Disusun oleh:
KELOMPOK 1
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata pelajaran Geografi, dengan judul: "Menelaah Teori
Konsentris, Teori Sektor, dan Teori Konsektoral"
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang
tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukkan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam makalah ini kami ingin menelaah penerapan langsung pada Teori Konsentris,
Teori Sektor, dan Teori Konsektoral (Tipe Eropa). Dan mengidentifikasi masalah-masalah
yang ditimbulkan dari pengaplikasian pada 3 teori ini.
Pada teori pertama yang akan kami jabarkan yakni, Teori Konsentris. Teori konsentris
Menurut Ernest W Burgess dalam Introduction to the Science of Sociology (1921), manusia
punya kecenderungan alamiah untuk berada sedekat mungkin dengan pusat kota. Untuk
mewujudkan itu, dikembangkan kota berbentuk konsentrik dengan pusat kota sebagai intinya.
Jika di Indonesia sudah jelas penerapan nya terletak pada kota Jakarta. Yang mana kami akan
membahas tentang pengaplikasian nya yang masuk dalam zona 2 atau daerah transisi atau
peralihan.
Daerah transisi yang dimaksudkan adalah daerah tempat orang-orang yang tidak
memiliki tempat tinggal. Misalnya saja para pengemis yang tinggal dibawah kolong jembatan
sungai Ciliwung, mereka yang tinggal disana karena tidak memiliki harta benda, dan hidup
mereka sangat memprihatinkan karena dilingkungan daerah sungai Ciliwung tersebut
daerahnya sudah mengalami penurunan kualitas lingkungan seperti sungainya yang dulu
airnya bersih dan ikan yang ada disana masih bisa dimanfaatkan untuk dikonsumsi oleh para
pengemis dan belum terkontaminasi dengan logam berat.
Dengan kondisi sungai yang seperti itulah yang dapat menyebabkan ketimpangan
sosial. Ketimpangan sosial yang telah terjadi ini bisa sama-sama kita perhatikan dari mereka-
mereka yang memilih tinggal di bantaran sungai ciliwung yang disebabkan ketidakpunyaan
harta benda tuk dapat membeli atau menyewa atau mengontrak sebuah hunian yang jauh
lebih sehat dan baik.
Namun mirisnya kenyataan sungai tersebut sudah tercemar berat baik dari sampah
anorganik maupun organik dan ada yang mengendap mengeluarkan bau tak sedap, serta
warna airnya keruh dan ikannya sudah terkontaminasi dengan logam berat.
Kondisi lingkungan yang sudah amat jelas tak layak tuk dijadikan sebuah hunian
“keluarga” ini harus segera ditindak lanjuti oleh pemerintah setempat penangan terbaik dan
bijaksana untuk mereka-mereka ini bagaimana. Serta pemerintah juga harus memperhatikan
psikologis dari anak-anak disana agar tidak merasa ketimpangan sosial dan lebih rutin tuk
melakukan pengecekan kesehatan para anak-anak disana.
Pengidentifikasian masalah selanjutnya yakni pada Teori Sektor. Teori sektoral
sendiri dikemukakan oleh Homer Hoyt pada tahun 1939. Dimana dalam kajian
pembahasannya, teori sektoral merupakan berbagai unit kegiatan yang ada di perkotaan yang
tidak mengikuti zona teratur secara konsentris, namun membentuk berbagai sektor yang
memiliki sifat lebih bebas.
Penerapan Teori Sektor pada negara kita ini terletak pada Kota Bogor. Yang mana
Kota Bogor telah menggunakan 70% lahan kota nya untuk permukiman. Sebenarnya, apakah
di perlukan penggunaan lahan kota dengan prosentase yang terhitung cukup banyak itu dapat
berjalan efisien terhadap Kota Bogor?
Dalam perjalanannya, kota mengalami perkembangan yang sangat pesat akibat
adanya dinamika danpeningkatan jumlah penduduk, perubahan sosial ekonomi, dan
terjadinya interaksi dengan wilayah lain. Hal-hal tersebut mendorong peningkatan kebutuhan
akan lahan. Fenomena meningkatnya kebutuhanlahan ini dapat mengakibatkan penggunaan
lahan yang tidak sesuai dengan fungsinya, dengan kata lain telah terjadi alih fungsi lahan.
Kota Bogor saat ini telah menjadi salah satu daerah penyangga yang sangat
berpengaruh bagi kelangsungan hidup Kota Jakarta. Perkembangan daerah ini sangat
dipengaruhi oleh perkembangan daerah permukiman yang sangat pesat apabila dibandingkan
dengan daerah penyangga lainnya seperti Tangerang, Bekasi dan Depok.
Jika kita telaah bersama, Centroid KPB (Kawasan Pusat Bisnis) Kota Bogor yang
terletak pada pusat Kota Bogor hanya bisa berkembang mengikuti pola jaringan transportasi
yang ada saat ini. Sebenarnya, Hal ini menunjukkan bahwa untuk menghindari kesemrawutan
struktur dan pola ruang kota maka perlu pengaturan pola ruang permukiman sehingga KPB
dapat berkembang dengan baik.
Kota Bogor yang mengalami alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan perumahan.
Pengalihan fungsi lahan ini dapat terjadi karena berbagai kepentingan yang berbeda di pihak-
pihak yang terlibat.
Pihak swasta merupakan salah satu pihak yang cukup berperan banyak dalam kasus
alih fungsilahan yang terjadi di di Kota Bogor. Umumnya, pihak swasta sebagai developer
kurang memperhatikan dampak berkelanjutan dari suatu alih fungsi lahan yang tidak pada
tempatnya. Hendaknya pihak swasta pun selain berusaha untukmenyediakan kebutuhan
masyarakat akan tempat tinggal maupun fasilitas-fasilitas pendukungnya,hendaknya juga
memperhatikan rencana pembangunan ruang yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Beberapa faktor yang menyebabkan banyak terjadinya perubahan fungsi lahan di
kawasan Puncak sendiri adalah:
Kawasan Puncak yang dijadikan lokasi wisata, sehingga membutuhkan
tempat untuk menginapdan beristirahat. Ini menjadi faktor paling utama yang
menyebabkan perubahan fungsi lahan dikawasan Puncak Bogor
Investasi properti untuk penggunaan di masa depan.
Kurang informasi tentang fungsi lahan dari pemerintah Kota Bogor.
Kurang tegasnya pemerintah tentang pelarangan alih fungsi lahan.
Teori terakhir yang akan kami bahas yakni Teori Konsektoral (Tipe Eropa). Teori ini
adalah hasil penelitian di Inggris yang dikemukakan oleh Peter Mann pada 1965. Teori ini
merupakan gabungan teori Konsentris dan teori Sektoral yang menonjolkan konsentrasi
wilayah. Teori Konsektoral tipe Eropa membagi wilayah kota menjadi lima zona yakni:
Zona 1 : pusat kota
Zona 2 : zona peralihan
Zona 3 : sektor c dan b (zona rumah kecil)
sektor b (zona rumah-rumah lebih besar)
sektor a (zona rumah-rumah tua yang besar)
Zona 4 : permukiman dan perkembangannya kepinggiran
Zona 5 : desa-desa yang dihuni para penglaju :
a. sektor kelas menengah
b. sektor kelas menengah kebawah
c. sektor kelas pekerja
d. sektor industry dan pekerja kelas terbawah urban
Struktur ruang kota tipe Eropa lebih menekankan pada pertumbuhan kota terjadi
melalui ekspansi radial dari pusat dan terbentuk seperti cincin/lingkaran (teori konsentris).
Ekspansi radial sendiri memilik arti perluasan wilayah suatu negara dengan menduduki
(sebagian atau seluruhnya) wilayah negara lain serta berkenaan dengan atau menyerupai jari-
jari lingkaran. Model ini diciptakan atas dasar penelitiannya pada kota-kota yang ada di
Inggris.
BAB III
PENUTUP
Setelah meneliti dan membahas mengenai teori struktur kota yang sudah kami
jelaskan di atas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa andil pemerintah sangat-lah berpengaruh
untuk mengurangi dan menanggulangi di setiap masalah pada teori-teori di atas.
Contoh nyata penanganan langsung tuk menanggulangi masalah yang terjadi pada
Teori Konstris di Jakarta yakni, Gubernur DKI Jakarta telah bertindak mengintegrasikan
pendataan penduduk bagi warga yang memerlukan dan layak dibantu pemerintah. Bantuan
akan disalurkan dalam bentuk Kartu Pekerja, Kartu Lansia Jakarta (KLJ), dan Kartu Jakarta
(KJP).
Penanganan untuk pencemaran lingkungan yang telah terjadi bisa dengan pemerintah
yang harus menelisik sumber masalah pencemaran sungai sebelum bersikap reaktif dengan
solusi yang tidak berkelanjutan karena tidak menjawab akar permasalahan. memecahkan
masalah utama yaitu dengan perbaikan sistem pembuangan air limbah di Jakarta guna
memperbaiki sanitasi sekaligus mengatasi pencemaran air.
Kesadaran kolektif masyarakat, evaluasi dan pembenahan program-program
pemerintah, serta kerja sama antar pemerintah daerah di hulu dan hilir sungai sangat
dibutuhkan untuk mengatasi masalah pencemaran sungai yang selama ini ada.
Dilanjutkan untuk kesimpulan masalah pada Teori Sektor di Kota Bogor, Alih fungsi
lahan yang terjadi pada Kota Bogor merupakan tanggung jawab seluruh pemangku
kepentingan. Namun disamping itu harus ada suatu peraturan kebijakan atau regulasi yang
mengatur hingga mengawasi peruntukkan fungsi lahan yang sesuai dengan perencanaan
seperti seperti instrumenhukum (peraturan perundang-undangan), instrumen ekonomi
(insentif, disinsentif, kompensasi) danzonasi (batasan-batasan alih fungsi lahan pertanian).
Alih fungsi lahan di Kota Bogor dapat diambil kesimpulan, bahwa hal ini dapat
menjadikan kondisi sosial Kota Bogor mengalami perubahan yang sangat pesat.Kehidupan
sosial asli Kota Bogor akan bercampur dan berubah menjadi lebih metropolitan.
Diharapkan masyarakat dapat lebih memperhatikan penataan ruang di kotanya
masing-masing dan akan lebih baik jika turut berperan dalam menyediakan ruang terbuka
hijau di pemukiman yg mereka tempati. Pemerintah juga diharapkan dapat mewujudkan
penataan ruang yang adil dan tepat guna mewujudkan kenyamanan dan keharmonisan dalam
masyarakat. Semoga bermanfaat.