kota lebih rasional apabila
dibandingkan dengan penduduk desa
• Mempunyai segresi keruangan
• Penduduk kota sedikit melonggarkan norma-norma agama.

Dilihat dari aspek sosial ekonomi, maka wilayah kota mempunyai ciri-ciri
1. Mempunyai jumlah pendududuk yang relatif besar daripada wilayah sekitarnya,
yang dalam satu kesatuan areal terbangun berjumlah sekurang-kurangnya 20.000
orang di Pulau Jawa, Madura dan Bali atau 10.000 orang di luar pulau -pulau
tersebut;
2. Mempunyai kepadatan penduduk yang relatif lebih tinggi dari wilayah sekitarnya;
3. Mempunyai proporsi jumlah penduduk yang bekerja di sektor non-pertanian lebih
tinggi dari wilayah sekitarnya;
4. Merupakan pusat kegiatan ekonomi yang menghubungkan kegiatan pertanian
wilayah sekitarnya dan tempat pemasaran atau prosessing bahan baku bagi
kegiatan industri.
Kota-kota secara umum dapat dibedakan berdasarkan fungsi kota maupun untuk
kepentingan perumusan kebijakan perencanaan. Berdasarkan fungsinya, menurut
Sujarto (1989) kota di Indonesia dapat dikelompokan menjadi ;
a) kota pusat pemerintahan,
b) kota pusat perdagangan,
c) kota pusat lalu lintas dan angkutan.
2.2 Waterfront City
waterfront city merupakan kota yang terletak di tepi air—baik berupa pantai,sungai, atau
danau. Pengertian “waterfront” secara harafiah adalah daerah tepi laut, bagian kota yang
berbatasan dengan air, daerah pelabuhan.Sementara waterfront development berarti
proses pembangunan yang memiliki kontak visual dan fisik dengan air, pengembangan
wilayahperkotaan yang secara fisik alamnya berada dekat dengan air dimana bentuk
pengembangan pembangunan wajah kota berorientasi ke perairan.
2.2.1 Pengertian Waterfront City
Waterfront City adalah konsep pengembangan daerah tepian air baik itu tepi pantai,
sungai ataupun danau. Pengertian “waterfront” dalam Bahasa Indonesia secara harafiah
adalah daerah tepi laut, bagian kota yang berbatasan dengan air, daerah pelabuhan
(Echols, 2003). Menurut direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dalam
Pedoman Kota Pesisir (2006) mengemukakan bahwa Kota Pesisir atau waterfront city
merupakan suatu kawasan yang terletak berbatasan dengan air dan menghadap ke laut,
sungai, danau dan sejenisnya.
2.2.2 Jenis-jenis Waterfront City
a Jenis-jenis Waterfront City berdasarkan proyeknya
− Konservasi, yaitu penataan waterfront lama yang sampai saat ini

masih dapat dinikmati.

− Pembangunan Kembali (redevelopment), yaitu upaya menghidupkan

kembali fungsi-fungsi waterfront lama dengan mengubah atau


membangun kembali fasilitas yang ada.

− Pengembangan (development), yakni menciptakan Waterfront baru

yang memenuhi kebutuhan kota dengan cara mereklamasi pan tai.


b jenis-jenis waterfront city berdasarkan fungsinya adalah:
− Mixed-Use Waterfront. Yaitu sebuah waterfront yang terdapat kombinasi beberapa
bangunan dengan fungsi yang berbeda.
− Recreational Waterfront. Jenis ini merupakan waterfront yang digunakan sebagai
salah satu sarana rekreasi. Diantaranya adalah pembangunan kawasan wisata
seperti taman, area bermain, tempat pemancingan, tempat singgah kapal pesiar,
restoran dan fasilitas pariwisata lainnya.
− Residential Waterfront. Jenis waterfront ini meliputi kawasan dengan bangunan
yang berfungsi sebagai hunian seperti perumahan, hotel, resort dan apartemen.
Bangunan hunian tersebut dibangun di pinggir perairan yang menambah estetika
tempat tinggal.
− Working Waterfront. Jenis waterfront ini merupakan lokasi penangkapan ikan
secara komersial. Selain itu, lokasi ini juga digunakan sebagai tempat reparasi
kapal baik kapal pesiar maupun kapal penangkap ikan. Kawasan waterfront ini
juga difungsikan layaknya seperti pelabuhan.
2.2.3 Fungsi-fungsi Waterfront City
a. Mixed-used waterfront yang di dalamnya terdapat perumahan,perkantoran,
restoran, pasar, rumah sakit, dan sarana rekreasi.
b. Recreational waterfront yang menyediakan sarana rekreasi, seperti taman, arena
bermain, tempat pemancingan, dan fasilitas kapal pesiar.
c. Residential waterfront yang berisi hunian seperti perumahan, apartemen, dan
resor.
d. Working waterfront yang dilengkapi tempat penangkapan ikan komersial, reparasi
kapal pesiar, industri berat, dan fungsi-fungsi pelabuhan.

2.2.4 Kriteria-kriteria Waterfron City


Dalam menentukan suatu lokasi tersebut waterfront atau tidak maka ada beberapa
kriteria yang digunakan untuk menilai lokasi suatu tempat apakah masuk dalam
waterfront atau tidak. Berikut kriteria yang ditetapkan :
a) Berlokasi dan berada di tepi suatu wilayah perairan yang besar (laut, danau,
sungai, dan sebagainya).
b) Biasanya merupakan area pelabuhan, perdagangan, permukiman, atau
pariwisata.
c) Memiliki fungsi-fungsi utama sebagai tempat rekreasi, permukiman, industri, atau
pelabuhan.
d) Dominan dengan pemandangan dan orientasi ke arah perairan.
e) Pembangunannya dilakukan ke arah vertikal horisontal
2.2.5 Aspek-Aspek Yang Menjadi Dasar Perancangan Konsep Waterfront
City
Pada perancangan kawasan tepian air, ada dua aspek penting yang mendasari
keputusan - keputusan rancangan yang dihasilkan. Kedua aspek tersebut adalah faktor
geografis serta konteks perkotaan (Wren, 1983 dan Toree, 1989).

a. Faktor Geografis
Merupakan faktor yang menyangkut geografis kawasan dan akan menentukan jenis serta
pola penggunaannya. Termasuk di dalam hal ini adalah Kondisi perairan, yaitu dari segi
jenis (laut, sungai, dst), dimensi dan konfigurasi, pasang-surut, serta kualaitas airnya.
b. Konteks perkotaan (Urban Context)
merupakan faktor-faktor yang nantinya akan memberikan ciri khas tersendiri bagi kota
yang bersangkutan serta menentukan hubungan antara kawasan waterfront yang
dikembangkan dengan bagian kota yang terkait. Termasuk dalam aspek ini adalah:

• Pemakai, yaitu mereka yang tinggal, bekerja atau berwisata di kawasan


waterfront, atau sekedar merasa "memiliki" kawasan tersebut sebagai sarana
publik.
• Khasanah sejarah dan budaya, yaitu situs atau bangunan bersejarah yang perlu
ditentukan arah pengembangannya (misalnya restorasi, renovasi atau
penggunaan adaptif) serta bagian tradisi yang perlu dilestarikan.
• Pencapaian dan sirkulasi, yaitu akses dari dan menuju tapak serta pengaturan
sirkulasi didalamnya.
• Karakter visual, yaitu hal-hal yang akan memberi ciri yang membedakan satu
kawasan waterfront dengan lainnya.
2.2.6 Prinsip Pelaksanaan Waterfront City
a. Memperhatikan Kondisi Fisik Lingkungan
Kondisi fisik lingkungan meliputi topografi wilayah, sumber daya alam, kepadatan
penduduk yang menggunakan wilayah tertentu sebagai tempat tinggal, serta penataan
bangunan dan lingkungan. Pelaksanaan pembangunan waterfront hendaknya
memperhatikan kelestarian lingkungan dan alam di wilayah tersebut. Jangan sampai
mengorbankan kondisi alam hanya demi mendapatkan keuntungan dari pembangunan
kawasan waterfront.

b. Kondisi Perekonomian di Sekitar Kawasan Pembangunan Waterfront


Kondisi perekonomian melibatkan potensi yang dimiliki wilayah tersebut. Apabila suatu
kawasan memiliki potensi pariwisata, maka kawasan pembangunan waterfront yang
cocok adalah pembangunan yang mampu mendukung potensi tersebut seperti
pembangunan recreational waterfront. Dengan adanya sarana rekreasi yang dibangun di
kawasan waterfront untuk mendukung potensi wilayah tersebut, diharapkan mampu
memberikan pemasukan untuk mendukung perekonomian masyarakat sekitar.

c. Memperhatikan Kondisi Sosial Budaya


Pada saat melaksanakan pembangunan sebuah kawasan waterfront, sebaiknya
memperhatikan kearifan lokal setempat. Selain itu, mengetahui budaya dan adat istiadat
masyarakat setempat diperlukan untuk menyelaraskan tujuan dan fungsi waterfront itu
sendiri. Selain itu, penyelarasan jenis waterfront dengan aktivitas masyarakat sekitar juga
merupakan salah satu prinsip yang harus diperhatikan pada saat pembangunan kawasan
tersebut.
2.2.7 Waterfront City di Indonesia
a) Labuan Bajo
Seperti yang tertulis pada situs Kementerian PUPR Indonesia, Labuan Bajo atau disebut
juga dengan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Super Prioritas Labuan Bajo
merupakan salah satu kawasan yang menggunakan konsep kota di tepi perairan. Labuan
Bajo sudah terkenal hingga mancanegara.
Fasilitas yang ada di kawasan ini berkelas internasional. Terdapat hotel dan resort
mewah yang memanjakan pengunjung dengan service kelas dunia. Selain itu, terdapat
pula beberapa ruang terbuka untuk masyarakat umum agar bisa menikmati kawasan ini.
Potensi pemandangan alam yang mengagumkan, yang menunjukkan keindahan
matahari terbenam di sore hari, dengan pemandangan laut yang alami.
Labuan Bajo sangat tepat untuk Anda yang sedang mencari kawasan hunian yang
nyaman dan memiliki pemandangan yang indah. Apabila Anda memiliki rencana untuk
membangun rumah di Labuan Bajo, Anda bisa mencoba membangun rumah dengan
mengikuti konsep arsitektur tropis supaya rumah bisa terlihat lebih menarik lagi.

b) Palembang
Palembang terkenal dengan sungai Musi-nya yang membentang di sepanjang jalan di
kota tersebut. Sungai Musi merupakan jantungnya perekonomian masyarakat di kota ini.
Pasar terapung, yang terjadi di atas Sungai Musi, merupakan sebuah jenis pasar yang
terkenal di seluruh Indonesia. Transaksi jual beli yang terjadi di pasar ini menggerakkan
perekonomian masyarakat setempat. Pada beberapa bagian kota ini terdapat pusat
perbelanjaan, hotel, rumah makan, dan fasilitas lainnya yang memadati kawasan ini.
c) Batam
Kota Batam yang merupakan sebuah kota di Provinsi Kepulauan Riau memang
dikembangkan dengan konsep waterfront city untuk digunakan sebagai pusat
perdagangan terbesar di Indonesia bagian barat. Batam, sebuah pulau yang dikelilingi
perairan ini, bertetangga dengan negara lain seperti Singapura dan Malaysia. Untuk itu,
kota ini merupakan salah satu akses keluar masuk perdagangan di tiga negara di
ASEAN, yakni Indonesia, Malaysia dan Singapura. Di kota ini banyak dibangun hotel,
bangunan dan fasilitas umum lainnya yang menunjang proses transaksi perdagangan
ekspor dan impor.

d) Makassar
Sebuah kota yang terletak di provinsi Sulawesi Selatan ini memiliki perencanaan yang
cukup matang dalam menata kotanya. Makassar merupakan salah satu dari 8 kota
terbersih di Indonesia, yang dimana kawasan pantai Losari yang terletak di kota ini,
merupakan salah satu kawasan yang menerapkan konsep kota tepi perairan. Kawasan
pantai ini tampak indah dan apik, ditambah lagi dengan deretan kapal khas kota ini yakni
Perahu Pinisi yang menjadi daya tarik pariwisata di kota tersebut.

e) Semarang
Kota Semarang merupakan salah satu kota yang dilalui jalur pantura (pantai utara) pulau
Jawa. Kota Lama Semarang merupakan denyut nadi perdagangan di kota ini. Kawasan
tersebut memadukan pemandangan sungai dan pantai di tepian kotanya. Konsep
waterfront city pada kota Semarang diperindah dengan arsitektur bersejarahnya yang
kental yang menjadikan kota ini sebagai salah satu destinasi wisata yang berpotensi.
Itulah pembahasan lengkap mengenai waterfront city, prinsip, dan contoh kotanya yang
ada di Indonesia. Semoga artikel ini bisa memberikan Anda wawasan baru yang
bermanfaat dan bisa menjadi referensi terutama bagi Anda yang ingin mencari hunian
tepi pantai yang menarik.
2.3 MANADO SEBAGAI Waterfront City

2.3.1 Geografi
Kota Manado terletak di ujung jazirah utara pulau Sulawesi, pada posisi geografis 124°40'
- 124°50' BT dan 1°30' - 1°40' LU. Iklim di kota ini adalah iklim tropis dengan suhu rata-
rata 24° - 27 °C. Curah hujan rata-rata 3.187 mm/tahun dengan iklim terkering di sekitar
bulan Agustus dan terbasah pada bulan Januari. Intensitas penyinaran matahari rata-rata
53% dan kelembaban nisbi ±84 %.
Luas wilayah daratan adalah 16.253 hektare. Manado juga merupakan kota pantai yang
memiliki garis pantai sepanjang 18,7 kilometer. Kota ini juga dikelilingi oleh perbukitan
dan barisan pegunungan. Wilayah daratannya didominasi oleh kawasan berbukit dengan
sebagian dataran rendah di daerah pantai. Interval ketinggian dataran antara 0-40%
dengan puncak tertinggi di gunung Tumpa.
Wilayah perairan Kota Manado meliputi pulau Bunaken, pulau Siladen dan pulau Manado
Tua. Pulau Bunaken dan Siladen memiliki topografi yang bergelombang dengan puncak
setinggi 200 meter. Sedangkan pulau Manado Tua adalah pulau gunung dengan
ketinggian ± 750 meter.
Sementara itu perairan teluk Manado memiliki kedalaman 2-5 meter di pesisir pantai
sampai 2.000 meter pada garis batas pertemuan pesisir dasar lereng benua. Kedalaman
ini menjadi semacam penghalang sehingga sampai saat ini intensitas kerusakan Taman
Nasional Bunaken relatif rendah.

Topografi
Secara morfologis, Kota Manado memiliki karakteristik alam yang unik dan berbeda dari
kebanyakan kota di Indonesia. Kota Manado memiliki bentang alam dengan unsur
trimatra yaitu pantai, daratan dan perbukitan, yang terbentang dengan jarak yang relatif
kecil (< 1 km) diantara ketiga matra tersebut.
Kondisi topografi dan geomorfologinya merupakan bagian dari gugusan pegunungan,
perbukitan, lembah dan sungai yang berada di daratan Minahasa. Bagian Utara morfologi
berbukit sampai bergunung dengan puncak tertin ggi. Gunung Tumpa yaitu 610 m. Di
bagian Timur umumnya bergelombang dengan morfologi landai sampai curam.
Mendekati bagian tengah kota, morfologi semakin landai dan rata. Pada bagian Selatan,
punggung-punggung bukit semakin melebar dan menjalar lebih panjang. Topografi Kota
Manado dapat dilihat pada Tabel berikut ini

NO Keadaan Tanah Kemiringan Luas (ha) Luas (%)


1 Dataran Landai 0-8% 6.315,31 40.16
2 Berombak 8-15% 5.967,69 37.95
3 Berbukit 15-40% 1.554/td> 9.88
4 Bergunung >40% 1.889 12.01
Jumlah 15.726,00 100
Topografi Kota Manado bervariasi antara 0 % hingga lebih dari 40 % dimana untuk
dataran yang landai dengan kemiringan 0-8 % dan 0-240 m dpl adalah area yang paling
luas dibandingkan dengan keadaan tanah yang lain, sebagaimana Tabel di bawah ini.

2.3.2 Hidrologi
Kota Manado dilintasi oleh 5 (lima) sungai besar yaitu: Sungai Tondano, Sungai Tikala,
Sungai Bailang, Sungai Sario, Sungai Malalayang
Sungai Tondano berhulu di Danau Tondano (wilayah Kabupaten Minahasa) dan
bergabung dengan Sungai Tikala (bagian tengah Kota Manado) sebelum bermuara di
Teluk Manado. Keberadaan Sungai Tondano dimanfaatkan dan dikelola oleh PT. Air
Manado sebagai salah satu sumber air bersih masyarakat Kota Manado.
Data iklim Manado, Sulawesi Utara, Indonesia
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun

Rekor tertinggi °C (°F) 35 37 38 38 39 42 42 45 40 39 38 38 45

-95 -99 -100 -100 -102 -108 -108 -113 -104 -102 -100 -100 -113

Rata-rata tertinggi °C 30.4 30.4 30.9 30.9 30.9 31 31.2 31.6 31.8 31.7 30.7 30 30.96
(°F)
-86.7 -86.7 -87.6 -87.6 -87.6 -88 -88.2 -88.9 -89.2 -89.1 -87.3 -86 -87.74

Rata-rata harian °C (°F) 27.5 27.5 27.9 27.6 27.9 27.8 27.6 28 27.9 27.9 27.6 27.4 27.72

-81.5 -81.5 -82.2 -81.7 -82.2 -82 -81.7 -82 -82.2 -82.2 -81.7 -81.3 -81.85

Rata-rata terendah °C 24.4 24.4 24.6 24.5 24.9 24.7 24.3 24.4 24.1 24.2 24.6 24.8 24.49
(°F)
-75.9 -75.9 -76.3 -76.1 -76.8 -76.5 -75.7 -75.9 -75.4 -75.6 -76.3 -76.6 -76.08

Rekor terendah °C (°F) 18 18 18 18 17 17 17 18 18 17 17 17 17

-64 -64 -64 -64 -63 -63 -63 -64 -64 -63 -63 -63 -63

343 265 223 196 193 184 134 80 103 168 240 291 2.42
Presipitasi mm
(inci)
-13.5 -10.43 -8.78 -7.72 -7.6 -7.24 -5.28 -3.15 -4.06 -6.61 -9.45 -11.46 (95,28)

Rata-rata hari hujan 22 19 17 16 15 14 12 8 10 15 18 20 186

86 85 84 83 82 80 77 72 74 77 81 84 80.4
% kelembapan

Rata-rata sinar matahari 4 5 6 7 6 5 6 7 7 6 6 5 5.8


harian
Kecamatan
Berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) nomor 4 tanggal 27 September 2000 tentang
perubahan status desa menjadi kelurahan di kota Manado dan PERDA nomor 5 tanggal
27 September 2000 tentang pemekaran kecamatan dan kelurahan, wilayah kota Manado
yang semula terdiri atas 5 kecamatan dengan 68 kelurahan/desa dimekarkan menjadi 9
kecamatan dengan 87 kelurahan. Berdasarkan PERDA Kota Manado Nomor 2 Tahun
2012 kota Manado dimekarkan kembali menjadi 11 kecamatan dengan 87 kelurahan.
Tabel di bawah ini adalah daftar kecamatan beserta luas dan jumlah kelurahannya, yaitu:
No. Kecamatan Luas Jumlah Utara Kabupaten
wilayah kelurahan
(km²) Minahasa
Utara dan Selat
Mantehage
1 Bunaken 36,19 5 Timur Kabupaten
Minahasa
2 Bunaken 16,85 4 Selatan Kabupaten
Kepulauan Minahasa
3 Malalayang 17,12 9 Barat Teluk Manado
4 Paal Dua 8,02 7
5 Mapanget 49,75 10

6 Sario 1,75 7
7 Singkil 4,68 9
8 Tikala 7,10 5
9 Tuminting 4,31 10
10 Wanea 7,85 9
11 Wenang 3,64 12
BAB.3 ANALISIS
3.1 METODE ANALISIS
penelitian ini maka penelitian ini menggunakan metode penelitian Studi kasus kualitatif.
Sejalan dengan pendapat dari Sugiyono (2011:15) metode penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang berlandaskan pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti
adalah sebagai instrumen kunci.
Analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber,
yaitu jurnal,teori dan UUD,gambar, foto dan sebagainya. Oleh karena itu, setelah dibaca,
dipelajari dan ditelaah, langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data yang
dilakukan dengan jalan melakukan abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat
rangkuman inti, proses, dan pertanyaan -pertanyaan yang perlu dijaga seh ingga tetap
berada didalamnya
Penelitian ini adalah penelitian yang besifat kualitatif. Penelitian yang digunakan yaitu
penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif adalah berupa penelitian
dengan metode atau pendekatan studi kasus (case study). Penelitian ini memusatkan diri
secara intensif pada satu obyek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu kasus. Data
studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, dengan kata lain dalam
studi ini dikumpulkan dari berbagai sumber (Nawawi, 2003: 1).Penelitian studi kasus akan
kurang kedalamannya bilamana hanyadipusatkan pada fase tertentu saja atau salah satu
aspek tertentu sebelum memperoleh gambaran umum tentang kasus tersebut.
Sebaliknya studi kasus akan kehilangan artinya kalau hanya ditujukan sekedar untuk
memperoleh gambaran umum namun tanpa menemukan sesuatu atau beberapa aspek
khusus yang perlu dipelajari secara intensif dan mendalam. Studi kasus yan baik harus
dilakukan secara langsung dalam kehidupan sebenarnya dari kasus yang diselidiki.
Walaupun demikian, data studi kasus dapat diperoleh tidak saja dari kasus yang diteliti,
tetapi, juga dapat diperoleh dari semua pihak yang
mengetahui dan mengenal kasus tersebut dengan baik. Dengan kata lain, data dalam
studi kasus dapat diperoleh dari berbagai sumber namun terbatas dalam kasus yang
akan diteliti (Nawawi, 2003: 2) . studi ini di lakukan untuk mengenal kota manado sebagai
kota pesisir atau waterfront city, melalu berdasarkan fungsi dan kriteria yang menjadi
standar kota sebagai kota pesisir.
3.2 PROSES ANALISIS
Table 1. Analisis kelayakan manado waterfront City

Reting (Google map)


Cukup Buruk
Isu Kesesuaian Indikator Kebutuhan Ketersediaan Baik
baik(3 (1-3)
(4-5)
-4_
God Bless Park 4.5

Kurang Taman Sindulang 4.3


Ruang Taman Taman Kesatuan 4.5
Terbuka Bangsa
Taman Kota 4.1

CitraLand WaterPark 4.5


Kurang Manado
Tempat Arena
4.9
Recreation Rekreasi Bermain Arung Jeram Desa
Waterfront Pantai Timbukar

Pantai Malalayang 4.4


Tempat
bersantai Tempat Kolam Pancing 4.5
dan Pemancin
meluangkan gan 4.5
Dermaga Pantai
waktu. Bahowo
Fungsi
1 Waterfro Tempat Fasilitas
Manado Bay Sunset 4
nt City bersandarny Kapal
Trip
a kapal Pesiar
Perumahan 4.6
Malendeng
Perumahan Graha
Tempat Pantai Indah 4.9
tinggal Perumaha Malalayang
tetap(sewa/b n
ayar) Pastori Perum Griya 5.0
Pantai
Residential GRIYA PANTAI 4.5
Waterfront Residence
Tempat Tamansari Lagoon
tinggal dalam Aparteme Apartemen And 4.5
jangka waktu n Condotel
yang lama Manado Apartemen 5.0

Tempat Onong Resort 4.4


tinggal untuk Resor.
Villa Dahlia CLOSED 4.4
wisatawan
Murex Dive Resort 4.6
Manado
Grand Luley Manado 4.5

Pelabuhan Manado 4.4


Kapal laut
Area
(Fasilitas Teluk Pelabuhan 4
Pelabuhan
Kapal Manado
,
Pesiar) MANADO PORT 3.3

Bersehati Market 4.3


Penjualan Manado
hasil Perdagan 4.4
tangkapan gan Pasar Bahu
Wilayah nelayan 4.4
Pasar 45
Perairan
Kriteria Tempat
2 Waterfro bermalam,tin Permukim
nt City ggal, an
berkunjung.
Pantai Tasik Ria 4.2
Penyediaan
tempat Pariwisata Pantai Bulo 4.3
wisata 4.4
Pantai Malalayang
Dominan
Arah barat
Orientasi Ke Pemandanga
daya (laut
Arah n laut
manado)
Perairan
3.3 Hasil ANALISIS
Berdasarkan fungsi dan kriteria manado memiliki potensi yang besar untuk menjadi kota
pesisir atau waterfront city , berdasarkan analisis yang dilakukan yang di dasari oleh
penilaiyan yang di lakukan melalui pemberian reting terhadap lokasi yang medukung
manado sebagai kota pesisir . berdasarkan fungsi waterfront city manado menmiliki nilai
lebih dari setengah yaitu 68.1/100. sedangkan berdasarkan kriteria waterfront city manado
memiliki reting 37.7/50 atau 75.4/100. ini menunjukan bahwa manado merupakan kota yang
berpotensi sebagai kota pesisir

ISU KESESUAIAN RETING

Fungsi Waterfront City Recreation Waterfront 26.8/50

Residential Waterfront 37.3 /50


TOTAL 68.1%
Wilayah Perairan 37.7 /50

Kriteria Waterfront City Dominan Orientasi Ke 40/50


Arah Perairan
TOTAL 77.7 %

Berdasarkan kualitas kota manado sudah cukup memiliki potensi sebagai kota waterfront city.
Kota manado masih bisa di kembangkan menjadi kota waterfront city yang lebih baik dengan
meningkatkan kualitas fungsi pendukung kota waterftont dan juga dapat memenuhi kriteria
Waterfront City. Selain itu jumblah aspek pendukung kelayakan manado sebagai
waterfront city juga cukup banyak berdasarkan analisis yang di lakukan .
Kesimpulan
Pembangunan yang ada di perkotaan pasti akan terlihat lebih maju dan modern
dibandingkan dengan pembangunan di pedesaan. Hal ini dikarenakan kota menjadi
pusat pemerintahan, pusat pendidikan, dan pusat informasi. Pembangunan yang lebih
cenderung modern membuat penduduk kota juga mengarah ke arah yang modern,
sehingga kita akan melihat jika penduduk kota lebih individual. waterfront city merupakan
kota yang terletak di tepi air—baik berupa pantai,sungai, atau danau. Pengertian
“waterfront” secara harafiah adalah daerah tepi laut, bagian kota yang berbatasan
dengan air, daerah pelabuhan.Sementara waterfront development berarti proses
pembangunan yang memiliki kontak visual dan fisik dengan air, pengembangan
wilayahperkotaan yang secara fisik alamnya berada dekat dengan air dimana bentuk
pengembangan pembangunan wajah kota berorientasi ke perairan.
Berdasarkan analisis yang saya lakukan manado memiliki potensi yang sangat besar
untuk menjadi kota pesisir atau waterfront city, mulai dari fungsi yang sudah ada dan
kriteria yang menjadikan sebuah kota pesisir yang di miliki kota manado. Namun ada
berapa aspek yang perlu di kembangkan agar manado menjadi kota pesisir yang mandiri
dan berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
DTRTB.06 Januari 2017.Pengertian Kota, Fungsi Kota, dan Penggolongan
Kota.Medan. http://perkimtaru.pemkomedan.go.id/artikel-939-pengertian-kota-fungsi-
kota-dan-penggolongan-kota-.html
Makarau, Vicka AF, Pierre H. Gosal, and Aristotulus E. Tungka. Re-design Kawasan Destinasi Wisata
Sumaru Endo “Waterfront Architecture Dengan Implementasi Natural Desain”. Diss. Sam Ratulangi
University, 2017. https://www.neliti.com/publications/65492/re-design-kawasan-destinasi-wisata-sumaru-
endo-waterf ront-architecture-dengan-im

Lay, Adrian Marshall, Yaulie Rindengan, and Xaverius Najoan. "Rancang Bangun Aplikasi Penyewaan
Fasilitas di Kota Manado Berbasis Web." (2010). https://repository.usd.ac.id/9944/2/131134206_f ull.pdf

Walakandou, Randy JR. "Analisis kontribusi pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah (pad) di kota
manado." Jurnal Emba: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi 1.3 (2013).
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/view/1879

Rusdiana, Dani, and Sultan Nugraha. "Identif ikasi Pelanggaran AMDAL Mega Proyek Wisata Pulau
Komodo Nusa Tenggara Timur." Jurnal Identitas 1.1 (2021): 42-52.

https://ejournal.umbandung.ac.id/index.php/identitas/article/view/103
Alrianingrum, Septina. Cagar budaya Surabaya kota pahlawan sebagai sumber belajar (studi kasus
mahasiswa pendidikan sejarah fakultas ilmu sosial di Universitas Negeri Surabaya). Diss. UNS (Sebelas
Maret University), 2010. http://artikel.ubl.ac.id/index.php/LIT/article/view/804

Delvis, Delvis. Kajian Morfologi Kawasan Perkotaan (Studi Kasus: Kawasan Perkotaan Selatpanjang,
Kabupaten Kepulauan Meranti). Diss. Universitas Islam Riau, 2021. https://repository.uir.ac.id/9344/

Subhekti, Yoki Imam. "PerkembanganTamansariSebagai Kawasan Konservasi dan Pariwisata Kota


Yogyakarta." Semarang: Universitas Diponegoro (2005). https://core.ac.uk/download/pdf/11717271.pdf

Utomo, Geri Priyo. PERANCANGAN APARTEMEN DI KAWASAN WATERFRONT KOTA SURABAYA


BARAT. Diss. UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945, 2019. http://repository.untag-sby.ac.id/id/eprint/1389

Anda mungkin juga menyukai