Disusun oleh:
Kelompok 1
Seniati Br Tarigan 5161111047
Tomi Hartono 5161111051
Yuni Marilla Sinambela 5161111055
Heri Pranata Sitorus 5163111020
Reguler B 2016
Penyusun
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................................................... 2
D. Manfaat ....................................................................................................................... 2
BAB II KAJIAN TEORI ....................................................................................................... 3
A. Fisik Bangunan ............................................................................................................. 3
B. Titik Permasalahan Pada Bangunan .............................................................................. 3
C. Penggunaan Material Bangunan ................................................................................... 4
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................................... 8
1. Tujuan Observasi ........................................................................................................ 8
2. Tempat dan Waktu Observasi..................................................................................... 8
3. Metode Penelitian ....................................................................................................... 8
4. Subjek dan Objek dalam Suvey .................................................................................. 8
5. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................................... 9
6. Hasil Pengumpulan Data .......................................................................................... 10
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................. 16
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 16
B. Saran ............................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 17
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisika bangunan merupakan kumpulan ilmu pengetahuan yang digunakan untuk
menganalisa dan berfokus untuk mengendalikan fenomena fisika yang memiliki pengaruh
pada bangunan dan rancangan arsitektur. Secara sederhana, fisika bangunan mempelajari
hal-hal yang berkaitan dengan bahan-bahan bangunan, ventilasi, sistem pengkondisian
udara, akustik, perlindungan terhadap bencana, dan pemakaian energi di dalam bangunan.
Menurut sejarah, ilmu ini pertama kali berkembang di Eropa, terutama di Candinavia yang
sekarang menjadi dua negara yaitu Norwegia dan Swedia. Ilmu ini sendiri sering disebut
dengan nama Fisika Bangunan atau Building Physics, ada juga menyebutnya Ilmu
Bangunan atau Science Building.
Semua kegiatan dari manusia dimanapun tempatnya, kapanpun kegitan itu dilakukan,
dan apapun macam kegiatan selalu berpatokan pada sains. Nama sains sendiri memiliki
gambaran yang beraneka warna sesuai dengan jenis kegiatan yang dilakukan.para ilmuwan
sepakat menyatakan bahwa sins adalah suatu bentuk metoda yang berpangkal pada
pembuktian hipotesa. Sebagian para filosof yang segala sesuatunya dibahas berdasarkan
hakekat menyatakan bahwa pada hakekatnya sains adalah jalan unruk mendapatkan
kebenaran dari apa yang telah kita ketahui. Semua pandangan yang diketahui manusia
dapat dipertanggungjawabkan, tetapi yang dapat ditampilkan hanya definisi bagian dari
sains itu sendiri. Jika kita ingin merancang sebuah bangunan, sangatlah penting bagi kita
untuk mempelajari cara merancang bangunan agar nyaman dihuni, awet dan tahan lama.
Dengan memanfaatkan ilmu fisika bangunan, pemakaian energi listrik serta
penggunaan akan hal lain pada bangunan yang kita rancang akan menjadi lebih efisien.
Selain itu, pengaplikasian ilmu fisika pada bangunan akan menjadikan bangunan tersebut
menjadi hunian yang mendukung kesehatan dan akan mampu meningkatkan produktivitas
penghuninya.
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan diatas, rumusan masalah pada kajian ini yakni;
1. Bagaimana data fisik suatu bangunan yang sesuai dengan fisika bangunan?
2. Bagaimana data tentang suatu titik-titik masalah pada bangunan?
3. Bagimana penggunaan struktur bangunan yang sesuai dengan fisika bangunan serta
penggunaan material pada konstruksi rumah tinggal?
C. Tujuan
Berdasarkan kajian mengenai rumusan masalah, tujuan yang dapat diperoleh yakni:
1. Agar dapat mengetahui tentang data fisik suatu bangunan yang sesuai dengan
kaidah yang diinginkan oleh penghuni rumah tinggal dengan pengaplikasian
berdasarkan keluhan pemilik rumah.
2. Agar dapat mengetahui tentang suatu titik masalah pada suatu bangunan dengan
penggunaan fisika bangunan.
3. Agar dapat mengetahui bagaimana penggunaan struktur pada bangunan yang sesuai
dengan kaidah fisika bangunan serta analisis data pendukung lain.
D. Manfaat
Berdasarkan rangkaian pemaparan diatas, maka dapat ditarik manfaat dari pemaparan
yakkni:
1. Sebagai data pendukung dalam kajian data fisik suatu bangunan yang berlandaskan
fisika bangunan
2. Sebagai khazanah ilmu pengetahuan dalam titik permasalah suatu bangunan yang
berlandaskan tentang kajian fisika bangunan.
3. Sebagai data pendukung dan sebagai kajian data analisis yang dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Fisik Bangunan
Suatu bangunan yang modern diharapkan dapat mendukung kebutuhan aktivitas
manusia yang berada di dalamnya. Perlu disediakan segala sesuatu yang dibutuhkan bagi
metabolisme manusia, seperti: udara dan air yang bersih, privasi, keamanan, dan
kenyamanan lainnya, baik yang berkaitan dengan aspek visual maupun pendengaran. Oleh
sebab itu diperlukan pasokan energi (berupa tenaga listrik) untuk pengoperasian
perlengkapan/ peralatan bangunan, baik untuk transportasi dan distribusi, maupun untuk
keperluan komunikasi, seperti telepon, siaran radio dan televisi, serta kebutuhan tata udara,
tata suara, dan pencahayaan.
Tujuan desain bangunan adalah untuk mencegah terjadinya kegagalan struktur dan
kehilangan korban jiwa, dengan tiga kriteria standar sebagai berikut:
Tidak terjadi kerusakan sama sekali pada gempa kecil, Ketika terjadi gempa
sedang, diperbolehkan terjadi kerusakan arsitektural tapi bukan merupakan
kerusakan struktural.
Diperbolehkan terjadinya kerusakan struktural dan non struktural pada gempa kuat,
namun kerusakan yang terjadi tidak menyebabkan bangunan.
3
teratur sesuai persyaratan Bangunan untuk Gedung. Dengan tampak depan seperti ini :
Bangunan dengan keteraturan dalam arah vertical maupun horisontal. Semua kolom portal
harus vertikal dan harus menerus di dalam garis sumbu yang sama sepanjang tinggi gedung
sampai pada pondasinya. Garis sumbu kolom-kolom dapat bergeser sedikit bila hal ini
diperlukan untuk memperoleh bidang muka kolom yang sama pada pengecilan ukuran
penampang, dengan syarat bahwa pengaruh eksentrisitas tersebut diperhitungkan dalam
perencanaan. Struktur sangat riskan jika dilanda gempa. Panjang tonjolan pada denah suatu
struktur harus dibatasi sedemikian rupa, sehingga ukuran K1 dan K2 tidak melampaui 0,25
A atau 0,25 B bergantung yang mana yang terkecil.
Struktur gedung yang menggunakan konstruksi baja dengan portal bidang berpenopang
(bracing) dapat diterapkan sebagai salah satu alternatif struktur penahan gempa, struktur
tersebut dapat disebut juga dengan nama braced frame. Struktur tersebut memiliki nilai
kekuatan yang tinggi dan dapat dipasang dari lantai paling rendah sampai paling tinggi.
Dengan adanya bracing maka sebuah struktur akan memiliki kekakuan (stiffness) dan
kekuatan (strength) yang cukup terutama untuk menahan gaya lateral yang disebabkan
adanya gempa. Alasan penggunaan penopang pada struktur bangunan baja adalah agar
struktur bangunan baja dapat memiliki kekuatan dan kekakuan yang tinggi sehingga lebih
efektif dalam menahan deformasi (perubahan bentuk struktur) yang besar pada portal
bidang. Salah satu bentuk konfigurasi penopang dalam struktur portal baja adalah diamond
bracing. Roy Becker (1995) menyatakan bahwa dengan penggunaan model diamond
bracing maka peristiwa tekuk pada penopang model dapat dihindari atau setidaknya
dikurangi.
4
Bangunan yang besar dapat dilakukan pemisahan ruangan (dilatasi) sehingga dapat
mengurangi efek putaran bumi.
Bukaan pintu dan jendela tidak boleh terlalu besar, apabila bukaan terlalu besar
akan terjadi pelemahan pada bagian tersebut
Penataan ruangan pada sebuah bangunan ternyata mampu memberikan tambahan nilai
keamanan terhadap gempa
sebuah bangunan yang sedikit atau tidak memiliki ruang umumnya labil terhadap
getaran
Pada bangunan bertingkat, jika bangunan atas digunakan untuk menampung beban
yang lebih berat dari bangunan di bawahnya maka bangunan ini juga rentan
terhadap gemp.
Penggunaan Material Bangunan, Penggunaan bahan yang baik dan mempunyai mutu
sesuai yang disyaratkan merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam membuat
bangunan tahan gempa.
Batu Gunung
Bermutu baik, keras dan bersiku, Bersih dari kotoran, Mempunyai ukuran yang
proporsional (10-15 cm)
Pasir
Berdiameter antara 0,25-5 mm, Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%, Tidak
bersifat asin/garam yang dapat merusak pembesian, Mempunyai butiran yang tajam dan
keras sehingga tahan terhadap pengaruh cuaca, Tidak dalam keadaan basah, mengumpal
dan lengket
Kerikil
Berdiameter antara 5-20 mm, Kerikil alam atau kerikil batu pecah. Kerikil batu pecah
memiliki mutu yang lebih baik karena bentuknya bersudut sehingga menghasilkan ikatan
yang lebih baik dengan mortal, Bermutu baik, keras, kasar dan bersudut, Bersih dari
lumpur (dibawah 1%) ataupun kotoran lainnya yang dapat mengganggu kualitas bangunan,
Mempunyai perbandingan yang proporsional antara diameter yang berbeda (gradasi)
Semen
Semen portland atau semen tipe 1, Karung pembungkus dalam keadaan baik, Semen
tersimpan dalam keadaan baik dab tidak terkena pengaruh cuaca dan kelembapan, Tidak
mengeras, bergumpal-gumpal atau basah.
5
Besi atau Baja Tulangan
Besi polos dan besi ulir. Besi ulir mempunyai kualitas yang lebih baik serta
mempunyai ikatan yang lebih kuat dengan mortal, Mutu baja U24 yang mempunyai
tegangan leleh 2400 kg/cm², Tidak boleh berkarat, retak dan bengkok, Bukan merupakan
besi bekas, Terlindung dari pengaruh cuaca dan kelembapan, Mempunyai diameter dan
luas area yang sesuai
Batu Bata
Mempunyai ukuran yang ideal, Kuat. Pengujian kekuatan bata dapat dilakukan dengan
cara dipijak oleh orang dewasa dengan ketinggian 1 m, Agar jenuh air sebelum digunakan
bata tersebut direndam dalam air, Bentuk persegi, lurus dan seragam, Warna merah tua,
Tidak retak dan tidak cacat atau tidak sompel, Dimasak pada suhu yang tepat, Tahan bila
direndam
Air
Mempunyai persyaratan air minum, Tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau,
Agar jenuh air sebelum digunakan bata tersebut direndam dalam air, Tidak mengandung
bahan-bahan yang dapat menurunkan mutu beton (zat kimia, zat organik, minyak dan
garam)
Kayu
Mempunyai kuat kelas 1 (seumantok) dan kuat kelas 2 (meranti, damar), Kayu harus
kering, Mempunyai umur yang cukup, Kayu tidak boleh terlalu banyak cacat dan retak,
Mata kayu tidak terlalu besar
Atap
Beratnya ringan sehingga tidak memberikan beban yang besar kepada struktur
bangunan, Mempunyai ketebalan yang cukup (minimum 3 mm), Tidak berkarat dan tidak
bocor, Mempunyai lekukan sesuai dengan desain, Prinsip kekakuan struktur, Kekakuan
struktur menjadikan struktur lebih solid terhadap goncangan. Struktur beton bertulang jika
dibuat dengan baik dapat meredam getaran gempa dengan baik pula dan dapat
menghindarkan bangunan runtuh.
Adanya kemungkinan struktur bangunan dapat bergerak dalam skala kecil untuk
meredam getaran dengan menggunakan prinsip hubungan tumpuan pembebanan. Tidak
memberi beban yang berat pada struktur bangunan. Memecah bangunan menjadi beberapa
bagian yang lebih kecil sehingga struktur tidak terlalu besar untuk meredam getaran yang
lebih besar.
6
Bangunan tembok dengan perkuatan sangat dianjurkan untuk daerah rawan gempa.
Perkuatan pada dinding tembokan merupakan kolom praktis, balok pondasi, balok pengikat
atau balok keliling yang biasa disebut rangka bangunan yang dapat dibuat dari beton
bertulang maupun kayu. Perkuatan dengan kayu tidak boleh dibangun diwilayah 1, 2, 3
pada tanah lunak atau pada wilayah 1 dan 2 pada tanah keras. Perkuatan dengan rangka
beton bertulang boleh dibangun diseluruh wilayah gempa. Mutu campuran beton yang
dianjurkan minimum perbandingannya adalah 1PC : 2PS : 3Krl, bahan pasir dan kerikil.
Untuk rumah tinggal tembokan sederhana, pemakaian balok fondasi (sloof), kolom
praktis, dan ring balok yang dibuat dari beton bertulang dan disatukan dengan pasangan
batanya. Penggunaan memakai atap yang relatif ringan dan terikat dengan baik pada
konstruksi atapnya. Rumah tradisional Sumatera Barat dengan atap sengnya dan Bali
dengan atap alang-alangnya menunjukkan kearifan nenek moyang kita, hal mana
seharusnya diteruskan ke generasi saat ini.
7
BAB III
PEMBAHASAN
1. Tujuan Observasi
Dalam penelitian ini, tujuan dilakukannya observasi lapangan yang berfokuskan
kepada bangunan yakni:
A. Untuk memperoleh data fisik suatu bangunan yang dilakukan observasi terhadap
rumah tinggal.
B. Untuk mengetahui tentang titik permasalahan pada bangunan yang diobservasi.
C. Untuk mengetahui mengenai penggunaan struktur dalam bangunan yang sesuai
dengan fisika bangunan terhadap rumah tinggal.
3. Metode Penelitian
Metode penelitian dan observasi lapangan yang digunakan adalah Metode Kulaitatif,
Yaitu Melakukan Observasi dengan mencari, mengumpulkan, mengolah dan menganalisis
data Penelitian kualitatif digunakan untuk memahami interaksi sosial melalui wawancara
mendalam antara sipeneliti dengan narasumber sehingga akan ditemukan pola-pola yang
jelas.
8
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, kelompok menggunakan teknik
pengumpulan adalah teknik angket terbuka atau kuesioner serta pencermatan dokumentasi
sebagai pendukung dalam pengumpulan data.
Angket
Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia
ketahui (Suharsimi Arikunto, 2006:151).Angket digunakan untuk memperoleh data dengan
memberikan daftar pertanyaan kepada narasumber sebagai pemberi informasi akan data
yang diperlukan.
Angket berisikan 9 pertanyaan yang diajukan kepada narasumber untuk diberi
penjelasan dan jawaban berupa data yang diperlukan dalam observasi yang dilakukan.
Wawancara
Wawancara ( Interview ), Intstrumen yang digunakan yaitu sebagai pedoman
wawancara tekstruktur yang sudah disiapkan dengan sejumlah pertanyaan yang akan
diajukan kepada responden, melakukan wawancara untuk menggali hal-hal yang
berhubungan dengan data fisik suatu bangunan yang ingin disurvey.
9
6. Hasil Pengumpulan Data
No. Survey Bangunan Keterangan
1. Jenis Bangunan Rumah Tinggal Sederhana
2. Data Umum Bangunan :
- Lokasi - Jalan Tembakau Raya No.1A
P.Simalingkar, Kelurahan Mangga,
Kecamatan Medan Tuntungan.
- Tinggi bangunan - 4 meter
- Luas bangunan - 9 x 13 m
- Luas tanah - 16 x 18 m
- Kapasitas bangunan - Teras depan dan belakang, ruang tamu,
ruang keluarga, 3 kamar tidur, 2 kamar
mandi, 1 gudang, dapur, pagar,
- Arah bangunan halaman.
- Posisi bangunan - Selatan
- Dll - Di dalam gang ( lebih kurang 10 m)
10
Jenis material :
- Dinding - Batu bata di plester (luar dan dalam)
Untuk bagian teras dinding
menggunakan keramik.
- Seng
- Atap
- Lantai - Keramik
- Plafon - Gypsum
11
- Jendela dan pintu - Penggunaan Kayu pada pintu utama
dan kamar, serta pada kusen rumah
tinggal dan untuk untuk kamar mandi
menggunakan PVC
12
- Dinding dalam - Warna kuning langsat
13
- Atap - Pada bagian atap, menggunakan kayu
dengan spesifikasi kelas II dengan mutu
kayu sedang.
7. Data wawancara penghuni
terhadap faktor alam dalam fisika
bangunan - Pada pagi hari posisi matahari berada di
- Terdahap sinar dan panas sebelah timur (kanan) bangunan, siang
matahari posisi matahari matahari berada di atas
bangunan, dan pada sore hari posisi
matahari di sebelah barat (kiri)
bangunan
- Terhadap hujan dan - Hujan tidak masuk keruangan hanya
kelembaban sampai di bagian teras, tidak terlalu
bising, dan kelembaban pada suhu
ruangan saat hujan dingin karena
banyak bukaan, pada bagian beton
pagar terjadi lumut karena langsung
bersentuhan dengan hujan dan panas.
- Jarak bangunan terhadap bangunan lain
- Terhadap angin jauh, sehingga memperlancar sirkulasi
udara, udara yang masuk banyak
karena melalui ventilasi dan jendela
yang banyak.
- Sesuai skala richter gempa yang
- Terhadp gempa terjadi, karena konstruksi bangunan
dari beton, memungkinkan bangunan
tahan dengan skala 4.0-4.9 skala
richter, pada ring balok menggunakan
baut sehingga mengurangi terjadi
reruntuhan.
- Terhadap kebisingan
- Jarak bangunan dengan jalan raya
dekat, sehingga suara kendaraan
terdengar ke dalam ruangan, jarak
bangunan dengan bangunan lain jauh
14
sehinnga mengurangi pemantulan
suara.
8. Gambar Existing :
- Gambar lokasi
- Gambar site plan
- Gambar denah
- Gambar detail jika
diperluakn
15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fisika bangunan merupakan kumpulan ilmu pengetahuan yang digunakan untuk
menganalisa dan berfokus untuk mengendalikan fenomena fisika yang memiliki pengaruh
pada bangunan dan rancangan arsitektur. Secara sederhana, fisika bangunan mempelajari
hal-hal yang berkaitan dengan bahan-bahan bangunan, ventilasi, sistem pengkondisian
udara, akustik, perlindungan terhadap bencana, dan pemakaian energi di dalam bangunan.
Untuk rumah tinggal tembokan sederhana, pemakaian balok fondasi (sloof), kolom
praktis, dan ring balok yang dibuat dari beton bertulang dan disatukan dengan pasangan
batanya. Penggunaan memakai atap yang relatif ringan dan terikat dengan baik pada
konstruksi atapnya. Suatu bangunan yang panjang tidak dapat menahan deformasi akibat
penurunan pondasi, yang menyebabkan timbulnya retakan atau keruntuhan struktural. Oleh
karenanya, suatu bangunan yang besar perlu dibagi menjadi beberapa bangunan yang lebih
kecil, di mana tiap-tiap bangunan dapat berekasi secara kompak dan kaku dalam
menghadapi pergerakan bangunan.
Adanya kemungkinan struktur bangunan dapat bergerak dalam skala kecil untuk
meredam getaran dengan menggunakan prinsip hubungan tumpuan pembebanan. Tidak
memberi beban yang berat pada struktur bangunan. Memecah bangunan menjadi beberapa
bagian yang lebih kecil sehingga struktur tidak terlalu besar untuk meredam getaran yang
lebih besar.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, saran yang dapat diperoleh adalah bahwa dalam
membuat dan merancang suatu bangunan yang akan didirikan ada baiknya merencanakan
secara keseluruhan yang dimulai dari titik kesalahan pada bangunan sampai penggunaan
bahan. Penulis berharap pembaca lebih mendapat pengetahuan yang baik dan leluasa akan
materi ini. Makalah ini mempunyai banyak kekurangan dan jauhnya dari
kesempurnaan,oleh sebab itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah
penulis harapkan terutama dari dosen pengampu mata kuliah Fisika Bangunan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Harahap Rumilla, Jeumpa Kemala. 2018. Materi Pertemuan Perkuliahan. Medan:
UNIMED.
Rusdiansyah. Tinjauan Tingkat Kerusakan Bangunan Akibat Pengaruh Getaran
Pemancangan Pondasi Tiang Pada Hotel Mentari Banjarmasin. Vol. 10 No. 1 Juli 2009
FTEKNIK: Universitas Lambung Mangkurat.
https://informazone.com/pengertian-fisika-bangunan/
https://media.neliti.com/media/publications/58745-ID-pencahayaan-alami-pada-
bangunan-berkorid.pdf
17
DAFTAR LAMPIRAN
18