OLEH:
DOSEN PENGAMPU:
Ferdinan Semuel Runtuwene Pauner Terok, St, M.Ars
KATA PENGANTAR
Kami ucapkan puji syukur serta nikmat kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya
yang melimpah sehingga kami dapat menyelesaikan Paper tentang “Manado Sebagai
Waterfront City” Paper ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembautan paper ini. Untuk
itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya meyadari sepenuhnya bahwa masih ada keku rangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki paper ilmiah ini.
Akhir kata saya berharap semoga paper tentang “Manado Sebagai Waterfront City” ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
b) Max Weber
Menurut Max Weber, kota adalah sebuah wilayah atau daerah yang di mana
penduduk dari wilayah tersebut mayoritas bisa memenuhi semua kebutuhan ekonomi
pasar lokal yang ada di wilayah tersebut.
c) Burkhard Hofmeister
Menurut Burkhad Hofmeister, kota adalah sebuah pemusatan keruangan mulai dari
tempat tinggal, tempat kerja bagi manusia itu sendiri, hingga kegiatan umum. Dalam hal
ini, kegiatan umum dibagi menjadi dua sektor, yaitu sektor sekunder berupa industri dan
perdagangan serta sektor tersier yang berupa jasa dan pelayanan masyarakat. Selain itu
Hofmeister juga mengatakan bahwa pertumbuhan yan g terjadi di pemusatan keruangan
terjadi karena adanya pendatang yang memiliki kemampuan untuk melayani atau
memenuhi kebutuhan barang dan jasa bagi wilayah yang letaknya jauh.
d) Bintarto
Bintarto menyatakan bahwa kota adalah sebuah kesatuan bagi kehidupan manusia
yang diberi tanda dengan hadirnya kepadatan penduduk yang sangat tinggi serta ditandai
dengan adanya strata ekonomi yang heterogen bercorak materialistis. Bintarto juga
mengungkapkan bahwa penduduk yang ada di kota terdiri dari penduduk asli dari wi layah
tersebut dan penduduk yang datang dari wilayah lain. Bintarto juga menjelaskan bahwa
masyarakat kota adalah kumpulan individu yang heterogen, baik itu dari hal pekerjaan,
adat, kebudayaan, dan agama.
e) Northam
Menurut Northam, kota adalah sebuah wilayah atau daerah yang memiliki kepadatan
penduduk yang cukup tinggi daripada jumlah kepadatan populasi. Penduduk yang ada di
wilayah tersebut memiliki kegiatan ekonomi di luar sektor pertanian, sehingga tidak
tergantung dengan sektor pertanian. Kota menurut Northam juga bisa dijadikan sebagai
pusat dari ekonomi, administrasi antar wilayah, dan pusat kebudayaan.
f) Amos Rappoport
Amos Rappoport mengatakan bahwa kota adalah sebuah pemukiman yang cukup
besar, padat, dan permanen serta terdiri dari berbagai macam kelompok individu yang
sifatnya heterogen dari segi sosial.
2.1.2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2009
Tentang “Pedoman Pengelolaan Kawasan Perkotaan”
Pasal 1 , Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Pengelolaan Kawasan Perkotaan adalah serangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian dalam upaya pencapaian tujuan
pembangunan Kawasan Perkotaan secara efisien dan efektif.
2. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya.
3. Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian,
dengan susunan fungsi Kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan
dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
6. Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan adalah hasil dari suatu proses untuk
menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan
rencana tata ruang di Kawasan Perkotaan.
Pasal 2 ,Kawasan Perkotaan dapat berbentuk:
a. Fisik Kota
b. Masyarakat Kota
Dilihat dari aspek sosial ekonomi, maka wilayah kota mempunyai ciri-ciri
1. Mempunyai jumlah pendududuk yang relatif besar daripada wilayah sekitarnya,
yang dalam satu kesatuan areal terbangun berjumlah sekurang-kurangnya 20.000
orang di Pulau Jawa, Madura dan Bali atau 10.000 orang di luar pulau -pulau
tersebut;
2. Mempunyai kepadatan penduduk yang relatif lebih tinggi dari wilayah sekitarnya;
3. Mempunyai proporsi jumlah penduduk yang bekerja di sektor non-pertanian lebih
tinggi dari wilayah sekitarnya;
4. Merupakan pusat kegiatan ekonomi yang menghubungkan kegiatan pertanian
wilayah sekitarnya dan tempat pemasaran atau prosessing bahan baku bagi
kegiatan industri.
Kota-kota secara umum dapat dibedakan berdasarkan fungsi kota maupun untuk
kepentingan perumusan kebijakan perencanaan. Berdasarkan fungsinya, menurut
Sujarto (1989) kota di Indonesia dapat dikelompokan menjadi ;
a) kota pusat pemerintahan,
b) kota pusat perdagangan,
c) kota pusat lalu lintas dan angkutan.
2.2 Waterfront City
waterfront city merupakan kota yang terletak di tepi air—baik berupa pantai,sungai, atau
danau. Pengertian “waterfront” secara harafiah adalah daerah tepi laut, bagian kota yang
berbatasan dengan air, daerah pelabuhan.Sementara waterfront development berarti
proses pembangunan yang memiliki kontak visual dan fisik dengan air, pengembangan
wilayahperkotaan yang secara fisik alamnya berada dekat dengan air dimana bentuk
pengembangan pembangunan wajah kota berorientasi ke perairan.
2.2.1 Pengertian Waterfront City
Waterfront City adalah konsep pengembangan daerah tepian air baik itu tepi pantai,
sungai ataupun danau. Pengertian “waterfront” dalam Bahasa Indonesia secara harafiah
adalah daerah tepi laut, bagian kota yang berbatasan dengan air, daerah pelabuhan
(Echols, 2003). Menurut direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dalam
Pedoman Kota Pesisir (2006) mengemukakan bahwa Kota Pesisir atau waterfront city
merupakan suatu kawasan yang terletak berbatasan dengan air dan menghadap ke laut,
sungai, danau dan sejenisnya.
2.2.2 Jenis-jenis Waterfront City
a Jenis-jenis Waterfront City berdasarkan proyeknya
− Konservasi, yaitu penataan waterfront lama yang sampai saat ini
a. Faktor Geografis
Merupakan faktor yang menyangkut geografis kawasan dan akan menentukan jenis serta
pola penggunaannya. Termasuk di dalam hal ini adalah Kondisi perairan, yaitu dari segi
jenis (laut, sungai, dst), dimensi dan konfigurasi, pasang-surut, serta kualaitas airnya.
b. Konteks perkotaan (Urban Context)
merupakan faktor-faktor yang nantinya akan memberikan ciri khas tersendiri bagi kota
yang bersangkutan serta menentukan hubungan antara kawasan waterfront yang
dikembangkan dengan bagian kota yang terkait. Termasuk dalam aspek ini adalah:
b) Palembang
Palembang terkenal dengan sungai Musi-nya yang membentang di sepanjang jalan di
kota tersebut. Sungai Musi merupakan jantungnya perekonomian masyarakat di kota ini.
Pasar terapung, yang terjadi di atas Sungai Musi, merupakan sebuah jenis pasar yang
terkenal di seluruh Indonesia. Transaksi jual beli yang terjadi di pasar ini menggerakkan
perekonomian masyarakat setempat. Pada beberapa bagian kota ini terdapat pusat
perbelanjaan, hotel, rumah makan, dan fasilitas lainnya yang memadati kawasan ini.
c) Batam
Kota Batam yang merupakan sebuah kota di Provinsi Kepulauan Riau memang
dikembangkan dengan konsep waterfront city untuk digunakan sebagai pusat
perdagangan terbesar di Indonesia bagian barat. Batam, sebuah pulau yang dikelilingi
perairan ini, bertetangga dengan negara lain seperti Singapura dan Malaysia. Untuk itu,
kota ini merupakan salah satu akses keluar masuk perdagangan di tiga negara di
ASEAN, yakni Indonesia, Malaysia dan Singapura. Di kota ini banyak dibangun hotel,
bangunan dan fasilitas umum lainnya yang menunjang proses transaksi perdagangan
ekspor dan impor.
d) Makassar
Sebuah kota yang terletak di provinsi Sulawesi Selatan ini memiliki perencanaan yang
cukup matang dalam menata kotanya. Makassar merupakan salah satu dari 8 kota
terbersih di Indonesia, yang dimana kawasan pantai Losari yang terletak di kota ini,
merupakan salah satu kawasan yang menerapkan konsep kota tepi perairan. Kawasan
pantai ini tampak indah dan apik, ditambah lagi dengan deretan kapal khas kota ini yakni
Perahu Pinisi yang menjadi daya tarik pariwisata di kota tersebut.
e) Semarang
Kota Semarang merupakan salah satu kota yang dilalui jalur pantura (pantai utara) pulau
Jawa. Kota Lama Semarang merupakan denyut nadi perdagangan di kota ini. Kawasan
tersebut memadukan pemandangan sungai dan pantai di tepian kotanya. Konsep
waterfront city pada kota Semarang diperindah dengan arsitektur bersejarahnya yang
kental yang menjadikan kota ini sebagai salah satu destinasi wisata yang berpotensi.
Itulah pembahasan lengkap mengenai waterfront city, prinsip, dan contoh kotanya yang
ada di Indonesia. Semoga artikel ini bisa memberikan Anda wawasan baru yang
bermanfaat dan bisa menjadi referensi terutama bagi Anda yang ingin mencari hunian
tepi pantai yang menarik.
2.3 MANADO SEBAGAI Waterfront City
2.3.1 Geografi
Kota Manado terletak di ujung jazirah utara pulau Sulawesi, pada posisi geografis 124°40'
- 124°50' BT dan 1°30' - 1°40' LU. Iklim di kota ini adalah iklim tropis dengan suhu rata-
rata 24° - 27 °C. Curah hujan rata-rata 3.187 mm/tahun dengan iklim terkering di sekitar
bulan Agustus dan terbasah pada bulan Januari. Intensitas penyinaran matahari rata-rata
53% dan kelembaban nisbi ±84 %.
Luas wilayah daratan adalah 16.253 hektare. Manado juga merupakan kota pantai yang
memiliki garis pantai sepanjang 18,7 kilometer. Kota ini juga dikelilingi oleh perbukitan
dan barisan pegunungan. Wilayah daratannya didominasi oleh kawasan berbukit dengan
sebagian dataran rendah di daerah pantai. Interval ketinggian dataran antara 0-40%
dengan puncak tertinggi di gunung Tumpa.
Wilayah perairan Kota Manado meliputi pulau Bunaken, pulau Siladen dan pulau Manado
Tua. Pulau Bunaken dan Siladen memiliki topografi yang bergelombang dengan puncak
setinggi 200 meter. Sedangkan pulau Manado Tua adalah pulau gunung dengan
ketinggian ± 750 meter.
Sementara itu perairan teluk Manado memiliki kedalaman 2-5 meter di pesisir pantai
sampai 2.000 meter pada garis batas pertemuan pesisir dasar lereng benua. Kedalaman
ini menjadi semacam penghalang sehingga sampai saat ini intensitas kerusakan Taman
Nasional Bunaken relatif rendah.
Topografi
Secara morfologis, Kota Manado memiliki karakteristik alam yang unik dan berbeda dari
kebanyakan kota di Indonesia. Kota Manado memiliki bentang alam dengan unsur
trimatra yaitu pantai, daratan dan perbukitan, yang terbentang dengan jarak yang relatif
kecil (< 1 km) diantara ketiga matra tersebut.
Kondisi topografi dan geomorfologinya merupakan bagian dari gugusan pegunungan,
perbukitan, lembah dan sungai yang berada di daratan Minahasa. Bagian Utara morfologi
berbukit sampai bergunung dengan puncak tertin ggi. Gunung Tumpa yaitu 610 m. Di
bagian Timur umumnya bergelombang dengan morfologi landai sampai curam.
Mendekati bagian tengah kota, morfologi semakin landai dan rata. Pada bagian Selatan,
punggung-punggung bukit semakin melebar dan menjalar lebih panjang. Topografi Kota
Manado dapat dilihat pada Tabel berikut ini
2.3.2 Hidrologi
Kota Manado dilintasi oleh 5 (lima) sungai besar yaitu: Sungai Tondano, Sungai Tikala,
Sungai Bailang, Sungai Sario, Sungai Malalayang
Sungai Tondano berhulu di Danau Tondano (wilayah Kabupaten Minahasa) dan
bergabung dengan Sungai Tikala (bagian tengah Kota Manado) sebelum bermuara di
Teluk Manado. Keberadaan Sungai Tondano dimanfaatkan dan dikelola oleh PT. Air
Manado sebagai salah satu sumber air bersih masyarakat Kota Manado.
Data iklim Manado, Sulawesi Utara, Indonesia
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
-95 -99 -100 -100 -102 -108 -108 -113 -104 -102 -100 -100 -113
Rata-rata tertinggi °C 30.4 30.4 30.9 30.9 30.9 31 31.2 31.6 31.8 31.7 30.7 30 30.96
(°F)
-86.7 -86.7 -87.6 -87.6 -87.6 -88 -88.2 -88.9 -89.2 -89.1 -87.3 -86 -87.74
Rata-rata harian °C (°F) 27.5 27.5 27.9 27.6 27.9 27.8 27.6 28 27.9 27.9 27.6 27.4 27.72
-81.5 -81.5 -82.2 -81.7 -82.2 -82 -81.7 -82 -82.2 -82.2 -81.7 -81.3 -81.85
Rata-rata terendah °C 24.4 24.4 24.6 24.5 24.9 24.7 24.3 24.4 24.1 24.2 24.6 24.8 24.49
(°F)
-75.9 -75.9 -76.3 -76.1 -76.8 -76.5 -75.7 -75.9 -75.4 -75.6 -76.3 -76.6 -76.08
-64 -64 -64 -64 -63 -63 -63 -64 -64 -63 -63 -63 -63
343 265 223 196 193 184 134 80 103 168 240 291 2.42
Presipitasi mm
(inci)
-13.5 -10.43 -8.78 -7.72 -7.6 -7.24 -5.28 -3.15 -4.06 -6.61 -9.45 -11.46 (95,28)
86 85 84 83 82 80 77 72 74 77 81 84 80.4
% kelembapan
6 Sario 1,75 7
7 Singkil 4,68 9
8 Tikala 7,10 5
9 Tuminting 4,31 10
10 Wanea 7,85 9
11 Wenang 3,64 12
BAB.3 ANALISIS
3.1 METODE ANALISIS
penelitian ini maka penelitian ini menggunakan metode penelitian Studi kasus kualitatif.
Sejalan dengan pendapat dari Sugiyono (2011:15) metode penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang berlandaskan pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti
adalah sebagai instrumen kunci.
Analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber,
yaitu jurnal,teori dan UUD,gambar, foto dan sebagainya. Oleh karena itu, setelah dibaca,
dipelajari dan ditelaah, langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data yang
dilakukan dengan jalan melakukan abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat
rangkuman inti, proses, dan pertanyaan -pertanyaan yang perlu dijaga seh ingga tetap
berada didalamnya
Penelitian ini adalah penelitian yang besifat kualitatif. Penelitian yang digunakan yaitu
penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif adalah berupa penelitian
dengan metode atau pendekatan studi kasus (case study). Penelitian ini memusatkan diri
secara intensif pada satu obyek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu kasus. Data
studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, dengan kata lain dalam
studi ini dikumpulkan dari berbagai sumber (Nawawi, 2003: 1).Penelitian studi kasus akan
kurang kedalamannya bilamana hanyadipusatkan pada fase tertentu saja atau salah satu
aspek tertentu sebelum memperoleh gambaran umum tentang kasus tersebut.
Sebaliknya studi kasus akan kehilangan artinya kalau hanya ditujukan sekedar untuk
memperoleh gambaran umum namun tanpa menemukan sesuatu atau beberapa aspek
khusus yang perlu dipelajari secara intensif dan mendalam. Studi kasus yan baik harus
dilakukan secara langsung dalam kehidupan sebenarnya dari kasus yang diselidiki.
Walaupun demikian, data studi kasus dapat diperoleh tidak saja dari kasus yang diteliti,
tetapi, juga dapat diperoleh dari semua pihak yang
mengetahui dan mengenal kasus tersebut dengan baik. Dengan kata lain, data dalam
studi kasus dapat diperoleh dari berbagai sumber namun terbatas dalam kasus yang
akan diteliti (Nawawi, 2003: 2) . studi ini di lakukan untuk mengenal kota manado sebagai
kota pesisir atau waterfront city, melalu berdasarkan fungsi dan kriteria yang menjadi
standar kota sebagai kota pesisir.
3.2 PROSES ANALISIS
Table 1. Analisis kelayakan manado waterfront City
Berdasarkan kualitas kota manado sudah cukup memiliki potensi sebagai kota waterfront city.
Kota manado masih bisa di kembangkan menjadi kota waterfront city yang lebih baik dengan
meningkatkan kualitas fungsi pendukung kota waterftont dan juga dapat memenuhi kriteria
Waterfront City. Selain itu jumblah aspek pendukung kelayakan manado sebagai
waterfront city juga cukup banyak berdasarkan analisis yang di lakukan .
Kesimpulan
Pembangunan yang ada di perkotaan pasti akan terlihat lebih maju dan modern
dibandingkan dengan pembangunan di pedesaan. Hal ini dikarenakan kota menjadi
pusat pemerintahan, pusat pendidikan, dan pusat informasi. Pembangunan yang lebih
cenderung modern membuat penduduk kota juga mengarah ke arah yang modern,
sehingga kita akan melihat jika penduduk kota lebih individual. waterfront city merupakan
kota yang terletak di tepi air—baik berupa pantai,sungai, atau danau. Pengertian
“waterfront” secara harafiah adalah daerah tepi laut, bagian kota yang berbatasan
dengan air, daerah pelabuhan.Sementara waterfront development berarti proses
pembangunan yang memiliki kontak visual dan fisik dengan air, pengembangan
wilayahperkotaan yang secara fisik alamnya berada dekat dengan air dimana bentuk
pengembangan pembangunan wajah kota berorientasi ke perairan.
Berdasarkan analisis yang saya lakukan manado memiliki potensi yang sangat besar
untuk menjadi kota pesisir atau waterfront city, mulai dari fungsi yang sudah ada dan
kriteria yang menjadikan sebuah kota pesisir yang di miliki kota manado. Namun ada
berapa aspek yang perlu di kembangkan agar manado menjadi kota pesisir yang mandiri
dan berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
DTRTB.06 Januari 2017.Pengertian Kota, Fungsi Kota, dan Penggolongan
Kota.Medan. http://perkimtaru.pemkomedan.go.id/artikel-939-pengertian-kota-fungsi-
kota-dan-penggolongan-kota-.html
Makarau, Vicka AF, Pierre H. Gosal, and Aristotulus E. Tungka. Re-design Kawasan Destinasi Wisata
Sumaru Endo “Waterfront Architecture Dengan Implementasi Natural Desain”. Diss. Sam Ratulangi
University, 2017. https://www.neliti.com/publications/65492/re-design-kawasan-destinasi-wisata-sumaru-
endo-waterf ront-architecture-dengan-im
Lay, Adrian Marshall, Yaulie Rindengan, and Xaverius Najoan. "Rancang Bangun Aplikasi Penyewaan
Fasilitas di Kota Manado Berbasis Web." (2010). https://repository.usd.ac.id/9944/2/131134206_f ull.pdf
Walakandou, Randy JR. "Analisis kontribusi pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah (pad) di kota
manado." Jurnal Emba: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi 1.3 (2013).
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/view/1879
Rusdiana, Dani, and Sultan Nugraha. "Identif ikasi Pelanggaran AMDAL Mega Proyek Wisata Pulau
Komodo Nusa Tenggara Timur." Jurnal Identitas 1.1 (2021): 42-52.
https://ejournal.umbandung.ac.id/index.php/identitas/article/view/103
Alrianingrum, Septina. Cagar budaya Surabaya kota pahlawan sebagai sumber belajar (studi kasus
mahasiswa pendidikan sejarah fakultas ilmu sosial di Universitas Negeri Surabaya). Diss. UNS (Sebelas
Maret University), 2010. http://artikel.ubl.ac.id/index.php/LIT/article/view/804
Delvis, Delvis. Kajian Morfologi Kawasan Perkotaan (Studi Kasus: Kawasan Perkotaan Selatpanjang,
Kabupaten Kepulauan Meranti). Diss. Universitas Islam Riau, 2021. https://repository.uir.ac.id/9344/